Anda di halaman 1dari 8

A.Tenrirawe dan A.H.

Talanca : Bioekologi Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Kacang Tanah

BIOEKOLOGI DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA


KACANG TANAH
A.Tenrirawe dan A.H.Talanca
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros
ABSTRAK
Teknologi pengelolaan serangga hama dan penyakit kacang tanah Tehnologi tersebut
membahas aspek tingkah laku serangga, atribut biologi mulai dari stadia telur (cara
bertelur, jumlah, waktu bertelur, tempat dan periode), stadia larva (ukuran, periode, faser),
stadia pupa (periode, warna, ukuran, waktu) dan stadia imago (umur, kisaran, inang,
warna), morfologi dan musuh alami (peranan, jenis,) adalah merupakan langkah yang
sangat penting untuk merangkum semua bentuk dan ragam informasi teknologi yang
dapat menjadi suatu database dari serangga tersebut baik yang sifatnya basik maupun
terapan.
Kata Kunci : Pengendalian, Hama, Kacang Tanah

PENDAHULUAN
Kacang tanah umumnya ditanam dilahan kering pada awal atau
akhir musim kemarau, baik secara monokultur maupun secara tumpang
sari dengan jagung atau ubi kayu. Produktivitas merupakan tolok ukur
kinerja tehnologi atau tehnik produksi..
Komponen tehnik produksi
mencakup varietas dan cara budidaya, cara budidaya merupakan sinergi
dari pengelolaan organisme pengganggu. Sebagaimana tanaman
lainnya, kacang tanah dapat diserang berbagai organisme pengganggu
tanaman (opt). Ada beberapa OPT penting yang menyerang kacang
anah diantaranya Empoasca, Lamprosema indicata, Ulat grayak
(Spodoptera litura), belalang (Locusta migratori), dan Aphis sp. dan
Aspergillus flavus, penyakit karat, penyakit layu bakteri, Virus belang (PsTV)
(Supriyatin dan Marwoto, 1993; Saleh dan Baliadi 1993). Kacang tanah
sebagai bahan pangan dapat menjadi substrak yang baik bagi jamur
yang menghasilkan mikotoksin.
Jamur toksigenik yang biasanya
menginfeksi kacang tanah adalah Aspergillus flavus, dimana toksin yang
dihhasilkan disebut aflatoksin, Gangguan akut akibat aflatoksin adalah
kanker hati yang sering berakhir dengan kematian (Mehan 1989; Swindale
1989). Kacang tanah merupakan salah satu substrat yang cocok untuk
pertumbuhan dan perkembangan kapang/jamur.
Sampai saat ini masih banyak digunakan insektisida untuk
pengendalian serangga hama pada tanaman kacang tanah. Oleh karena
itu, dengan mengingat dampaknya, perlu dipikirkan cara pengendalian
hama kacang tanah yang efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
464

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

Makalah ini menginformasikan tentang aspek biologi berbagai serangga


hama dan penyakit yang penting dan cara pengendaliannya untuk
mengatasi masalah hama dan penyakit sebagai upaya peningkatan
produksi, karena terus meningkatnya permintaan pasar.
BIOEKOLOGI DAN PENGENDALIAN
HAMA UTAMA
1. Empoasca sp
Hama ini berupa belalang berwarna hijau laut, pandai melompat
dan berjalan miring, dan biasanya bersembunyi pada bagian bawah
daun, nimfa berwarna hijau muda dan hidup dibagian bawah daun, nimfa
maupun serangga dewasanya mengisap cairan daun.
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Ordo : Lepidoptera, Famili :
Noctuidae)
Ngengat dengan sayap bagian depan
berwarna coklat atau keperak-perakan,
sayap belakang berwarna keputihan, aktif
malam hari.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian
datar melekat pada daun (kadang tersusun
2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan,
Gambar. 2. Ngengat, kelompok
berkelompok (masing-masing berisi 25 500
telur dan larva Ulat grayak
butir) tertutup bulu seperti beludru.
Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas
berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan
hidup berkelompok. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan
pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab).
Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah
pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
Siklus hidup berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva
yang terdiri dari 5 instar : 20 46 hari, pupa 8 11 hari).
Gejala Serangan larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang
secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas
epidermis daun, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya
larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim
kemarau.
Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain kacang tanah juga
menyerang tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang,
kangkung, bayam, padi, , tebu, jeruk, pisang, tembakau, tanaman hias,
gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida.
Pengendalian
465

A.Tenrirawe dan A.H.Talanca : Bioekologi Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Kacang Tanah

a). Kultur teknis


- Pembakaran tanaman
- Pengolahan tanah yang intensif.
b). Pengendalian fisik/mekanis
- Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang
kemudian memusnahkannya
- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40
buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah
pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera lituraNuclear Polyhedrosis Virus), cendawan Aspergillus flavus, Beauveria bassina,
dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda
Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, parasitoid
Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis..
d). Pengendalian kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos,
diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril apabila
berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan
mencapai lebih atau sama dengan 12,5 % per tanaman contoh.
3. Belalang (Locusta migratoria)
Seekor betina mampu menghasilkan telur
sekitar 270 butir. Telur ini berwarna keputihputihan dan berbentuk buah pisang, tersusun
rapi dalam tanah sedalam sekitar 10 cm.
menetas setelah 10-50 hari. Seekor betina
mampu menghasilkan enam sampai tujuh
kantong telur dalam tanah dengan jumlah 40
butir per kantong
Nimfa mengalami lima kali ganti kulit (lima
instar, Stadiaum nimfa terjadi selama 38 hari.
Gambar 5. Kelompok belalang
Imago betina yang memiliki warna coklat
kekuning-kuningan siap meletakkan telur
setelah lima sampai 20
hari setelah dewasa bergantung temperatur. Imago betina hanya
membutuhkan satu kali kawin untuk meletakkan telur-telurnya dalam
kantong-kantong. Sementara Imago jantan yang memiliki warna kuning
mengkilap berkembang lebih cepat dibandingkan dengan betinanya.
Lama hidup dewasa adalah 11 hari. Siklus hidup rata-rata 76 hari sehingga
dalam setahun dapat mengahsilkan empat sampai lima generasi di

466

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

daerah tropis utamanya Asia Tenggara, sementara di daerah Subtropis


serangga ini hanya menghasilkan satu generasi per tahun..
Dalam kehidupan dan perkembangan koloni belalang kembara dikenal
mengalami tiga fase pertumbuhan populasi yaitu fase soliter, fase transien,
dan fase gregaria. Pada fase soliter, belalang hidup sendiri-sendiri dan
tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan tanaman. Pada fase
gregaria, belalang kembara hidup bergerombol dalam kelompokkelompok besar, berpindah-pindah tempat dan menimbulkan kerusakan
tanaman secara besar-besaran pula. Perubahan fase dari soliter ke
gregaria dan sebaliknya dari gregaria kembali ke soliter dipengaruhi oleh
kondisi iklim, melalui fase yang disebut transien.
Tanaman yang paling disukai belalang kembara adalah kelompok
Graminae yaitu padi, jagung, sorgum, tebu, alang-alang, gelagah dan
berbagai jenis rumput. Selain itu, belalang dapat memakan daun kelapa,
bambu, kacang tanah, petsai, sawi, kubis daun. Tanaman yang tidak
disukai antara lain kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu,
tomat, ubi jalar dan kapas.
Gejala serangan
Daun biasanya bagian pertama yang diserang dan termakan hampir
keseluruhan daun termasuk tulang daun jika serangannya parah. Spesies ini
dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat
tinggi dengan sumber makanan terbatas
Pengendalian
Hayati
Agens hayati Metharrizium anisopliae var. acridium, Beauveria
bassiana, Enthomophaga sp. dan Nosuma cocustal di beberapa negara
terbukti dapat digunakan pada saat populasi belum meningkat. Cara lain
adalah menggunakan insektisida alami yang dibuat dari tuba (Deris sp)
yang mengandung bahan aktif rotenon, atau nimba (Azaridacht indica)
yang mengandung bahan aktif azaridachtin. Kedua zat tersebut dapat
mempengaruhi perilaku belalang dengan menghambat nafsu makan dan
menghambat perkembangan serangga. Pembuatan pestisida dilakukan
dengan cara sederhana, yaitu dengan menghancurkan akar tuba atau
daun nimba. Satu kilogram akar tuba atau daun nimba yang sudah halus
dimasukkan dalam jirigen 20 liter, kemudian ditambah air bersih. Rendam
selama minimal 3 hari, saring, dan tambahkan bahan perekat
(cytowett/deterjen).
Pola tanam
Mengatur pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak atau
kurang disukai belalang seperti, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar,
kacang panjang, tomat.

467

A.Tenrirawe dan A.H.Talanca : Bioekologi Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Kacang Tanah

Mekanis
Melakukan gerakan massal pengendalian mekanis sesuai stadia
populasi, dilakukan kegiatan pengumpulan kelompok telur yaitu dengan
melakukan pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan
dimusnahkan, kemudian lahannya segera ditanami kembali dengan
tanaman yang tidak disukai belalang. Pengendalian nimfa dengan cara
memukul, menjaring, membakar. Pengendalian pada saat nimfa adalah
kunci penting menghalau nimfa ke suatu tempat yang sudah disiapkan di
tempat terbuka untuk kemudian dimatikan.
Kimiawi
Pada keadaan populasi tinggi, dalam waktu singkat harus
diupayakan penurunan populasi. Apabila cara-cara lain sudah ditempuh
populasi masih tetap tinggi alternatif lainnya yaitu penggunaan insektisida
yang efektif dan diijinkan. Pengendalian yang tepat dilakukan sejak stadia
nimfa kecil karena belum merusak, lebih peka terhadap insektisida, dapat
dilakukan pada siang hari. Apabila terpaksa karena terlambat atau tidak
diketahui sebelumnya, pengendalian terhadap imago dilaksanakan pada
malam hari pada saat belalang beristirahat. Jenis insektisida yang dapat
digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis insektisida
berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.
4. Kutu daun (Aphis sp)
Aphis menyerang kacang tanah dengan mengisap
cairan tanaman menyebabkan daun berkerut, klorosis
dan tumbuh kerdil, kutu daun ini dapat menularkan virus
belang atau kerdil, dan menyerang hebat pada musim
kemarau.
Kutu daun membentuk koloni yang besar pada daun
yang meliputi betina yang bereproduksi secara
partenogenesis (tanpa
kawin). Seekor betina yang tidak bersayap mampu melahirkan rata-rata
sebanyak 68.2 ekor nimfa, sementara betina bersayap 49 nimfa. Lama
hidup imago adalah 4-12 hari
Nimfa, stadium nimfa terjadi selama 16 hari pada suhu 15oC, sembilan hari
pada suhu 20oC, dan lima hari pada suhu 30oC. Ketiadaan fase telur di luar
tubuh Aphids maidis betina karena proses inkubasi dan penetasan terjadi di
dalam alat reproduksi betina dan diduga pula bahwa telur tidak mampu
bertahan pada semua kondisi lingkungan. Serangga ini lebih senang
berada pada suhu yang hangat dibandingkan pada suhu yang dingin.
Aphids maidis dalam kelompok yang besar di daun dan batang mengisap
cairan daun dan batang akibatnya daun berwarna tidak normal demikian

468

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

pula bentuk daun yang tidak normal yang pada akhirnya tanaman
mengering.
PENYAKIT UTAMA
A. Aspergillus flavus
I. Prapanen
1. Infeksi Aspergilus flavus
Biji kacang tanah bila terinfeksi A. flavus, biji kacang berwarna hijau, tetapi
ada juga A. niger dengan gejala pada biji berwarna hitam. Bila A. flavus,
telah memproduksi aflatoksin maka biji akan terasa pahit bila dimakan, dan
kandungan aflatoksin yang tinggi dikenali dengan warna biji semakin
coklat dan rasa yang makin pahit.
Infeksi A. flavus, dan produksi aflatoksin pada kacang tanah merupakan
hasil interaksi antara factor genetic dan lingkungan. Polong dan biji yang
secara genetic tahan terhadap A. flavus, memperlihatkan laju
perkembangan, perkecambahan dan produksi aflatoksin lebih rendah
dibanding dengan varietas yang rentan pada kondisi lingkungan yang
sama.
* Infeksi dapat dikurangi dengan
menggunakan vareitas tahan
biji yang dipanen tepat waktu, jangan terlalu muda atau terlalu tua
polong yang dipanen segera dikeringkan
2. Periode kritis kacang tanah terhadap A. flavus
Fase pengisian biji merupakan fase pertumbuhan yang sangat sensitif
terhadap cekaman suhu dan kekeringan
- Suhu tanah optimum untuk perkembangan A. flavus berkisar 25,700
31,300C
- Suhu tanah 25,700 biji kacang tanah utuh dan sehat akan terbebas
dari infeksi A,flavus.
- Kontaminasi aflatoksin mulai terjadi pada suhu 26,300 kandungan
aflatoksin meningkat sejalan dengan peningkatan suhu
Sumber inokulum
- Bahan tanaman yang terinfeksi merupakan sumber inokulum A.
flavus
- Kesehatan tanaman yang tidak optimum akibat penyakit layu,
serangan hama seperti rayap, dan empoasca merupakan sumber
inokulum yang baik bagi A flavus
II. Pascapanen
1. Infeksi Aspergilus flavus

469

A.Tenrirawe dan A.H.Talanca : Bioekologi Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Kacang Tanah

Panen, pengeringan, kondisi penyimpanan, dan lama penyimpanan


berpengaruh langsung terhadap infeksi. A. flavus :
- infeksi A. flavus dan kontaminasi aflatoksin terjadi pada biji dari
tanaman yang mengalami cekaman kekeringan
- kacang tanah yang berkadar air
15-20%, suhu 25-30oC, dan
kelembaban nisbih 85% sangat kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan A. flavus dan produksi aflatoksin.
- Umur panen dapat mempengaruhi infeksi A flavus, panen terlambat
hingga 7-9 hari setelah umur masak meningkatkan infeksi terutama
setelah disimpan selama 9-12 minggu (Agustina, 2005).
STRATEGI PENGENDALIAN A. flavus DAN PENCEGAHAN KONTAMINASI
1. Penggunaan varietas tahan, yang mempunyai kulit ari yang sulit
terjadi penetrasi
A. flavus sehingga biji kacang tanah terbebas
dari jamur tersebut, misalnya penggunaan varietas Bison, Domba,
Tuban, Turangga, Jerapah ((Balitkabi 2003; Kasno 2003; Yusdar et al,
2004)
2. Manipulasi lingkungan tumbuh untuk mencegah interaksi tanaman
dengan A. flavus harus dimulai sejak tanaman dilapangan hingga
penanganan pascapanen, pengaturan waktu tanam dan pengairan
agar terhindar dari cekaman kekeringan dan suhu terbukti efektif
menekan laju infeksi A. Flavus, pengairan secara optimal pada stadia
reproduktif dapat menekan infeksi jamur dari 28% menjadi 3%
((Balitkabi 2003; Kasno 2003).
3. Pengendalian penyakit daun dapat mengurangi tingkat penularan
jamur A. Flavus dari 13% menjadi 7% (Balitkabi 2003; Kasno 2003)
4. Pengeringan polong bertujuan menurunkan kadar air polong dan biji,
dengan kadar air polong hingga kadar iar kurang dari 5%
5. Memperpendek waktu tempuh kacang
tanah dari petani ke
konsumen, waktu 40-110 hari.
B. Penyakit karat dan bercak daun
Penyakit karat dan bercak daun terutama menyerang pertanaman
pada musim kemarau, kerugian hasil akibat serangan penyakit tersebut
mencapai 50%, pada varietas rentan pengendalian penyakit dengan
fungisida Topsin M, Daconil, dan Baycor 4-6 kali semprot dapat mencegah
kehilangan hasil 55-100%, dengan pengendalian penyakit hasil mencapai
2,48-2,70 t/ha, tanpa pengendalian hasil mencapai 1,30-1,60 t/ha.
Serangan penyakit daun dapat meningkatkan serangan jamur A. flavus.
Dengan pengendalian penyakit daun, intensitas serangan A. flavus
berkurang dari 13% menjadi 7%.
C. Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)
470

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

Penyakit ini selalu dijumpai dilapangan, dapat dikendalikan dengan


penggunaan varietas tahan, guna mencegah kehilangan hasil yang lebih
besar disarankan: menggunakan fungisida. Penyemprotan Thiofanat metil
pada umur 7 dan 9 minggu dapat mencegah kehilangan hasil sebesar
30%.
Cara lain memperlambat perkembangan penyakit dengan
membersihkan gulma, tanam dengan jarak tanam agak renggang (40-50
cm antar baris).
Pengendalian penyakit layu bakteri, bercak daun dan karat dapat
dilakukan dengan:
- Menanam varietas tahan
- Menggunakan fungisida Benlate, Dithane M45, Delsene MX200
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A.R. 2005.
Pengelolaan lengas tanah
dan umur panen:
Pengendalian jamur Aspergillus flavus dan Aflatoksin pada kacang
tanah. Risalah Seminar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. P. 207-230
Kasno, A. 2003. Varietas Kacang Tanah Tahan Aspergillus flavus Sebagai
Komponen Essensial Dalam Pencegahan Kontaminasi Aflatoksin.
Orasi Pengukuhan APU. Puslitbangtan. 61p.
Saleh, N.dan Y. Baliadi. 1993. Penyakit virus pada kacqang tanah dan
upaya pengendaliannya. Dalam: Kasno, A.; A.Winarto; Sunardi
(Eds.). Kacang Tanah. Monografi Balittan Malang No 12. p.205-224
Supriyatin dan Marwoto. 1993. Hama-hama Penting Pada Kacang Tanah.
Dalam: Kasno, A.; A.Winarto; Sunardi (Eds.). Kacang Tanah.
Monografi Balittan Malang No 12. p.205-224
Yusdar, H, A. Kasno, N. Saleh. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian:
Kontribusi Terhadap Ketahanan Pangan dan Perkembangan
Tehnologinya. Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan. P.
95-132

471

Anda mungkin juga menyukai