Anda di halaman 1dari 34

Peranan Perawatan Paliatif dalam

Menjaga Kesehatan Oral pada


Pasien Kanker Stadium Terminal
Nadira Danata 1102011188
Kepemintan Paliatif
Kelompok 3

PRESENTASI KASUS
NY.F (59) beralamat di keramat jati. Agama Islam. Sudah menikah,
memiliki 4 orang anak.
Diagnosis: kanker serviks stad. 4b
Dirujuk dari RS. Pasar Rebo ke Puskesmas Kelurahan Dukuh pada
tanggal 4 November 2014.
Metastase ke leher
Sulit menelan
Tekanan darah pasien 100/60 mmHg. Pasien sadar dan masih
dapat berkomunikasi dengan baik.
Pem. laboratorium : Hb 9.5 g/dL, trombosit normal, gula darah 110
mg/dL, ureum 150 mg/dl, kreatinin dalam batas normal.
Tidak ada riwayat kanker pada keluarga
Tidak ada riwayat penyakit berat

Kondisi pasien saat ini (10 November 2014):


Pasien sadar dan masih dapat berkomunikasi dengan
baik.
Kurus
pasien mengeluhkan pusing, nyeri saat menelan;
terdapat jamur pada hampir seluruh bagian belakang
lidah, pasien tidak dapat duduk, dan mengeluhkan nyeri
tekan pada perut bagian kiri bawah. Pengeluaran urin 24
jam 500cc .inkontinensia urin dan feses. Terdapat fistula
fesiko-vagina. Keluar gumpalan darah bersamaan
dengan feses. Ulkus dekubitus di tulang ekor sudah
mengering.
Pasien hanya dapat menelan makanan dalam bentuk
cairan secara perlahan melalui spuit karena sakit apabila
menelan, tetapi reflek menelan masih bagus.

Perawatan paliatif
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien
dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa (KEPMENKES RI NOMOR:
812, 2007).

Aspek dalam Perawatan Paliatif

penatalaksanaan nyeri
penatalaksanaan keluhan fisik lain
asuhan keperawatan
dukungan psikologis
dukungan sosial
dukungan kultural dan spiritual
dukungan persiapan dan selama masa dukacita
(bereavement)

Kanker serviks
Groom dalam Fitria (2010) menyatakan bahwa
kanker serviks atau kanker leher rahim
merupakan salah satu kanker yang paling sering
menyerang perempuan dan menjadi ancaman
berbahaya bagi para perempuan di seluruh
dunia bahkan sekitar 500.000 perempuan di
seluruh dunia di diagnosa menderita kanker
leher rahim.

Masalah Kesehatan Oral pada Pasien


Kanker
Permasalahan oral umum ditemui pada pasien
kanker stadium terminal.
Gangguan fisik, psikososial, dan sosial pada
pasien penyakit terminal.
Bisa disebabkan oleh efek langsung maupun
tidak langsung dari penyakit yang mendasari,
efek dari pengobatan kanker, efek dari penyakit
lain yang menyertai dan tatalaksanya, ataupun
kombinasi dari semua hal tersebut.

Masalah Kesehatan Oral pada Pasien


Kanker
Kesuksesan dari tatalaksana bergantung pada
penilaian klinis yang adekuat. Pengobatannya
harus tepat sesuai indikasi.
Tim penyedia pelayanan medis yang profesional
harus bertanya dan melakukan pemeriksaan oral
pada pasien untuk menemukan gejala dan tanda
dari masalah oral.
Pemeriksaan oral diulangi dalam periode waktu
yang dekat.

A. Menjaga kesehatan oral


Oral dibersihkan sebaiknya dua kali sehari.
kebersihan gigi:
- sikat berkepala kecil dengan bulu yang terbuat dari
benang nilon.
- sikat yang lembut untuk pasien yang dimulutnya
terdapat luka.
- pasta gigi yang 1000 ppm flouride.
- Pada pasien yang kesulitan berkumur atau
menelan, dan beresiko terjadi aspirasi: jel
chlorhexidine gluconate.
- Air saja dapat digunakan pada pasien yang tidak
tahan terhadap pasta gigi.

A. Menjaga kesehatan oral


plak gigi chlorhexidine (max 2 kali sehari).
Dilakukan pembersihan plak terlebih dahulu
oleh dokter gigi sebelum diberikan
chlorhexidine secara rutin. Chlorhexidine
biasanya diberikan dalam bentuk obat kumur,
jel, dan spray

B. Kesehatan gigi palsu


Gigi palsu tempat kolonisasi mikroorganisme
Gigi palsu harus dilepas minimal sehari sekali,
khususnya pada malam hari.
Gigi palsu dikeluarkan terlebih dahulu dan
dibersihkan dalam mangkuk berisi air.
Gigi palsu dapat dibersihkan menggunakan sabun
atau air saja.
Penggunaan pasta gigi tidak dianjurkan karena
dapat mengakibatkan abrasi pada gigi.
Gigi palsu harus dibilas sebelum dipasang kembali
ke mulut pasien.

B. Kesehatan gigi palsu


Gigi palsu yang terbuat dari plastik harus
direndam semalaman dalam larutan sodium
hypochlorite sehingga gigi palsu dapat
terdisinfeksi dan mengurangi terjadinya
stomatitis.
Gigi palsu yang terdiri dari logam harus
direndam dalam chlorhexidine gluconate untuk
didisinfeksi.
Gigi palsu harus disimpan di kontainer yang
sudah diberi label nama pasien.

C. Permasalahan oral pada pasien


kanker

Mulut kering (xerostomia)


Rasa yang tidak nyaman dan sakit pada mulut
Perubahan pengecapan
Bau mulut (halitosis)

Xerostomia
Etilogi: penurunan sekresi saliva, perubahan
komposisi saliva, atau kombinasi dari faktor
tersebut.
Meyebabkan rasa tidak nyaman di mulut,
gangguan pengecapan, kesulitan mengunyah,
kesulitan menelan, kesulitan berbicara,
mempermudah terjaidnya karies, oral
kandidiasis
Terapi: subtitusi saliva atau stimulan saliva
Hidari konsumsi bahan yang bersifat asam

Tatalaksana xerostomia

Sumber: ABC of Palliative Care 2nd edition

Rasa yang tidak nyaman dan sakit pada


mulut
Mulit kering, penyakit intraoral, radioterapi
lokal, dan kemoterapi sistemik dapat
menyebabkan rasa yang tidak nyaman pada
mulut pasien paliatif.
Tx: analgetik topikal/ sistemik.

Perubahan pengecapan
Mulit kering, penyakit intraoral, bedah lokal,
radioterapi lokal, defisiensi besi, dan kemoterapi
sistemik dapat menyebabkan perubahan
pengecapan.

Tatalaksana perubahan pengecapan

Sumber: ABC of Palliative Care 2nd edition

Bau mulut (halitosis)


Manajemen bau mulut fisiologis
A. Tindakan mekanis untuk
mengurangi jumlah bakteri
Membersihkan gigi
Membersihkan lidah (sikat gigi,
pengerik lidah)
Perawatan akar gigi
B. Bahan kimia untuk mengurangi
jumlah bakteri
Chlorhexidine
Agen antimicroba, seperti: baking
soda, cetylperidinium, minyak
esensial, hidrogen peroksida, dan
triklosan
Masking agents: permen mint, obat
kumur, dan spray
Produk natural: teh hitam atau
herbal

c. Bahan kimia untuk menghilangkan


bau
Garam besi
Baking soda, dioksida klorin
d. Modifikasi makanan
e. Berhenti merokok
Manajemen bau mulut patologis;
didasarkan pada penyakit yang
mendasarinya.

D. Infeksi oral
Jamur kandidiasis
Bakteri karies gigi dan penyakit akar gigi
membutuhkan penanganan dokter gigi dan
menjaga kebersihan oral
Virus HSV
- infeksi sekunder (reaktivasi)
- imunosupresi ulserasi/ inflamasi oral
sulit makan dan minum
- antiviral + analgetik

Kandidiasis
Faktor predisposisi: higienitas oral yang buruk,
xerostomia, superesi sistem imun, penggunaan
kortikosteroid atau antibiotik spektrum luas, status
nutrisi yang buruk, diabetes, dan pemakaian gigi
palsu.
Penyebab tersering: Candida albicans
Mengobati penyakit dasar dan pemberian obat anti
jamur topikal/ sistemik
Kandidiasis oral kandidiasis esofagus atau lebih
luas lagi menyebabkan kandidiasis sistemik.

Kandidiasis pseudomembran

Sumber: ABC of Palliative Care 2nd edition

Kandidiasis eritematosa

Sumber: ABC of Palliative Care 2nd edition

Cheilitis angular

Sumber: ABC of Palliative Care 2nd edition

Denture stomatitis

Sumber: ABC Palliative Care 2nd edition

Obat antijamur
Topikal

Sistemik

nistatin, amphotericin B, dan


mikonazol.
efektif, tetapi hasilnya
bergantung pada cara
pemberian yang tepat.
ES nistatin: gang.
Gastrointestinal; mual,
muntah, dan diare.

Ketika pengobatan topikal


tidak memberikan manfaat
fluconazole, itraconazole, dan
ketoconazole
Masalah yaang terjadi
biasanya berhubungan dengan
kontraindikasi, interaksi obat,
dan timbulnya resistensi
terhadap obat antijamur.
Mahal. ES: ginjal dan hati

Obat antijamur
Nistatin suspensi kadar gula tinggi hatihati pada pasien xerostomia
Nistatin + jus buah yang dibekukan krioterapi
dan antimikotik efek
Vaginal nistatin dan chlotrimazol dapat diisap
peroral sulit bagi pasien xerostomi. Kadar
gula rendah rasa seperti kapur
Cheilitis angular campuran krim
triamcinolone 0.5% dan ketoconazole 2%.

Obat antijamur
Clotrimazole hisap: mengandung sukrosa
karies. Lebih efektif dibandingkan bentuk
suspensi karena waktu kontak yang lebih lama.
Krim vagina clotrimazole dapat dioleskan tipistipis pada daerah sekitar gigi palsu.

Interaksi obat antijamur


ketokonazol + antasid asam lambing
absorbsi
Ketokonazol waktu paruh benzodiazepine.
Fluconazole, ketoconazole, dan itraconazole
berinteraksi dengan antikoagulan (coumadin).
Itraconazole kadar midazolam dan tiazolam
dalam plasma. Mengurangi efektivitas dari oral
kontasepsi.
Amphotericin B hanya boleh digunakan ketika
semua obat anti jamur tidak efektif dan harus
dikonsultasikan dengan spesialis penyakit menular
terlebih dahulu.

Efektifitas pengobatan topikal (nistatin) dan


sistemik (fluconazole) tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam memberikan efek
antijamur. Fluconazole diberikan dalam dosis
yang kecil dan memberikan efek yang sama
dengan nistatin.
Fluconazole lebih efektif dibandingkan
clotrimazole dalam mengeliminasi C.albicans.
Resisten fluconazole itraconazole

DAFTAR PUSTAKA
Basimira Berna. (2003). Palliative Care for Women with Cervical
Cancer: A Field Manual. PATH and EngenderHealth.
Fitria, Cemi. (2010). Palliative Care Pada Penderita Penyakit
Terminal. Vol. 7 No. 1.p 527-535.
KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang
Kebijakan Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Marie Fallon, Geoffrey Hanks. (2006). ABC of Palliative Care.
Ed.2. Blackwell publishing. p: 56-57.
WHO. Palliative care is an essential part of cancer control.
Available at http://www.who.int/cancer/palliative/en/ (diunduh
2014, November 13)
Wiseman, Michael. (2006). The Treatment of Oral Problems in the
Palliative Patient. J Can Dent Assoc: Vol. 72. No. 5.
Gambar 1 dan 2 ABC Palliative p: 18
Gambar 3 dan 4 ABC Palliative p: 19

Anda mungkin juga menyukai