Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Sediaan Farmasi

dan Terapi Umum

Hari/ tanggal: Selasa, 4 Mei 2010


Pukul: 12.00-14.00 WIB

SEDIAAN KOSMETIK: SAMPO

Oleh:
Kelompok 9 Siang
Ikrar Trisnaning H.U

B04063461

(..)

Candrani Khoirinaya

B04063491

(..)

LABORATORIUM FARMASI
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTIUT PERTANIAN BOGOR
2010

Pendahuluan
Sampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk keramas
(membersihkan) rambut. Sampo didefinisikan merupakan sediaan kosmetika yang
digunakan untuk membersihkan rambut serta kulit kepala, sehingga menghasilkan
rambut yang bersih, mudah diatur dan sehat. Pada mulanya sampo dibuat dari
sabun tetapi akhir-akhir ini sampo lebih banyak menggunakan detergen sintetik
sebagai bahan untuk membersihkan rambut.
Seperti halnya manusia, masalah rambut hewan pun rumit dan banyak
pnyebabnya. Oleh Karen itu, dalam dunia kedokteran hewan dikenal formula
sampo. Bahan-bahan yang ada di dalam sampo disesuaikan dengan tujuannya.
Namun selain bahan tertetnu ada pula bahan dasar sampo yang memang harus
ada. Cara pemakaian sampo juga harus diketahui dan dipelajari, agar dalam
penggunaannya dapat bermanfaat dengan optimal.
Oleh karena itu proses pembuatan dan pengenalan sediaan kosmetik
farmasi dibutuhkan oleh dokter hewan.

Tinjauan Pustaka
Sampo
Sampo merupakan sediaan surfaktan dalam bentuk padat, krim, larutan
atau bentuk lain yang jika dipakai pada rambut dapat menghilangkan kotorankotoran tanpa menimbulkan efek yang jelek bagi si pemakai
Syarat syarat yang harus dipenuhi oleh suatu sampo adalah :
a. Dapat membersihkan rambut dan kulit kepala dari kotoran kotoran.
b. Mudah dihilangkan dari rambut dan kulit kepala setelah dibilas dengan air.
c. Tidak menimbulkan iritasi.
d. Tidak menghilangkan terlalu banyak lemak yang berasal dari kulit kepala.
e. Dapat menghasilkan busa yang banyak.
f. Rambut yang telah dicuci dengan diharapkan menjadi halus, mengkilat, harum
dan mudah
Sampo memiliki formula utama. Sebagai bahan utama yang sering
digunakan adalah sabun atau detergen, minyak-minyak lemak tersulfonasi atau
detergen sintetis. Bahan utama adalah merupakan basis dari sampo yang biasanya

dapat membentuk busa dan bersifat membersihkan. Kebersihan dari hasil


pencucian rambut sangat tergantung pada jenis detergen yang digunakan, suhu,
cara pencucian, cara pembilasan dan jenis air yang digunakan.
Sabun merupakan suatu hasil penyabunan dari minyak alam, baik hewan
atau tumbuhan dengan suatu basa. Karena kelemahan dari penggunaan sabun,
maka detergen sintetik banyak digunakan.
Dalam formulanya sampo tidak hanya terdiri dari detergen saja tetapi ada
zat zat tambahan yang masing masing mempunyai fungsi dalam pemeliharaan
rambut dan dalam memberi bentuk sampo yang baik dan sesuai.
Bahan bahan yang sering ditambahkan diantaranya :
a. Zat yang memberi kekeruhan (Opacifying agent)
Zat ini sering ditambahkan pada sampo krim cair dan krim, baik yang memakai
sabun atau detergen sintetik. Zat yang biasa digunakan adalah setil alkohol,
glikol monostearat.
b. Zat penjernih (Clarifying agent)
Zat tambahan ini sering digunakan adalah etil alkohol, isopropil alkohol, garam
dari asam tetraetilendiamin, terpineol, propilenglikol.
c. Zat pelemak (Finishing agent)
Pada waktu pencucian rambut dengan sampo, kemungkinan semua lemak yang
berasal dari kulit kepala akan ikut hilang, sehingga perlu ditambahkan zat yang
dapat mencegah hal tersebut diatas. Zat yang biasa digunakan adalah lanolin,
isopropil miristat, butil palmitat.
d. Zat pengkondisi (Conditioning agent)
Zat ini ditambahkan untuk mendapatkan rambut yang halus dan mudah disisir
setelah dicuci. Zat yang biasa digunakan adalah gliserol, propilenglikol,
sorbitol.
e. Zat pengental (Thickening agent)
f. Zat pembusa (Foam Builders)
g. Zat pengawet (Preservatives)
h. Zat anti ketombe (Anti dandruff)
Zat ini ditambahkan pada basis sampo untuk mencegah angsalisilat, selenium
sulfida, heksaklorofen.

SLS
SLS dan SLES Sodium Lauryl Sulfate atau Sodium Lauryl Eter Sulphate,
merupakan surfakatan dan foaming agent (membuat sabun berbusa) yang biasa
dipakai di sampo, sabun dan lain sebagainya. Sodium lauril sulfat (SLS)
merupakan surfaktan anionik yang dapat digunakan untuk menaikkan pelarutan.
Banyaknya zat pembusa bukan merupakan ukuran dari daya cuci suatu
sampo, tetapi secara psikologis sampo dengan busa yang banyak disenangi
konsumen.
SLS berfungsi sebagai surfaktan. Unsur kunci dari deterjen adalah bahan
surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang beraksi dalam menjadikan air
menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik.
Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara),
padatan-padatan (debu), dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak).
Hal ini terjadi karena struktur Amphiphilic , yang berarti bagian yang satu dari
molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala)
dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai
ekor) yang tidak suka air.

Cocomide-DEA
Coconut Fatty Acid Diethanolamide merupakan zat yang berfungsi
sebagai alkalizing agent dan emulsifiying agent. Cocomide-DEA memiliki
tampilan fisik berbentuk cairan kuning. Nilai pH cocomide-DEA dalam 10%
larutan etanol adalah 9-11. Beberapa bahan DEA yang mungkin dan sering
digunakan dalam kosmetik adalah:

-Cetyl Phosphate DEA-setil Fosfat


-3 Phosphate DEA Oleth-3 Fosfat

Linoleamide MEA Linoleamide MEA

-Lauryl Sulfate TEA-Lauryl Sulfate


Trietanolamina

CAB-30
CAB-30 dalam sediaan sampo berfungsi sebagai penstabil busa. Stabilitas
busa akan sangat ditentukan oleh elastisitas lapisan film cairan antar busa (lamela)
yang diantaranya dapat diperoleh dengan cara teradsorpsinya surfaktan pada
lapisan cairan tersebut. Meskipun demikian ada beberapa senyawa yang jika
dilarutkan akan membantu menstabilkan busa atau mendestabilkan busa larutan
surfaktan. Beberapa senyawa aditif ditambahkan kedalam produk detergen,
sampo, deinking agent, untuk mengontrol busa. Senyawa yang ditambahkan untuk
menstabilkan busa disebut sebagai foam boosters.
Stabilitas busa akan naik sejalan dengan kenaikan viskositas larutan
surfaktan. Polimer yang larut air seperti gelatin, gum arab dan metil selulosa
adalah bahan pengental yang baik. Dengan naiknya viskositas, laju alir cairan
keluar dari lamella akan menurun sehingga busa akan berumur lebih lama.
Senyawa yang bertindak menaikan viskositas permukaan larutan surfaktan
juga bisa digunakan sebagai penstabil busa. Misalnya adalah kombinasi antara
larutan natrium laurilsulfat dengan lauril alkohol. Stabilitas busa larutan natrium
taurilsulfat yang rendah akibat rendahnya viskositas permukaan larutan tersebut
akan meningkat dengan penambahan sedikit lauril alkohol. Senyawa yang
mempunyai rantai panjang hidrokarbon tak larut air juga dapat bertindak sebagai
penstabil busa karena rantai tersebut akan mengarah ke molekul surfaktan yang
teradsorpsi di permukaan, sehingga dihasilkan suatu struktur viscous baru yang
tinggi di permukaan.
Campuran dua atau lebih surfaktan kadangkala juga dapat meningkatkan
stabilitas busa meskipun tidak berpengaruh besar pada peningkatan viskositas
permukaan. Stabilitas busanya diperoleh melalui interaksi surfaktan dalam bulk
larutan dart pada permukaan busa. Misalnya kombinasi antara lauril eter sulfat
alkil karbobetaine, atau lauril sulfat N,N, dimetillaurilamin oksida. Gaya tolak
antara gugus hidrofilik dari surfaktan anionik berpengaruh pada menurunnya gaya

kohesi antara molekul surfaktan sehingga kekuatan lapisan film cairan pada
permukaan busa meningkat.

Nipagin
Nipagin berfungsi sebagai pengawet. Zat ini digunakan untuk mencegah
sampo menjadi rusak karena pengaruh mikroba. Pengawet dalam kosmetik juga
merupakan bahan- bahan untuk menstabilkan campuran sehingga kosmetik dapat
lebih stabil baik dalam warna, bau, dan bentuk fisik.
Mekanisme kerja senyawa nipagin adalah dengan menghilangkan
permebilitas membran sehingga isi sitoplasma keluar dan menghambat sistem
transport elekrolit yang lebih efektif terhadap kapang dan khamir dibandingkan
terhadap bakteri, serta lebih efektif menghambat bakteri Gram posistif
dibandingkan dengan bakteri Gram negatif (7,8,15). Paraben terabsorbsi dalam
saluran cerna di mana rantai esternya dihidrolisis dalam hati dan ginjal
menghasilkan asam p-hidroksibenzoat yang diekskresi melalui urine sebagai asam
p-hidroksihipurat, ester asam glukoronat atau sulfat. Pada beberapa orang
menyebabkan efek alergi, terutama pada kulit dan mulut. Metilparaben (metil phidroksibenzoat, metil-4-hidroksibenzoat) disebut juga sebagai nipagin dapat
dikonsumsi sampai 10 mg/kg bobot badan untuk setiap harinya, dengan LD50
secara oral dalam propilen glikol untuk tikus lebih dari 8000 mg/kg bobot badan.
Batas maksimum penggunaan pada selai dan jeli dengan pemanis buatan sampai 1
g/kg (0,1 %) baik digunakan secara tunggal maupun berupa campuran dengan
asam benzoat atau garamnya, atau dengan asam sorbat dan kalium sorbat
(1,2,3,6).
Peranan di Bidang farmasi antara lain:
1) Preservatif (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
2) Sebagai zat pengawet yang dirasa baik agar sediaan tidak menjadi tempat
pertumbuhan bakteri.

Pewarna FDC
Pewarna FD&C merupakan pewarna yang telah disertifikasi dan
diperbolehkan penggunaannya oleh badan Amerika Serikat pada industri - industri

Makanan, Farmasi, Kosmetik & Perawatan Tubuh. . Pewarna yang digunakan


dalam kosmetik umumnya terdiri atas 2 jenis yaitu :
a. Pewarna yang dapat larut dalam air, alkohol atau minyak
b. Pewarna yang tidak larut
Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk kosmetik. Ada beberapa bagian
tubuh

sensitif

terhadap

zat

warna

tertentu,

seperti

kulit

di

sekitar

mata, sekitar mulut, bibir dan kuku.

Parfum
Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3%-1,0%, tetapi umumnya
berkadar 0,5%. Penambahan parfum berfungsi untuk memberikan aroma wangi
pada sampo sesuai dengan selera untuk menarik konsumen.
Acid citric
Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus
asam sitrat, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan
pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat
pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan
Garam sitrat dengan berbagai jenis logam digunakan untuk menyediakan
logam tersebut (sebagai bentuk biologis) dalam banyak suplemen makanan. Sifat
sitrat sebagai larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan
pembersih dalam rumah tangga dan obat-obatan.
Kemampuan asam sitrat untuk meng-kelat logam menjadikannya berguna
sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air sadah, asam
sitrat memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan
baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. Demikian pula, asam sitrat
digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat
penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi
pada bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat.

NaCl
Viskositas dari sampo merupakan hal yang perlu diperhatikan, terutama
pada sampo cair dan krim cair. Penambahan zat ini perlu diperhatikan jumlahnya,

sehingga tidak menyebabkan rambut menjadi kaku. Zat yang biasa digunakan
adalah tragakan, metilselulosa, NaCl, KCl.
NaCl mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih,
larut dalam gliserin, namun sukar larut dalam etanol. Secara faramkologis
berfungs sebagai tonisitas agent.

Water DI
Water DI merupakan air yang ditambahkan ke dalam sediaan kosmetik
sampo. Fungsi air dalam kosmetik adalah untuk melarutkan beberap zat yang ada
dan mencairkan sediaan.

Alat dan Bahan


Alatalat yang digunakan selama praktikum adalah timbangan Ohaus, batu
kecil sebagai penera, gelas arloji, sudip, kertas perkamen, sendok gelas, pipet,
gelas ukur, gelas kimia, sendok tanduk, mortar, stamper, etiket, dan botol sampo.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum sediaan sampo kali ini
adalah SLS sebanyak 10 g, Cocomide-DEA 5 g, CAB-30 4 g, Nipagin 0,06 g,
Pewarna FDC dan parfum secukupnya, Acid citric sebanyak 1 g, NaCl 1 g, dan
air 79,64 g.

Metode
Metode dalam praktikum kali ini adalah pertama kita menera timbangan
dengan anak tera dan dialasi dengan kertas perkamen. Lalu kita timbang keenam
bahan yang ada. Selanjutnya, mortar kering dan bersih disiapkan, lalu SLS
dimasukkan ke dalam mortar kemudian ditambahkan air (1/2 bagian) dan aduk
hingga larut. Cocomide-DEA dimasukkan ke dalam bagian pertama dan
ditambahkan CAB-30. Selanjutnya, nipagin dilarutkan ke dalam air hangat
kemudian ditambahkan ke dalam bagian pertama. Ditambahkan pewarna dan
parfum serta dilakukan pencampuran dengan menggunakan stamper di dalam
mortar.

Setelah larut homogen, pH diatur dengan penambahan acid citric sebanyak


1 g. Kemudian ditambahkan NaCl sebanyak 2 ml yang sebelumnya dilarutkan
dalam air sebanyak 2 ml. Terakhir, sisa air ditambahkan ke dalam campuran.

Hasil
Dari hasil pencampuran ketiga bahan dengan memenuhi cara pencampuran
yang ada, didapatkan hasil berupa sampo dengan aturan pakai diberikan pada saat
memandikan anjing.

Pembahasan
Terapi topikal (bekerja secara lokal) sangat penting dalam manajemen
kondisi dermatologis. Beberapa formulasi tersedia untuk resep dokter hewan,
yaitu sampo, lotion, semprotan, salep, krim dan gel. Pilihan bervariasi sesuai
dengan kasus dan harus mempertimbangkan sifat dan tingkat dari lesi,
temperamen binatang dan kesediaan pemiliknya untuk mencurahkan waktu yang
diperlukan (Carlotti & Gatto 2004).
Saat ini sediaan sampo banyak digunakan oleh dokter hewan praktisi.
Sampo didefinisikan merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
membersihkan rambut serta kulit kepala, sehingga menghasilkan rambut yang
bersih, mudah diatur dan sehat. Formulasi sampo tradisional terdiri dari surfaktan

(pembersihan agen, agen pembusa dan kondisioner) serta pengental, pelembut,


agen eksekusi, pengawet, parfum dan kadang-kadang bahan opasitas dan pewarna.
Adapun komponen sediaan sampo yang dibuat oleh praktikan terdiri atas
SLS, Cocomide-DEA, CAB-30, Nipagin, Pewarna FDC, Parfum, Acid citric,
NaCl, dan Air. SLS dan Cocomide-DEA berfungsi sebagai surfaktan yang
berperan menurunkan tegangan antarmuka minyak./air dan membentuk film
mononuklear (Anief 2008). Kekurangan pemakaian surfaktan ialah tidak
membentuk busa oleh air sadah, namun hal ini dapat diatasi dengan penambahan
chelating agent, yaitu Acid citric. Selain itu Acid citric memiliki sifat sebagai
larutan penyangga (buffer) digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan
pembersih dalam rumah tangga dan obat-obatan.

CAB-30 berfungsi sebagai

penstabil busa. NaCl bersifat isotonus yang mempengaruhi viskositas sampo.


Bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sampo seperti Pewarna FDC dan
Parfum bertujuan untuk memperbaiki tampilan sampo. Umumnya parfum berasal
dari campuran minyak atsiri atau sintetik, sedangkan pewarna (dye) yang
digunakan harus terdaftar pada Federal Food, Drug, and Cosmetics Act (FDC).
Nipagin berfungsi sebagai bahan pengawet yang berguna melindungi sampo dari
mikroba yang dapat menyebabkan rusaknya sampo. Air berfungsi sebagai pelarut
dan pencair sediaan.
Sampo hewan, sama seperti sampo manusia, harus memastikan
pembersihan rambut dan kulit, melembutkan, melenturkan, berkilau dan mudah
diatur. Namun demikian, sampo hewan harus memiliki sifat pembersih yang lebih
baik daripada sampo manusia. Oleh karena itu, sampo hewan dibuat dengan
konsentrasi agen pembersih yang lebih tinggi dan harus dikombinasikan dengan
surfaktan yang tepat untuk menggabungkan sifat pembersihan yang baik dan
toleransi lokal yang sempurna pada kulit anjing dan kucing (Carlotti & Gatto
2004).
Surfaktan disebut juga molekul ampifilik, yaitu molekul dengan afinitas
ganda, baik untuk air dan minyak. Surfaktan terdiri dari bagian hidrofilik
("kepala") dan bagian lipofilik ("ekor ") (Gambar 1). Disebut surfaktan (bahan
aktif permukaan) karena kecenderungan penyerapan pada berbagai permukaan
(minyak/air, udara/air), memodifikasi sifat-sifat permukaan (penurunan tegangan

permukaan dan stabilisasi permukaan). Di dalam air, surfaktan membentuk


struktur misel (Gambar 2). Struktur ini sesuai dengan pengaturan spontan molekul
molekul ampifilik: tujuannya adalah untuk meminimalkan kontak bagian lipofilik
surfaktan dengan lingkungan air. Proses pembentukan misel banyak menjelaskan
sifat surfaktan dan terutama kemampuan mereka untuk membuat emulsi,
mendispersi dan melarutkan minyak, kotoran dan debris. Proses emulsifikasi
dilakukan oleh surfaktan yang diringkas dalam Gambar 3. Bagian lipofilik
molekul surfaktan mengelilingi senyawa minyak (termasuk debris) untuk
membentuk sebuah misel. Proses emulsifikasi mengarah pada pemisahan minyak,
kotoran dan debris dari permukaan kulit, memfasilitasi penghilangan bahan-bahan
tersebut dengan air (Carlotti & Gatto 2004).

Gambar 1. Bagan Molekul Surfaktan (Carlotti & Gatto 2004).

Gambar 2. Bagan Struktur Misel (Carlotti & Gatto 2004).

Gambar 3. Bagan Proses Emulsifikasi (Carlotti & Gatto 2004).

Demikian pula, kecuali untuk beberapa sampo yang sangat spesifik, sampo
hewan memiliki pH fisiologis disesuaikan dengan pH kulit anjing dan
kucing. Fitur lain yang penting dari sampo hewan peliharaan adalah kemudahan
dibilas. Hal ini karena surfaktan dapat menyebabkan iritasi kulit, meskipun tidak
benar-benar terbilas dan juga, karena anjing dan kucing sering menjilat bulu
mereka sehingga memakan residu sampo.
Tindakan pencegahan ini telah dilakukan dengan tujuan untuk menilai
toleransi lokal. Hal ini dilakukan terlebih dahulu dengan menggunakan model
eksperimental dengan metodein vitro alternatif jika bahan formula bersifat iritan,
dan, kemudian menggunakan standar pengujian in vivo yang memaksimalkan
potensi efek samping formula.
Kulit anjing dan kucing sering lebih sensitif daripada kulit manusia karena
perbedaan secara anatomi dan fisiologi, termasuk perbedaan ketebalan stratum
korneum, pH kulit dan kerapatan folikel rambut yang dapat memfasilitasi
penetrasi bahan aktif ke kulit. Singkatnya, sampo hewan, berbeda dengan sampo
manusia,

secara

khusus

dirancang

untuk

anjing

dan

kucing,

dengan

mempertimbangkan perbedaan anatomi dan fisiologi dan penyakit spesifik


mereka. Karena itu diformulasikan dengan karakteristik yang sangat spesifik dan
bahan-bahan, disesuaikan pH dan agen pembersih. Toleransi lokal dan efikasi
adalah parameter mendasar yang dinilai oleh perusahaan hewan, selama
pengembangan produk, pada spesies target dan indikasi khusus.

Penggunaan Sampo Hewan


Kulit dicuci dengan pembersih topikal sebelum memberikan terapi topikal.
Idealnya, selain memiliki sifat pembersihan, sampo juga bersifat terapeutik dan
harus diterapkan sebanyak dua kali. Pengaruh mekanik (penghapusan sisik dan
remah) dari mandi ini bermanfaat dalam semua kasus. Rehidrasi air pada stratum
korneum meskipun efek ini hanya sementara karena ketiadaan pelembab. Sampo
dapat digunakan dalam area terbatas (misalnya dagu, kaki, dorso lumbar, daerah
perut), seperti pada manusia untuk kulit berambut, atau lebih umum di seluruh
permukaan tubuh anjing atau kucing untuk mengobati kondisi umum. Pada
aplikasi kedua, sampo harus dibiarkan selama beberapa menit, untuk

memungkinkan bahan aktif diserap dengan baik dan mencapai tingkat yang
memadai di lapisan selular dalam. Jangka waktu ini bervariasi antara 5-15 menit
sesuai dengan pilihan produk, konsentrasi, jenis basis, dan kondisi kulit. Kulit
kemudian harus dibilas secara menyeluruh, setidaknya selama 5 menit, untuk
mencegah iritasi dan untuk memungkinkan kulit menjadi cukup terhidrasi. Sampo
ini dapat diterapkan beberapa kali seminggu selama 2 minggu. Frekuensi tersebut
kemudian dikurangi dengan memberikan interval terpanjang dimana pengobatan
masih efektif, biasanya sekitar 1 sampai 2 minggu (Carlotti & Gatto 2004).
Sediaan sampo yang dibuat oleh praktikan seharusnya sampo hewan
dengan khasiat keseluruhan untuk mengusir caplak. Bahan yang dapat berfungsi
sebagai anticaplak adalah ekstrak herbal. Namun, pada praktikum kali ini ekstrak
herbal tidak ditambahkan ke dalam sediaan yang dibuat, sehingga sampo hewan
ini tidak memiliki khasiat anticaplak dan hanya sebagai pembersih biasa.
Caplak merupakan ektoparasit yang hidup di kulit hewan termasuk anjing
dan kucing. Sampo antiparasit umumnya mengandung organoklorin, insektisida
pyrethroid, pyrethrin alami atau sintetis, dianggap kurang manjur dibandingkan
dengan sediaan bilasan antiparasit dan dips dan formulasi lain (semprotan, pompasemprotan, bubuk, spot-on, line-ons, agen sistemik ), terutama karena mereka
mudah dibilas dan short acting. Namun,sampo tersebut dapat digunakan untuk
penyakit-penyakit seperti penyakit kudis, cheyletiellosis, mange akibat invasi
Otodectes cynotis, invasi kutu, trombiculosis dan pediculosis. Sampo insektisida
sintetik sering mengandung insektisida pyrethroids yang dipilih untuk efek knockdown yang cepat. Sampo ini baik digunakan sebagai pengobatan untuk
menyingkirkan kutu pada hewan. Sampo memiliki aplikasi yang terbatas dalam
pengelolaan jangka panjang invasi kutu (pulicosis) dan kutu penyebab dermatitis
alergi. Namun, sampo yang mengandung deltametrin (0,07%) telah terbukti barubaru ini untuk mempertahankan a > 90% efek antifeeding berlaku untuk satu jam
berikut tantangan selama satu minggu (Carlotti & Gatto 2004).
Koloid oatmeal, agen antipruritis ditambahkan ke bioallethrin, piretroid, di
dalam sampo untuk menurunkan peradangan akibat serangan kutu. Sampo
Benzoil peroksida direkomendasikan dalam pengobatan demodicosis karena efek
pembilasan dan pengolesan folikel. Banyak penyakit parasit (contohnya scabies,

cheyletiellosis) dan dermatitis alergi akibat kutu yang dapat menyebabkan


gangguan keratoseborrhoeik (Carlotti & Gatto 2004).

Kesimpulan
Sampo didefinisikan merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
membersihkan rambut serta kulit kepala, sehingga menghasilkan rambut yang
bersih, mudah diatur dan sehat. Bahan utama pada sampo adalah surfaktan
(contohnya, SLS dan Cocomide DEA). Selain itu ditambahkan beberapa bahan ke
dalam sampo untuk menghasilkan sampo yang aman memiliki viskositas yang
baik, busa yang stabil, dan dapat mengoptimalkan kerja detergen, seperti penstabil
busa (contohnya CAB-30), pengawet (contohnya Nipagin), chelating agent dan
buffer (contohnya Acid citric), parfum dan pewarna FDC.

Daftar Pustaka
Anief M. 2008. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anonim.
2006.
Amankah
Kosmetik
yang
Anda
Pakai.
http://caemoonea.blog.friendster.com/2006/10/amankah-kosmetik-yanganda-pakai/ (8 mei 2010).
Anonim.
2009.
Tugas
Praktikum
Kimia
Farmasi
Analisis.
http://tyanursalma.blogspot.com/2009/10/tugas-praktikum-kimia-farmasianalisis.html (8 Mei 2010).
Anonim. 2010. Surfaktan sebagai foaming dan anti-foaing
http://www.rileksbook.com/anend/blog/297/(8 Mei 2010).

agent.

Anonim. 2010. Toxic sampo. www.astrostar.com/Toxic-Sampos.htm (8 Mei


2010).
Arifin

P.
2008.
Surfaktan,
sebagai
Sabun
dan
Detergent.
http://smk3ae.wordpress.com/2008/05/28/surfaktant-as-sabun-dandetergent/ (8 Mei 2010).

Carlotti DN, Gatto H. 2004. The Art of Shampoos in Canine and Feline
Dermatology:
Treatment
and
Prevention
Strategies.
http://us.virbacderm.com (diakses tanggal 10 Mei 2010).
Nurra A. 2008. Pengaruh Penambahan Sodium Lauril Sulfat Terhadap Sifat Fisik
dan Disolusi Tablet Nifedipin. Skripsi.Universitas Muhamaddiyah
Malang.

Anda mungkin juga menyukai