Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

TB PARU

Oleh:
Fahmi Adhi Prasetya
0320101010017
Pembimbing
dr. Santoso Gunawan

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2009

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi :
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) adalah suatu penyakit infeksi kronik pada organ
paru karena kuman Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi paru melalui jalur inhalasi
napas (pada umumnya). Penyakit ini sering terkait dengan faktor lingkungan tempat tinggal yang
tidak sehat, kumuh, miskin, serta terdapat sumber penular aktif.
Epidemiologi :

Negara dengan status tiga besar angka prevalensi TB Paru di dunia :


1. China

: 1.828.000

2. India

: 1.414.000

3. Indonesia

: 591.000

TB Paru menempati ranking 3 penyebab utama kematian di Indonesia.


Cara Penularan :
1. Melalui inhalasi droplet nuclei yang mengandung basil M. Tuberculosis.
2. Melalui konsumsi produk susu yang kurang dimasak steril / terkontaminasi oleh M.
Bovis.
3. Inokulasi langsung melalui jaringan kulit dan jaringan ikat lainnya.
Klasifikasi :

Berdasarkan Patologi Penyakit :


1. Tuberculosis Primer
2. Tuberculosis Sekunder

Berdasarkan Aktivitas Radiologis :


1. KP (Koch Pulmonum) Aktif
2. KP (Koch Pulmonum) Non Aktif
3. KP (Koch Pulmonum) Quiescent

Berdasarkan Gambaran Radiologis :


1. Tuberkulosis minimal
Yaitu : - Terdapat infiltrat non kavitas pada satu/dua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi
satu lobus paru.
2. Tuberculosis Advanced Moderate
Yaitu : - Terdapat kavitas, diameter < 4 cm
-

Infiltrat dengan bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru

Infiltrat dengan bayangan kasar tidak lebih dari se[pertiga dari satu bagian paru

3. Tuberculosis Far Advanced


Yaitu : - Terdapat infiltrat dan kavitas melebihi dari keadaan moderate
Patogenesis :
A. TB Paru Primer :
M. tuberculosis pada penderita TB paru aktif

vie droplet nuklei

m, basil bisa masuk alveoli orang terinfeksi

bila ukuran partikel < 5

sistem pertahanan yang menghadang :

- netrofil (bekerja pertama kali)


- makrofag
- pergerakan sillia dan sekret di sepanjang saluran napas
Didalam sitoplasma sel makrofag, basil berkembang biak
membentuk Fokus Primer = Fokus Ghon

bersarang di jaringan paru,

bila menjalar ke pleura = Efusi Pleura

terjadi

radang & pembesaran limfnode setempat (regional)


Pembesaran Lnn hillus 3-8 minggu

Sarang Primer + Pembesaran Lnn

Regional = Kompleks Primer ( Kompleks Ranke ).

Berbagai kemungkinan berikutnya :


-

Sembuh sama sekali, tanpa cacat.

Sembuh dengan menunggalkan sisa jaringan parut (jaringan fibrotik) & kalsifikasi
hillus.

Dapat berkomplikasi menjadi :

a. Per continuitatum
b. Secara bronkogen
c. Tertelan bersama sputum & ludah ke GIT
d. Limfogen
e. Hematogen
B. TB Paru Sekunder ( TB Paru Pasca Primer ) :
Kuman dormant dari TB Primer

Reinfeksi dengan kemungkinan 90 % membentuk sarang dini

di apikal-posterior lobus paru superior & inferior

invasi ke daerah paru sekitar & nodus hiller

(3-10 hari) Tuberkel / Granuloma, terdiri atas : Sel Histiosit, Sel Datia Langhans (dipengaruhi
faktor : kuman, virulensi, imunitas pasien.
Manifestasi Klinis
a. Demam
Subfebril menyerupai demam influenza, kadang mencapai 40-41C. Serangan demam
pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Dipengaruhi daya
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Batuk / batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan lanjut menjadi batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas dan ulkus dinding bronkus.
c. Sesak Napas
Ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
e. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(BB turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.
Diagnosis
Diagnosis TBC paru dibuat atas dasar :

1.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

2.

Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat,limfositosis)

3.

Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB
yaitu:

Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah

Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)

Adanya kavitas, tunggal atau ganda

Kelainan bilateral

Adanya kalsifikasi

Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

Bayangan milier

4.

Pemeriksaan sputum BTA


Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak
sensitif karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
ini.

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan OAT adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, menurunkan tingkat penularan, dan mencegah resistensi.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap:
a. Tahap Intensif (awal) : merupakan aktivitas bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman
yang membelah dengan cepat
b. Tahap Lanjutan : merupakan aktivitas bakteriostatik pada pengobatan konvensional
Jenis obat anti tuberkulosis yang biasa digunakan antara lain Isoniazid (INH), Rifampisin (R),
Pirazinamid (Z), Streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan Etambutol (E) yang bersifat
bakteriostatik. Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan
bakteriologi, radiologi, dan klinis. Kesembuhan TB paru yang baik akan memperlihatkan sputum
BTA (-), adanya perbaikan radiologi, dan menghilangkan gejala.
Panduan OAT pada TB paru (WHO 1993)

Panduan

Klasifikasi & Tipe Penderita

Fase Awal

Fase

OAT
Kategori 1

BTA (+) baru

2HRZS (E)

Lanjutan
4RH

2HRZS (E)

4R3H3

Kategori 2

Sakit berat: BTA (-) luar paru


Pengobatan Ulang:
Kambuh BTA (+)

2RHZES/1RHZE 5RHE

Kategori 3

Gagal
TB Paru BTA (-)

2RHZES/1RHZE 5R3H3E3
2RHZ
4RH
2RHZ/2R3H3Z3

Keterangan

TB luar Paru
2HRZ = tiap hari selama 2 bulan

4R3H3

4RH = tiap hari selama 4 bulan


4H3R3 = 3 kali seminggu selama 4bulan bulan

Dosis OAT pada TB Paru


Obat
Isoniazid

Setiap hari
5 mg/kg, maks 300mg

Dosis
Dua kali/minggu
15 mg/kg,maks

Rifampisin

10 mg/kg, maks

900mg
10 mg/kg,maks

Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin

600mg
600mg
15-30 mg/kg, maks 2g 50-70 mg/kg, maks 4g
15-30 mg/kg, maks
50 mg/kg
2,5g
15 mg/kg, maks 1g

25-30 mg/kg, maks

Tiga kali/minggu
15 mg/kg,maks
900mg
10 mg/kg,maks
600mg
50-70 mg/kg, maks 3g
25-30 mg/kg
25-30 mg/kg, maks 1g

1,5g
Etambutol tidak dianjurkan untuk anak-anak usia <6 tahun, karena gangguan penglihatan sulit
dipantau
Kasus
Identitas Pasien
Nama

: Ny. Surani

Umur

: 60 th

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Cukartakir Puger

Pekerjaan

: Petani

Status Perkawinan

: Menikah

Agama

: Islam

Bangsa / Suku

: Jawa

Tanggal MRS

: 11 Januari 2009

Tanggal Pemeriksaan

: 12 Januari 2009

Keluhan Utama
Sesak napas dan batuk berdahak.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien MRS via IGD pukul 15.00 WIB diantar oleh keluarga dengan keluhan sesak napas
berat, batuk berdahak tanpa disertai darah. Pasien sejak kurang lebih 1 bulan terakhir batukbatuk, panas yang naik turun dan sering berkeringat di malam hari. Pasien menggigil demam
sejak 3 hari yang lalu. Setiap batuk, dada pasien terasa gemetar. Pasien mengaku perut agak
kembung, mual dan pusing.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien hampir kurang lebih 3 bulan mengalami batuk berdahak. Awalnya, pasien
mengalami demam dan batuk-batuk. Pasien mengaku Batuk sering timbul dan sesak sering
kumat.

Riwayat Pengobatan
Seminggu sebelum MRS di Puskesmas Puger, pasien berobat jalan di RS Bina Sehat
Jember dan diberi obat. Tetapi keluarga pasien tidak ingat obat apa saja yang diberikan kepada
pasien.

Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mempunyai gejala sesak dan batuk yang serupa dengan
pasien.
Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 11 Januari 2009
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum

: Lemah

2. Kesadaran

: Komposmentis

3. Status Gizi

: Kurang

5. Vital Sign
TD

: 130/90 mmHg

Temp

: 38o C

Nadi

: 75 x/menit

RR

: 24 x/menit

B. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala

Kepala : Normocephali

Mata
Konjungtiva : Anemis +/+, Perdarahan -/Sklera : ikterus -/Palpebra : oedem -/Pupil : refleks cahaya +/+, pupil isokor (d = 3mm)

Telinga
Bentuk : Normal
Lubang : DBN
Pendengaran : DBN
Perdarahan : -/Sekret : -/-

Hidung
Sekret (-), perdarahan (-)

Mulut
Bibir : Sianosis (+)
Lidah : Lidah kotor (-), Tremor (-)
Gigi : DBN

Leher
KGB : DBN
Tiroid : Tidak ditemukan pembesaran

2. Thorax
Bentuk : simetris (+)
Pergerakan dinding thorax : simetris (+)
Jantung :
I

: ictus cordis tampak

P : ictus cordis teraba


P : redup
A : S1S2 tunggal, murmur (-)
Pulmo :
I

: simetris

P : fremitus raba (+)


P : redup
A : Vesikuler (+), krepitasi (-), wheezing (-), rhonki (+)
3. Abdomen
I

: DBN

P : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)


P : timpani
A : bising usus (+)
4. Genitalia : DBN
5. Extrimitas
Oedema

Akral hangat

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 11 Januari 2009
Hasil Pemeriksaan

Nilai Normal

Darah lengkap
Haemoglobin

9,89

P = 11.5 16 gr/dl

Lekosit

3200

4.000 11.000 /mm3

Eritrosit

3,61

4 6 juta/mm3

LED

20

P < 20 mm/jam

Eosinofil

26%

Basofil

01%

Stab

26%

Segmen

70

50 70 %

Limfosit

24

20 40 %

Monosit

28%

Typhy O

+1/200

Neg

Typhy H

Neg

Neg

Parathyphy A

+1/100

Neg

Parathyphy B

+1/100

Neg

Differential count

Widal

Foto Thorax (12 Januari 2009)


1.
2.

Milliary TBC
Cor tak tampak kelainan

Planning
Terapi farmakologis

1. Obat :
ii.

Hari I (11 Januari 2009) :

IV :
Infus RL 30 tetes/menit
Injeksi Chloramex ampul iv
Injeksi Piralen 1 ampul iv
PO :
Ciprofloxacin 2x1
Antasid 3x1
Spasmal 3x1
4 FDC 1x3
Pamol 4x1
iii.

Hari II (12 Januari 2009) :


IV :
Infus RL 30 tetes/menit
Injeksi Chloramex ampul iv
Injeksi Piralen 1 ampul iv
PO :
Ciprofloxacin 2x1
Antasid 3x1
Spasmal 3x1
4 FDC 1x3
Pamol 4x1

iv. Hari III (13 Januari 2009) :


4 FDC 1x3
Ciprofloxacin 2x1
Antasid 3x1
Spasmal 3x1
Diagnosis
Tuberculosis Paru (Koch Pulmonum) suspect thypoid abdominal.

Resume
Seorang perempuan usia 60 tahun datang dengan keluhan sesak napas berat, batuk
berdahak tanpa disertai darah. Pasien sejak kurang lebih 1 bulan terakhir batuk-batuk, panas
yang naik turun dan sering berkeringat di malam hari. Pasien menggigil demam sejak 3 hari yang
lalu. Setiap batuk, dada pasien terasa gemetar. Pasien mengaku perut agak kembung, mual dan
pusing.
Pada pemeriksaan vital sign didapatkan 130/90 mmHg, Temp: 38o C, Nadi: 75 x/menit,
RR: 24 x/menit. Pemeriksaan fisik paru didapatkan suara nafas vesikuler dan ronkhi, serta bising
usus pada auskultasi abdomen. Pemeriksaan penunjang widal didapatkan Typhy O: +1/200,
Parathyphy A: +1/100, Parathyphy B: +1/100. Hasil foto thorax didapatkan pasien menderita
TBC paru milier.
Pembahasan
Pasien perempuan berusia 60 tahun datang dengan keluhan sesak napas berat, batuk
berdahak dan terjadi sejak 1 bulan terakhir, panas, sering keringat di malam hari. Hal ini mirip
dengan manifestasi klinis TB paru. Pada pemeriksaan fisik awal didapatkan suara perkusi redup
pada dinding thorax anterior dextra. Hal ini menunjukkan adanya konsolidasi pada pulmo dextra
yang disebabkan penumpukan eksudat intraalveolar.
Pada pemeriksaan darah didapatkan peningktan LED, pemeriksaan widal Typhi O
+1/200, Parathyphi +1/100, Parathyphi B +1/100, hal ini menunjukkan pasien juga suspect
thypoid. Dari hasil foto thorax didapatkan pasien menderita TBC paru milier.
Diagnosis TBC paru ditegakkan atas dasar :
1.Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2.Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat,limfositosis)
3.Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB yaitu:
1. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah
2. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
3. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
4. Kelainan bilateral

5. Adanya kalsifikasi
6. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
7. Bayangan milier
4.Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak
sensitif karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
ini.
Tujuan pengobatan OAT adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, menurunkan tingkat penularan, dan mencegah resistensi. Pengobatan TBC
diberikan dalam 2 tahap:
a. Tahap Intensif (awal) : merupakan aktivitas bakterisid untuk memusnahkan populasi
kuman yang membelah dengan cepat
b. Tahap Lanjutan : merupakan aktivitas bakteriostatik pada pengobatan konvensional
Jenis obat anti tuberkulosis yang biasa digunakan antara lain Isoniazid (INH), Rifampisin
(R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan Etambutol (E) yang bersifat
bakteriostatik.
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologi, radiologi,
dan klinis. Kesembuhan TB paru yang baik akan memperlihatkan sputum BTA (-), adanya
perbaikan radiologi, dan menghilangkan gejala.

DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Farmakologi Medicine. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Mansjoer et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
\Sudoyo, W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai