Anda di halaman 1dari 18

FISIOLOGI RESPIRASI

ANATOMI SALURAN PERNAFASAN


Secara anatomis, sistem pernafasan dibagi menjadi bagian atas (upper) terdiri dari
hidung, ruang hidung, sinus paranasalis dan faring yang berfungsi menyaring,
menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk saluran pernafasan. Dan bagian bawah
(lower) terdiri dari laring, trakhea, bronki, bronkioli dan alveoli.
Fungsi masing-masing bagian ini sebagai berikut:
1) Fungsi hidung Terdapat bentukan-bentukan yang berfungsi untuk :
a. Bulu-bulu hidung berguna untuk menyaring udara yang baru masuk, debu dengan
diameter > 5 mikron akan tertangkap.
b. Selaput lendir hidung berguna untuk menangkap debu dengan diameter lebih besar,
kemudian melekat pada dinding rongga hidung.
c. Anyaman vena (Flexus venosus) berguna untuk menyamakan kondisi udara yang akan
masuk paru dengan kondisi udara yang ada di dalam paru.
d. Konka (tonjolan dari tulang rawan hidung) untuk memperluas permukaan, agar proses
penyaringan,

dalam

suatu

bidang

yang

luas,

sehingga proses diatas menjadi lebih efisien.

pelembaban

berjalan

2) Pharing Terdapat persimpangan antara saluran napas dan saluran pencernaan. Bila
menelan makanan glotis dan epiglotis menutup saluran napas, untuk mencegah terjadinya
aspirasi. Pada pemasangan endotrakeal tube glotis tidak dapat menutup sempurna,
sehingga mudah terjadi aspirasi.
3) Laring Terdapat pita suara / flika vokalis, bisa menutup dan membuka saluran napas, serta
melebar dan menyempit. Gunanya:
a. Membantu dalam proses mengejan
b. Membuka dan menutup saluran napas secara intermitten pada waktu batuk. Pada waktu
mau batuk flika vokalis menutup, saat batuk membuka, sehingga benda asing keluar.
c. Secara reflektoris menutup saluran napas pada saat menghirup udara yang tidak
dikehendaki.
d. Untuk proses bicara.

4) Trakea Dikelilingi tulang rawan berbentuk tapal kuda (otot polos dan bergaris) sehingga
bisa mengembang dan menyempit. Trakea bercabang menjadi 2 bronkus utama. Trachea
adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. Trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan di belakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata thoracicae V dan bercabang menjadi
dua bronchus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 cincin terbuka yang terbentuk dari
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkarannya
di sebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
5) Bronkus Merupakan percabangan trakea, terdiri dari bronkus kanan dan kiri. Antara
percabangan ini terdapat karina yang memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus kiri dan kanan tak simetris.
Yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan arahnya hampir vertikal. Yang kiri lebih panjang

dan lebih sempit dengan sudut lebih tajam. Bronkus ini kemudian bercabang menjadi
bronkus lobaris, bronkus segmentasi, bronkus terminalis, asinus yang terdiri dari bronkus
respiratorius yang terkadang mengandung alveoli, duktus alveolaris dan sakus alveolaris
terminalis. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrae thoracicae V, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis
sel yang sama. Bronchi (jamak) berjalan ke bawah dan menyamping, ke arah hilus
pulmonalis. Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang
kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama di
bawah arteri, disebut bronchus lobus inferior. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum di belah
menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus pulmo atas dan bawah.
Cabang utama bronchus principalis dextra et sinistra bercabang menjadi bronchus lobaris
sesuai dengan banyak lobus yang ada di pulmo dextra ataupun sinistra, kemudian menjadi
lobus segmentalis sesuai dengan banyak segmen yang ada. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronchiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronchiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronchiolus tidak
diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronchiolus terminalis
berfungsi utama sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas pulmo.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas asinus terdiri dari bronchiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir pulmo,
asinus memiliki tangan kira-kira 0,5-1 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari
trachea sampai saccus alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan poripori kohn.
6) Paru Terdiri dari paru kanan dan kiri yang kanan terdiri dari 3 lobus, kiri 2 lobus.
Dibungkus oleh selaput yang disebut pleura viseralis sebelah dalam dan pleura parietalis
sebelah luar yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat cavum
interpleura yang berisi cairan. Di dalam saluran napas selain terdapat lendir, juga bulubulu getar / silia yang berguna untuk menggerakkan lendir dan kotoran ke atas.
Pulmo terdapat dalam rongga thorax kiri dan kanan. Pulmo memilki :
1. Apex, apex pulmo meluas ke dalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada

3. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung


4. Basis, berhadapan dengan diafragma
Pulmo dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi dan mencegah uap-uap
H2O yang ada di alveolus saling tarik-menarik. Pulmo kanan dibagi atas tiga lobus yaitu
lobus superior, medius dan inferior sedangkan pulmo kiri dibagi dua lobus yaitu lobus
superior dan inferior dan satu lingula pulmo sebagai bakal lobus media yang tidak
sempurna. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, saccus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa stiap pulmo mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan

yang

cukup

luas

untuk

tempat

permukaan/pertukaran

gas.

Pulmo mendapat suplai darah dari arteri pulmonalis dan arteri bronchialis yang bercabangcabang sesuai segmennya. Serta diinnervasi oleh saraf parasimpatis melalui nervus vagus
dan simpatis melalui truncus simpaticus. Tekanan darah pulmoner adalah sekitar 15
mmHg. Fungsi sirkulasi pulmo adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen
diserap, melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan parsial,
maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme dapat berlangsung bagi
semua sel.

Rongga Thorax
Paru berada dalam rongga pleura yang tekanannya selalu negatif selama siklus nafas
(tekanan udara di luar dianggap = 0) Paru mengembang sampai menempel pleura. Bila
tekanan rongga pleura jadi positif, paru-paru akan collaps. Hal ini terjadi pada:
pneumothorax karena luka tusuk dari luar

pneumothorax karena pecahnya blebs, caverne TBC atau pccahnya bronkus pada
trauma.
hidro/hemato-thoraks. pleural effusion
Gangguan - gangguan itu menyebabkan restriksi pengembangan paru. Collaps paru
karena pneumothorax disebut coppression atelectasis, sedangkan yang disebabkan obstruksi
jalan nafas disebut dengan resorbtion atelectasis
Gangguan gerakan thorax terjadi pada penderita nyeri post operatif (Daerah thorax, abdomen
atas. traktura costae Ini disebabkan karena bagian yang luka tersebut harus bergerak paling
sedikit 20 x/menit untuk bernafas Pemakaian gurita/pleister fixasi yang lebar dan erat
mengganggu pernatasan yang menyebabkan hipoventilasi, mikro atelektasis dan berlanjut
menjadi atelektasis
Otot Nafas
Otot diaphragma melakukan 75% ventilasi, sisanya oleh otot nafas sekunder :
intercostali, sterno-cleido-mastoidus, dan skalenus.
Otot expirasi sekunder adalah otot-otot dinding perut. Gangguan otot dijumpai pada
myastenia gravis atau penggunaan obat pelumpuh otot (muscle-relaxant) selama anestesi.
Pada respitionary distress (sesak nafas berat) tubuh menggunakan otot-otot nafas disebut
dengan akan tampak gerakan pada otot-otot leher, wajah dan sela-sela iga Penderita yang
sudah memakai otot nafas sekunder sebenarnya sudah perlu bantuan nafas buatan mekanik.
Saraf Nafas
Pusat nafas di medulla oblongata bekerja otomatik memerintah sistem pernafasan selain
itu ada rangsang-rangsang yang mempengaruhi pusat nafas.
1. Wakefulness stimuli (rangsang kesadaran)
Bila orang sadar, maka pandangan, suara, sentuhan, nyeri, berperan menjalankan 50%
dari respirasi
2. Rangsangan pC02.
Bila pCO2: di arteri naik, maka pC02 cairan cerebrospinal juga naik hingga pH cairan
cerebrospinal menurun/acidosis, ini merangsang peningkatan respirasi
3. Rangsang-rangsang lewat receptor perifer
a. pH (acidosis)
b. pCO2 (hipercarbia/hipercapnia)
c. hipotensi
5

d. hipoxia. p02 < 60 mmHg (hypoxic drive)


e. suhu darah yang naik
Pada pCO2 90 120 mmHg kesadaran hilang (coma)
Pada pCO2 40 - 80 mmHg catecholamine darah meninggi
PARADOX-APNEA: terjadi jika hipoventilasi berat yang diberi 02.
Pada hipoventilasi, rangsang hipoxia dan hipercarbia mempertahankan penderita tetap
bernafas. Pada hipoventilasi berat, pC02 naik > 90 mmHg sehingga menimbulkan coma
==>hypercarbic drive dan wakefulness stimuli hilang. Rangsang bernafas tinggal dari
hypoxic drive saja, bila diberikan 02, p02 meningkat ==> hypoxic drive hilang ==> apnea.
Ganguan syaraf tipe perifer dapat terjadi pada N.phrenicus yang mensyarafi diafragma.
Syaraf ini mungkin terkena trauma pada bedah thorax. Poliomyelitis dan sindroma Guillain
Barre juga mengakibatkan paralisis otot pernafasan.

FISIOLOGI PERNAFASAN
Respirasi adalah pertukaran gas-gas antara organisme hidup dan lingkungan
sekitarnya. Pada manusia dikenal 2 macam respirasi yaitu eksternal dan internal. Respirasi
eksterna adalah pengangkutan oksigen dari atmosfer sampai ke jaringan tubuh dan
pengangkutan karbon dioksida dari jaringan sampai ke atmosfer. Sementara bagaimana
oksigen digunakan oleh jaringan dan bagaimana karbon dioksida dibebaskan oleh jaringan
disebut respirasi internal. Secara fisiologis sistem respirasi dibagi menjadi bagian konduksi
dari ruang hidung sampai bronkioli terminalis dan bagian respirasi yang terdiri dari bronkioli
respiratorius sampai alveoli.
Proses respirasi merupakan proses yang dapat dibagi menjadi 5 tahap yaitu :
1) Ventilasi. Adalah proses masuk udara sekitar dan pembagian udara ke alveoli. Udara
bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara
atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Frekwensi nafas normal 12-15
x/menit. Pada orang dewasa setiap satu kali nafas (tidal volume Vt) udara masuk 500 cc
atau 10 ml/kg BB. Sehingga setiap menit udara masuk ke sistem nafas 6-8 liter (minute
volume, MV). Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun
dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu otot sternokleidomastoideus

mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus
mengangkat iga-iga. Toraks membesar ke tiga arah : anteroposterior, lateral dan vertikal.
Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura, dari sekitar -4 mm
Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi sekitar -8 mm Hg bila paru-paru
mengembang pada waktu inspirasi. Tekanan saluran udara menurun sampai sekitar -2 mm
Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) dari 0 mm Hg pada waktu mulai inspirasi. Selisih
tekanan antara saluran udara dan atmosfer menyebabkan udara mengalir ke dalam paruparu sampai tekanan saluran udara pada akhir inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer.
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding
dada dan paru-paru atau saat ekspirasi dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke
atas menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini
meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara
saluran udara dan atmosfer menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paruparu sampai tekanan saluran udara dan tekanan atmosfer menjadi sama kembali pada akhir
ekspirasi.

Gangguan Ventilasi
Hipoventilasi ===> p02 turun dan pC02 naik.
Hyperventilasi turun tetapi pO2 tidak naik
Hypoventilasi sering terjadi di klinik karena gangguan pada :
-jalan atas : obstruksi, aliran udara terhambat
-rongga thorax : gangguan gerak karena nyeri operasi, frarktur costae,
pleister lebar jaringan ketal. pneumothorax dan
pleural effusion
-jaringan paru : atelektasis
-otot nafas : paralyse diaphragma / otot nafas lain karena obat
pelumpuh otit myasthenia gravis
-syaraf nafas : kerusakan N-phrenicus, polio, anestesi spinal
-pusat nafas : depresi sentral nafas karena obat anestesi, narkotik,
sedatif, trauma alkohol
Dengan pembcrian O2, hipoksia berkurang (p02 naik) tetapi pCO2 tetap atau naik
Pada hipoventilasi ringan. pemberian O2 bermanfaat. Sedangkan pada hipoventilasi
berat jusrtu mengakibatkan paradoxical apnea ==> penderita jadi apnea setelah diberi
oksigen Terapi yang benar pada hipoventilasi adalah :
1. Membebaskan jalan nafas
2. Memberikan oksigen
3. Menyiapkan nafas buatan
4. 4 Terapi causal penyebabnya

2) Difusi Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membran alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan pendorong
untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Pada waktu
oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekitar 103 mm Hg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan
fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruang sepi anatomik saluran
udara dan dengan uap air. Ruang sepi anatomik ini dalam keadaan normal mempunyai
volume sekitar 1 ml udara per pound berat badan. Hanya udara bersih yang mencapai
alveolus yang merupakan ventilasi efektif, tekanan parsial oksigen dalam darah vena
campuran (PVO2) di kapiler paru kira-kira sebesar 40 mm Hg. Karena tekanan parsial
oksigen dalam kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (PAO2 = 103 mm
Hg), maka oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah. Perbedaan
tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mm Hg) menyebabkan
karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida ini kemudian dikeluarkan
ke atmosfer, dimana konsentrasinya pada hakekatnya nol kendatipun selisih CO2 antara
darah dan alveolus amat kecil.
3) Hubungan antara ventilasi-perfusi Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan
kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi
(aliran darah) dalam kapiler. Dengan perkataan lain, ventilasi dan perfusi dari unit
pulmonar harus sesuai. Nilai rata-rata rasio antara ventilasi terhadap perfusi (V/Q) adalah
0,8. Angka ini didapatkan dari rasio rata-rata laju ventilasi alveolar normal (4 L/menit).
Ketidak-seimbangan antara proses ventilasi-perfusi terjadi pada kebanyakan penyakit
pernapasan. Tiga unit pernapasan abnormal secara teoritis menggambarkan unit ruang sepi
yang mempunyai ventilasi normal, tetapi tanpa perfusi, sehingga ventilasi terbuang
percuma (V/Q = tidak terhingga). Unit pernapasan abnormal yang kedua merupakan uniit
pirau, dimana tidak ada ventilasi tetapi perfusi normal, sehingga perfusi terbuang sia-sia
(V/Q = 0). Unit yang terakhir merupakan unit diam, dimana tidak ada ventilasi dan
perfusi.
4) Respirasi internal, meliputi :
a. Efisiensi kardiosirkulasi dalam menjalankan darah kaya oksigen
b. Distribusi kapiler
c. Difusi, perjalanan gas ke ruang interstitial dan menembus dindnig sel
d. Metabolisme sel yang melibatkan enzim.

Transpor oksigen dalam darah. Oksigen dapat diangkut dari paru-paru ke jaringanjaringan melalui dua jalan: secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan
dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2). Ikatan kimia oksigen dengan
hemoglobin ini bersifat reversibel. Dalam keadaan normal jumlah O2 yang larut secara
fisik sangat kecil karena daya larut oksigen dalam plasma yang rendah. Hanya sekitar 1%
dari jumlah oksigen total yang diangkut. Cara transpor seperti ini tidak memadai untuk
mempertahankan hidup. Sebagian besar oksigen diangkut oleh hemoglobin yang terdapat
dalam sel-sel darah merah. Dalam keadaan tertentu (misalnya : keracunan karbon
monoksida atau hemolisis masif dimana terjadi insufisiensi hemoglobin) maka oksigen
yang cukup untuk mempertahankan hidup dapat ditranspor dalam bentuk larutan fisik
dengan memberikan oksigen dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer
(ruang oksigen hiperbarik). Satu gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml oksigen. Pada
tingkat jaringan oksigen akan berdisosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam plasma.
Dari plasma oksigen berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
jaringan yang bersangkutan. Meskipun kebutuhan jaringan bervariasi, namun sekitar 75%
dari hemoglobin masih berikatan dengan oksigen pada waktu hemoglobin kembali ke
paru-paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi sesungguhnya hanya sekitar 25%
oksigen dalam darah arteria yang digunakan untuk keperluan jaringan.
5) Pengendalian Pernapasan Yang disebut pusat pernapasan adalah suatu kelompok neuron
yang terletak bilateral di dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Dibagi
menjadi 3 daerah utama yaitu : (1)Kelompok neuron medula oblongata dorsalis, yang
merupakan area inspirasi. Letak neuronnya sangat dekat dan berhubungan rapat dengan
traktus solitarius yang merupakan ujung sensorik nervus vagus dan gloso varingeus.
Sebaliknya masing-masing saraf ini menghantarkan isyarat-isyarat sensorik dari kemo
reseptor perifer, dengan cara ini membantu ventilasi paru. (2)Kelompok neuron medula
oblongata ventralis, yang merupakan area ekspirasi. Merupakan kelompok neuron
respirasi ventralis yang bila terangsang merangsang otot-otot ekspirasi. Area ekspirasi
selama pernapasan tenang dan normal bersifat pasif. Bila dorongan ekspirasi menjadi jauh
lebih besar dari normal maka isyarat-isyarat tertumpah ke area ekspirasi dari mekanisme
osilasi dasar area inspirasi, meningkatkan tenaga kontraktil yang kuat ke proses ventilasi
paru. (3)Area di dalam pons yang membantu kecepatan pernapasan yang disebut area
pneumotaksis. Pusat pneumotaksis menghantarkan isyarat penghambat ke area inspirasi,
yang mempunyai efek membatasi isyarat inspirasi. Efek sekundernya terjadi bila

pembatasan inspirasi memperpendek masa pernapasan, maka siklus pernapasan berikut


akan terjadi lebih dini. Jadi isyarat pneumotaksis yang kuat dapat meningkatkan kecepatan
pernapasan 30-40 x per menit. Sementara yang lemah hanya beberapa kali per menit.

Pengangkutan oksigen dan karbondioksida


Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru ke bagian respirasi paru sampai ke
alveoli. Setelah O2 menembus epitel alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler, dalam
darah sebagian besar O2 bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam
plasma (3%0.
Dewasa muda pria jumlah darahnya + 75 ml/kg, wanita 65 ml/kg. Satu ml darah pria
mengandung 4,9-5,9 juta eritrosit, wanita 3,5-5,5 juta eritrosit. Satu sel eritrosit mengandung
kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4 molekul O2 membentuk
HbO2, oksi-hemoglobin. Satu gram Hb dapat mengikat 1.34-1.39 ml O2. Hb adalah protein
konjugasi dengan berat molekul 66,700. Bentuk Hb normal hanya HbA (Adult, dewasa)
mengandung banyak 2,3 DPG (DiPhospoGliserat) yang memudahkan O2 lepas dari Hb dan
HbF (fetal) mengandung sedikit 2,3 DPG. HbF menghilang setelah bayi berusia 4-6 bulan.
Jenis Hb lain abnormal. Myo Hb adalah jenis Hb yang berada di otot lurik yang hanya
sanggup mengikat 1 molekul O2 dan melepas O2 kalau benar-benar Pa O2 rendah.
Dalam keadaan normal 100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveoli mengangkut
20 ml O2. Rata-rata dewasa muda normal membutuhkan O2 setiap menitnya 225 ml. Oksigen

10

yang masuk ke dalam darah dari alveoli sebagian besar diikat oleh Hb dan sisanya larut
dalam plasma :
O2 + Hb Hb O2

(97%)

O2 + Plasma larut ( 3%)


Jika semua molekul Hb mengikat O2 secara penuh, maka saturasinya 100%. Jika
kemampuan setiap molekul Hb hanya mengikat 2 molekul O2, maka saturasinya 50%.
Jumlah O2 yang larut dalam 100 ml adalah 0,29 ml pada tekanan PaO2 95 mmHg dan tunduk
pada hukum henry.
Konsentrasi gas = a x tekanan bagian
a= koefisien kelarutan gas dalam darah pada suhu tertentu. Pada suhu normal a
O2 =0,003 ml/dl/mmHg
Karbondioksida (Co2) adalah hasil metabolisme aerobik dalam jaringan perifer dan
produksinya bergantung jenis makanan yang dikonsumsi. Dalam darah sebagian besar Co2
(70%) diangkut dan diubah menjadi asam karbonat dengan bantuan enzim carbonic
anhydrase (CA). Sebagian kecil CO2 diikat oleh Hb dalam eritrosit. Sisa CO2 (23%) larut
dalam plasma.
CO2 + H2O H+ + HCO3 (as.karbonat)

(70%)

CO2 + Plasma Larut

( 23%)

CO2 + HbNH2 H+ + HbNHCOO-

(sisanya)

Pusat respirasi
Pusat respirasi merupakan kelompok neuron luas terletak di substansia retikuler
medula oblongata dan pons terdiri dari pusat apnestik, area pneumotaksis, area ekspiratori
dan area inspiratori. Diafragma diinervasi oleh nervus phrenicus yang keluar dari akar saraf
C3-5. Trauma servikal diatas C5 akan mengganggu pernafasan spontan karena selain nervus
phrenicus juga saraf interkostal terkena.

11

Perangsangan nervus vagus akan menyebabkan konstriksi dan sekresi bronkus via
reseptor muskarinik. Sebaliknya perangsangan terhadap simpatis T1-4 akan menyebabkan
dilatasi bronkus via reseptor beta-2. Stimulasi reseptor adrenergik alfa-1 akan menurunkan
sekresi.

Volume

statik

dan

Kapasitas
1. Volum

paru
Alun (TV,Tidal

Vulum

Volum)
udara inspirasi

atau

ekspirasi

pada

setiap

daur

nafas

tenang,

dewasa + 500

ml.
2.

Volume
cadangan
inspirasi (IRV,inspiratory reserve volume)
Volume maksimal udara yang dapat diinspirasi setelah akhir inspirasi tenang, dewasa +

1500 ml
3. Volume cadangan ekspirasi (ERV, ekspiratory reserve volume)
Volume maksimal udara yang dapat diekspirasi setelah ekspirasi tenang, dewasa +
1200 ml
4. Volume sisa (RV, residual volume)
Volume udara yang tersisa dalam paru setelah akhir ekspirasi maksimal, dewasa +
2100 ml
5. Kapasitas inspirasi (IC, inspiratory capacity), TV+IRV
Volume maksimal udara yang dapat diinspirasi setelah akhir ekspirasi tenang, dewasa
+ 2000 ml
6. Kapasitas sisa fungsional (FRC, functional residual capacity), ERV +RV
Volume udara yang tersisa dalam paru setelah akhir ekspirasi tenang, dewasa + 3300
ml
7. Kapasitas Vital (VC,vital capacity), IRV+TV+ERV
Volum maksimal udara yang dapat diekspirasi dengan usaha maksimal setelah inspirasi
maksimal. Dewasa + 3200 ml.
8. Kapasitas paru total (TLC,total lung capacity), IRV+TV+ERV+RV
Vulum udara dalam paru setelah inspirasi maksimal. Dewasa + 5300 ml.

12

I.

Resiko terhadap perubahan fungsi pernafasan

Definisi
Keadaan dimana individu berisiko mengalami suatu ancaman pada jalannya udara yang
melalui saluran pernapasan dan pada pertukaran gas (O2-CO2) antara paru-paru dan sistem
vaskular.
1. Berhubungan dengan sekresi yang kental atau sekresi yang berlebihan
2. Infeksi
3. Fibrosis kistik
4. Influensa
5. Berhubungan dengan imobilitas, sekresi statis, dan batuk tidak efektif
6. Penyakit persarafan (Sindrom guillain barre, miastenia gravis)
7. Depresi sistem saraf pusat/trauma kepala
8. Cedera serebrovaskular (stroke)
9. Quadriplegia
10. Efek sedasi dari medikasi

13

11. Anestesia umum atau spinal


12. Berhubungan dengan supresi refleks batuk
13. Berhubungan dengan penurunan oksigen dalam udara inspirasi.
14. Situasional (Personal, lingkungan)
15. Pembedahan atau trauma
16. Nyeri, ketakutan, ansietas
17. Keletihan
18. Kerusakan persepsi/kognitif
19. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau rendah
20. Berhubungan dengan hilangnya mekanisme pembersiha siliar, respons inflamasi, dan
peningkatan pembentukan lendir.
21. Merokok
GAGAL NAFAS
Gagal Nafas didefinisikan sebagai ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan pH,
PaCO2, dan PaO2 yang adekuat, sehingga membahayakan keselamatan pasien. Gagal nafas
yang merupakan kegawatan medis sering merupakan stadium akhir dari penyakit paru kronis.
Selain itu bisa juga diakibatkan karena suatu kondisi yang parah, atau penyakit paru-paru
mendadak misalnya pada ARDS walaupun awalnya ia masih sehat. Hampir setiap kondisi
yang mempengaruhi pernafasan atau paru-paru dapat memicu terjadinya gagal nafas.
Overdosis opioid atau alcohol yang menyebabkan efek sedasi sehingga seseorang bias
mengalami henti nafas dan menderita gagal nafas.
Obstruksi jalan nafas, cedera jaringan paru, dan kelemahan otot-otot pernafasan juga
merupakan penyebab yang umumnya terjadi.
Gagal nafas dapat terjadi jika darah yang melewati paru-paru tidak normal,
sebagaimana yang terjadi pada embolisme paru. Gangguan ini tidak menghentikan
pergerakan udara untuk masuk dan keuar dari paru, tetapi tanpa aliran darah yang adekuat
maka oksigen tidak bias diambil dari udara luar.
Tanda dan Gejala
Rendahnya kadar oksiegen dalam darah menyebabkan sianosis (warna kebiruan), dan
tingginya kadar karbondioksida dan peningkatan keasaman darah menyebabkan
kebingungan dan perasaan mengantuk.
Tubuh sebenarnya mencoba untuk mengeluarkan karbondioksida dengan pernafasan
14

cepat dan dalam, tapi jika paru-paru tidak berfungsi secara normal maka pola nafas
seperti itu tidak dapat membantu.
Rendahnya kadar oksigen dengan segera bisa menyebabkan gangguan pada otak dan
jantung. Hal ini ditandai dengan penurunan kesadaran atau pingsan menyebabkan
aritmia jantung yang bisa membawa pada kematian.
Beberapa gejala gagal nafas bervariasi berdasarkan penyebabnya:
Anak dengan sumbatan jalan nafas karena aspirasi benda-benda asing akan tampak
terengah-engah dan melakukan usaha keras dalam bernafasnya.
Sedangkan seseorang yang keracunan mungkin tampak tenang sampai dengan koma.
Seorang dokter bias mencurigai adanya gagal nafas dari gejala dan pemeriksaan. Test
darah mengkomfirmasikan diagnosis ketika ditemukan adanya kadar oksigen yang sangat
rendah atau kadar kerbondioksida yang sangat tinggi. Tapi sebenarnya selain lewat
pemeriksaan darah, terdapat metode sederhana yaitu dengan menggunakan indicator
frekuensi pernafasan dan kavasitas vital.
a. Frekuensi Pernafasan
Normalnya 16-20, jika sampai 25 kali/menit, status pasien harus dievaluasi dan
memulai tindakan yang tepat, yaitu penghisapan, drainase postral, dan fisioterapi
dada. Jika frekuensi pernafasan > 40 kali/ menit maka akan menimbulkan
kelelahan otot pernafasan yang pada akhirnya mengantarkan pada gagal nafas,
sehingga membutuhkan bantuan ventilator.
b. Kavasitas Vital
Denga menggunakan spirometer, pasien diminta untuk mengambil nafas dalm dan
mengeluarkannya melalui spirometer sampai paru-paru benar-benar kosong. Jika
hasilnya kurang dari 10-20 ml/kg maka ha tersebut merupakan tanda ke arah gagl
nafas.
Jika perkembangan gagal nafas berjalan lambat, maka akan diikuti oleh peningkatan
tekanan dalam pembuluh darah paru. Kondisi ini dinamakan hipertensi pilmonar. Jika
kemudian tidak tertangani, kondisi ini merusak pembuluh darah. Akibat lebih lanjutnya
adalah gangguan perpindahan oksigen ke dalam darah, stress pada jantung yang akhirnya
menyebabkan gagal jantung.
Berikut ini adalah indikator pemasangan ventilator mekanik yang juga merupakan
indikasi adanya kegagalan nafas:
PARAMETER

NILAI
< 10 x/menit

TINDAKAN
Evaluasi pasien dan hilangkan penyebab
15

Frekuensi pernafasan

28-40 x/menit

Evaluasi pasien
yang

Kavasitas Vital
Tekanan Inspirasi

< 10-20 ml/kg


< 20 cm mmHg

Gas Darah:
pH

< 7,25

tepat,

intubasi/ventilasi
Perhatikan tanda-tanda

pertimbangkan
gagal

nafas,

siapkan ventilator
Evaluasi dengan melihat peningkatan Pa

CO2
>50 mmHg
Evaluasi dengan melihat peningkatan pH
< 50 mmHg dengan terapi Evaluasi dengan melihat peningkatan pH

PaCO2
PaO2

O2
dan CO2
Penurunan / Tak ada bunyi Beri O2 100%,

Auskultasi dada
Irama

dan lakukan tindakan

nafas
frekuensi Nadi

dan

>

120

Siapkan dukungan ventilator


x/menit; Monitor disritmia

Jantung
Aktivitas

disritmia
Kelelahan berat, penurunan Evaluasi hal diatas dan lakukan tindakan

Status mental
Observasi fisik

toleransi aktivitas
tepat
Kacau, delirium, somnolen
Monitor aktivitas kejang hipoksik
Penggunaan otot assesori, Siapkan dukungan ventilator
kelelahan, kerja nafas berat

Penyebab
Penyebab gagal nafas berkaiatan dengan system tubuh dapat dilihat dalam table dibawah ini:
N

SISTEM

O
1

System syaraf

Trauma Kepala;

Batang otak

Poliomelitis

Medula Spinalis

Fraktur servikal (C1-C6)

Syaraf
Sistem otot

Over dosis obat


Miastenia Gravis

primer-diafragma

Guillain Barer Syndrom

sekunder-pernafasan
Sistem rangka

Flail Chest

Thorak
4

KEJADIAN

Kifoskoliosis

Sistem Pernafasan
Jalan nafas

Obstruksi;

edema

bronchitis; asma;

16

laring;

Alveoli
5

Sirkulasi paru
Sistem Kardiovaskuler

Empisema; Penumonia; fibrosis


Emboli paru
Gagal jantung kongestif; kelebihan
beban cairan; bedah jantung; infark

6
7
8

System gastrointestinal
Sistem hematologi
Sistem genitourinaria

miokard.
Aspirasi
DIC
Gagal ginjal

Penanganan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan gagal nafas akut adalah :
Membuat oksigenasi arteri adekuat, dengan meningkatkan perfusi jaringan
Meniadakan peneybaba dasar dari gagal nafas tersebut.
Berdasarkan haldiatas maka hampir selalu diawali dengan oksigenasi. Biasanya diberikan
dalam jumlah yang melebihi kebutuhan, tapi dapat diatur kembali dilain waktu. Pada orang
dengan kadar karbondioksida tinggi yang sudah kronis, oksigen yang berlebih bias
memperlambat pergerakan udara (ventilasi) ke dalam dan keluar paru-paru, hal ini justru
makin meningkatkan kadar karbondioksida sehingga sangat berbahaya. Oleh karena itu pada
beberapa orang dosis oksigen harus diberikan dengan lebih hati-hati.
Sedangkan beberapa penyebab gagal nafas sendiri harus ditangani. Antara lain:
antibiotic untuk melawan infeksi,
bronkodilator untuk membuka jalan nafas.
Obat-obatan yang lain dapat diberikan untuk menurunkan proses inflamasi dan
mencegah pembekuan darah.
Ventilator Mekanik : diberkan jika kondisinya sudah sangat sehingga membutuhkan
bantuan dalam usaha pernafasannya. Alat ini sangat berguna pada pasien yang tidak
mampu bernafas secara adekuat.
Pipa plastic yang dimasukan lewat mulut/hidung (endotrace tube) atau melalui
trachea (tracheastomy tubeI) disambungkan dengan mesin yang memaksa udara
masuk ke dalam paru. Sedangkan ekhalasi terjadi secara passive karena elastistas
paru-paru.
Terdapat beberapa tipe ventilator dan mode operasi yang digunakan tergantung dari
jenis gangguan yang ada
Jika paru-paru tidak berfungsi dengan baik, oksigen tambahan dapat diberikan melalui

17

ventilator. Pada orang yang tidak membutuhkan dukungan pernafasan secara penuh,
masker (menutupi mulut dan hidung) dapat digunakan untuk memberikan tekanan
positif, sehingga membantu meringankan usaha seseorang saat bernafas dan
mencegah kelelahan otot-otot pernafasaan. Hampir setengah dari pederita gagal nafas
menggunakan teknik ini (bi-level positive air way pressure atau CPAP) untuk
menghindari kebutuhan intubasi trachea.
Penggunaan bi-level positive airway pressure pada malam hari dapat membantu orang
dengan gagal nafas karena kelemahan otot pernafasan. Dengan begitu setelah istirahat
semalaman, otot-otot pernafasan dapat berfungsi lebih efektive pada siang hari.
Jumlah cairan tubuh juga harus dimonitor secara ketat dan diatur untuk
memaksimalkan fungsi paru-paru dan jantung. Keasaman darah harus dijaga
keseimbangannya dengan mengatur frkuensi dan ukuran/volume pernafasan yang
diberkan melalui ventilator.
Orang dengan ventilator dapat mengalami agitasi yang dapat dikontrol dengan obat
sedasi lorazepam, midazolam, atau opioid seperti morfin atau fentanyl
Infeksi bakteri yang dapat berkembang saat seseorang terpasang ventilator mekanik
harus segera didiagnosis dan diobati secepat mungkin

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem., Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. http://jhonkarto.blogspot.com/2009/03/anatomi-danfisiologi-pernapasan.html
5. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/ilmu-kesehatan/gagal-nafas

18

Anda mungkin juga menyukai