PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan semusim atau tanaman semusim merupakan istilah agrobotani
bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam. Dalam
pengertian botani, pengertiannya diperluas menjadi tumbuhan yang
menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang setahun. Istilah dalam
bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa yang dimaksud "satu
musim" adalah satu tahap dalam setahun. Bagi pertanian di daerah beriklim
sedang seringkali yang dimaksud semusim adalah apabila tanaman yang
dimaksud tidak perlu mengalami musim dingin bagi pembungaannya
(vernalisasi).Suatu usahatani dapat dikatakan layak atau tidak untuk
dilakukan dapat dilihat dari efisiensi penggunaan biaya dan besarnya
perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis Break Even Point?
2. Bagaimana analisis R/C Ratio?
3. Bagaimana analisis finansial tanaman semusim?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui analisis Break Even Point
2. Mengetahui analisis R/C ratio
3. Mengetahui cara menganalisis finansial tanaman semusim
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Break Even Point
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan
tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan
atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan
dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan
hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka
perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh
memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya
tetap yang harus di keluarkan. Menurut beberapa ahli dalam modul
Kelayakan Usahatani Tanaman Semusim FP UB antara lain :
1.
2. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan
impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu
periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan
sebaliknya tidak menderita kerugian.
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada
pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya,
dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu.
Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan
mengenaihal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
2
analisis
ekonomi
menunjukkan
hasil
layak.
Setiap
petani
metoda-metoda baru
layak atau tidak layak. Apek yang perlu dikaji adalah aspek financial
(keuangan ) dan pasar (bagaimana permintaan dan harga atas produksi yang
dihasilkan). Jika aspek ini jelas maka prospek ke depan untuk usaha tersebut
jelas, begitu juga sebaliknya apabila aspek ini tidak jelas maka prospek ke
depan juga tidak jelas ( Umar, 2005).
Adapun analisis kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha
antara lain R/C Ratio. R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau
dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.
Kerangka berpikir petani dalam menganalisis kelayakan finansial tanaman
semusim seperti berikut :
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Break Event Point
Analisis Break event point dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Graphical Approach
Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis
total revenue dan garis total cost.
2. Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu yang
di jabarkan di modul 9 Usahatani FP UB ada dua cara menentukan
Break event point :
a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit
Break even point volume produksi menggambarkan
produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha
agroindustri agar tidak mengalami kerugian (Juanda dan
Cahyono, 2000).
berikut:
Keterangan:
BEP
= Quantities (Produksi)
FC
VC
=HargaProduk
(Rangkuti, 2005)
Keterangan:
BEP
TR
FC
VC
BEP -> TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
TR TC = 0
Karena TR adalah untuk Total Revenue maka TR dapat kita
turunkan menjadi :
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Bila nilai RCR lebih
besar dari pada satu (RCR > 1) maka usaha tersebut menguntungkan.
Sedangkan nilai RCR sama dengan satu (RCR = 1) berarti usaha tersebut
tidak mengalami kerugian atau pun keuntungan. Dimana setiap satu rupiah
yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar satu rupiah pula.
Sebaliknya apabila nilai RCR kurang dari satu (RCR <1) maka usaha
tersebut mengalami kerugian dan tidak layak untuk diteruskan (Soekartawi,
1995).
TC = FC + VC
dimana:
TC = Biaya total (total cost), (Rp/musim tanam)
FC = Biaya tetap (fixed cost), (Rp/musim tanam)
VC = Biaya variabel (variable cost), (Rp/musim tanam)
Selain itu pula pembiayaan total digunakan perhitungan biaya eksplisit dan
implisit yaitu digunakan rumus:
TC = TCe + TCi
dimana:
TC = Biaya total (Rp/musim tanam)
TCe = Biaya eksplisit total (Rp/musim tanam)
TCi = Biaya implisit total (Rp/musim tanam)
TR = Y . Py
dimana:
Ciherang pada sistem tanam jajar legowo dan non jara legowo adalah
besarnya total penerimaan dibagi dengan besarnya biaya total dapat dilihat
pada Tabel 1 dan 2. Penerimaan usahatani padi Ciherang tentunya akan
sangat ditentukan oleh harga produksi yang tinggi disamping hasil produksi
yang maksimal, maka semakin tinggi harga produksi maka semakin besar
penerimaan usahatani padi Ciherang. Penerimaan rata-rata petani responden
padi Ciherang pada sitem tanam jajar legowo dan non jajar legowo dapat
dilihat pada Tabel 2
BAB IV
PENUTUP
10