6. 2. Analisa Sensitivitas
2
6. 3. Analisa Resiko
3. Biaya total (total cost) adalah jumlah dari biaya-biaya tetap dan
biaya-biaya variable.
Rp Rp Rp
TC = FC + VC
4
FC FC
Gambar 6.1. Grafik biaya produksi, terdiri dari (a) biaya tetap
(FC), (b) biaya variabel (VC), dan (c) biaya total
(TC)
Bila dimisalkan X adalah volume produk yang dibuat, dan c
adalah biaya variabel yang terlibat dalam pembuatan satu buah
produk maka biaya variabel untuk membuat X buah produk
adalah :
VC = cX (6.1)
TC = FC + VC (6.2)
= FC + cX
FC = biaya tetap
TR = pX (6.3)
Maka titik impas akan diperoleh apabila total biaya yang terlibat
persis sama dengan total pendapatan, atau :
TR = TC (6.4)
Atau :
pX = FC + cX (6.5)
FC
X= (6.6)
p-c
6
B TR
i Daerah untung
a TC
y Daerah rugi
a BEP (titik impas)
X volume produksi
30 juta – 25 juta
C=
15.000 – 10.000
5.000.000
=
5.000
= Rp. 1000,- per unit
Biaya tetap (X = 10.000), dapat dihitung dengan persamaan :
TC = FC + cX
FC
X=
p–c
15.000.000
X=
6.000 – 1.000
X = 3.000 per bulan
TC = FC + cX
= Rp. 15.000.000 + (Rp. 1.000,- per unit x 12.000 unit)
= Rp. 27.000.000,- per bulan
Contoh 6.2.
PT. ABC merencanakan membuat produk baru, dengan biaya
awal sebesar Rp. 150 juta dan biaya-biaya operasional dan
perawatan sebesar Rp. 35.000,- per jam. Perusahaan juga harus
membayar biaya-biaya lain sebesar Rp. 75 juta per tahun.
Berdasarkan waktu standar yang diperoleh dari studi teknik tata
cara dan pengukuran kerja, diestimasikan bahwa untuk
mempro-duksi 1000 unit produk dibutuhkan waktu 150 jam.
Diesti-masikan juga bahwa harga per unit produk adalah Rp.
15.000,- dan investasi diasumsikan akan berumur 10 tahun
dengan nilai sisa nol. Dengan MARR 20%, hitunglah berapa
unit yang harus diproduksi agar perusahaan berada pada kondisi
impas.
Solusi :
Misalkan x adalah jumlah produk (unit) yang harus diproduksi
dalam setahun agar mencapai titik impas. Dengan menggunakan
biaya-biaya tahunan (AC=Annual Cost) dan penjualan tahunan
(AR=Annual Revennue) maka kondisi impas akan diperoleh
apabila :
AC = AR
Dimana :
AC = 150 juta (A/P, 20%,10) + 75 juta + 0,150 (35.000)X
= 150 juta (0,2385) + 75 juta + 5.252X
= 110,788 juta + 5.250X
AR = 15.000X
10
Sehingga :
110,778 juta + 5.250X = 15.000X
110,778 juta = 9.750X
X = 11.362 unit per tahun
Solusi :
a. Penyelesaian dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Misalkan X adalah jumlah wafer (ton) yang akan diproduksi
dalam setahun.
2. Biaya-biaya variabel tahunan untuk mesin otomatis adalah :
Rp. 12.000,- x 1 jam x X ton
AC1 = Jam 8 ton tahun
= Rp. 12.000
X = Rp. 1500X
8
Sehingga biaya ekuivalen tahunannya adalah :
EUAC1 = 23.000.000 (A/P, 10%, 10) – 4.000.000 (A/F,
10%, 10) + 3.500.000 + 12.000X / 8
= 23.000.000 (0,16275) – 4.000.000 (0,06275) +
3.500.000 + 12.000X / 8
= 6.992.000 + 1500X
Dengan cara yang sama akan diperoleh biaya variabel
tahunan untuk mesin semiotomatis adalah :
Rp. 24.000,- x 1 jam x X ton
AC2 = Jam 6 ton tahun
= Rp. 24.000
X = Rp. 4.000X
6
Sehingga biaya ekuivalen tahunannya adalah :
EUAC2 = 8.000.000 (A/P, 10%, 5) + 1.500.000 + 4.000X
= 8.000.000 (0,26380) + 1.500.000 + 4.000X
= 3.610.000 + 4.000X
Contoh 6.4.
Asumsikanlah ada 3 alternatif proyek dengan data-data sebagai
berikut :
Alternatif A B C
Biaya awal (juta) 100 150 250
Nilai sisa (juta) 0 25 25
Biaya tahunan (juta) 20 16 5
Umur proyek (tahun) 10 10 10
Ongkos/unit produk 200 150 100
Bila MARR adalah 10%, pada interval tingkat produksi per
tahun berapa alternatif B paling ekonomis?
Solusi :
Misalkan X adalah jumlah produk yang dibuat per tahun, maka ;
Biaya ekuivalen tahunannya adalah :
EUACA = 100 juta (A/P, 10%, 10) + 20 juta + 200X
= 100 juta (0,16275) + 20 juta 200X
= 36,275 juta + 200X
EUACB = 150 juta (A/P, 10%, 10) + 16 juta – 25 juta (A/F,
10%, 10) + 150X
13
Biaya
(juta Rp.) A B
44,119 C
38,844
36,275
X1 X2 X3 Volume (X)
Gambar 6.4 Ilustrasi grafis biaya2 alternatif proyek A,B, & C
Dari gambar di atas tampak bahwa alternatif proyek B akan
paling ekonomis apabila perusahaan berproduksi pada
volume per tahun antara X1 dan X3. Bila volume produksi
kurang dari X3, maka alternatif C yang paling ekonomis dan
bila volume produksi kurang dari X1, maka alternatif A yang
paling ekonomis.
Untuk menghitung nilai X1 dan X3 digunakan masing-masing
persamaan sebagai berikut :
14
0 1 2 3 4 5
P = 10 juta
NPW (juta)
(-40, 2,2361 2
(-25, 1,6691)
1 (0, 0,8144)
(25, 0,0566)
-40 -30 -20 -10 10 20 30 40
-1 perubahan suku bunga(%) (40, -0,3571)
-2
-3
NPW (juta)
18
6
(-40, 4,8140)
(-25, 3,3144) 4
-4 (-40, -3,1856)
-6
NPW (juta)
6
(40, 5,140)
4 (25, 3,518)
-6
20
VII. DEPRESIASI
7.1 Pendahuluan
Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu pro-
perti atau aset karena waktu dan pemakaian.
Penyebab Depresiasi :
(1). Kerusakan fisik akibat pemakaian alat atau properti;
(2). Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar;
(3). Penurunan kebutuhan produksi atau jasa;
(4). Properti atau aset menjadi usang karena adanya perkembangan
teknologi;
(5). Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk
yang lebih baik dengan biaya yang lebih murah dan tingkat
keselamatan yang lebih memadai.
Besarnya depresiasi tahunan yang dikenakan pada suatu
properti bergantung pada beberapa hal :
21
BVt = P – tDt
23
P–S
=P– t
N
c. Nilai buku (Book Value) alat tersebut pada akhir tahun ke-
dua dan ke-lima;
Penyelesaian :
b. P–S
Dt =
N
Rp. 39 juta – Rp. 3 juta
= = Rp. 6 juta
6
ANALISIS EKONOMI
A. RENCANA USAHA
Direncanakan produksi keripik talas sebanyak 15 kali proses
produksi (pp) di laboratorium pengolahan pangan dengan rincian
biaya-biaya proses produksi sebagai berikut :
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
7. Transportasi - - 30.000
8. Sanitasi - - 10.000
9. Pemasaran 130 kms 200 26.000
Jumlah 300.900
a. Total Biaya (Total Cost) = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp. 150.000,- + Rp. 300.900,-
= Rp. 450.900,-
b. Harga Pokok per kemasan = Total Cost / jumlah kemasan
= Rp. 450.900,- / 450 kms
= Rp. 1002,-
Jumlah kemasan = 450 dengan berat 200 gram per kemasan
Harga jual per kemasan = Rp. 2000,-
c. Total Pendapatan (TR) = Rp. 2000,- x 450 kms
= Rp. 900.000,-
d. Biaya Variabel (VC) / unit = Total Biaya Variabel / kemasan
= Rp. 300.900,-/450
= Rp. 668,67
e. Keuntungan (Benefit) = TR – TC
= Rp. 900.000,- - Rp. 450.900,-
= Rp. 449.100,-
f. Laju Keuntungan = (Keuntungan/TC) x 100%
= Rp.449.100,00/450.900,00 x 100%
= 99,6 %
g. BEP (jumlah produk) = Biaya Tetap (FC)
Harga jual/kms – Biaya Var./kms
= Rp. 150.000,00
Rp. 2000 – 668,67
27
=
Rp. 150.000,00
Rp. 1331,33
= 113 kms
h. BEP (berdasarkan rupiah) = Biaya Tetap (FC)
1-(Biaya Variabel/Total Pendapatan)
= Rp. 150.000,00
1-(300.900/900.000,-)
= Rp. 150.000,00
1- 0,3343
= Rp. 150.000,-/0,6657
= Rp. 225.326,72
i. B/C Ratio = TR/TC
= Rp. 900.000,-/ Rp. 450.900,-
= 1,99
B. REALISASI USAHA
Realisasi produksi keripik talas sebanyak 15 kali proses
produksi (pp) di laboratorium pengolahan pangan dengan rincian
biaya-biaya proses produksi sebagai berikut :
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)