Malaria
Malaria
DEFINISI
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut ataupun kronik, disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan demam paroksismal,
anemia, dan splenomegali.
ETIOLOGI
Parasit malaria termasuk genus Plasmodium. Pada manusia terdapat 4 Spesies: Plasmodium
vivax yang menyebabkan malaria tertiana,Plasmodium ovale dapat menyebabkan malaria
ovale, Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria kuartana,dan Plasmodium
falciparum yang menyebabkan malaria Tropika.
Ke-empat Plasmodium tersebut memiliki hospes definitif/vektor yang sama dalam proses
penularan terhadap manusia, yaitu nyamuk Anopheles.
INSIDENSI
Angka infeksi tertinggi di Afrika disebabkan oleh P. Falciparum sedangkan P.vivax lebih
banyak di wilayah asia. Di Indonesia tersebar diseluruh kepulauan terutama daerah kawasan
timur. Menyerang lebih banyak pada anak-anak usia 6 bulan - 3 tahun. Tidak ada perbedaan
antara pria dan wanita. Mortalitas tertinggi malaria disebabkan oleh cerebral malaria yang
paling sering disebabkan infeksi P.falciparum , Anemia berat, Black Water Fever
EPIDEMIOLOGI
Malaria di masyarakat di bagi menjadi 2, endemik atau epidemik. Pembagian lain adalah
stable dan unstable. Dikatakan endemik apabila insidensi menetap untuk waktu yang lama.
Berdasarkan SR pada usia 2-9 tahun, endemisitas malaria dibagi menjadi :
-
Hipoendemik SR 10%
Mesoendemik SR 11-50%
Hiperendemik SR 50%
Survey entomologi
Survey lingkungan
Survey-survey lain.
2. Fase penyerangan
3. Fase konsolidasi
4. Fase pemeliharaan (maintenance)
Untuk pelaksanaan program pembasmian malaria dibutuhkan organisasi tersendiri
KOPEM (Komando Operasi Pembasmian Malaria).
Berbagai kegiatan yang dapat dijalankan untuk mengurangi malaria :
1. Menghindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk anopheles
2. Membunuh nyamuk dewasa
3. Membunuh jentik
4. Mengurangi tempat perindukan
5. Mengobati penderita malaria
6. Ppemberian pengobatan pencegahan
7. Vaksinasi
Strategi global pemberantasan malaria :
1. ,menyediakan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat
2. Merencanakan
dan
melaksanakan
upaya
preventif
yang
selektif
dan
Anak kecil
Wanita hamil
Imigran non imun yang datang ke wilayah endemi malaria
Ras dan suku Bangsa Penduduk Afrika memiliki prevalensi HbS cukup tinggi
sehingga lebih tahan terhadap infeksi P.falciparum karena HbS menghambat
perkembang biakannya.
5. Defisiensi enzim tertentu Defisiensi G6PD dapat memberikan perlindungan
terhadap infeksi , terutamaP.falciparum
6. Keadaan imunitas yang rendah
ETIOLOGI
penyakit malaria
Stadium eksoeritrositer/skizogoni eksoeritrosit/jaringan : menyerang sel hati
Setelah 2-3 siklus (3-15 hari), ada merozoit yang tidak tumbuh jadi trofozoit, melainkan jadi
gametosit (10-20 hari) (gametogoni/gametogenesis) :
2. Induksi (induced), stadium aseksual masuk ke tubuh manusia melalui darah, misalnya
transfusi, suntikan, kongenital.
Plasmodium falciparum
Morfologi stadium eritrositer :
Cincin : halus, kecil, ukuran 1/6 eritrosit, 1(infeksi multiple), kromatin ganda
Trofozoit muda : cincin reguler tidak sempurna
Trofozoit tua : solid dan bulat, ireguler
Skizon muda (prasegmentasi) : sitoplasma kompak, warna gelap
Skizon tua (segmentasi) : 12-24 merozoit (rata2 16), lebih kecil ukurannya
Diagnosis kasus berat : adanya skizon muda & matang sekaligus dalam darah tepi.
Pigmen : 1-2 butir
eritrosit
Skizon muda (prasegmentasi) : band form/pita
Skizon tua (segmentasi) : 6-12 (rata2 8), kromatin ovoid, gambaran bunga
seruni/daisy/roset
Mikrogametosit : inti tidak eksentrik, besar, muda, kurang kompak, hallo sekeliling
tua, bulat
Eritrosit : Ziemanns dots
Semua stadium terlihat di darah tepi
Butir2 pigmen banyak, kasar, gelap
Siklus hidup parasit malaria terjadi di dalam 2 hospes. Selama menghisap darah, nyamuk
Anopheles betina yang terinfeksi parasit, menginokulasi sporozoit ke dalam manusia (1).
Sporozoit menginfeksi sel hepar (2) dan matang menjadi skizon (3) yang akan ruptur dan
melepas merozoit (4). (Catatan : pada P. vivax and P. ovale terdapat stadium dorman
(hipnozoit) yang dapat bertahan di dalam hepar selama berminggu-minggu bahkan bertahuntahun dan menyebabkan relaps dengan cara kembali ke aliran darah) Setelah replikasi
pertama di dalam hepar (exo-erythrocytic schizogony [A]), parasit bermultiplikasi secara
aseksual di dalam eritrosit (erythrocytic schizogony [B]). Merozoit menginfeksi eritrosit (5).
Stadium cincin trofozoit matang menjadi skizon yang ruptur dan melepas merozoit (6).
Beberapa parasit berdiferensiasi menjadi stadium seksual eritrositik (gemetosit) (7). Stadium
parasit di dalam darah berperan dalam terjadinya manifestasi klinik penyakit.
Gametosit jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit) yang ditelan oleh nyamuk
Anopheles selama menghisap darah (8). Multiplikasi parasit di dalam nyamuk disebut siklus
sporogonik (C). Di dalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara mikrogametosit dan
makrogametosit yang menghasilkan zigot (9). Zigot menjadi motil dan memanjang (ookinet)
(10) dimana menyerang dinding usus (midgut) nyamuk dan berkembang menjadi ookista
(11). Ookista tumbuh, ruptur dan melepas sporozoit (12) yang akan menuju ke kelenjar ludah
nyamuk. Inokulasi sporozoit ke dalam host (manusia) yang baru akan mengalami siklus
hidup yang baru.
From DPDx: CDC's Web site for parasite identification.
PATOGENESIS
Patogenesis dipengaruhi :
1. Faktor host
GEJALA KLINIK
- Demam periodik (liat tabel). Berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matur
dan keluarnya merozoit ke dalam aliran darah (sporulasi). Pada malaria P.vivax dan ovale
(tertiana), skizon menjadi matang setiap 48 jam sehingga periode demamnya bersifat tertiana.
Begitu juga denga jenis malaria yg lain. Timbulnya demam juga bergantung pada jumlah
parasit (cryogenic level, fever treshold). Demam dapat bersifat intermiten, remiten, kontinua.
- Anemia hemolitik (normokrom normositer) : e/ : destruksi o/ parasit maupun o/ RES,
hambatan eritropoesis sementara.
- Splenomegali : teraba setelah 3 hr serangan akut, nyeri, hiperemis.
- Keluhan prodromal : malaise, skt kpl, dingin di punggung, nyeri sendi & tulang, demam
ringan, anoreksia, perut tdk enak, diare ringan sering pada P.vivax & ovale
G.klasik Trias malaria (scr berurutan)
1. Periode dingin (15-60 menit) : menggigil, penderita sering membungkus diri, saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi2 saling terantuk
2. Periode panas : muka merah, nadi cpt, suhu badan ttp tinggi bbrp jam
3. Periode berkeringat : hiperhidrosis, suhu turun, merasa sehat
@ trias malaria sering pd infeksi p.vivax, pd p.falciparum menggigil brt/tdk ada
Beberapa keadaan klinik perjalanan infeksi malaria :
1. Serangan primer : mulai akhir masa inkubasi terjadi serangan paroksismal :
dingin/menggigil, panas, berkeringat. Serangan pndk/panjang tergantung jml parasit
dan imunitas.
2. Periode laten : tanpa gejala, tanpa parasitemia slm infeksi malaria. Terjadi diantara 2
keadaan paroksismal.
3. Recrudescense / relaps jangka pendek : GK berulang dan parasitemia slm 8 mgg stlh
serangan primer hilang. Terjadi karena parasit dalam darah (daur eritrositer) menjadi
banyak.
Plasmodium
Falciparum
Ms
(hr)
(jm)
12 (9-14)
24, 36, 48
Vivax
13 (12-17) s/d 48
++
12 bln
Anemia
kronik,
splenomegali,
ruptur limpa
Ovale
17 (16-18)
48
++
Sama dg vivax
Malariae
28 (18-40)
72
Rekrudensi s/d 50
thn, splenomegali
menetap, sindrom
nefrotik
Takikardia
Kulit panas dan merah
Splenomegali: lunak, sakit
Hepatomegali: sakit
Hipotensi ortostatik
Mental confusion
Ikterus
Sianosis
Fever blister (infeksi Herpes simplex yang rekuren)
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap: anemia, leukopenia,
trombositopenia,
hipoglikemia.
Retikulosit mula-mula rendah / normal, kemudian meningkat.
Pemeriksaan urin: albuminuria
Tes faal hati: SGOT & SGPT meningkat, bilirubin direk dan indirek
meningkat, prothrombin time meningkat.
Serum albumin turun, serum globulin meningkat
Kreatinin dan urea serum meningkat.
Pemeriksaan apus darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis Plasmodium.
Pemeriksaan apus darah tebal
Digunakan sebagai pemeriksaan skrining darah penderita terhadap parasit
Plasmodium.
Tes antigen: P-F Test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II).
Deteksi untuk antigen vivax dengan metode ICT, yaitu tes yang mendeteksi
laktat
dehidrogenase
dari
plasmodium
(pLDH)
dengan
cara
epidemiologis.
Diagnosis Molekuler
PCR: yang diamplifikasi adalah gen 18 S small subunit ribosomal RNA
(ssrRNA), dielektroforesis memakai gel agarose dengan zat warna etidium
bromide.
Hasil: - jalur S: merupakan molekul base pair standar (50 bp).
- jalur 1: memperlihatkan pita diagnosis untuk P. vivax (120 bp).
Lokasi
ini
memudahkan
penyebaran
ke
manusia
terutam
pada
Gejala
Tanda
Demam 98%
Hepatosplenomegali 41%
Hepatomegali 38%
Splenomegali 22%
Osteoartikuler 23%
Bradikardia realtif 21%
Leptospira
interorgans
tanpa
memandang
bentuk
spesifik
Fase imun, dapat timbul demam yang mencapai suhu 40 0C disertai menggigil dan
kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada leher,perut dan otototot betis. Purpura, ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifestasi
perdarahan paling sering. Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini,
walaupun hanya 50% gejala dan tanda meningitis yang dapat menetap dalam
beberapa minggu, tetapi biasanya hilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini leptospira
dapat dijumpai pada urin.
4. Trypanosomiasis
a. Trypanosoma Afrika
Trypanosomiasis Afrika disebabkan oleh Trypanosoma brucei, dimana dapat
menyebebkan gambiense sleeping sickness. Transmisinya melalui gigitan lalat
tsetse dan lalatnya hanya ditemukan di Afrika.
Gejala klinis :
- Gejala umum : demam periodik, defisiensi nutrisi
- Kulit : chancre di daerah inokulasi, truncal rash, posterior cervical
-
lymphadenopati
Neurologi : gangguan pola tidur ( somnolen diurnal, insomnia, perubahan
status mental, gejal serebral)
periorbital
setelah
inokulasi
kedalam
membran
mukosa
konjuctiva.
KOMPLIKASI
o Ruptura lienalis
Dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
o Malaria serebral
Pada pemeriksaan likuor serebro spinalis didapatkan protein tinggi, tekanan tinggi,
pleositosis tidak ada / sedikit. Temperatur badan 41-42
Predisposisi:
Infeksi Plasmodium falciparum pada individu yang non imun
Pada terapi kina yang intermiten.
Pemeriksaan laboratorium: haemolisis berat, Hb uria, gagal ginjal.
Pemeriksaan urin didapatkan: warna:
coklat tuadalam keadaan asam
merah dalam keadaan basa / netral
o Kegagalan paru-paru
Terjadi karena terapi cairan intravena yang berlebihan. Dapat menyebabkan kematian.
o Algid Malaria
Tekanan darah dapat turun sampai 80 90 mmHg / 40 50 mmHg. Menyerupai
gejala insufisiensi adrenal akut. Dapat menyebabkan kematian.
o Gagal ginjal akut
Sering pada penderita malaria dewasa. Faktor risiko yang mempermudah:
hiperparasitemia, ikterus, hipotensi, hemoglobinuria.
o Kelainan hati (malaria biliosa)
o Hipoglikemia
Penyebab: pemberian terapi kina dan kegagalan glukoneogenesispada penderita
dengan ikterik, hiperparasitemia karena parasit mengkonsumsi karbohidrat dan TNF-
yang meningkat.
o Edema paru
Komplikasi yang paling berat dari malaria tropika dan lebih sering menyerang malaria
dewasa. Factor yang memudahkan terjadinya edema paru: kelebihan cairan,
kehamilan, malaria serebral, hiperparasitemia, hipotensi, asidosis dan uremia.
o Hiponatermia
Biasanya disertai penurunan osmolaritas plasma. Hiponatermi disebabkan karena
kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan sekret ataupun terjadinya sindrom
abnormalitas hormon anti diuretik.
o Manifestasi gastrointestinal
Ditandai dengan hiperventilasi (pernapasan kussmaul), peningkatan asam laktat, pH
turun dan peningkatan bikarbonat.
PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan malaria secara garis besar mempunyai tiga komponen penting yaitu:
1. Terapi spesifik dengan kemoterapi anti malaria
2. Terapi supportif (termasuk perawatan umum dan pengobatan simptomatik)
3. Pengobatan terhadap komplikasi
B. Pada setiap penderita malaria, maka tindakan yang dilakukan di puskesmas sebelum
dirujuk adalah:
1. Tindakan umum (di tingkat puskesmas):
Persiapan penderita malaria berat untuk dirujuk ke rumah sakit/fasilitas
pelayanan yang lebih tinggi, dengan cara:
a. Jaga jalan nafas dan mulut untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
- 8 amino-kuinolin: primakuin
Derivat para amino benzoic acid (PABA) competitors
- derivat sulfonamid: sulfadoksin, sulfadiazin, sulfalen
- derivat sulfon: dapson
Derivat Dihydrofolate Reductase (DHFR) inhibitors
- diaminopirimidin : pirimetamin
- biguanid : proguanil
Antibiotik
- Doksisiklin
- Tetrasiklin
- Klindamisin
Fitofarmaka
- Artemeter
- Artesunate
- Artemisin
New Drugs
Artemisinin, Lumefantrine, Atovaquone , Tafenoquine , Pyronaridine, Artemisone,
Naphthoquine , Antibiotics
Pengobatan malaria berdasarkan siklus hidupnya.
Skizontisidal darah (fase eritrositik) :
klorokuin, kuinin, meflokuin, pirimetamin
doksisiklin hiklat atau hidroklorida
Skizontisidal jaringan (fase ekso-eritrositik)
Kloroquin + primaquin
lini kedua
SP+primaquin
lini ketiga
Kina + primaquin
P vivax/ovale
Kloroquin + primaquin 0,25 mg/kg/hari 14 hari
Gagal/rekuren:
Kina 30 mg/kg/hari + primaquin
Panduan DepKes 2005
Pemberian obat lini kedua :
- obat lini pertama sudah selesai (3 hari)
- belum sembuh/kambuh setelah hari ke-4 atau 28
Penderita tidak sembuh :
- klinis tidak membaik disertai parasitemia aseksual
- klinis tidak ada namun msh parasitemia aseksual
Penderita dikatakan kambuh (hari ke 14 28):
Pengobatan ACT
Penggunaan artemisinin monoterapi terjadinya rekrudensi WHO
dikombinasikan
Kombinasi tidak tetap (non fixed dose) dan kombinasi tetap (fixed dose)
Fixed dose ;
Co-Artem artemeter (20mg) + lumefantrine (120 mg) 4x1 tab slm 3 hari
Artekin dihidroartemisin (40 mg) + piperakuin (320 mg) dosis awal 2 tablet, 8 jam
Asimptomatik
-
Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke daerah
malaria bisa melakukan hal-hal berikut:
Obat yang dipakai untuk tujuan ini umumnya bekerja terutama pada tingkat eritrositer, hanya
sedikit yang berefek pada tingkat eksoeritrositer (hati). Obat harus digunakan terus-menerus
mulai minimal 1 - 2 minggu sebelum berangkat sampai 4 - 6 minggu setelah keluar dari
daerah endemis malaria.
OAM yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah :
Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif aman untuk
anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan obat ini aman digunakan
untuk jangka waktu 2-3 tahun. Efek samping : gangguan GIT seperti mual, muntah, sakit
perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan meminum obat sesudah makan.
Pencegahan pada anak :
OAM yang paling aman untuk anak kecil adalah klorokuin. Dosis : 5 mg/KgBB/minggu.
Dalam bentuk sediaan tablet, rasanya pahit campur dengan makanan atau minuman, dapat
juga dipilih yang berbentuk suspensi.
Untuk mencegah gigitan nyamuk kelambu pada waktu tidur.
Pencegahan perorangan :
Dipakai oleh masing-masing individu yang memerlukan pencegahan terhadap penyakit
malaria. Obat yang dipakai : Klorokuin.
Cara pengobatan :
Bagi pendatang sementara :
Klorokuin diminum 1 minggu sebelum tiba di daerah malaria, selama berada di daerah
malaria dan dilanjutkan selama 4 minggu setelah meninggalkan daerah malaria.
Bagi penduduk setempat dan pendatang yang akan menetap :
Pemakaian klorokuin seminggu sekali sampai lebih dari 6 tahun dapat dilakukan tanpa efek
samping. Bila transmisi di daerah tersebut hebat sekali atau selama musim penularan, obat
diminum 2 kali seminggu. Penggunaan 2 kali seminggu dianjurkan hanya untuk 3 - 6 bulan
saja.
Dosis pengobatan pencegahan : Klorokuin 5 mg/KgBB atau 2 tablet untuk dewasa.
Golongan umur (tahun) Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal)
( frekuensi 1 x seminggu )
Umur 0 - 1 jumlah tablet
Umur 1 - 4 jumlah tablet
Umur 5 - 9 jumlah tablet 1
Umur 10 - 14 jumlah tablet 1
Umur > 15 jumlah tablet 2
Pencegahan kelompok
Ditujukan pada sekelompok penduduk, khususnya pendatang non-imun yang sedang berada
di daerah endemis malaria. Pencegahan kelompok memerlukan pengawasan yang lebih baik.
Obat diberikan melalui unit pelayanan kesehatan, pos-pos pengobatan malaria yang dibentuk
sendiri oleh penduduk di wilayah tersebut, atau melalui pos obat desa (POD) yang di
dalamnya menyediakan obat-obatan lain selain obat anti malaria.
Dosis dan cara pengobatan sama seperti pengobatan pencegahan perorangan.
perlu diingat juga bahwa pengobatan yang dilakukan sebagai tindakan preventif tidak 100%
efektif.
PROGNOSIS
1. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan
pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anakanak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
3. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan
2 fungsi organ
- Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %
- Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu:
- Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
- Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.