PENDAHULUAN
Muntah pada bayi dan anak merupakan gejala yang sering ditemukan dan
seringkali merupakan gejala dari berbagai macam penyakit maupun kelainan.
Muntah secara klinis merupakan hal yang penting sebab muntah yang
berkepanjangan atau persisten akan mengakibatkan gangguan metabolisme.
Sifat dan ciri muntah dapat membantu kita untuk mengarahkan penyebab
muntah. Misal muntah yang proyektil dapat dikaitkan dengan adanya obstruksi
gastrointestinal atau tekanan intrakranial yang meningkat. Bahan muntahan yang
masih dalam bentuk apa yang dimakan menunjukkan bahwa bahan muntahan
belum sampai di lambung dan belum tercerna oleh asam lambung berarti
penyebab muntahnya berasa di esofagus. Muntah yang mengandung gumpalan
susu yang tidak berwarna coklat atau kehijauan mencerminkan bahwa bahan
muntahan berasal dari lambung. Muntah yang berwarna kehijauan menunjukkan
bahwa bahan muntahan berasal dari duodenum dimana obstruksi terjadi dibawah
papila vateri.
Pada bayi yang muntah juga dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan
metabolik dan nutrisi. Gangguan metabolik bisa berupa dehidrasi, alkalosis,
kekacauan elektrolit. Dehidrasi disebabkan oleh karena hilangnya cairan oleh
muntah yang terjadi. Sedangkan pada nutrisi, pertumbuhan pada bayi dapat
terhambat oleh karena nutrisi atau asupan yang masuk berkurang.
Hypertrophic Pyloric Stenosis (HPS) adalah suatu kelainan bedah anak yang
menyebabkan muntah pada bayi. Insidens HPS diperkirakan sebanyak 2 sampai 4
kasus dalam tiap 1000 angka kelahiran hidup dalam 1 tahun pada kebanyakan
populasi kulit putih, terutama ras kaukasia di Eropa bagian Utara. Keadaan ini
lebih jarang ditemukan diantara populasi orang kulit hitam dan asia dengan
frekuensi kejadian berkisar di angka 1 sampai 3 kasus dari 1000 angka kelahiran
hidup tiap tahunnya.
HPS untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Hildanus pada tahun 1646,
namun deskripsi klinis yang lebih jelas mengenai keadaan ini diungkapkan oleh
Hirschsprung di tahun 1888. Sejak saat itu berbagai upaya pemahaman akan
diagnosis dan penanganan HPS mulai berkembang dan mengalami kemajuan yang
1
cukup pesat, terutama dalam bidang kedokteran bedah, walaupun etiologi ataupun
penyebab dan mekanisme patofisiologi keadaan ini secara pasti masih belum
dapat diketahui hingga saat ini. HPS bisa merupakan kejadian kongenital maupun
didapat. Ada teori yang menjelaskan etiologi ini antara lain hiperaktifitas lambung
yang menyebabkan spasme, hipertropi muskulus dan inervasi pilorus yang
abnormal.
Beberapa penelitian menduga kuat adanya predisposisi genetik pada suatu
HPS. Penderita laki-laki lebih banyak ditemukan daripada perempuan dengan
perbandingan sekitar 4-6:1, dimana anak laki-laki pertama memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk mengalami keadaan ini. Riwayat keturunan dalam keluarga
dianggap berkaitan dimana didapatkan orang tua (ibu atau ayah) yang pernah
mengalami suatu Hypertrophic Pyloric Stenosis (HPS) memiliki sekitar 5-20 %
anak laki-laki dan 3-7% anak perempuan dengan resiko tinggi HPS. Berdasarkan
penelitian sebelumnya anak dari seorang ibu yang menderita HPS memiliki resiko
sekitar 3-4 kali lebih sering untuk mengalami HPS dibandingkan anak dengan
ayah yang menderita HPS.
Manifestasi klinis HPS adalah obstruksi yang menyebabkan muntah
proyektil sesudah pemberian minuman formula atau ASI. Muntah yang terus
menerus menyebabkan terjadinya pengosongan lambung. Tampak peristaltik
lambung dan teraba masa di perut yang bentuk olive di kuadran kanan atas.
Frekuensi dan volume muntah sering kuat dan berkepanjangan, sehingga produk
muntah bisa berupa darah kebiruan karena gastritis.
Muntah merupakan tanda kegagalan proses pengosongan lambung yang
mengakibatkan dehidrasi berat, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan
asam basa, penurunan berat badan dan dapat berlanjut syok. Salah satu penyebab
HPS diduga karena gangguan koordinasi antara gerakan peristaltik gaster dan
relaksasi pilorus.
Berdasarkan beberapa penelitian di dunia didapatkan angka kematian akibat
HPS diperkirakan mencapai sekitar 50-75% sebelum tahun 1912, ketika
piloromiotomi belum diperkenalkan. HPS telah berhasil ditangani selama
beberapa dekade dengan teknik bedah Ramstedt pyloromyotomi ekstramukosal,
yang merupakan gold-standart penatalaksanaan HPS didukung dengan perawatan
sebelum dan sesudah operasi yang adekuat. Tatalaksana gizi dan nutrisi juga tidak
dilupakan guna mempertahankan keadaan bayi tetap stabil dan siap untuk
dilakukan tindakan operasi serta post operasi. Terapi gizi atau terapi diet adalah
bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus diperhatikan.
Dengan demikian didapatkan angka kematian HPS menjadi sangat menurun
dengan jumlah yang diperkirakan kurang dari 1 % dan saat ini HPS tidak lagi
dianggap sebagai suatu keadaan yang bersifat mengancam kehidupan.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1
IDENTITAS PASIEN
Nama
: By.TM
: Barih Lhok
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Nomor CM
: 1018920
Jaminan
: JKRA
Tanggal Masuk
: 16 September 2014
: Tn. ABJ
Ibu
: Ny. SA
2.2
ANAMNESA
Keluhan Utama
Muntah
Keluhan Tambahan
Tidak ada keluhan tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dibawa oleh ibunya ke IGD dengan keluhan muntah yang dialami
sejak 1 bulan yang lalu SMRS. Muntah terjadi setiap pasien di berikan asi atau
susu. Muntah menyemprot, riwayat muntah berwarna kehijauan tidak pernah ada..
Tampak gambaran seperti usus bergerak-gerak di perut saat pasien minum ASI.
Pasien hanya mendapat asi dan susu formula sejak lahir sampai sekarang,
frekuensi menyusu 2-3 kali/hari, lama menyusu 15-20 menit. Sebelumnya
pasien di bawa ke puskesmas lalu di rujuk ke rumah sakit satelit di indrapuri dan
di rawat selama 3 hari. Mencret (-), BAB 1 minggu 1 kali. Konsistensi lunak,
tidak cair, warna kuning kehijauan.
Riwayat Kehamilan
Ibu ANC teratur di Bidan. Selama hamil ibu pasien tidak pernah sakit,
terjatuh dan mengkonsumsi obat-obatan.
Riwayat Persalinan
Pasien merupakan anak pertama tunggal. Lahir cukup bulan secara
pervaginam di bidan, presentasi kepala dengan BBL 2800 gram. Pasien lahir
segera menangis kuat. Ekstremitas biru (-).
Riwayat Imunisasi
Belum lengkap
Riwayat makan
0-1 bulan : ASI
1-2 bulan : ASI + Susu Formula
O/ HR : 160 x/menit
RR : 44x/menit
T
: 36,8 c
PF/ Kepala
: Normocephali
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Abdomen
Extremitas
Anogenitalia
2.3
: pucat ,
sianosis,
udem,
ikterik
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
HR
: 160 x/menit
Suhu
: 36,8oC
Pernafasan
: 44 x/menit
Keadaan Gizi
Kulit
Keadaan kulit
: Normal
Warna
: Sawo
Turgor
: Kembali cepat
Parut/skar
: Tidak dijumpai
Sianosis
: Tidak dijumpai
Ikterus
: Tidak dijumpai
Pucat
: Tidak dijumpai
Kepala
: Normosefali
Rambut
Wajah
Mata
Telinga
: Serumen(-/-), normotia
Hidung
Mulut
Bibir
Lidah
: Beslaq (-)
Leher
Inspeksi
Palpasi
Thorax
Inspeksi
Palpasi
: Tidak dilakukan
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: Tidak dilakukan
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Tidak dilakukan
Hepar
: Tidak dilakukan
Lien
: Tidak dilakukan
Ginjal
: Tidak dilakukan
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
Genitalia
Testis (+), skrotum (+), penis (+)
Anus
Anus (+)
Kulit terkelupas
: Tidak ada
Ekstremitas
Pucat (-/-), udem (-/-), sianosis (-)
Kulit kemerahan dan terkelupas (-)
2.4
ASSESMENT
Diagnosis kerja
GERD + dehidrasi ringan sedang + malnutrisi akut berat e.c Hypertropi Pyloric
Stenosis
2.5
TERAPI
Farmakologis
IVFD 4:1 12 gtt/i mikro
Inj. Ranitidin 3 mg/12 jam
Interlac 1x5 gtt drop
Ambroxol drop 3x0,3 cc
Amoxilin drop 3x0,6 cc
2.6
PLANNING
Baby gram
BNO
Thorax PA
USG
2.7
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tgl : 16-09-2014
HB : 10,9 gr/dL
HT : 33 %
Eritrosit : 3,9x103/mm
Leukosit : 13,0x103/mm
Trombosit : 620x103U/L
Elektrolit :
Natrium (142 mmol/L), Kalium (3,3 mmol/L), klorida (71 mmol/L)
KGDS : 92 mg/dL
Ureum : 56 mg/dL
Kreatinin : 0,50 mg/dL
2.8
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
Tanggal/Hari
Catatan
Instruksi
CATATAN
TERAPI :
KU:
IVFD
Rawatan
16 /09/2014
H0
Anak
BB: 3500 gr
PB: 51 cm
Nacl
0,9%
225cc/6
75cc/kgBB
KT :
gtt/i
Inj. Ranitidin 5 mg/8 jam
elektrolit
post
rehidrasi
Konsul Gastroenterology
Pemeriksaan lab :
Tgl : 16-09-2014
HB : 10,9 gr/dL
HT : 33 %
Eritrosit : 3,9x103/mm
Leukosit : 13,0x103/mm
Trombosit : 620x103U/L
RPD:
Pernah dirawat di RSUD Satelit di
indrapuri dengan keluhan yang sama
sebelum dirujuk ke RSUDZA.
Elektrolit :
Natrium (142 mmol/L),
Kalium (3,3 mmol/L),
klorida (71 mmol/L)
10
KGDS : 92 mg/dL
RPK:
Keluarga pasien tidak pernah mengalami
Ureum : 56 mg/dL
: 38,2 c
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
11
Abdomen :
I.Simetris, distensi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
ASSESSMENT:
Obs. Vomitus dengan
dehidrasi ringan
BB: 4000 gr
PB: 51 cm
mikro
O/ HR : 130 x/menit
RR : 40 x/menit
T
Domperidon 3x0,6 cc
Diet ASI
: 36,3 C
PLANNING :
Konsul divisi nutris dan
penyakit metabolik
12
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-), tali pusat
kering, bau (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
ASSESSMENT:
Obs. Vomitus dengan dehidrasi ringan
sedang ec. GERD + Malnutrisi akut berat
18 / 09 / 2014
H2
Anak
BB: 3500 gr
PB: 51 cm
O/ HR : 132 x/menit
RR : 43 x/menit
T
: 36,3 C
13
Diet ASI
PF/ Kepala: Normocephali
Mata: Palp.konj.inf pucat (-/-)
PLANNING :
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-), tali pusat
kering, bau (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
ASSESSMENT:
Obs. Vomitus dengan dehidrasi ringan
sedang ec. GERD + Malnutrisi akut berat
19 / 09 / 2014
H3
14
Anak
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
BB: 3500 gr
PB: 50 cm
Domperidon 3x0,6cc
O/ HR : 132 x/menit
Diet ASI
RR : 40 x/menit
T
: 36,6 C
PLANNING :
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-), tali pusat
kering, bau (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
15
20 / 09 / 2014
H4
Anak
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
BB: 3400 gr
PB: 50cm
O/ HR : 112 x/menit
RR : 36 x/menit
: 36,9 C
Diet ASI
PLANNING :
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-), tali pusat
kering, bau (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
16
saat
pemberian
ASI
tampak Anjuran:
21 / 09 / 2014
TERAPI :
IVFD 4:1 12 gtt/menit
H5
Anak
O/ HR : 102 x/menit
BB: 3300 gr
RR : 30 x/menit
PB: 50cm
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
: 36,6 oC
ASI Ad libitum
PLANNING :
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-), tali pusat
kering, bau (-)
P. tidak dilakukan
17
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Anak
mikro
BB: 3400 gr
O/ HR : 102 x/menit
PB: 50cm
RR : 30 x/menit
T
: 36,6 oC
PLANNING :
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
18
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Anak
mikro
BB: 3500 gr
O/ HR : 108 x/menit
PB: 50cm
RR : 32 x/menit
T
: 36,6 C
ASI Ad libitum
PF/ Kepala: Normocephali
Mata: Palp.konj.inf pucat (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
PLANNING :
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
19
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Anak
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
BB: 3400 gr
O/ HR : 104 x/menit
PB: 50cm
RR : 34 x/menit
: 36,9 oC
ASI Ad libitum
PF/ Kepala: Normocephali
Mata: Palp.konj.inf pucat (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
PLANNING :
Menunggu
Mukosa
bibir
lembab,
hasil
pylorus
bibir
20
USG
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
H8
Bedah Anak
O/ HR : 100 x/menit
BB: 3400 gr
RR : 30 x/menit
PB: 51cm
TERAPI :
: 36,9 C
PLANNING:
Abdomen:
I: Distensi
CT-BT
P: Lembut
21
P: tympani
ASSESSMENT:
Obs. Vomitus + Susp. Hipertropic pyloris
stenosis
25 / 09 / 2014
H9
Anak
BB: 3400 gr
O/ HR : 128 x/menit
PB: 50cm
RR : 30 x/menit
T
ASI Ad libitum
: 36,7 C
PLANNING :
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
22
S/ Batuk.
TERAPI :
IVFD 4:1 300 cc/ 24 jam
H9
Bedah Anak
O/ HR : 120 x/menit
BB: 3400 gr
RR : 30 x/menit
PB: 50cm
: 36,5 C
Abdomen:
I: Distensi
A: Bunyi usus (+)
P: Lembut
PLANNING:
Tranfusi
PRC
35
cc
(Cross match)
Rontgen Baby gram
P: tympani
ASSESSMENT:
Susp. Hipertropic pyloris stenosis
26 / 09 / 2014
TERAPI :
IVFD 4:1 12 gtt/menit
H10
BB: 3600 gr
O/ HR : 135 x/menit
PB: 50cm
RR : 33 x/menit
T
: 37,1 oC
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
Interlac 1x5 tetes (drop)
ASI Ad libitum
PLANNING :
23
Mulut:
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
S/ Batuk.
TERAPI :
IVFD 4:1 300 cc/ 24 jam
H10
Bedah Anak
O/ HR : 124 x/menit
BB: 3400 gr
RR : 30 x/menit
PB: 50cm
: 36 C
Abdomen:
I: Distensi
A: Bunyi usus (+)
PLANNING:
Tranfusi PRC 1 x 35 cc
24
P: Lembut
P: tympani
ASSESSMENT:
Susp. Hipertropic pyloris stenosis
27 / 09 / 2014
TERAPI :
IVFD 4:1 12 gtt/menit
H11
Anak
O/ HR : 128 x/menit
BB: 3700 gr
RR : 30 x/menit
PB: 52cm
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
: 36,8 oC
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
25
H11
Bedah Anak
O/ HR : 130 x/menit
BB: 3700 gr
RR : 30 x/menit
PB: 52cm
TERAPI :
: 36,3 C
Abdomen:
I: Distensi (-), Darm contur (-), Darm
steifung (-)
A: Bunyi usus (+)
P: Soepel
PLANNING:
Cek darah rutin ulang,
elektrolit.
Echo senin
Konsul
P: tympani
anak
untuk
toleransi OP
ASSESSMENT:
Konsul Anesthesi
H12
Anak
O/ HR : 122 x/menit
BB: 3700 gr
RR : 34 x/menit
PB: 52cm
TERAPI :
: 36,5 C
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
Interlac 1x5 tetes (drop)
Amoxilin drop 3 x 0,6 cc
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
S/
TERAPI :
IVFD 4:1 370 cc/ 24 jam
H12
Bedah Anak
O/ HR : 110 x/menit
BB: 3700 gr
RR : 30 x/menit
PB: 52cm
: 36,5 C
Abdomen:
I: Distensi (-), Darm contur (-), Darm
steifung (-)
PLANNING:
27
P: Soepel
P: tympani
ASSESSMENT:
Hipertropic pyloris stenosis
29 / 09 / 2014
TERAPI :
IVFD 4:1 12 gtt/menit
H13
Anak
O/ HR : 128 x/menit
BB: 4000 gr
RR : 32 x/menit
PB: 52cm
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
: 36,7 C
ASI ad libitum
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
PLANNING :
sianosis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
28
S/ Batuk.
TERAPI :
IVFD 4:1 12 gtt/menit
H13
Bedah Anak
O/ HR : 110 x/menit
BB: 3700 gr
RR : 26 x/menit
PB: 52cm
mikro
Ambroxol drop 3 x 0,3 cc
: 36,5 C
Abdomen:
I: Distensi (-), Gastric wave (+)
A: Bunyi usus (+)
P: Soepel
P: tympani
PLANNING:
Konsul ulang anak untuk
toleransi OP
Echocardiography
Konsul Anesteshi
ASSESSMENT:
Susp. Hipertropic pyloris stenosis
30 / 09 / 2014
H14
Anak
O/ HR : 128 x/menit
BB: 4000 gr
RR : 32 x/menit
PB: 52cm
TERAPI :
: 36,7 oC
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
Interlac 1x5 tetes (drop)
Amoxilin drop 3 x 0,6 cc
ASI ad libitum
Mulut:
Mukosa
bibir
lembab,
bibir
sianosis (+)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-), tali pusat
kering, bau (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
S/ Batuk (+)
TERAPI :
IVFD 4:1 12 gtt/menit
H14
Bedah Anak
O/ HR : 140 x/menit
BB: 4000 gr
RR : 40 x/menit
PB: 52cm
: 36,5 C
Abdomen:
mikro
Amoxilin drop 3 x 0,6 cc
Ambroxol drop 3 x 0,3 cc
Puasa 4 jam
30
PLANNING:
P: tympani
Rencana OP
SIO/ Inform concent
ASSESSMENT:
Hypertropic pyloris stenosis
Pukul 14.45
Bedah Anak
pilomyotomy
susu
ad
libitum
- (Cek residu)
01 / 10 / 2014
H15
Anak
O/ HR : 130 x/menit
BB: 3700 gr
RR : 46 x/menit
PB: 52cm
TERAPI :
: 36,3 C
mikro
Inj. Ranitidin 5 mg/12 jam
Interlac 1x5 tetes (drop)
Amoxilin drop 3 x 0,6 cc
ASI ad libitum
31
Mukosa
bibir
lembab,
PLANNING :
bibir
sianosis (+)
Leher: Pembesaran KGB (-)
Thorax: I. simetris, retraksi (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
I. Simetris, distensi (-), tali pusat
kering, bau (-)
P. tidak dilakukan
P. tidak dilakukan
A. peristaltik usus normal
Extremitas:
pucat , sianosis, ikterik
- -
- -
- -
- -
- -
- -
TERAPI :
IVFD 4:1 400cc/ 24 jam
Bedah Anak
BB: 4000 gr
O/ HR : 120 x/menit
gtt/menit mikro
PB: 52cm
RR : 40 x/menit
: 36,5 C
Abdomen:
I: Distensi (-), Darm contur (-), Darm Inj. Antrain 50mg/ 8 jam
32
steifung (-)
A: Bunyi usus (+)
PLANNING:
P: Soepel
Cek residu
P: tympani
ASSESSMENT:
Post.
Piloromyotomy a/i
Hypertropic
pyloris stenosis
33
BAB III
ANALISA KASUS
Telah diperiksa seorang anak laki-laki usia 2 bulan di RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh pada tanggal 01 Oktober 2014 dengan keluhan utama muntah,
dan tidak ada keluhan tambahan. Pasien di diagnosa dengan Obs. Vomitus +
dehidrasi ringan sedang + malnutrisi akut berat e.c Hypertropi Pyloric Stenosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
3.1
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan muntah. Keluhan muntah
dialami pasien sejak 1 bulan yang lalu. Muntah menyemprot dan di alami setelah
minum ASI. Ini merupakan kasus yang terjadi pada bayi usia 2 bulan. Secara
epidemiologi usia kejadian sesuai dengan usia rata-rata penyakit HPS yaitu 2
sampai 12 minggu kehidupan. Pada umumnya, muntah pada HPS menyemprot
(proyektil). Ini sesuai dengan temuan gejala yang terjadi pada pasien.
Terdapat 3 gejala pokok yang sering terjadi pada HPS:
1. Muntah proyektil.
2. Kegagalan pertumbuhan dan kehilangan berat badan.
3. Obstipasi, terjadi karena kurangnya asupan makanan.
Kemudian juga tampak gambaran seperti usus bergerak-gerak di perut saat
pasien minum ASI. Hal ini juga merupakan tanda gejala pada kasus HPS.
3.2
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik di dapati pada abdomen soepel, tampak
adanya olive walau bayi telah diberi minum. Penelitian terakhir menemukan
pada 79% kasus dapat didiagnosis dengan terabanya olive pada perut kanan
atas. Pada diameter < 15,5 mm olive sulit untuk berhasil dipalpasi, dan pada
panjang saluran pilorus > 17 mm tidak mempengaruhi hasil perabaan. Hasil
perabaan yang positif juga tergantung dari beberapa faktor, yaitu keahlian
34
pemeriksa, besar kecilnya olive saat ditemukan serta keadaan bayi setelah
minum atau bukan.
3.3
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan darah rutin, USG andomen dan
foto baby gram. Pada pemeriksaan lab didapati Hematokrit (Ht) turun termasuk
keadaan hemodilusi. Ini dapat terjadi pada keadaan anemia, sirosis hati, gagal
jantung, perlemakan hati, leukemia, kehamilan, malnutrisi, pneumonia, dan
overhidrasi.
Pemeriksaan radiologi pada pasien ini telah dilakukan USG abdomen dan
serta foto baby gram. Pada USG abdomen didapatkan adanya penebalan otot
pylorus dan penyempitan canalis pyloricum. Hasil kesimpulan USG adalah
Hypertropic Pyloric Stenosis. Pada pemeriksaan baby gram didapati corakan
udara yang meningkat pada gaster. Tidak tampak udara usus halus dan kolon.
3.4
Diagnosis
Diagnosis kerja ditegakkan Suspek Refluks Gastro Esophageal Deasese
35
3.5
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HPS untuk pebaikan keadaan umum dapat dilakukan
pembilasan lambung dengan larutan NaCl untuk mengeluarkan sisa barium bila
bayi dilakukan foto barium meal. Koreksi untuk keadaan dehidrasi, hipokalemi,
dan alkalosisnya. Transfusi darah atau plasma/albumin bila terdapat anemia atau
defisiensi protein serum.
Pengobatan prabedah ditujukan langsung pada koreksi cairan, asam basa,
dan kehilangan elektrolit. Pemberian cairan intravena dimulai dengan 0,45%0,9% NaCl dalam 5-10% dekstrosa dengan penambahan kalium klorida dengan
kadar 30-50 mEq/L. Terapi cairan harus dilanjutkan sampai bayi mengalami
rehidrasi dan kadar bikarbonat serum kurang dari 30 mEq/L yang menyatakan
alkalosis sudah terkoreksi. Koreksi terhadap alkalosis sangat penting untuk
mencegah apneu pascabedah, yang mungkin merupakan akibat dari anestesi.
Kebanyakan bayi bisa berhasil rehidrasi dalam waktu 24 jam. Muntah biasanya
berhenti bila lambung kosong.
Prosedur bedah pilihan adalah piloromiotomi ramstedt. Prosedur ini
dilakukan melalui insisi pendek melintang atau dengan laparoskopi. Massa
pylorus di bawah mukosa dipotong tanpa memotong mukosa dan irisan ditutup
kembali.
3.6
Prognosis
Bila dilakukan pembedahan pada bayi masih sekali-sekali muntah, sembuh
36
BAB IV
KESIMPULAN
Hipertrofi pyloric stenosis (HPS) penyempitan dari pilorus, yaitu bagian
dari lambung menuju ke usus halus. Dalam kondisi normal, makanan akan dengan
mudah melalui lambung menuju ke bagian pertama dari usus halus melalui katup
yang disebut pilorus. Pada stenosis pilorus, oto-otot pilorus mengalami penebalan.
Hal tersebut mencegah pengosongan isi lambung menuju usus halus.
Pengobatan prabedah ditujukan langsung pada koreksi cairan, asam basa,
dan kehilangan elektrolit. Pemberian cairan intravena dimulai dengan 0,45%0,9% NaCl dalam 5-10% dekstrosa dengan penambahan kalium klorida dengan
kadar 30-50 mEq/L. Terapi cairan harus dilanjutkan sampai bayi mengalami
rehidrasi dan kadar bikarbonat serum kurang dari 30 mEq/L yang menyatakan
alkalosis sudah terkoreksi. Koreksi terhadap alkalosis sangat penting untuk
mencegah apneu pascabedah, yang mungkin merupakan akibat dari anestesi.
Kebanyakan bayi bisa berhasil rehidrasi dalam waktu 24 jam. Muntah biasanya
berhenti bila lambung kosong.
Prosedur bedah pilihan adalah piloromiotomi ramstedt. Prosedur ini
dilakukan melalui insisi pendek melintang atau dengan laparoskopi. Massa
pylorus di bawah mukosa dipotong tanpa memotong mukosa dan irisan ditutup
kembali.
37