Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

KEHIDUPAN KAMPUS

Disusun Oleh :
1.

Muhammad Sholeh

(12)

2.

Rachmad Catur Setyawan

(13)

3.

Reza Lutfyan

(14)

4.

Riyan Ardiyanto

(15)

5.

Rizki Muhammad Adha

(16)

6.

Roychiardo Alzis Hindarta

(17)

Kelas/Kelompok : ME-3C/IV

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga
sekarang telah mengalami perjalanan waktu yang tidak sebentar,
dalam rentang waktu tersebut banyak hal atau peristiwa yang
terjadi

menemani

perjalanan

Pancasila,

sehingga

berdirilah

pancasila seperti sekarang ini didepan semua bangsa Indonesia.


Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah
menuai banyak konflik diinternal para pencetusnya, hingga
sekarangpun diera reformasi dan globalisasi Pancasila masih
hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan
terutama kalangan Politik dan mahasiswa. Kebanyakan dari para
pihak

yang

memperbincangkan

masalah

Pancasila

adalah

mengenai awal dicetuskannya Pancasila tentang sila pertama.


Memang dari sejarah awal perkembangan bangsa Indonesia
dapat kita lihat bahwa komponen masyarakatnya terbentuk dari dua
kelompok besar yaitu kelompok agamis dalam hal ini didominasi
oleh kelompok agama Islam dan yang kedua adalah kelompok
Nasionalis. Kedua kelompok tersebut berperan besar dalam
pembuatan rancangan dasar Negara kita tercinta ini.
Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan pancasila
sebagai dasar Negara. Sekarang pancasilapun dijadikan bahan
perbincangan sebagai perilaku yang digunakan didalam kampus.
Dimana

didalam

kampus

tersebut

akan

terdidik

dengan

kepemimpinan pancasila. Baik dalam perilaku bergaul juga dalam


proses belajar mengajar didalamnya. Serta molekul-molekul yang
menjadi bagiannya.

Makalah ini dibuat sebagai catatan perjalanan Pancasila dari


jaman ke jaman, agar kita senantiasa tidak melupakan sejarah
pembentukan Pancasila sebagai dasar Negara, dan juga dapat
digunakan untuk menjadi penengah bagi pihak yang sedang
berbeda pendapat tentang dasar Negara supaya kedepan kita tetap
seperti semboyan kita yaitu Bhineka Tunggal Ika. Terutama hal
tersebut dalam penerapannya dalam kehidupan kita. Termasuk
dilingkungan kampus.

BAB II
PERUMUSAN MASALAH

II.1

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini secara khusus
membahas permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang disebut pancasila sebagai dasar negara?
2. Apa yang dimaksud dengan tri darma perguruan tinggi?
3. Bagaimana cara mengaktualisasikan pancasila tersebut di
perguruan tinggi atau kampus?

II.2

Tujuan Penulisan
Setelah penulis mencoba memahami akan latar belakang
serta rumusan masalah diatas, maka tujuan kepenulisan ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai
dasar negara
2. Memahami makna dari pancasila dalam perilaku sehari-hari
serta mengenali peran dan cara mengaktualisasikan pancasila
sendiri dalam kehidupan, terutama dalam lingkungan perguruan
tinggi atau kampus

II.3

Manfaat Penulisan
Setelah penulis mencoba memahami makna dari pancasila
sebagai dasar Negara, maka penulispun tersadar akan pentingnya
nilai pancasila tersebut untuk diaktualisasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Terutama dalam lingkungan kampus yang memang
kebetulan terdiri dari berbagai macam suku, adat serta agama.

Karena dasar pemikiran tersebutlah, maka sangat layak dan


pantas makna, peran pancasila kembali ditulis guna untuk kembali
dibaca sebagai salah satu bahan penyadaran diri setiap individu
agar kembali mengintropeksi dirinya untuk berperilaku sesuai
dengan makna pancasila.
Dimana dengan berjiwa pancasila tersebut, akan terangkai
kehidupan yang matang, selaras dan akan jauh dari permasalahan
yang didasarkan karena perbedaan adat, suku bahkan agama
tersendiri. Maka dari itu, penulis menganggap sangat perlu menulis
makalah ini.

BAB III
PEMBAHASAN

III.1

Pancasila Sebagai Dasar Negara


Sebelum

kita

beranjak

mengenali

pancasila

dalam

lingkungan kampus. Maka terpikir sangatlah perlu bagi kita semua


untuk mengetahui posisi, fungsi atau peran pancasila sebagai
dasar negara, sebelum kita akan melanjutkan pemahaman
terhadap pancasila dan aktualisasinya dalam kampus. Karena
dengan mengetahui lebih jauh dan lebih dalam pancasila sebagai
dasar

Negara

kita

nanti

akan

lebih

paham

untuk

mengaktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk


dalam kampus.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari
alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang
dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan
dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi
dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu
disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966
jo.

Ketetapan

MPR

No.V/MPR/1973

dan

Ketetapan

MPR

No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai


sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni
sebagai dasar negara (philosophische grondslaag) Republik
Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap

sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang


merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest
Renan: kehendak untuk bersatu (le desir detre ensemble) dan
memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa
Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional
karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua
golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.
Maka

pancasila

merupakan

intelligent

choice

karena

mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan


tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan Pancasila
sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan
(indifferentisme),

tetapi

merangkum

semuanya

dalam

satu

semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka


Bhinneka Tunggal Ika.
Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr.
Supomo: Jika kita hendak mendirikan Negara Indonesia yang
sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia,
maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara
(Staatside) integralistik Negara tidak mempersatukan diri dengan
golongan

yang

terbesar

dalam

masyarakat,

juga

tidak

mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan


mengatasi

segala

golongan

dan

segala

perorangan,

mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyatnya


Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan
pengertian bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal
itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk kepadanya,
membela
undangan.

dan

melaksanakannya

Mengenai

hal

itu,

dalam

seluruh

Kirdi

Dipoyudo

perundang(1979:30)

menjelaskan: Negara Pancasila adalah suatu negara yang

didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk


melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi
semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan
beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir
batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu
kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan
kehidupan bangsa (keadilan sosial).
Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral
(utuh dan menyeluruh) sehingga merupakan penopang yang kokoh
terhadap negara yang didirikan diatasnya, dipertahankan dan
dikembangkan

dengan

tujuan

untuk

melindungi

dan

mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga


bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat
kemanusiaan itu merupakan kewajiban negara, yakni dengan
memandang manusia qua talis, manusia adalah manusia sesuai
dengan principium identatis-nya.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD
1945 dan ditegaskan keseragaman sistematikanya melalui Instruksi
Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun secara hirarkis-piramidal.
Setiap sila (dasar/ azas) memiliki hubungan yang saling mengikat
dan menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat
dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari pembenarannya
pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu,
Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat
dan utuh, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan
sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari Pancasila akan
menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar
negara.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang
sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila

dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain. Secara


tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro
melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila dengan menempatkan
sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai basis bentuk piramid
Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai
oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara tegas, Dr. Hamka
mengatakan: Tiap-tiap orang beragama atau percaya pada Tuhan
Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu
dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya
hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila
sebagai dasar negara sesungguhnya berisi:
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang
adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, yang berKerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,

serta

ber-Keadilan

sosial

bagi

seluruh rakyat Indonesia.


Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang ber-Persatuan Indonesia, yang berKerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-

Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat


Indonesia.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang berKetuhanan Yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang
dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan.

III.2

Aktualisasi Pancasila
Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul-betul
ada, terjadi, atau sesungguhnya. Dimana pancasila memang sudah
jelas berdiri di Negara Indonesia sebagai dasar Negara dan
ideologi Negara.
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila
benar-benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh
warga negara mulai dari aparatur dan pimpinan nasional sampai
kepada rakyat biasa.
Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila
adalah bersifat universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut
dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan
Negara dan dalam wujud norma-norma, baik norma hukum,
kenegaraan, maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan
dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
a. Aktualisasi objektif
Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah aktualisasi pancasila
dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi
kelembagaan Negara antara lain, legislatif, eksekutif, maupun

yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi


lainnya. Seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam
penjabaran kedalam undang-undang, garis-garis besar haluan
Negara, hankam, pendidikan maupun bidang kenegaraan
lainnya.
b. Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi

Pancasila

yang

subyektif

adalah

aktualisasi

pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral


dalam kaitannya dengan hidup Negara dan masyarakat.
Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga
Negara

biasa,

aparat

penyelenggara

Negara,

penguasa

Negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik,


maka dia perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan
kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.
Aktualisasi

nilai-nilai

Pancasila

dalam

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara memerlukan kondisi


dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan masyarakat
yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat
terlihat dalam perilaku. Perpaduan ciri tersebut di dalam
kehidupan kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang
merupakan variasi dari corak kehidupan yang menjadikan
kampus sebagai pedoman dan harapan masyarakat.

III.3

Tridarma Perguruan Tinggi


Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas
falsafah Negara Pancasila diarahkan untuk membentuk manusiamanusia pembangunan yang berjiwa Pancasila, membentuk
manusia-manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan

kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur, mencintai


bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia.
Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran diatas perguruan tingkat menengah berdasarkan
kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi:
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan Tinggi.
Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha
pembangunan selain diarahkan untuk menjadikan Perguruan Tinggi
sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta seni, juga mendidik mahasiswa untuk berjiwa
penuh pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang besar pada
masa depan bangsa dan Negara, serta menggiatkan mahasiswa,
sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan
pengembangan daerah.
Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi
dalam masarakat bukanlah merupakan menara gading yang jauh
dari

kepentingan

masyarakat,

melainkan

senantiasa

mengembangkan dan mengabdi kepada masarakat. Maka menurut


PP. No. 60 Th. 1999, bahwa Perguruan Tinggi mempunyai 3 tugas
pokok, yaitu:
1.

Pendidikan tinggi

2.

Penelitian

3.

Pengabdian terhadap masyarakat

Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus,


tidak hanya mengajar akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan
tersebut mahasiswa akan lebih didampingi baik secara intelektual

dan

emosional.

Contoh

umumnya

adalah

bagaimana

cara

mahasiswa bergaul dalam sehari-hari mereka dengan berpedoman


pada pancasila.
Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh
masyarakat akademik yang bersangkutan. Masyarakat akademik di
manapun berada, hendaklah perkembangannya dijiwai oleh nilai
budaya

yang

berkembang

dilingkungan

akademik

yang

bersangkutan. Suatu nilai budaya yang mendorong tumbuh dan


berkembangnya sikap kerja sama, santun, mencintai kemajuan ilmu
dan teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap mencintai
seni. Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat
memiliki ciri khas tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat
lainnya. Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang
memiliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena itu masyarakat
akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang
merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. Terdapat
sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik, yaitu
kritis, kreatif, objektif, analisis, konstruktif, dinamis, dialogis,
menerima kritik, menghargai prestasi ilmiah/akademik, bebas dari
prasangka, menghargai waktu, memiliki dan menjunjung tinggi
tradisi ilmiah, berorientasi kemasa depan, kesejawatan/kemitraan
(PPMB

1990

II-2).

Masyarakat

ilmiah

inilah

yang

harus

dikembangkan dan merupakan budaya dari suatu masyarakat


akademik.

III.4

Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hukum Dan


HAM
Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian,
dan

pengabdian

persemaian

dan

masyarakat,

sekaligus

perkembangan

merupakan

nilai-nilai

luhur.

tempat
Kampus

merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral, dimana seluruh


warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai
moralitas yang tinggi dan dijiwai oleh pancasila.
Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat
memberikan

kekuatan

moral

yang

mendukung

lahir

dan

berkembangnya sikap mencintai kebenaran dan keadilan dan


menjunjung tinggi hak azasi manusia.
Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benarbenar mengamalkan budaya akademik. Masarakat kampus wajib
senantiasa bertanggung jawab secara moral atas kebenaran
obyektif, bertanggung jawab terhadap masyarakat bangsa dan
negara, serta mengabdi pada kesejahteraan kemanusiaan. Oleh
karena itu sikap masyarakat kampus tidak boleh tercemar oleh
kepentingan-kepentingan politik penguasa sehingga benar-benar
luhur dan mulia.

III.5

Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum


Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi
dewasa

ini

suatu

agenda

yang

sangat

mendesak

untuk

mewujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan


perundang-undangan. Negara indonesia adalah negara yang
berdasarkan hukum, oleh karena itu dalam rangka melakukan
penataan Negara untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis
maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi
yang pokok untuk segera direalisasikan adalah untuk melakukan
reformasi

dalam

bidang

hukum.

Konsekuensinya

dalam

mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus


dilakukan pengembangan hukum positif. Sesuai dengan tata tertib
hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus
sesuai dengan tata tertib hukum Indonesia. Berdasarkan tata tertib

hukum Indonesia maka dalam pengembangan hukum positif


Indonesia, maka falsafah negara merupakan sumber materi dan
sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini berdasarkan Tap
No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. III/MPR/2000. namun perlu
disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar
nasional adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam penyusunan
hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai sumber materi,
konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilainilai hukum Tuhan (sila I), nilai yang terkandung pada harkat,
martabat dan kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak azasi)
manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai
demokrasi yang bertumpu pada rakyat sebagai asal mula
kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V). Selain itu, tidak kalah
pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum aspirasi
dan realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan
sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum.

III.6

Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi


Manusia
Dalam penegakan hak azasi manusia tersebut, mahasiswa
sebagai kekuatan moral harus bersikap obyektif dan benar-benar
berdasarkan kepentingan moral demi harkat dan martabat manusia,
bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuasaan
politik

dan

konspirasi

kekuatan

internasional

yang

ingin

menghancurkan negara Indonesia. Perlu kita sadari bahwa dalam


penegakan hak azasi tersebut, pelanggaran hak azasi dapat
dilakukan oleh seseorang, kelompok orang termasuk aparat
negara, penguasa negara baik disengaja ataupun tidak disengaja
(UU. No. 39 Tahun 1999).

Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak azasi


seringkali kurang adil. Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur,
banyak kekuatan yang mendesak untuk mengusut dan mernyeret
bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional. Namun, ratusan ribu
rakyat kita seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso dan
lainnya tidak ada kelompok yang mau memperjuangkannya.
Padahal hak azasi mereka sudah diinjak-injak, jelaslah kejadian
serta menderitanya mereka sama. Akan tetapi tetap tidak ada yang
menolong.
Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya
reformasi, mari kita tujukan pada dunia bahwa kita mampu dalam
merealisasikan semua cita-cita dan tujuan dasar dari reformasi.
Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga bahwasanya kita
merupakan mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung tinggi hak
azasi manusia masihlah belum maksimal kinerjanya untuk hal yang
disebutkan diatas. Maka, dari detik ini kita sebagai generasi bangsa
haruslah benar-benar menanamkan nilai-nilai pancasila dalam
setiap perilaku kita baik dimanapun,kapanpun dan pada siapapun.

BAB IV
PENUTUP

IV.1

Kesimpulan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan
suatu sumber nilai, kerangka pikir, model, orientasi dasar, sumber
azas

serta

arah

dan

tujuan

pembangunan

yang

meliputi

pembangunan politik, IPTEK, pengembangan bidang politik,


poembangunan

ekonomi,

pembangunan

social

budaya,

pengembangan hankam, pembangunan pertahanan keamanan,


dan sebagai reformasi, baik itu reformasi hukum ataupun reformasi
politik. Semuanya ditujukan untuk membuat menjadikan bangsa
yang semakin berkembang dan masyarakat yang semakin mapan.
Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti benar-benar
ada, terjadi atau sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi
objektif dan subjektif. Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah
pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif,
yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi
Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap pribadi,
perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk,
setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma
perguruan tinggi, budaya akademik dan lingkungan kampus
sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM, yang
mencerminkan bahwa aktualisasi diri itupun benar-benar ada dan
terjadi disekitar kita. Terrmasuk dalam lingkungan kampus.

IV.2

Saran
Sebelum kita terlampau melangkah jauh, menyisakan jejak
yang tidak pantas bagi seorang mahasiswa. Marilah kita kembali
pahami arti dari keberadaan pancasila itu sendiri. Serta kita harus
sadar diri, bahwa kitalah yang akan memegang Negara kita ini.
Maka dari itu, mulai saat ini, biasakanlah berperilaku, bertindak
bahkan mengambil keputusan dengan jiwa pancasila kita. Karena
dengan itulah, akan terwujud bangsa yang makmur serta tujuan
Negara akan mudah dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Wibisono Siswomihardjo Koento. 1985, Ilmu Filsafat dan Aktualisasinya


dalam pembangunan Nasional. Yogyakarta.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Untuk Kelas 2 SMU.
http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-NilaiDan-Paradigma-Pembangunan
http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/pancasila-sebagai-paradigmapembangunan/

Anda mungkin juga menyukai