MTE Glaukoma Normo Tension
MTE Glaukoma Normo Tension
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (Cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang,
biasana disertai peningkatan tekanan intraokular.1
Low tension glaucoma atau disebut juga glaucoma normotension adalah
suatu varian dari glaukoma sudut terbuka (Kelainan drainase sudut bilik mata
depan), dimana terjadi kerusakan yang progresif terhadap syaraf/nervus opticus
dan terjadi kehilangan lapang pandangan meski tekanan di dalam bola matanya
tetap normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubungannya, meski kecil,
dengan kurangnya sirkulasi darah di syaraf/nervus opticus, yang mana
mengakibatkan kematian dari sel-sel yang bertugas membawa impuls/rangsang
tersebut dari retina menuju ke otak.2
Kondisi tersebut dikarakteristikan oleh kerusakan syaraf optik yang
progresif dan kehilangan penglihatan samping/peripheral vision (visual field)
meskipun tekanan dalam mata (intraocular pressure) berada dibatas-batas
normal atau bahkan dibawah normal. Tipe glaukoma ini dapat didiagnosis
dengan pemeriksaan yang berulang-ulang oleh seorang dokter mata untuk
mendeteksi kerusakan syaraf atau kehilangan penglihatan bidang (visual field).
Glaucoma normotension mendapat perhatian penelitian yang cukup banyak
karena penyebabnya dan perawatannya masih belum menentu.2
2.3 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, lebih dari 15-25% pasien dengan glaukoma sudut
terbuka primer merupakan glaucoma normotension. Berdasarkan Baltimore Eye
Study, 50% pasien dengan gambaran disc glaukomatous dan perubahan lapang
pandang memiliki tekanan intra okular dibawah 21 mmHg pada kunjungan
pertama, dan 33% memiliki tekanan intra okular kurang dari 21 mmHg pada 2
kali pemeriksaan. Prevalensi glaucoma normotension meningkat di Jepang.
Glaucoma normotension lebih sering pada perempuan daripada laki-laki. Umur
rata-rata pasien dengan glaucoma normotension adalah 60 tahun; lebih tua
daripada pasien glaukoma sudut terbuka primer.5
2.5 PATOFISIOLOGI
Penyebab neuropati glaukoma bisa dibagi atas 2 yakni pressure dependent
causes dan pressure independent causes. Aliran tekanan intraokular pada
glaukoma tergantung pada aliran darah yang mendarahi papil nervus optikus.
Aliran darah ini dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk tekanan darah, tekanan
intraokular, resistensi vaskular, dan mekanisme autoregulasi. Viskositas dan
kekentalan darah juga memiliki pengaruh dalam perfusi jaringan. Hal ini penting
diketahui untuk bisa menentukan terapi yang tepat pada glaucoma normotension.
Terdapat 2 mekanisme yang mempengaruhi pathogenesis dari NTG:
A. Pressure dependent mechanism
Pada beberapa kasus, NTG tidak dapat dibedakan dari glaucoma sudut
terbuka primer. Akan tetapi, pada NTG, terdapat peningkatan sensitivitas
terdapat tekanan intraokuler yang normal.
Tekanan intraokuler bisa menjadi lebih tinggi pada NTG dari pada
populasi umum. Pada NTG, pasien dengan peningkatan tekanan intraokuler
asimetrik, mata dengan tekanan intraokuler yang lebih tinggi memiliki krusakan
nervus optikus yang lebih buruk.
10
Hal ini didukung oleh studi NTG. Studi ini memperlihatkan bahwa
kombinasi tatalaksana dengan obat-obatan, laser, dan pembedahan menurunkan
tekanan intraokuler sebesar 30% disbanding tidak ada pengobatan yang
diberikan, pada pasien dengan NTG. Penurunan tekanan intraocular ini
memperlambat rasio timbulnya glaucomatous pada beberapa pasien.
Burgoyne, pada tahun 2000, mengatakan bahwa terdapat perubahan
anatomi dari papil nervus optikus pada NTG. Mekanisme dari kerusakan nervus
optikus pada NTG, mirio dengan glaucoma sudut terbuka primer, seperti teori
mekanik dan iskemik dari kerusakan nervus optikus glaucomatous.
11
2.
Hipotensi sistemik
Hubungan mekanisme hipotensi sistemik dengan patogenesis terjadinya
neuropati optikus pada normal tension glaukoma sudah dilakukan oleh beberapa
peneliti diantaranya, Hayreh et al melakukan monitoring
12
4. Faktor lainnya
Drance menemukan bahwa riwayat syok hipotensi atau kehilangan darah
hebat berkala ditemukan pada pasien glaucoma normotension. Golberg et al
menemukan bahwa pada pasien glaucoma normotension memiliki insiden
penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan kelompok ocular
hipertensive. Ong et al menemukan insiden infark serebral lebih tinggi pada
pasien glaucoma normotension dibandingkan kontrol seusianya.
Walaupun TIO pada glaucoma normotension dalam batasan normal, tetapi
masih dianggap bahwa TIO adalah faktor risiko dalam perkembangan dan
progresifitas dari penyakit. Oleh karena itu, menurunkan TIO merupakan salah
satu pilihan terapi pada glaucoma normotension. Menurut Chrichton et al
menemukan bahwa adanya perbedaan TIO (1-5 mmHg) kedua mata,
menyebabkan kerusakan lapang pandang menjadi lebih buruk pada mata dengan
TIO yang lebih tinggi.
Glaukoma terjadi ketika produksi dari cairan bola mata meningkat atau
cairan bola mata tidak mengalir dengan sempurna sehingga tekanan bola mata
tinggi, serabut-serabut saraf di dalam saraf mata menjadi terjepit dan mengalami
kematian. Besarnya kerusakan tergantung pada besarnya dan lamanya tekanan,
maupun buruknya aliran darah disaraf optik.
Tekanan yang sangat tinggi akan menyebabkan kerusakan yang cepat,
sedangkan tekanan yang tidak tinggi akan menyebabkan kerusakan yang
13
terhadap
aliran
aqueous
dan
tekanan
vena
episklera.
14
Tidak ada kelainan ocular atau sistemik lain yang dapat menyebabkan
glaukoma.
Glaukoma Normotension juga merupakan variasi dari Primary Open
15
16
Tonometer digital adalah cara yang paling buruk dalam penilaian terhadap
tekanan bola mata oleh karena bersifat subjektif. Dasar pemeriksaannya adalah
dengan merasakan reaksi kelenturan bola mata (balotement) pada saat melakukan
penekanan bergantian dengan kedua jari tangan. Tekanan bola mata dengan cara
digital dinyatakan dengan nilai N+1, N+2, N+3, dan sebaliknya N-1 sampai
seterusnya.
Pada penderita tersangka glaukoma, harus dilakukan pemeriksaan serial
tonometri. Variasi diurnal tekanan intraokular pada pada orang normal berkisar 6
mmHg dan pada pasien glaukoma variasi dapat mencapai 30 mmHg.1,2,8
2.7.2
depan. Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan
oblik bilik mata depan, menggunakan sebuah senter atau dengan pengamatan
kedalaman bilik mata depan perifer menggunakan slitlamp, yang umumnya
digunakan yaitu teknik Van Herick. Dengan teknik ini, berkas cahaya langsung
diarahkan ke kornea perifer, menggunakan sinar biru untuk mencegah penyinaran
yang berlebihan dan terjadinya miosis. Pada teknik ini, kedalaman sudut bilik
mata depan (PAC) dibandingkan dengan ketebalan kornea (CT) pada limbus
kornea temporal dengan sinar sudut 60.
Akan tetapi, sudut mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi
yang memungkinkan visualisasi langsung
gonioskopi juga dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut
17
terbuka, selain itu juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris bagian perifer
ke bagian depan.
Apabila keseluruhan anyaman trabekular, taji sklera dan processus iris
dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis Schwalbe atau
sebagian kecil dari anyaman trabekular yang terlihat, sudut dinyatakan sempit.
Apabila garis Scwalbe tidak terlihat, sudut dinyatakan tertutup.3,5,6,7
2.7.3
ukurannya bervariasi bergantung pada jumlah relative serat yang menyusun saraf
optikus terhadap ukuran lubang sklera yang harus dilewati oleh serat-serat
tersebut.
Pada glaukoma mula-mula terjadi pembesaran konsentrik cekungan optik
yang diikuti oleh pencekungan superior dan inferior serta disertai pembentukan
takik (notching) fokal di tepi diskus optikus. Hasil akhir proses pencekungan pada
glaukoma adalah apa yang disebut sebagai cekungan bean pot, yang tidak
memperlihatkan jaringan saraf di bagian tepinya.
Rasio cekungan diskus adalah cara yang digunakan untuk mencatat
ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah
perbandingan antara ukuran cekungan terhadap garis tengah diskus misalnya
cawan kecil rasionya 0,1 dan cawan besar 0,9. Apabila terdapat kehilangan
lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraokular, rasio cawan diskus lebih
dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata diindikasikan
adanya atrofi gluakomatosa.
18
19
2.7.4
dalam sikap diam memandang lurus ke depan. Lapangan pandang normal adalah
90 derajat temporal, 50 derajat atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat bawah.
Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah
automated perimeter (misal Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter
Goldmann, Friedmann field analyzer, dan layar tangent.
Perimeter berupa alat berbentuk setengah bola dengan jari-jari 30 cm, dan
pada pusat parabola ini mata penderita diletakkan untuk diperiksa. Objek digeser
perlahan-lahan dari tepi ke arah titik tengah kemudian dicari batas-batas pada
seluruh lapangan pada saat benda mulai terlihat.
Penurunan lapangan akibat glaukoma sendiri tidak spesifik karena
gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada
semua penyakit saraf optikus. Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma
terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah. Perubahan paling
dini adalah semakin nyatanya skotoma relative atau absolut yang terletak pada 30
derajat sentral.. Pada stadium akhir penyakit, ketajaman penglihatan sentral
mungkin normal tetapi hanya 5 derajat lapangan pandang di tiap-tiap mata. Pada
glaukoma lanjut, pasien mungkin memiliki ketajaman penglihatan 20/20 tetapi
secara legal buta. 1,8
Normal Vision
21
banding
dari
normal
2.9 PENATALAKSANAAN
Kriteria untuk melakukan terapi NTG berdasarkan studi yang dilakukan
oleh Colaborative Normal-Tension Galucome Study yaitu ancaman timbulnya
kehilangan lapangan pandang, pendarahan diskus dan catatan perkembangan
lapangan pandang dan nervus optikus. Tujuan terapi adalah untuk menurunkan
tekanan intra okular serendah mungkin. Menurut Deborah Kamal, terapi tidak
disarankan pada pasien dengan NTG yang stabil. Terapi diberikan kepada pasien
NTG yang progresif, yaitu pada pasien dengan perburukan lapang pandangan
sehingga memperbaiki kualitias hidupnya dan efek samping pengobatan dapat
dihindari.
22
terapi
medikamentosa
tidak
memberikan
hasil
maka
laser
2.10 KOMPLIKASI
Kehilangan penglihatan yang permanen dapat muncul jika NTG tidak
terdeteksi lebih awal.4
23
2.11 PENCEGAHAN
NTG tidak bisa dicegah, tetapi dengan pemeriksaan reguler oleh spesialis
mata, progresifitas penyakit diharapkan dapat dihindari.4
2.12 PROGNOSIS
Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani
dengan baik secara medis. Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol
tekanan intaokular pada mata yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa
luas, prognosis akan baik (walaupun penurunan lapangan pandang dapat terus
berlanjut).3
24
BAB III
PENUTUP
25
DAFTAR PUSTAKA
26