Anda di halaman 1dari 11

GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP KRONIK

(Laporan Kasus)
Oleh

: dr. Teguh Anamani

Pembimbing : dr. Fifin L. Rahmi, SpM


Moderator

: dr. Suwido Magnadi, SpM

Diajukan

: Senin, 23 Januari 2006

PENDAHULUAN
Glaukoma memiliki potensial yang tinggi untuk tuntuk menimbulkan kebutaan.
Klasifikasi glaukoma berdasarkan anatomi sudut iridokornealis penting dalam penentuan
terapi glaukoma1,2. Istilah primer dan sekunder pada pembagian glaukoma menunjukkan
ada tidaknya penyakit mata lain yang mendasari terjadinya glaukoma1.
Perjalanan klinis glaukoma sudut tertutup kronik jarang memberikan gejala
sampai pada tingkat advanced, seringkali asimptomatis, seperti pada glaukoma sudut
terbuka, sehingga seringkali saat pasien datang sudah terjadi optik neuropati dan
hilangnya lapang pandangan1,3.
IDENTITAS
Nama

: Tn. S

Jenis kelamin : laki-laki


Umur

: 65 tahun

Alamat

: Genuk Karang Lo RT 4 RW 1, kec. Candisari kab. Semarang

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Satpam kompleks perumahan

No. CM

: 52001170

ANAMNESIS ( 14 Desember 2005)


Keluhan utama : mata kiri kabur
Riwayat penyakit sekarang :
-

Kira-kira 9 bulan lalu penderita berobat ke poli mata RSDK dengan keluhan mata
kiri ngganjel dan nrocos, oleh dokter dikatakan ada radang pada mata kiri, dan
mendapat tetes mata bentuk kemasan kecil-kecil, salep mata dan vitamin.
Disarankan untuk kontrol, tapi penderita tidak kontrol karena merasa sudah
sembuh.

Sejak kurang lebih 2 bulan sebelum masuk RS, penderita merasa penglihatan
mata kiri kabur, kadang disertai rasa nyeri yang ringan, tapi kemudian menghilang
sendiri. Tidak merah, tidak gatal, tidak kemeng, tidak cekot-cekot, tidak mblobok
tidak pernah melihat pelangi bila melihat lampu yang menyala. Tak ada keluhan
bila berjalan sering menabrak benda-benda di sekitarnya.

Penglihatan mata kiri semakin kabur sejak 2 minggu yang lalu, tanpa disertai
cekot-cekot, gatal, kemeng, mblobok. Penderita berobat ke poli mata RSDK
dikatakan tekanan bola matanya tinggi, disarankan untuk mondok untuk operasi.

Riwayat penyakit dahulu :


-

Riwayat darah tinggi sejak 3 tahun, tidak pernah berobat

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat sakit asma disangkal

Riwayat sakit jantung disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat memakai kacamata baca sejak 2 tahun yang lalu

Riwayat penyakit keluarga :


Tak ada keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat sosial ekonomi :
Penderita bekerja sebagai satpam perumahan, memiliki 1 orang istri yang tidak bekerja
dengan 7 orang anak, saat ini masih menanggung 1 orang anak. Biaya pengobatan
ditanggung ASKIN
Kesan : sosial ekonomi kurang

PEMERIKSAAN (14 Desember 2005)


Status Praesen :
Keadaan umum

: baik, kompos mentis

Tanda vital

: Tensi : 170/90 mmHg


Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : afebris

Kepala

: mesosefal

Thoraks

: cor / pulmo dalam batas normal

Abdomen

: tidak ada kelainan

Ekstremitas

: tidak ada kelainan

Status Oftalmologi :

OD
6/8,5
NC

Visus
Koreksi
Bulbus okuli

Hirschberg test 0
gerak bebas ke segala arah
tidak ada kelainan
oedem(-), spasme(-)
injeksi(-), sekret(-)
tidak ada kelainan
oedem (-), infiltrat(-), KP(-)
dangkal, TE(-)
kripte(+), sinekia(-), atrofi (-)
bulat, sentral, regular, 3 mm, RP(+)
N
keruh tak rata (kortikal),
intumesensi(-), glaukomflecken(-)

Silia / super silia


Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Bilik Mata Depan
Iris
Pupil
Lensa
CV
Fundus refleks
Tonometri (Schiotz)

turbidity(-)
(+) suram
3/7,5 = 35,8 mmHg

OS
3/60
S - 3.00 6/15 NBC
gerak bebas ke segala arah
tidak ada kelainan
oedem(-), spasme(-)
injeksi(-), sekret(-)
tidak ada kelainan
oedem (+), infiltrat(-), KP(-)
dangkal, TE(-)
kripte(+), sinekia(-), atrofi (-)
bulat, sentral, regular, 3 mm,
RP(+) lambat
keruh tak rata (kortikal),
intumesensi (-),
glaukomflecken (-)
turbidity(-)
(+) suram
3/10 = 50,6 mmHg

Funduskopi (dengan pupil tidak dilebarkan) :


Papil N II OD

: bulat, batas tegas, kuning kemerahan , CDR 0,4-0,5 ekskavasio


glaokomatosa (-), medialisasi (+)

OS

: bulat, batas tegas, kuning pucat CDR 0,7-0,8, ekskavasio


glaukomatosa (+), medialisasi (+)

Vasa

: AVR - 2/3, spasme(+), copper wire(+), silver wire (-), crossing


phenomen (+), vena melebar dan berkelok (-), microaneurisma
sulit dinilai

Retina

: eksudat (+) soft eksudat, perdarahan sulit dinilai

Detail lain sulit dinilai

Gonioskopi :
OD / OS
SL
TM
SS
IP
PAS

Superior
+/+
-/-/-/-/-

Temporal
+/+
+/-/-/-/-

Inferior
+/+
+/+
-/-/-/-

Nasal
+/+
-/-/-/-/-

Kesan : sudut iridokornealis sempit grade I -II


Kampus visi :

OS

OD

Goldmann perimetri : hasil terlampir


Kesan : OD = kesan konstriksi umum
OS = kesan konstriksi berat
Laboratorium :
Hb
Ht
Lekosit
Trombosit
CT
BT
GDS
Ureum
Creatinin
Na
K
Cl

: 14,40
g/dL
: 42,9
%
: 11.800
/ L
: 219.000 / L
: 9
:1.30
: 102 mg / dL
: 22
mg / dL
: 0,76 mg / dL
: 138 mmol / L
: 4,1
mmol / L
: 103 mmol / L

Pengecatan gram dan jamur dari sekret konjungtiva : tidak diketemukan kuman dan
jamur
Hasil konsul penyakit dalam : saran Captopril 2 x 25 mg
EKG

: Normo sinus rithm

RESUME :
-

Anamnesis : Seorang laki laiki 65 tahun datang ke poli mata RSDK dengan
keluhan utama penglihatan mata kiri kabur. kira-kira 9 bulan lalu penderita
berobat ke poli mata RSDK dengan keluhan mata kiri ngganjel dan nrocos,
mendapat tetes mata, salep mata dan vitamin, kemudian keluhan menghilang.
Sejak kurang lebih 2 bulan sebelum masuk RS, mata kiri kabur, kadang disertai
rasa nyeri yang ringan, tapi kemudian menghilang sendiri. Tidak disertai gatal,
merah, kemeng, cekot-cekot, mblobok, melihat pelangi bila melihat lampu yang
menyala, berjalan sering menabrak benda-benda di sekitarnya. Penglihatan mata
kiri semakin kabur sejak 2 minggu yang lalu. Penderita berobat ke poli mata
RSDK dikatakan tekanan bola matanya tinggi, disarankan untuk mondok untuk
operasi.

Tak ada keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat darah tinggi sejak 3 tahun, tidak pernah berobat

Riwayat kencing manis, riwayat sakit asma, sakit jantung, alergi obat disangkal

Riwayat memakai kacamata baca sejak 2 tahun yang lalu

Pemeriksaan Fisik :
Status presen

: T = 170/90

mmHg

Lain lain dalam batas normal


Status oftalmologi

Visus
Koreksi
Bulbus okuli
Silia / super silia
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Lensa
CV
Fundus refleks
Tonometri (Schiotz) :

OD
6/8,5
NC
Tak ada kelainan
Tak ada kelainan
Tak ada kelainan
injeksi(-), sekret(-)
Tak ada kelainan
oedem (-), infiltrat(-), KP(-)
dangkal, TE(-)
kripte(+), sinekia(-), atrofi (-)
bulat, sentral, regular, 3 mm,
RP(+) N
keruh tak rata (kortikal),
intumesensi(-),
glaukomflecken (-)
turbidity(-)
(+) suram
3/7,5 = 35,8 mmHg

OS
3/60
S 3.00 6/15 NBC
Tak ada kelainan
Tak ada kelainan
Tak ada kelainan
injeksi(-), sekret(-)
Tak ada kelainan
oedem (+) minimal, infiltrat(-),
KP(-)
dangkal, TE(-)
kripte(+), sinekia(-), atrofi (-)
bulat, sentral, regular, 3 mm,
RP(+) lambat
keruh tak rata (kortikal),
intumesensi (-),
glaukomflecken (-)
turbidity(-)
(+) suram
3/10 = 50,6 mmHg

Funduskopi

: Retinopati hipertensi gr III + arteriosklerosis

Gonioskopi

: sudut sempit grade I-II

Kampus visi

: OD = kesan konstriksi umum


OS = kesan konstriksi berat

Laboratorium : Darah

: leukositosis

Hasil konsul penyakit dalam : saran Captopril 2 x 25 mg

DIAGNOSIS :
ODS. Glaukoma Primer Sudut Tertutup kronik + Katarak Senillis Imatur
+ Retinopati hipertensi gr III + arteriosklerosis
TERAPI :
Medikamentosa

: Timolol maleat 0,5 % ED 2 x gtt I ODS


Diamox / KCL 2 x 250 mg
Captopril 2 x 25 mg

Rencana operasi

: OD Perifer iridektomi
OS. Trabekulektomi + MMC

PROGNOSIS :
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad kosmetikam

OD
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
ad bonam

OS
Dubia ad malam
Dubia ad malam
ad bonam
ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal
17/12/05

Keterangan (Status oftalmologi)


TIOD : 7/5,5 = 12,2 mmHg
TIOS : 3/5,5 = 24,4 mmHg
OD Perifer iridektomi
OS. Trabekulektomi + MMC /LA
Dr. Fifin L.R SpM/AT/FET/CUT

Terapi
Th/ post op :
Extra SA 1% 1 tetes OS
Amoxicillin 3 x 500 mg
Na diklofenac 2 x 50 mg
c-xitrol 4 x gtt I ODS
Captopril 2 x 25 mg
OS dreg perban
Extra SA 1% 1 tetes OS
Lain-lain tetap

18/12/05

OD = VOD 6/10
Palp : edem (-), spasme (-)
Konj : iritasi (+)
Kornea : jernih, jahitan rapat
COA : dangkal, TE (-), fibrin (-)
Iris : coloboma (+) jam 11
Pupil : bulat, sentral, regular 3 mm, RP (+) N
Lensa : keruh tak merata
TIOD = 10,2 mmHg
OS = VOS 2/60
Palp : edem (+), spasme (+)
Konj : iritasi (+), sub konj bleeding (+) di sup, bleb (+),
jahitan rapat
Kornea : edem (+),
COA : sangat dangkal, TE (-)
Iris : coloboma tak tampak
Pupil : bulat, sentral, regular 6 mm, RP (-)
Lensa : keruh tak merata
TIOS = 17,3 mmHg

20/12/05

OD =
Lain-lain tetap
TIOD = 14,4 mmHg
OS =
Lain-lain tetap
TIOS = 17,3 mmHg

acc rawat jalan , therapy


pulang: Amoxicillin 3 x 500 mg
Na diklofenac 2 x 50 mg
c-xitrol 4 x gtt I ODS
Captopril 2 x 25 mg
kontrol 1 minggu

Kontrol I
(27/12/05)

OD= VOD 6/10


Palp
: tidak ada kelainan
Konj : injeksi (-), sekret (-)
Kornea : jernih, jahitan rapat
COA : kedalaman cukup, TE (-)
Iris
: coloboma (+) jam 11
Pupil : bulat, sentral, regular 4mm,
RP (+) N
Lensa : keruh tak merata
TIOD = 18,6 mmHg
OS = VOS 2/60 NC
Palp
: tidak ada kelainan
Konj
: iritasi (+), sub konjuntiva bleeding (+) di sup, bleb
(+), jahitan rapat, sekret (-)
Kornea : edem (+) minimal
COA
: dangkal,
Iris
: coloboma tak tampak
Pupil
: bulat, sentral, regular 8 mm, RP (+) sangat lambat
Lensa : keruh tak merata
TIOS = 18,6 mmHg

c-xitrol 4 x gtt I ODS

DISKUSI
Glaukoma sudut tertutup merupakan tipe glaucoma yang terjadi karena aposisi iris
terhadap anyaman trabekulum, sehingga aliran humor aqueos terhambat. Terdapat 2
mekanisme umum yang menyebabkan penutupan sudut, yaitu terdorongnya iris ke depan
akibat proses di belakang iris dan tertariknya iris ke depan. Beberapa glaucoma sudut
tertutup mempunyai mekanisme lain yang tidak termasuk dalam dua kategori di atas,
antara lain sudut tertutup pada aniridia, iris plato dan Rieger Syndrome1.
Pasien dengan glaucoma sudut tertutup primer cenderung memiliki segmen
anterior yang kecil dan panjang sumbu bola mata yang pendek. Usia juga meningkatkan
resiko terjadinya blok pupil relatif, dimana lensa semakin cembung dan kontak
iridolentikular meningkat. Keadaan sudut iridokornealis yang sempit atau tertutup akan
menghambat aliran humor aqueos sehingga terjadi peningkatan tekanan intra okuler.1,2.
Glaukoma sudut tertutup kronik dapat terjadi setelah glaucoma sudut tertutup akut
atau sub akut. Namun dapat pula terjadi karena proses perlahan-lahan. Pada mata dengan
sudut sempit atau bahkan sudut terbuka, akar iris dapat mengalami creeps ke dalam
sudut iridokornealis, sehingga menimbulkan PAS dan sudut iridokornealis tertutup, hal
ini dikenal dengan creeping angle closure, seringkali keadaan ini asimptomatis. Beberapa
pasien mengeluh penglihatan kabur yang kadang membaik dengan sendirinya. Pada
pemeriksaan gambaran klinis mata dengan glaukoma sudut tertutup kronik seperti pada
glaucoma sudut terbuka, karena tidak ditemukannya kornea edema atau injeksi walaupun
terdapat kenaikan TIO3,4,5.
Pada penderita ini diagnosis ODS Glaukoma sudut tertutup kronik ditegakkan
berdasarkan ditemukannya :
1. pada pemeriksaan biomikroskopi = oedema kornea yang minimal pada mata
kanan
2. hasil pengukuran TIO dengan Schiotz = ( OD=35,8mmHg; OS=50,6 mmHg)
3. pemeriksaan gonioskopi sudut sempit grade I-II
4. funduskopi = terdapat CDR yang melebar disertai dengan medialisasi dan
gambaran papil glaukomatous
5. pemeriksaan lapangan pandang = kesan konstriksi umum pada OD dan kesan
konstriksi berat

Pengelolaan definitif pada glaucoma sudut sempit kronik sama seperti glaucoma
sudut terbuka. Dalam memutuskan cara pengelolaan harus dipertimbangkan efikasi dan
kepatuhan pasien. Terapi dimulai dengan obat topical tunggal (kecuali TIO sangat tinggi),
bila satu obat tidak cukup dapat menurunkan TIO sesuai yang diharapkan, maka dapat
digunakan obat lain. Tindakan bedah dilakukan bila TIO tidak dapat dipertahankan pada
level yang rendah untuk mencegah kerusakan papil nervus II1,2.
Pada pasien ini diberikan terapi
1. Medikamentosa :

Timolol maleat 0,5 % ED 2 x gtt 1 ODS

Diamox/KCL

Captopril

2 x 250 mg
2 x 25 mg ( penyakit dalam)

2. Operatif : OD Perifer iridektomi, OS Trabekulektomi + MMC


Pengambilan keputusan tindakan trabekulektomi pada penderita dengan glaucoma
sudut sempit kronik disertai kelainan lapangan pandang akan memberikan hasil yang
lebih memuaskan dibandingkan dengan tindakan iridektomi. Tindakan iridektomi lebih
diindikasikan pada kebanyakan kasus glaucoma sudut sempit kronik tanpa disertai
kelainan lapangan pandang6.
Penggunaan mitomicin-C (MMC) dan 5-fluorouracil (5-FU) sebagai antifibrotik
pada operasi trabekulektomi terutama ditujukan untuk menghambat proliferasi fibroblast
dan berguna dalam mencegah pembentukan jaringan parut (scarring) pasca operasi.
MMC adalah senyawa antibiotic-antineoplastik, derivate dari Streptomyces caespitosus,
merupakan antifibrotic agent yang potent. MMC diberikan intraoperatif dengan
konsentrasi 0,2-0,4 mg/ml menggunakan surgical sponge yang dicelupkan ke dalam
MMC, kemudian diaplikasikan selama 1-4 menit di daerah sub kojungtiva, mengenai
daerah sclera dimana akan dilakukan trabekulektomi. 5-FU adalah analog pyrimidine. 5FU 50mg/ml dengan surgical sponge diaplikasikan seperti pada pemakaian MMC, atau
dapat diberikan secara injeksi pada konjungtiva1,3.

10

DAFTAR PUSTAKA
1. Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand MG. Basic and clinical science course 20012002. Sec 10. Glaucoma. San Francisco: American Academy of Ophthalmology.
2001: 5, 72.
2. Boyd BF, Luntz M. Inovation in the glaucomas - etiology, diagnosis and
management. Panama: Highlight of Ophthalmology Intl. 2002: 3-10.
3. Whitaker R, Whitaker V. Angle closure glaucoma. In:Higginbotham, Leed D.
Clinical guide to Glaucoma Management. United State: Butterworth Hesiewant;
2004: 156-170
4. Atamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Beckers Shaffers. Diagnosis and
Trerapy of the glaucomas. 7th ed. Mosby Inc.2001: 13-17
5. Primary

chronic

angle

closure.

http://ww.revoptom.com/handbook/March

2004/sec4 4.htm.
6. Surgical decision in chronic angle-closure glaucoma. http://archopht.amaassn.org/cgi/content/abstract/94/9/1481

11

Anda mungkin juga menyukai