34
35
Control Point) adalah suatu titik, tahap atau prosedur dimana pengendalian dapat
ditetapkan dan bahaya dapat dicegah, dihilangkan atau dikurangi hingga batas
yang dapat diterima atau sesuai standart yang sudah ditetapkan. Selain itu juga
CCP merupakan titik kritis, dimana bila gagal melakukan tindakan-tindakan
pengawasan atau pengontrolan maka akan menimbulkan bahaya keamanan
pangan sehingga dapat merugikan konsumen.
c. Penetapan batas kritis (Critical limit)
Batas kritis adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap tindakan
pencegahan pada suatu CCP. Untuk setiap CCP harus ditentukan batas-batas
kritisnya. Batas-batas kritis tersebut meliputi : persyaratan teknis/administrasi,
definisi batasan penolakan, toleransi atas persyaratan penolakan.
d. Penetapan prosedur pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah tindakan yang terperencana dan berurut dari suatu
observasi atau pengukuran untuk mengetahui apakah CCP berada dalam control
dan menghasilkan catatan yang akurat untuk keperluan verifikasi. Tujuan
pemantauan yaitu untuk menelusuri operasi dari suatu proses, sehingga dapat
mengetahui apakah suatu proses harus dirubah atau disesuaikan guna
mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi pada suatu CCP dan untuk
menyediakan dokumentasi tertulis dari sistem pengendalian proses.
e. Pentapan tindakan koreksi (Corective action)
Tindakan koreksi adalah prosedur yang harus diikuti bila terjadi suatu
pinyimpangan dan kesalahan pada suatu proses untuk memenuhi batas kritis.
Tujuan penetapan tindakan koreksi adalah untuk mengoreksi dan menghilangkan
penyebab penyimpangan dan mengambil kontrol proses, untuk mengidentifikasi
produk yang dihasilkan selama terjadi penyimpangan pada proses dan
menentukan tindakan yang harus dilakukan.
f. Penetapan prosedur verifikasi
Verifikasi adalah penerapan dari suatu metode, prosedur, pengujian dan
audit sebagai tambahan kegiatan pemantauan dan mengvalidasi dan menetukan
kesesuaian dengan "Rancangan HACCP" atau perlu dimodifikasi. Untuk
menjamin dan memastikan bahwa HACCP berjalan didalam jalur yang tepat dan
36
dilakukan dengan baik, dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Secara
internal oleh manajemen perusahan sendiri (plant manajer dan ditunjang oleh
fasilitas laboraturium sebagai pendukung), secara eksternal oleh pihak pemerintah
yang dilakukan secara wajib dan rutin.
g. Penetapan sistem pencatatan (Recording keeping)
Semua yang dipantau harus dicatat dan semua tindakan koreksi harus
dicatat.
Agar
lebih
sistematis
pencatatan
menggunakan
formulir
yang
persyaratan
produk
akhir,
penanganan,
prosedur
operasi
sanitasi
(Sanitation
Standard
37
7 penyimpangan minor, 5
penyimpangan mayor, yang dapat dilihat pada tabel 3 terhadap kelayakan dasar
unit pengolahan.
38
Terdapat kran air untuk cuci tangan yang rusak dan seharunya 1 kran
disediakan 1 sabun cair, sehingga akan berjalan lebih efisien.
Kondisi peralatan yang sekarang (misal: seaming) sudah harus diganti, jika
tidak ingin proses terhambat.Karena peralatan tersebut sudah terlalu
banyak perbaikan.
Lantai tidak rata dan kemiringan kurang sehingga terdapat air yang
menggenang
Penyimpangan mayor
Tirai udara, tirai plastik dan alat pencegah serangga lainnya tidak ada, bila
ada tidak efektif.
siku-siku,
sehigga
sulit
untuk
dilakukan
pembersihan
39
Program Sanitasi
Sanitasi disini mempunyai peranan yang sangat penting karena untuk
menjaga keamanan pangan produk PT. Maya Muncar. Sanitasi dilakukan pada
pekerja maupun ruangan beserta isinya. Apabila sanitasi yang dilakukan semakin
ketat maka akan semakin terjamin pula keamananpangan yang dihasilkan yaitu
kualitas produk yang aman dan terjamin. Dengan melakukan sanitasi dalam
berbagai
aspek
maka
produk
sekaligus
pekerja
akan
terhindar
dari
Sanitasi Pekerja
Dalam proses pengalengan ikan aspek-aspek yang membutuhkan perhatian
dan pertimbangan utama adalah personil (pekerja) baik dari kesehatan mau pun
kebersihan pribadi atau perorangan. Hal ini dikarenakan bahaya yang akan
ditimbulkan. Bahya dalam bentuk fisik seperti rambut, kuku, atau asesoris (cincin,
anting dan lain-lain) yang terjadi pada proses produksi. Selain itu juga dari bahaya
potensi adanya bau tengik yang mungkin disebabkan oleh pekerja yang
menggunaan lition atau cream tangan, dan kontaminasi karena pekerja menderita
penyakkit yang menular, luka, infeksi, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
pertumbuhan bakteri patogen
Setiap personil yang bekerja di PT. Maya Muncar selalu diperhatikan, saat
akan masuk keruangan proses kelengkapan kerja juga diperhatikan seperti topi,
baju kerja, dan gunting. Selain itu kuku dan asesoris seperti cincin, anting dan
benda-benda logam lainnya yang dikenakan harus dilepas. Untuk mencegah
terjadinya muncul bau tengik akibat perkerja yg menggunakan lition atau cream
tangan PT. Maya Muncar mewajibkan perkerja untuk mencuci dan merendam
40
tangan kedalam air chlorine yang sudah disiap ditempat pintu masuk ke ruangan
proses. Adapun sanitasi pekerja yang diterapkan oleh PT. Maya Muncar adalah
sebagai berikut :
a. Karyawan menggunakan perlengkapan/atribut seperti sepau boot, penutup
kepala, seragam kerja dan celemek.
b. Semua karyawan yang masuk ruang produksi harus mencuci kaki tangan
dengan sabun pebersih yang telah disediakan dan menggunakan pakaian
perlengkapan kerja, serta dilarang memakai perhiasan (anting, gelang, dll)
yang akan mengganggu jalannya proses.
c. Karyawan juga harus membersihkan kaki pada tempat penampungan air
berkhlorin yang tersedia didepan pintu masuk ruang produksi.
d. Pada saat proses produksi berlangsung semua karyawan harus menjaga
dan mengontrol kebersihan dari masing-masing tempat kerjanya.
Dengan demikian PT. Maya Muncar memperhatikan kesehatan dan
kebersihan tiap perorangan. Namun salah satu yg menjadi permasalahan adalah
pekaian pekerja yang dicuci oleh perkerja sendiri. Hal ini bisa mengakibatkan
pakaian kerja akan terkontaminasi saat perjalanan ke pabrik. Akan tetapi hal
tersebut mungkin bisa diatasi, karena terdapat proses sterilisasi yang bertujuan
membunuh mikroorganisme yang terdapat pada produk.
4.1.2
Sanitasi Ruangan
Sanitasi ruang produksi harus dalam keadaan bersih dan terjaga dari
kontaminasi. Sanitasi ruang produksi di PT. Maya Muncar dilakukan dengan baik
sebelum dilakukan pemeriksaan kebersihan ruangan proses,setelah proses selesai
dilakukan pembersihan pada setiap sisi ruangan. Sanitasi ruang produksi
dilakukan dengan menyemprotkan air bersih keseluruh ruang produksi.
Pembersihan dengan penyemprotan air ini bertujuan untuk membuang atau
menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada ruang produksi sehingga tidak
menimbulkan lalat, serangga dan binatang lain yang dapat mencemari hasil
produk.
41
4.1.3
peralatan selama proses produksi berlangsung. Tujuan dari sanitasi alat ini adalah
untuk menjaga keawetan peralatan dan kesiapan peralatan tersebut sebelum proses
produksi berlangsung.
Sanitas peralatan meliputi
42
Standar Khlorinasi :
Bahan mentah
= 1-10 ppm
= 100 ppm
Dimana :
D
: konsentrasi bahan khlor yang akan dipakai (tertera pada tabel keasaman
Ppm
Gram :jumlah bahan (sodium hypochlorite) yang akan digunakan untuk membuat
larutan merupakan satuan
4.2
Proses Pengolahan
Terciptanya suatu produk pada proses produksi tergantung pada proses
yang diterapkan pada suatu perusahaan. Proses produksi yang dilakukan dengan
baik dan menggunakan sistem HACCP sehingga akan menghasilkan produk yang
baik dan aman untuk dikonsumsi. Proses pengolahan sarden di PT. Maya Muncar
meliputi penerimaan bahan baku, penanganan bahan baku, pemotongan ikan ,
pencucian, pengisian, pemasakan pendahuluan, penirisan, pengisian saus,
penutupan kaleng, pencucian kaleng, sterilisasi, pendinginan dan pengemasan.
Adapun penjelasan dari tiap proses adalah sebagai berikut :
43
4.2.1
(beku). Dari setiap proses penerimaan bahan baku adalah tahap pertama dari
setiap proses. Hal ini menentukan apakah proses selanjutnya akan dilanjutkan atau
tidak dan itu tergantung dari proses penerimaan bahan baku tersebut. Kaitannya
dengan identifikasi Hazard (bahaya) pada proses ini bahan baku dari
supplierdilakukan pengujian terlebih dahulu oleh Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan kelas I Surabaya II.Pengujian
dapat dilihat pada tabel 4.meliputi pengujian parasit, bakteri, jamur dan kimia.
Tabel 4. Hasil pengujian karantina
No.
1
Jenis contoh
uji
Frozen
Mackerel
Parameter
JML.
pengujian
2
Hasil Uji
Hasil
Nihil
1
1
1
2
Jamur :
- Lainnya
Kimia :
- Formalin
Parasit :
- Lainnya
Bakteri :
- ALT
- Eschericia coli
- Salmonella
- Lainnya
gambar
-
Keterangan
Non ruang lingkup
Spesifikasi
Metode
Microscopis/
Morphology
5.0 x 104kol/gr
<3 kol/gr
Negative/25 gr
Staphylococcus
epidermis
IKM/13/BKTTPE
IKM/14/BKTTPE
IKM/15/BKTTPE
Conventionally
Nihil
Microscopis/
Morphology
Nihil
IKM/12/BKTTPE
44
sehingga tahapan ini dirancang khusus untuk mereduksi bahaya sampai batas yang
dapat diterima.
CAC 94-1981 menyatakan, produk tidak boleh mengandung histamin
lebih dari 10 mg/100 gberdasarkan rata-rata dari sampel yang diuji. Namun
pembentukan histamin tergantung dari kandungan histidin, tipe dan banyaknya
bakteri yang mengkontaminasi pada ikan. Bahan baku yang dididatangkan dalam
kondisi beku dan masih keadaan segar, memiliki kandungan histamin <0.1
mg/100 g.PT. Maya Muncar melakukan compare test dalam pengujian mercury
dan histamin dengan sebuah lembaga pengujian yang terdapat di luar pabrik. Hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel. 5 hasil analisa pada mercury dan histamin.
Tabel. 5 Hasil Analisa Pada Mercury dan Histamin.
No. Jenis sampel
Jenis Analisa
yang diuji
1
Lemuru
Mercury (mg/kg)
Histamin (mg/kg)
0,06
2,52
prosesThawingterlebih
dahulu
pada
bahan
baku
yang siap
45
berasal dari China, bahan baku yang datang langsung dimasukkan terlebih dahulu
ke dalam cold storage. Suhu yang digunakan dalam ruang penyimpanan yaitu 23oC. Hal ini dilakukan demi menjaga ikan tetap dalam keadaan beku, sehingga
kesegaran tetap terjaga dan menekan aktivitas bakteri pada suhu dibawah 0oC.
Untuk menjaga agar tidak timbulnya potensi bahaya pada bahan baku yang berada
didalam cold storage, maka dilakukan pengecekan suhu pada saat didalam cold
storage.
Bahan baku yang akan diproses dilakukan Thawing
terlebih dahulu,
dengan suhu bahan baku yang dibawah <4oC dilakukan didalam air mengalir dan
batas titik kritis untuk suhu thawing yaitu 10o-15oC.Menurut kimata (1961),
thawing dapat menghambat pembentukan histamin. Hal ini dapat disebabkan oleh
rusaknya
bakteri
pembentuk
histamin
selama
proses
pembekuan
dan
thawing.Setelah itu bahan baku yang akan diproses ketahap selanjutnya, maka
perlu dilakukan pelelehan atauthawing. Proses thawing membutuhkan waktu 18
jam.Proses ini dilakukan dengan menggukan handling yang memiliki kapasitas 1
ton dan mengalirkan air ke dalam handling secara continue hingga suhu ikan
meningkatantara 10-15oC. selain itu dilakukan pengecekan terhadap ikan yang
dithawing agarkesegaran ikan tetap terjaga, mencegah terjadinya over thawing
dan menahan pertumbuhan bakteri patogen.Jika pada waktu pengecekan suhu
dipagi harinya (saat proses produksi) terdapat bahan baku yang suhunya 20oC,
maka bahan tersebut harus didahulukan agar dapat di proses lebih cepat agar tidak
terjadi over thawingi.
4.2.3 Pemotongan Ikan (cutting)
Proses pemotonganikan bahaya potensi yang dapat ditimbulkan bahan
baku yang terkontaminasi oleh benda logam yang berkarat atau yang lainnya, hal
ini disebabkan penggunaan alat yang kurang steril/sudah berkarat dan
pertumbuhan bakteri yang dikarenakan suhu ikan yang meningkat karena over
thawing, agar tidak terjadi maka proses pengolahannya sendiri dilakukan dengan
segera.Pada tahapan proses cutting juga beguna untuk mengurangi bakteri yang
46
terdapat pada insang dan perut, selain itu juga berjuan untuk memisahkan antara
ikan yang layak untuk diproses atau tidak. Ikan yang tidak memenuhi standart
mutu ikan (terdapat pada tabel. 2) akan dibuang kesaluran pembuangan limbah
padat.
PT. Maya Muncar melakukan proses pemotongan ikan secara manual
dengan menggunakan gunting dan proses dilakukan secara cermat agar kepala, isi
perut serta ekor ikan terbuang bersih dengan batas kritis pada suhu yaitu 20OC.
Gunting yang sebelumnya telah diperiksa kelayakannya, Namun masih terdapat
banyak pekerja yang menggunakan gunting dalam kondisi yang sudah berkarat
atau sudah tidak layak digunakan walaupun kondisi ketamajamannya masih
terjaga.Selain ituproses pemotongan yang dilakukan dengan mengunakan sistem
manual akan menimbulkan kontaminasi silang(mikroba) antara tangan pekerja
yang tidak menggukan sarungtangan.Menurut FAO dalam Manual on fish canning,
sudah menetapkan untuk menggunakan suatu mesin pemotong yaitu Nobbing
Machine, bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi silang,
meningkatnya suhu ikan dan mengurangi terjadinya kecelakaan saat bekerja,
seperti jari yang terkana gunting atau telapak tangan yang terkena duri pada
ikan.Proses pemotongan yang menggunakan cara manual bisa mengakibatkan
terjadinya kontaminasi silang antara pekerja dengan ikan dan juga pekerja yang
tidak menggunakan sarung tangan secara otamtis akan meningkatkan suhu pada
ikan. Ini terjadi karena ikan yang dipegangan dengan tangan, suhu tubuh manusia
akan tersalurkan pada ikan. PT. Maya Muncartidak menggunakan alat tersebut
dikarenakan,yang semula bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat sekitar.
4.2.4 Pencucian Ikan (Washing)
Ikan yang telah dicutting
bersih. Potensi bahaya pada proses ini adalah, air, alat, ruangan kerja yang
tercemar dan masih adanya sisa-sisa penyiangan, seperti kotoran dan sisik ikan
yang bisa menimbulkan pertumbuhan bakteri. Cara mengatasinya adalah dengan
47
memperhatikana kebersihan dengan semua alat, air dan lainnya juga sisa-sisa
penyiangan harus segera dibersihkan agar menghindari pertumbuhan bakteri.
Pencucian ikan di PT. Maya Muncarmenggunakan dengan alat bantu
rotary drum, prinsip kerja alat ini adalah pencucian dengan pengadukan yang
berputar. Pencucian ikan bertujuan untuk memisahkan bahan dari benda asing
yang tidak diinginkan, seperti kotoran, darah dan sisik yang masih
menempel.Kemudian dilakukan pergantian air selama 15 menit, pada proses
pencucian, hal ini bertujuan untuk membuang air yang kotor dan mengantinya
dengan bersih sehingga didapatkan hasil yang maksimal selain itu juga bertujuan
Darah ikan yang masih menempel pada ikan akan mempengaruhi warna
daging setelah dipanaskan. Warna daging ikan bisa berubah menjadi warna
merah. Warna merah tersebut disebabkan oleh darah yang membeku karena
pemanasan (Murniyati, A.S dan Sunarman, 2000).Kotoran dan sisik ikan
dibersihkan dengan tujuan untuk menekan jumlah mikroba awal pada ikan
sebelum ikan dikalengkan.Dari proses pencucian ini diharapkan dapat mengurangi
jumlah
mikroba
awal
dan
sangat
berguna
dalam
evektifitas
proses
48
Pada PT. Maya Muncar proses filling dilakukan secara manual dengan
cara memasukkan potongan tubuh ikan kedalam kaleng dan timbangan yang
digunakan adalah timbangan manual yang menggunakan kaleng yang sudah terisi
sesuai berat yang ditetapkan sebagai pembanding.Dengan menggunakan
timbangan ini maka jalannya proses akan lebih cepat dan afektiv. Namun akan
menghasilkan ketidak seragaman berat pada masing-masing kaleng yang diisi
karena berat yang sebenarnya tidak diketahui. Namun dengan tempatkan beberapa
pengawas yang selalu mengontrol kualitas mutu filling setiap 30 menit dan
diambil 10 sampel kaleng untuk pengecekan jumlah, berat dan suhu. Suhu ikan
sebelum masuk dalam exhaust box antara 22-23C dan berat yang diuji
disesuikan dengan standart berat yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
4.2.6
49
4.2.7
Penirisan
Proses ini menghasilkan cairan hasil kondensat yang dihasilkan pada saat
pemasakan pendahuluan (pre cook). Cairan tersebut berupa air dan minyak ikan.
Air tersebut merupakan cairan hasil kondensat sedangkan minyak ikan berasal
dari dalam tubuh ikan yang meleleh akibat pemanasan dan keluar campur dengan
air hasil kondensat tersebut. Hasil cairan tersebut kemudian ditiriskan dan
ditampung. Penirisan diharapkan dilakukan secara cepat untuk menjaga kestabilan
suhu sejak kaleng keluar dari exhaust box, perubahan suhu ikan selama proses
penirisan menuju tempat pengisian saos 78C. Penirisan ini melalui konveyor
dan kaleng secara otomatis akan berjalan miring.
Potensi bahaya yang ada pada proses ini adalah masuknya benda asing ke
dalam kaleng. Selain itu sering terjadi kendala yaitu kaleng yang tidak masuk
secara sempurna ke konveyor penirisan dan dapat menghambat jalannya proses.
Serta mengontrol bau yang tidak sedap ikan setelah proses pre-cook.Sehingga
perlu dilakukan pengawasan pada jalannya proses penirisan.
4.2.8
saus pada alat steam jacket ketlle dengan komposisi bahan tertentu sesuai dengan
produksi hari itu. Sedangkan untuk pengisian saus menggunakan pipa-pipa yang
disalurkan dari bagian saus dan diujung pipa terdapat kran yang bila dibuka saus
tersebut akan keluar dan mengisi saus tiap kaleng. Proses ini tetap memerlukan
pengawasan, terutama pada batas kritishead space yaitu 3.0 mm. Pengawasan ini
dilakukan dengan menambah saus jika isi saus kurang dan mengurangi saus jika
isi saus berlebih. Tujuan dari penentuan head space adalah supaya waktu proses
sterlisasi masih ada tempat untuk pengembangan isi.Selain itu suhu saus pada
ketel penampungan juga dikontrol. Pada penampungan saus bawah batas kritis
suhu pada saus yaitu 60O-68O C dan pada penampungan saus atas batas kritis suhu
68O-70O C dan banyaknya saus pada tempat penambungan juga dikontrol.
50
memenuhi
standar akan mengapung di bak (berisi air). Sehingga kaleng tersebut perlu
dilakukan repacking dan isi saus ditambah sampai memenuhi standart. Sedangkan
jika isi saus berlebih dapat diketahui setelah proses sterilisasi yang ditandai
dengan kaleng yang menggembung, hal ini dikarenakan didalam tidak ada ruang
untuk pengembangan isi sehingga akan terjadi tekanan pada tutup kaleng yang
menyebabkan mengembung, penanganan kerusakan ini sama halnya dengan
penanganan kaleng yang kurang isi, yaitu dilakukan repacking.
4.2.9
51
Tinggi kaleng diukur dari tutup kaleng atas sampai kaleng bawah
dan pengukuran dilakukan dengan jangka sorong dan diambil tiga titik
yang berbeda. Standar ukuran tinggi kaleng untuk kaleng kecil (200308)
adalah 88.37 0.30 mm dan 113.07 0.30 mm untuk kaleng besar (300
407). Jika tinggi kaleng (Ca.H) kurang dari standar maka perlu dilakukan
penyetingan alat (seamer).
2. Tebal Penutupan (T)
Pengukuran
seam
thickness
merupakan
indikasi
terhadap
52
tiga kali ulangan dengan titik yang berbeda, pengukuran ini dilakukan
dengan alat bantu mikrometer. Body hook
pendek akan mempengaruhi overlap dan hasil akhir double seam. Standar
pengukuran body hook untuk kaleng kecil (200 308) adalah 1.90 0.20
dan kaleng besar (300 407) adalah 2.00 0.20. Jika body hook (BH)
kurang dari standar maka perlu dilakukan penyetingan alat (seamer).
2.
pendek akan mempengaruhi kondisi overlap dan hasil akhir doble seam.
Pengukuran ini dilakukan dengan enggunakan mikrometer pada bagian
ulut kaleng sebanyak tiga kali ulangan dengan titik yang berbeda. Standar
yang digunakan adalah 1.80 0.20 untuk kaleng kecil (200 308) dan 1.90
0.20 untuk kaleng besar (300407). Jika cover hook (CH) kurang dari
standar maka perlu dilakukan penyetingan alat (seamer).
3.
Overlap (OL)
Panjangnya bagian yang saling tindih dengan cover hook disebut
internal
seam
overlap.
Overlap
diusahakan
tidak
mengalami
Overlap % (OL %)
Overlap % merupakan kisaran besarnya overlap yang terbentuk.
53
(OL %) dibawah standar, hal ini berarti proses seaming tidak sempurna
yaitu pada saat operasi kedua, penekanan antara body hook dan cover hook
kurang, sehingga menyebabkan hasil penutupan agak longgar yang
memungkinkan udara dan air dapat masuk kedalam kaleng. Oleh sebab itu
dilakukan tindakan dengan menghentikan mesin (seamer) untuk sementara
dan melakukan perbaikan terhadap mesin agar overlap % sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
5.
rating) sangat penting artinya dan harus dilakukan dengan teliti. Penilaian
kekencangan doble seam dilakukan dengan menganalisis adanya kerutan
(wrinkle) dalam cover hook. Pengkerutan terbentuk sewaktu proses
produksi pembentukan double seam, yaitu pada saat diameter kaleng
tereduksi ketika menyesuaikan dengan flange. Kerutn biasa terjadi secara
merata dan tersebar melingkari tutup kaleng.
Semakin kuat tekanan pada operasi kedua, semakin dangkal
kerutan yang terbentuk. Kondisi ini dapat dievaluasi secara visual. Derajat
kekencangan dapat ditemukan secara visual, kemudian dicatat dengan
kisaran skala bulat mendekati puluhan persen. Semakin dalam kerutan,
semakin longgar tutup kaleng. Angka kekencangan 100% yang brarti
tanpa kerutan. Standar kekencangan di PT. Maya Muncar minimal 75%.
Standar tersebut menunjukkan bahwa kerutan yang terjadi semakin kacil
atau dapat dikatakan proses seaming berjalan sempurna (tekanan pada
opersai kedua kuat).
6. End Hook Juncture (EJ)
Pengukuran EJ dilakukan dengan melihat banyaknya sedikitnya
lipatan yang menonjol pada tutup kaleng. Semaikn banyak lipatan yang
menonjol maka semakin jelek lipatannya. End Hook Juncture (EJ) dapat
diketahui secara visual, kemudian dicatat dengan kisaran bulat yang
endekati puluhan persen. Nilai EJ 100% berarti tidak ada lipatan kaleng
54
yang menonjol pada tutup kaleng. Standar EJ yang digunakan di PT. Maya
Muncar minimal 75% .
4.2.10 Pencucian Kaleng (can washing)
Setelah dilakukan penutupan yang sempurna, kaleng / wadah perlu
dibersihkan jika ada sisa-sisa bahan yang menempel pada dinding kaleng / wadah.
Pencucian dilakukan dengan air yang dicampur dengan sabun khusus pencuci
kaleng yang kemuian dibilas beberapa kali. Tujuan dari pencucian kaleng yaitu
mendihari terjadi pengkaratan pada kaleng kerena sisa-sisa saus yang menempel
saat proses seaming.
Pada
PT.
Maya
Muncar
pencucian
kaleng
dilakukan
dengan
menyemprotkan air pada kaleng yang berjalan dan selanjutnya kaleng tersebut
ditampung dalam bak berisi air dan basket/keranjang.Sebelum kaleng masuk
kepencucian, disana ditempatkan pekerja yang mengawasi hasil seaming. Hal ini
bertujuan agar mencegah kaleng yang bocor, pesok atau tidak tertutup seacara
sempurna tidak lolos ke proses selanjutnya.
4.1.11 Waiting Time Product
Waiting Time Product merupakan proses dimana menunggu basket
(keranjang) hingga terisi penuh oleh kaleng. Kolam yang digunakan bersuhu 45oC,
waktu yang dibutuh untuk mengisi 1 kranjang penuh adalah 10-15 menit dan 1
keranjang mampu menampung 2250 kaleng untuk kaleng ukuran 200 dan 900
untuk ukuran kaleng 300. Di PT.Maya Muncar Waiting Time Product bertujuan
sebagai suhu awal pada saat akan melakukan sterilisasi. Selain itu kolam (yang
berisi air) berfungsi sebagai alat untuk menahan benturan kaleng dengan basket
dan keleng dengan kaleng saat pengisian ke dalam baket.
4.2.12 Sterilisasi
Sterilisasi(processing)pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah
serta isinya pada suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau
mengurangi factor-faktor penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan
gejala lewat pemasakan (over cooking) pada makanannya. Suhu yang digunakan
biasanya 116C selama 80-90 menit, tergantung dari jenis bahan makanan dan
55
56
57
dikemas dalam karton yang disertai dengan pengecekan keadaan fisik seperti
kaleng pesok, melet, cembung dan lain sebagainya. Pada PT. Maya Muncar jika
terdapat kaleng yang tersebut akan tetapi produk masih bisa dikonsumsi maka
tindakan koreksinya yaitu dengan repacking dimana pada kaleng yang rusak
tersebut diganti dengan kaleng yang baru dan dilakukan pemasakan ulang. Setelah
kaleng tersusun dalam karton selanjutnya kaleng tersebut disimpan digudang
penyimpanan untuk melewati masa inkubasi selama 7 hari, hal ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya kaleng yang mungkin masih dapat mengalami
kerusakan fisik.
PT. Maya muncar memiliki gudang penyimpanan dengan suhu kamar
yang dapat mempertahankan kualitas bahan yang disimpan adalah 27 OC - 30 OC
dan tidak lembab karena tiap produk dalam karton dialasi dengan palet. Produk
yang telah melewati masa inkubasi selanjutnya di plagband dan di staffel
kemudian produk siap didistribusikan.