Anda di halaman 1dari 34

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masa Pubertas
2.1.1 Pengertian Masa Pubertas
Remaja menurut WHO remaja adalah periode usia antara 10 19
tahun,sedangkan perserikatan bangsa bangsa ( PBB) menyebut kaum muda
(youth) untuk usia antara 15- 24 tahun.(Eny Kusmiran 2014)
Masa Pubertas ialah suatu fase perkembangan yang ditandai dengan awal
terjadinya kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi.
Selama pubertas selalu disertai berbagai perubahan dalam pertumbuhan somatis
dan pdan prespektif psikologis. Kata pubertas berasal dari bahasa latin, yang berarti
usia menuju dewasa ditandai banyaknya erubahan fisik, perubahan prilaku,awal
kematangan seksual,dan persiapan diri seseorang untuk mampu memberikan
keturunan.( Herri Zan Pieter, S.Psi., Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., 2010)
Tahap pubertas disebut sebagai tahap awal kematangan. Batasan usia bagi
pria sekitar 12-15 tahun dan wanita 11-15 tahun. Selama periode ini perubahan ciriciri seks primer dan sekunder terus mengalami kematangan.( Herri Zan Pieter,
S.Psi, Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc,2010 ).
2.1.2 Tanda-Tanda Masa Pubertas Pada Remaja Putri
Tanda ciri pubertas wanita atau perempuan akan dikenali dengan adanya
pertumbuhan dan perkembangan payudara, selanjutnya akan mulai tumbuh rambut
di daerah sekitar kemaluan. Dan tanda puber yang mudah dikenali pada anak

perempuan adalah dengan mulainya sang anak menstruasi dan menstruasi ini
biasanya akan terjadi sebagai tanda akhir dari proses pubertas perempuan. Satu
lagi yang seringkali menjadi masalah pada pubertas ini adalah dengan timbulnya
jerawat. (http://tamannya-hati.blogspot.com/2013/01/ciri-masa-puber.html diakses
pada tanggal 01 Desember 2014).
Secara garis besar, masa pubertas dikelompokan atas 3 bagian yaitu:
Pra Pubertas
Dikatakan sebagai masa pra pubertas, karna dia tidak lagi dianggap
sebagai kanak-kanak, namun belum juga menjadi remaja. Selama masa pra
pubertas terjadi proses awal kematangan fisik dan psikis. Batasan usia pra
pubertas bagi pria sekitar 10-11 tahun dan wanita 9-10 tahun. Selama periode
ini proses kematangan ciri-ciri seks primer belum sepenuhnya berkembang
namun, sudah terjadi perkembangan seks sekunder seperti tumbuhnya bulubulu halus disekitar organ seks.
Pubertas
Tahap ini merupakan pembagi antara masa kanak-kanak dan masa
remaja dan saat munculnya kematangan seksual ditandai dengan datangnya
menstruasi pertama kali. Adapun kematangan sseksual pria ditandai dengan
mimpi basah. Batasan usia bagi pria sekitar 12-15 tahun dan wanita 11-15
tahun. Selama periode ini perubahan ciri-ciri seks primer dan sekunder terus
mengalami kematangan.( Herri Zan Pieter, S.Psi,2010 )

Pasca pubertas (adolensia)


Masa tumpang tindih dengan tahun pertama atau kedua masa
remaja. Ciri-ciri seks sekunder dan primer sudah semakin terlihat jelas.
Batasan usia pasca pubertas bagi pria dan wanita diperkirakan sekitar usia
16-17 tahun. .( Herri Zan Pieter, S.Psi,2010 )
2.1.3 Bahaya Pada Masa Pubertas
Menurut Hurlock (2010). Beberapa bahaya psikologis adalah sebagai berikut
a. Konsep diri yang kurang baik: ada banyak hal yang menyebabkan
perkembangan konsep diri kurang baik selama masa puber, beberapa
diantaranya alasan pribadi dan alasan lingkungan. Anak yang mengembangkan
konsep diri kurang baik pada masa remaja cenderung menguatkan konsep
tersebut dengan perilaku yang tidak sosial, dan bukan memperbaikinya.
Akibatnya, dasar-dasar untuk kompleks rendah diri semakin tertanam dan
kecuali dilakukan langkah-langkah perbaikan, maka cenderung akan menetap
dan mewarnai mutu perilaku individu sepanjang hidupnya.
b. Prestasi rendah dan cepatnya pertumbuhan fisik maka tenaga menjadi
melemah, ini mengakibatkan keseganan untuk bekerja dan bosan pada tiap
kegiatan yang melibatkan usaha individu.
c. Kurangnya persiapan untuk menghadapi masa puber: anak puber tidak
diberitahu atau secara psikologis tidak dipersiapkan tentang perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi pada masa puber, pengalaman akan perubahan itu
dapat merupakan pengalaman traumatis.

d. Menerima tubuh yang berubah diantara tugas perkembangan masa puber yang
penting adalah menerima kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan.
Hanya sedikit anak puber yang mampu menerima kenyataan ini, sehingga
mereka tidak puas dengan penampilannya.
e. Menerima peran seks yang diharapkan: sama halnya menerima tubuh yang
berubah, menerima peran seks anak puber yang diharapkan mendekati peran
seks orang dewasa merupakan tugas perkembangan utama pada tingkat usia
ini. Terjadinya kematangan seksual atau waktu yang diperlukan untuk
pematangan.
f. Penyimpangan dalam pematangan social: salah satu bahaya psikologis selama
masa puber yang paling serius adalah penyimpangan dalam usia terjadinya
kematangan seksual atau waktu yang diperlukan untuk pematangan.
g. Anak yang matang lebih awal: anak yang matang terlalu dini dapat
menunjukkan kesulitan pribadi. Kesulitan ini timbul karena anak matang lebih
awal yang kelihatannya lebih tua dari usianya, biasanya diharapkan bertindak
sesuai dengan penampilannya dan bukan dengan usianya.
2.2 Perubahan Psikologis Masa Pubertas
Perubahan psikologis selama masa pubertas berhubungan dengan sikap dan prilaku.
Terjadinya perubahan psikologi merupakan akibat dari :

Perubahan fisik, seperti akibat kelenjar endokrin dan pituitary.

Cepat atau lambatnya kematangan (early mature and late mature)

Waktu kematangan (rapid mature and slow mature)

Kemampuan (ability individual)

Kemauan (drive)

Akibat dari perubahan fisik yang menyebabkan perubahan psikologis pada masa
pubertas terhadap perubahan sikap dan prilaku adalah :
1. Ingin menyendiri
Keinginan untuk menyendiri berawal dari :

Sikap menarik diri dari kegiatan keluarga atau temanya.

Sering bertengakar dengan saudara dan temanya.

Sering melamun terhadap perlakunya yang tidak baik

Bereksperimen seks melalui masturbasi

Ketidakinginan berkomunikasi dan malas berhubungan sosial

2. Kebosanan
Pada dasarnya, anak pubertas merasa bosan akibat diakibatkan adanya
perubahan fisik dan psikis . dampak kebosanan antara lain:

Menolak permainan yang sebelumnya dia gemari

Malas menyelesaikan tugas sekolah

Malas mengikuti kegiatan sekolah

Anak malas bekerja atau belajar

Menurunya prestasi

Terbiasa berprestasi dibawah kemampuannya.

10

3. Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang menyebabkan pubertas mengalami
inkoordinasi :

Koordinasi gerakan dan aktivitas

Merasa kikuk dan canggung daam tindakan

4. Perubahan emosi

Kemurungan atau merajuk dan ledakan kemarahan

Menangis kecil, terutama pada pubertas perempuan

Sedih,gelisah,cemas,marah,dan selalu terjadi sebelum haid.

5. Antagonis sosial

Tidak mau bekerja sama, sering membantah,dan menentang

Permusuhan terbuka akibat peran seks

Penuh dengan bentuk kritikan dan komentar merndahkan

6. Hilangnya kepercayaan diri


Hilangnya kepercayaan diri anak pubertas diakibatkan oleh:

Perubahan tubuh atau penampilan fisik

Tidak percaya diri didalam menyelesaikan tugas dan rendah diri

Takut kritikan orang tua, orang dewasa, atau teman

7. Pola sikap sederhana

Takut menjadi pusat perhatian orang dewasa lainya.

Takut dikomentari penampilan dan pakaian dan cara berpakain

11

Takut dikritik buruk mengenai keadaan dirinya.

2.2.1 Bahaya Psikologis pada Masa Pubertas


Bahaya psikologis yang muncul pada masa pubertas sangat dipengaruhi oleh:

Kurang persiapan menghadapi perubahan


Faktor penyebab anak pubertas tidak dipersiapkan untuk menghadapi masa
pubertas karna sikap orang tua yang terlalu normatif terhadap perubahan
anaknya, kurangnya pengetahuan mengenai pubertas, faktor tata krama
dan rasa malu, menghindari rasa malu sehingga pura-pura telah mengerti.
Kurang persiapan dalam menghadapi masa pubertas dapat mengakibatkan
bahaya psikologis serius,terutama pubertas cepat atau lambat matang.

Sikap Penerimaan Perubahan Bentuk Tubuh


Alasan mengapa anak pubertas tidak puas terhadap perubahan tubuhnya
ketakutan ditolak oleh kelompoknya,karna bertubuh kurang cantik dan
kekhawatiran peran seks.

Konsep diri yang kurang matang


Adapun faktor faktor yang mempengaruhinya adalah konsep diri yang
tidak realitas,perilaku yang canggung sehingga membuat kecewa,konsep
diri, prilaku antisosial, sikap negatif, menarik diri, sedikit bicara, agresif dan
tindakan balas dendam.

12

Prestasi rendah
Faktor penyebab menurunya prestasi pada anak pubertas karna cepatnya
pertumbuhan fisik sehingga kurang bertenaga, adanya keengganan
bekerja,bosan pada setiap kegiatan yang melibatkan perorangan, kurang
bergairah melakukan tugas-tugas sekolah.

Rasa ketidak bahagian


Penyebab timbulnya rasa ketidak bahagiaan ialah adanya sikap
penerimaan atau penolakan dari diri sendiri atau sosial. Agar merasa puas
denag kehidupannya, para pubertas akan berusaha menerima diri
seadanya dan bisa diterima orang lain.

Penampilan fisik
Semakin baik penampilan fisik anak pubertas maka semakin bahagia anak
tersebut,misalnya pubertas pria selalu mengharapkan bertubuh tegap,tinggi
dan hidung mancung. Adapun bagi pubertas perempuan selalu
mengharapkan tubuh yang indah, memiliki pinggul yang ramping payudara
yang indah, dan hidung mancung.

Keprihatian peran penampilan diri


Keprihatinan terhadap peran penampilan diri sangat berhubungan erat
dengan

dukungan

sosial,

kemarahan,dan kegelisahan.

prilaku

antisosial,sikap

penolakan,

13

Kasih sayang
Karna kasih sayang dan dukungan orang lain bersamaan, maka anak
pubertas sering bersikap kritis ,merendahkan orang lain,perilaku
egosentris,dan antisosial dalam situasi sosial

2.3. Perkembangan kepribadian


Bidang ilmu psikologi kepribadian mencakup kegiatan, struktur kepribadaian
kesatuan karakteristik, keunikan, dan tipologi kepribadian untuk tujuan manusia
sebagateoritis atau praktis. (Herri Zan Pieter, S.Psi., Dr. Namora Lumongga Lubis,
M.Sc., 2010).
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara
individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan
perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia
& Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah
pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses
menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam
Papalia & Olds, 2001).
Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai
suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan
sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara
eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami
perubahan

14

Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku individu yang tampak
dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Keunikan
peyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Kerakter, yaitu kosenkuen tidaknya dalam mematuhi etika prilaku,
konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat lambatnya
meraksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3. Sikap, sambutan terhapa objek yang bersifat positif, negative atau
ambivalen (ragu-ragu).
4. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilanreaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih atau putus asa.
5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan unutk menerima resiko dari
tindakan atau perbutan yang dilakukan.
6. Sosialbilitas, yaitu disposisipribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dala sifat pribadi yang tertutup
atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Mutu hubungan dengan orangtua, saudara kandung dan sanak saudara lain,
dan pandangan anak mengenai metode pelatihan anak yang digunakan dirumah,
semuanya berperan dalam menentukan kepribadian anak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian atau konsep diri :

15

1. Perkembangan konsep diri ideal, Anak-anak membentuk konsep diri yang


ideal, anak menjadi sosok tokoh ide. Pada mulanya, konsep diri yang ideal
mengikuti pola yang digariskan oleh orang tua, guru, dan orang-orang
sekitar dalam lingkungannya. Kemudian dengan meluasnya cakrawala juga
menikuti pola atau tokoh-tokoh yang dibaca atau didengar.
2. Mencari identitas, Pencarian identitas dimulai pada bagian akhir masa
kanak-kanak dan mencapai tahap kritis dalam masa remaja.
(http://mnhabibah.blogspot.com/2012/10/perkembangan-sosial-kepribadia moral.)

2.3.1 Karasteristik perkembangan kepribadian


Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang
menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini,
Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan
tidak sehat, sebagai berikut :
a. Kepribadian yang sehat

Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa
adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik,
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau


kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau
menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu
sebagai sesuatu yang sempurna.

16

Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai


keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional,
tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex,
apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika
mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi
dengan sikap optimistik.

Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap


kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.

Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak,


mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan
diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di
lingkungannya.

Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat


menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau
konstruktif , tidak destruktif (merusak)

Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap


aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara
matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya
mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan), pengetahuan dan keterampilan.

17

Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap


orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalahmasalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir,
menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman
dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya
dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan
orang lain, karena kekecewaan dirinya.

Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan


memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat


hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang


didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance
(penerimaan), dan affection (kasih sayang).

b. Kepribadian yang tidak sehat

Mudah marah (tersinggung)

Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan

Sering merasa tertekan (stress atau depresi)

Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya


lebih muda atau terhadap binatang

Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang


meskipun sudah diperingati atau dihukum

18

Kebiasaan berbohong

Hiperaktif

Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas

Senang mengkritik/mencemooh orang lain

Sulit tidur

Kurang memiliki rasa tanggung jawab

Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan


faktor yang bersifat organis)

Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama

Pesimis dalam menghadapi kehidupan

Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

2.4 Perubahan Sosial

Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk


memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi,
minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih
akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui
persahabatan atau teman sebaya.
Masa Puber adalah masa mencari jati diri untuk menghadapi kedewasaan kelak.
Terlihat secara bertahap melepaskan ketergantungannya pada orang tua, namun untuk
mendapatkan rasa aman biasanya dengan cara membuat kelompok dengan teman
sebaya. Itu sebabnya pada masa remaja teman sebaya menjadi sangat penting dalam
kehidupan anak. Kelompoklah yang memegang peranan apakah si remaja dapat

19

diterima atau disisihkan.Dalam kelompok inilah mereka belajar bergaul dengan lawan
jenis, dengan dukungan teman-teman sejenisnya. Baru pada tahapan-tahapan remaja
berikutnya mereka mulai tertarik untuk bergaul dengan lawan jenis secara individual.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh
dari

berbagai

kesempatan

dan

pengalaman

bergaul

dengan

orang-orang

dilingkungannya.
Pada dasarnya pribadi manusia tak sanggup hidup seorang diri tanpa
lingkungan psikis dan rohaniahnya walaupun secara biologis-fisiologis ia dapat
mempertahankan dirinya sendiri.
Hubungan

sosial

merupakan

hubungan

antarmanusia

yang

saling

membutuhkan. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja


memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi juga melakukan
tahap perkembangan sosial.Pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya
tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup
manusia.
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri
menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman
sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada

20

masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti
kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia
& Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya
adalah besar.
2.41

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial


a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak.
b. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima
pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi
akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu.

21

d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas
harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku
yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan(sekolah).
2.4.2 Proses Sosialisasi Remaja
1. Belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya
tentang prilaku yang dapat diterima.Untuk dapat bermasyarakat anak
tidak hanya harus mengetahui prilaku yang dapat diterima,tetapi mereka
juga harus menyesuaikan prilaku dengan patokan yang dapat diterima.
2. Memainkan peran yang dapat diterima
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah
ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk
dipatuhi.Sebagai contoh,ada yang telah disetujui bersama bagi orang tua
dan anak serta bagi guru dan murid.

22

3. Perkembangan sikap sosial


Untuk

bermasyarakat/bergaul

dengan

baik

anak-anak

harusmenyukai orang dan aktivitas sosial.Jika mereka dapat


melakukannya mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial yang
baik dan diterima sebagai anggota kelompoksosial tempat mereka
menggabungkan diri.
2.4.2 Karasteristik Perkembangan Sosial

perubahan dalam berhubungan dengan orang lain

Meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan rekan


mereka

Lebih intens dan lebih akrab denagn lawan jenis


Kuatnya teman sebaya
Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang
relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai,
dan kepribadiannya.

Perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain

Remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti


kegiatan sekolah, ekstra kurikuler danbermain dengan teman

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok


teman sebaya dibandingorang tua

23

2.5 Perubahan Emosi


Masa puber merupakan masa emosi yang bergejolak. Remaja sangat peka dan
menunjukkan reaksi yang kuat pada berbagai peristiwa dan situasi sosial. Dan bila
sedang meledak, emosinya sering tidak proporsional.Ciri emosi lain pada remaja;
ambivalensi dalam perasaan. Acapkali mengalami perasaan yang saling bertentangan
sayang dan benci, perhatian tapi juga apatis pada berbagi orang/peristiwa. Ketidak
stabilan perasaan ini seringkali menimbulkan kebingungan, frustasi dan kejengkelan
dalam diri remaja, dan makin membuatnya meledakledak.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan
hasil dariperubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi sosial,peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam
kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan yang ditujukanpada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi
bertingkah seperti anak-anak,mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab iniakan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan
nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang
disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang
berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan setiap keadaan pada diri
seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat
yang luas.

24

Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan
emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara
psikis yang bervariasi, diantaranya terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang
sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam
menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan
16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri.Masa pubertas
sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan
pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fasefase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam
sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik
(terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.
Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh,
seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta
aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang
identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk
dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah
(pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak
memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali
meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini
menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi
dalam lingkungannya.

25

Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi
oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif
yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan
memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat
dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik
tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha
menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu
mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga
interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.
Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi
mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar
terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan
intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak
dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek.
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan
penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat.
Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa
remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood senang luar
biasa ke sedih luar biasa, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk
hal yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang
terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik yang
cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.

26

Emosi remaja berada dalam situasi sturm und drung sebab belum stabil dan
mencapai kematangan pribadi secara dewasa. Menurut Gesell, dkk, remaja 14 tahun
seringkali mudah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung meledak, dan tidak
berusaha mengendalikan perasaannya (Hurlock, 1993) karena emosi remaja lebih kuat
dan lebih menguasai diri mereka dari pada perilaku yang realistis. Remaja merupakan
masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa
pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik
dapat menjurus pada berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai
melibatkan diri pada tindak kejahatan.
2.5.1 Ciri-ciri Perubahan Emosi
Ciri-ciri perubahan emosi pada masa remaja Menurut Intan Kumalasari 2012 :
1. Sensitif : perubahan perubahan kebutuhan, konflik antara kelurga dengan
lingkungan dan perubahan fisik menyebabkan remaja sangat sensitif misalnya:
mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan
yang jelas.dan ini sering terjadi pada remaja putri.(intan kumalasari,2012)
2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang
memengaruhinya, sering bersikap irasional, mudah tersinggung,sehingga
mudah terjadi perkelahian pada anak laki-laki, suka mencari perhatiaan, dan
bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.(intan kumalasari,2012)
3. Ada kecenderungan tidak patuh kepada orang tua dan lebih senang pergi
dengan teman dari pada tinggal di rumah.(intan kumalasari,2012)

27

Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, . yaitu
usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
1. Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun

Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka

Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa


percaya diri

Kemarahan biasa terjadi

Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu


menang sendiri.

Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif

2. Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun

Pemberontakan remaja merupakan ekspresi dari perubahan


yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa

Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka

Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka.

2.6 Perkembangan kognitif


Menginjak masa puber, seorang remaja akan mengalami perkembangan kognitif
atau kemampuan berpikir. Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean
Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi
dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Idealnya,

28

seorang remaja sudah mempunyai pola pikir sendiri. Di antaranya yang bisa
digambarkan yaitu:

Mulai bisa berpikir logis tentang suatu gagasan yang abstrak

Mulai bisa membuat rencana, strategi, membuat keputusan, memecahkan


masalah serta mulai memikirkan masa depan

Muncul kemampuan nalar secara ilmiah dan belajar menguji hipotesis atau
permasalahan

Belajar berinstropeksi diri

Wawasan berpikirnya semakin luas, bisa meliputi agama, keadilan,


moralitas, jati diri atau identitas

Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tapi juga akan
mengadaptas informasi tersebut dengan pemikirannya sendiri. Namun pada
kenyataannya, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak
sekali remaja (bahkan orang dewasa juga lho) yang belum mampu berpikir dewasa.
Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem
pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau
ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh
orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga
mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan
usianya.Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan

29

pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir
kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik
(http://ippind.wordpress.com/2010/04/12/perkembangan-kognitif-pada-remaja/)

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,


memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001)
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap
Perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme
(Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini
adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain
Pandangan para ahli psikologi kognitif mengenai prilaku manusia bukan hanya
pengaruh dari penerimaan rangsangan yang pasif, namun ada proses pengolahan
informasi yang diterima dan mengubahnya dalam bentuk dan kategori-kategori baru.
Individu aktif memersepsikan, mengingat, reproduksi, pengolahan informasi,
menafsirkan, dan mengambil keputusan. (Herri Zan Pieter, S.Psi., Dr. Namora
Lumongga Lubis, M.Sc., 2010)
Berdasarkan teori perkembangan kognitif pieget,kemampuan kognitif remaja pada
tahap formal operational.Remaja harus mampu mempertimbangan semua kemungkinan
untuk menyelesaikan masalah dan mempertanggungjawabkanya.(Enykusmiran,2014).

30

Berkaitan dengan perkembangan kognitif, umumnya remaja menampilkan tingkah laku


sebagai berikut :
1. Kritis
Segala sesuatu harus rasional dan jelas, sehingga remaja cenderung
mempertanyakan kembali atura-aturan yang diterimanya.
2. Rasa ingin tahu yang kuat.
Perkembangan

intelektual

pada

remaja

merangsang

adanya

kebutuhan/kegelisahan akan sesuatu yang harus diketahui/dipecahkan.


3. Jalan pikiran egosentris
Berkaitan dengan menentang pendapat yang bebeda. Cara berpikir kritis dan
egosentris, menyebabkan remaja cenderung sulit menerima pola pikir yang
berbeda dengan pola pikiranya.
4. Imagery audience
Remaja merasa selalu diperhatikan atau menjadi pusat perhatian orang lain
menyebabkan remaja sangat terpengaruh oleh penampilan fisiknya dan dapat
mempengaruhi konsep dirinya.
5. Personal fables
Remaja mersa dirinya sangat unik dan berbeda dengan orang lain
6. Cenderung bekerja secara komplek dan abstrak
7. Lebih tertarik memahami kepribadian sendiri
8. Berprilaku menurut cara mereka

31

2.6.1 Tahap Perkembangan Kognitif pada Remaja


Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu,
dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa
depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari
kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai
mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Tahap perkembangan kognitif pada remaja secara garis besar dapat ditinjau
dari dua segi perubahan-perubahan perkembangan kognitif, diantaranya adalah:
a.

Pemikiran Operasional Formal


Pemikiran operasional formal (formal operational though), yaitu suatu
tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12
tahun daqn terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau
dewasa.

b. Perkembangan Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan oleh remaja yang lebih tua sering kali jauh
darisempurna, dan kemampuan untuk mengambil keputusan tidak
menjamin bahwa keputusan semacam itu akan dibuat dalam kehidupan
sehari-hari,luasnya pengalaman sering memainkan peran yang sangat
penting. Untukitu, remaja perlu memiliki lebih banyak peluang untuk
mempraktekan danmendiskusikan pengambilan keputusanyang realistis

32

c. Perkembangan Orientasi Masa Depan


Menurut G. Trosmnisdorff (1983 dalam Samsunuwiyati, 2005, hal 199),
orientasi masa depan merupakan fenomena motivasional yang kompleks
yakni antisipasi dan evaluasi tentang dari masa depan dalam
interaksinyadengan lingkungan. Menurut Nurmi orientasi masa depan
berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar, rencana dan strategi
pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
d. Perkembangan Penalaran Moral
Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap
perkembangan Piaget tersebut, makin tinggi pula tingkatan moralnya.
Dengan penekanannya pada penalaran ini, berarti Kohlberg ingin melihat
struktur proses kognitif yang mendasari jawaban atau pun perbuatanperbuatan moral.
e. Perkembangan Pemahaman tentang Agama
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.
Bahkan, sebagaimana dijelaskan oleh Adam & Gullotta (1983, dalam
Samsunuwiyati, 2003, hal 208), agama memberikan sebuah kerangka
moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah
lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan
penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama
memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah
mencari eksistensi dirinya.

33

2.7 Perkembangan Intelegensi


Pada masa pubertas telah mencapai perkembangan mental yang memungkinkan
mereka untuk berpikir dengan cara berpikir orang dewasa. Mereka tidak lagi terikat pada
hal-hal konkrit dan nyata semata. Mereka mulai mampu memahami relativitas; belum
tentu; tergantung; seandainyadan sebagainya.
Istilah intelegensi menurut para ahli dapat disimpulkan oleh Wechler (1958)
merumuskaan intelligensi sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan
bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif". Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu
fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan
intelektual. Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai
pengertian yang beragam.
(http://vhikyunnietoanyone.blogspot.com/2011/10/makalah-perkembangan-intelegensiremaja. )
Inteligensi (kecerdasan pikiran), dengan inteligensi fungsi fikir dapat digunakan
dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi/ untuk memecahkan suatu
masalah. Dengan kata lain perkataan inteligensi adalah situasi kecerdasan pikir, sifatsifat perbuatan cerdas (inteligen). Pada umumnya inteligen ini dapat dilihat dari
kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah,
dengan keadaan diluar dirinya yang biasa maupun yang baru. Jadi, perbuatan cerdas
dicirikan dengan adanya kesanggupan beraksi terhadap situasi dengan kelakuan baru
yang sesuai dengan keadaan baru. (Drs. H. Abu Ahmadi, 2009).

34

2.7.1 Tingkat-tingkat Inteligensi (kecerdasan)


Tiap-tiap orang mempunyai cara-cara sendiri. Maka dapat dikatakan, bahwa
kecerdasan bertingkat-tingkat. Mungkin ada berbagai tingkat kecerdasan, tetapi
dalam uraian ini hanya akan diutarakan beberapa tingkat seperti kecerdasan anak
kecil yang belum dapat berbahasa, dan tingkat kecerdasan manusia. (Drs. H. Abu
Ahmadi, 2009).
a. Kecerdasan Anak-anak
Yang dimaksudkan dengan anak-anak di sini adalah anak-anak kecil lebih
kurang umur 1 tahun dan belum dapat berbahasa. Makin cerdas sesuatu
mahluk, makin kurang cara-cara mengatasi kesulitan dengan jalan
meraba-raba / coba-coba. Seolah-olah kecerdasan menentang cara
penyelesaian kesulitan dengan menggunakan insting dan coba-coba.
b. Kecerdasan Manusia
Sesudah anak dapat berbahasa, tingkat kecerdasan anak lebih tinggi.
Tingkat kecerdasan manusia (bukan anak-anak) tidak sama dengan anakanak.
2.7.2 Macam-macam Inteligensi
a. Inteligensi terikat dan bebas

Inteligensi terikat ialah inteligensi suatu mahluk yang bekerja dalam


situasi-situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan dengan
kebutuhan vital yang harus segera dipuaskan.

35

Inteligensi bebas, terdapat pada manusia yang berbudaya dan


berbahasa. Dengan inteligensinya orang selalu ingin mengadakan
perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau tujuantujuan telah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan yang lain
lebih tinggi dan lebih maju.

b. Inteligensi menciptakan (kreatif) dan meniru (eksekutif)

Inteligensi menciptakan ialah kesanggupan menciptakan tujuan-tujuan


baru dan mencari alat-alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu

Inteligensi meniru, yaitu kemam[uan menggunakan dan mengikuti


pikiran atau hasil penemuan orang lain, abaik yang dibuat, yang
diucapakan maupun yang ditulis.

2.7.3 Karasteristik perkembangan intelelegensi


a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak,suka memberikan kritik.
b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin
mencoba-coba

36

2.8 Kerangka Konsep

Variable Dependent
Variable independent

Perkembangan
Kepribadian

1. Perubahan Fisik
2. Perubahan Minat
3. Perubahan Prilaku

Masa Pubertas

Perubahan Psikologi

Perubahan Sosial

Perubahan Emosi

Perkembangan
Kognitif

Perkembangan
Intelegensi
Keterangan :
: Diteliti
:Tidak diteliti

2.9 Hipotesis
Ho :Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Kepribadian Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.

37

Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
kepribadian Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Sosial Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan Sosial
Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
perubahan emosi Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perubahan Emosi Pada
Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perubahan
Emosi Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan Emosi
Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Kognitif Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan kognitif
Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.

38

Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Intelegensi Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Intelegensi Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai