BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masa Pubertas
2.1.1 Pengertian Masa Pubertas
Remaja menurut WHO remaja adalah periode usia antara 10 19
tahun,sedangkan perserikatan bangsa bangsa ( PBB) menyebut kaum muda
(youth) untuk usia antara 15- 24 tahun.(Eny Kusmiran 2014)
Masa Pubertas ialah suatu fase perkembangan yang ditandai dengan awal
terjadinya kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi.
Selama pubertas selalu disertai berbagai perubahan dalam pertumbuhan somatis
dan pdan prespektif psikologis. Kata pubertas berasal dari bahasa latin, yang berarti
usia menuju dewasa ditandai banyaknya erubahan fisik, perubahan prilaku,awal
kematangan seksual,dan persiapan diri seseorang untuk mampu memberikan
keturunan.( Herri Zan Pieter, S.Psi., Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., 2010)
Tahap pubertas disebut sebagai tahap awal kematangan. Batasan usia bagi
pria sekitar 12-15 tahun dan wanita 11-15 tahun. Selama periode ini perubahan ciriciri seks primer dan sekunder terus mengalami kematangan.( Herri Zan Pieter,
S.Psi, Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc,2010 ).
2.1.2 Tanda-Tanda Masa Pubertas Pada Remaja Putri
Tanda ciri pubertas wanita atau perempuan akan dikenali dengan adanya
pertumbuhan dan perkembangan payudara, selanjutnya akan mulai tumbuh rambut
di daerah sekitar kemaluan. Dan tanda puber yang mudah dikenali pada anak
perempuan adalah dengan mulainya sang anak menstruasi dan menstruasi ini
biasanya akan terjadi sebagai tanda akhir dari proses pubertas perempuan. Satu
lagi yang seringkali menjadi masalah pada pubertas ini adalah dengan timbulnya
jerawat. (http://tamannya-hati.blogspot.com/2013/01/ciri-masa-puber.html diakses
pada tanggal 01 Desember 2014).
Secara garis besar, masa pubertas dikelompokan atas 3 bagian yaitu:
Pra Pubertas
Dikatakan sebagai masa pra pubertas, karna dia tidak lagi dianggap
sebagai kanak-kanak, namun belum juga menjadi remaja. Selama masa pra
pubertas terjadi proses awal kematangan fisik dan psikis. Batasan usia pra
pubertas bagi pria sekitar 10-11 tahun dan wanita 9-10 tahun. Selama periode
ini proses kematangan ciri-ciri seks primer belum sepenuhnya berkembang
namun, sudah terjadi perkembangan seks sekunder seperti tumbuhnya bulubulu halus disekitar organ seks.
Pubertas
Tahap ini merupakan pembagi antara masa kanak-kanak dan masa
remaja dan saat munculnya kematangan seksual ditandai dengan datangnya
menstruasi pertama kali. Adapun kematangan sseksual pria ditandai dengan
mimpi basah. Batasan usia bagi pria sekitar 12-15 tahun dan wanita 11-15
tahun. Selama periode ini perubahan ciri-ciri seks primer dan sekunder terus
mengalami kematangan.( Herri Zan Pieter, S.Psi,2010 )
d. Menerima tubuh yang berubah diantara tugas perkembangan masa puber yang
penting adalah menerima kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan.
Hanya sedikit anak puber yang mampu menerima kenyataan ini, sehingga
mereka tidak puas dengan penampilannya.
e. Menerima peran seks yang diharapkan: sama halnya menerima tubuh yang
berubah, menerima peran seks anak puber yang diharapkan mendekati peran
seks orang dewasa merupakan tugas perkembangan utama pada tingkat usia
ini. Terjadinya kematangan seksual atau waktu yang diperlukan untuk
pematangan.
f. Penyimpangan dalam pematangan social: salah satu bahaya psikologis selama
masa puber yang paling serius adalah penyimpangan dalam usia terjadinya
kematangan seksual atau waktu yang diperlukan untuk pematangan.
g. Anak yang matang lebih awal: anak yang matang terlalu dini dapat
menunjukkan kesulitan pribadi. Kesulitan ini timbul karena anak matang lebih
awal yang kelihatannya lebih tua dari usianya, biasanya diharapkan bertindak
sesuai dengan penampilannya dan bukan dengan usianya.
2.2 Perubahan Psikologis Masa Pubertas
Perubahan psikologis selama masa pubertas berhubungan dengan sikap dan prilaku.
Terjadinya perubahan psikologi merupakan akibat dari :
Kemauan (drive)
Akibat dari perubahan fisik yang menyebabkan perubahan psikologis pada masa
pubertas terhadap perubahan sikap dan prilaku adalah :
1. Ingin menyendiri
Keinginan untuk menyendiri berawal dari :
2. Kebosanan
Pada dasarnya, anak pubertas merasa bosan akibat diakibatkan adanya
perubahan fisik dan psikis . dampak kebosanan antara lain:
Menurunya prestasi
10
3. Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang menyebabkan pubertas mengalami
inkoordinasi :
4. Perubahan emosi
5. Antagonis sosial
11
12
Prestasi rendah
Faktor penyebab menurunya prestasi pada anak pubertas karna cepatnya
pertumbuhan fisik sehingga kurang bertenaga, adanya keengganan
bekerja,bosan pada setiap kegiatan yang melibatkan perorangan, kurang
bergairah melakukan tugas-tugas sekolah.
Penampilan fisik
Semakin baik penampilan fisik anak pubertas maka semakin bahagia anak
tersebut,misalnya pubertas pria selalu mengharapkan bertubuh tegap,tinggi
dan hidung mancung. Adapun bagi pubertas perempuan selalu
mengharapkan tubuh yang indah, memiliki pinggul yang ramping payudara
yang indah, dan hidung mancung.
dukungan
sosial,
kemarahan,dan kegelisahan.
prilaku
antisosial,sikap
penolakan,
13
Kasih sayang
Karna kasih sayang dan dukungan orang lain bersamaan, maka anak
pubertas sering bersikap kritis ,merendahkan orang lain,perilaku
egosentris,dan antisosial dalam situasi sosial
14
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku individu yang tampak
dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Keunikan
peyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Kerakter, yaitu kosenkuen tidaknya dalam mematuhi etika prilaku,
konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat lambatnya
meraksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3. Sikap, sambutan terhapa objek yang bersifat positif, negative atau
ambivalen (ragu-ragu).
4. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilanreaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih atau putus asa.
5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan unutk menerima resiko dari
tindakan atau perbutan yang dilakukan.
6. Sosialbilitas, yaitu disposisipribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dala sifat pribadi yang tertutup
atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Mutu hubungan dengan orangtua, saudara kandung dan sanak saudara lain,
dan pandangan anak mengenai metode pelatihan anak yang digunakan dirumah,
semuanya berperan dalam menentukan kepribadian anak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian atau konsep diri :
15
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa
adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik,
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
16
17
18
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Sulit tidur
19
diterima atau disisihkan.Dalam kelompok inilah mereka belajar bergaul dengan lawan
jenis, dengan dukungan teman-teman sejenisnya. Baru pada tahapan-tahapan remaja
berikutnya mereka mulai tertarik untuk bergaul dengan lawan jenis secara individual.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh
dari
berbagai
kesempatan
dan
pengalaman
bergaul
dengan
orang-orang
dilingkungannya.
Pada dasarnya pribadi manusia tak sanggup hidup seorang diri tanpa
lingkungan psikis dan rohaniahnya walaupun secara biologis-fisiologis ia dapat
mempertahankan dirinya sendiri.
Hubungan
sosial
merupakan
hubungan
antarmanusia
yang
saling
20
masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti
kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia
& Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya
adalah besar.
2.41
21
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas
harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku
yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan(sekolah).
2.4.2 Proses Sosialisasi Remaja
1. Belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya
tentang prilaku yang dapat diterima.Untuk dapat bermasyarakat anak
tidak hanya harus mengetahui prilaku yang dapat diterima,tetapi mereka
juga harus menyesuaikan prilaku dengan patokan yang dapat diterima.
2. Memainkan peran yang dapat diterima
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah
ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk
dipatuhi.Sebagai contoh,ada yang telah disetujui bersama bagi orang tua
dan anak serta bagi guru dan murid.
22
bermasyarakat/bergaul
dengan
baik
anak-anak
23
24
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan
emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara
psikis yang bervariasi, diantaranya terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang
sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam
menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan
16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri.Masa pubertas
sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan
pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fasefase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam
sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik
(terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.
Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh,
seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta
aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang
identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk
dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah
(pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak
memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali
meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini
menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi
dalam lingkungannya.
25
Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi
oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif
yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan
memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat
dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik
tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha
menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu
mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga
interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.
Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi
mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar
terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan
intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak
dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek.
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan
penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat.
Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa
remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood senang luar
biasa ke sedih luar biasa, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk
hal yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang
terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik yang
cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
26
Emosi remaja berada dalam situasi sturm und drung sebab belum stabil dan
mencapai kematangan pribadi secara dewasa. Menurut Gesell, dkk, remaja 14 tahun
seringkali mudah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung meledak, dan tidak
berusaha mengendalikan perasaannya (Hurlock, 1993) karena emosi remaja lebih kuat
dan lebih menguasai diri mereka dari pada perilaku yang realistis. Remaja merupakan
masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa
pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik
dapat menjurus pada berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai
melibatkan diri pada tindak kejahatan.
2.5.1 Ciri-ciri Perubahan Emosi
Ciri-ciri perubahan emosi pada masa remaja Menurut Intan Kumalasari 2012 :
1. Sensitif : perubahan perubahan kebutuhan, konflik antara kelurga dengan
lingkungan dan perubahan fisik menyebabkan remaja sangat sensitif misalnya:
mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan
yang jelas.dan ini sering terjadi pada remaja putri.(intan kumalasari,2012)
2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang
memengaruhinya, sering bersikap irasional, mudah tersinggung,sehingga
mudah terjadi perkelahian pada anak laki-laki, suka mencari perhatiaan, dan
bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.(intan kumalasari,2012)
3. Ada kecenderungan tidak patuh kepada orang tua dan lebih senang pergi
dengan teman dari pada tinggal di rumah.(intan kumalasari,2012)
27
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, . yaitu
usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
1. Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
28
seorang remaja sudah mempunyai pola pikir sendiri. Di antaranya yang bisa
digambarkan yaitu:
Muncul kemampuan nalar secara ilmiah dan belajar menguji hipotesis atau
permasalahan
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tapi juga akan
mengadaptas informasi tersebut dengan pemikirannya sendiri. Namun pada
kenyataannya, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak
sekali remaja (bahkan orang dewasa juga lho) yang belum mampu berpikir dewasa.
Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem
pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau
ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh
orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga
mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan
usianya.Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan
29
pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir
kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik
(http://ippind.wordpress.com/2010/04/12/perkembangan-kognitif-pada-remaja/)
30
intelektual
pada
remaja
merangsang
adanya
31
32
33
34
35
36
Variable Dependent
Variable independent
Perkembangan
Kepribadian
1. Perubahan Fisik
2. Perubahan Minat
3. Perubahan Prilaku
Masa Pubertas
Perubahan Psikologi
Perubahan Sosial
Perubahan Emosi
Perkembangan
Kognitif
Perkembangan
Intelegensi
Keterangan :
: Diteliti
:Tidak diteliti
2.9 Hipotesis
Ho :Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Kepribadian Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
37
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
kepribadian Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Sosial Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan Sosial
Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
perubahan emosi Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perubahan Emosi Pada
Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perubahan
Emosi Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan Emosi
Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Kognitif Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan kognitif
Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
38
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Intelegensi Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Masa Pubertas dengan Perkembangan
Intelegensi Pada Remaja Kelas X Di MA Darussalam Prabumulih Tahun 2015.