Anda di halaman 1dari 23

1.1.

Latar Belakang

Kebutuhan akan prasarana jalan yang baik merupakan faktor penunjang lancarnya perekonomian,
mengingat kondisi sarana jalan yang ada saat ini banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor
alam maupun faktor manusia dalam hal ini kendaraan, sehingga perlu diadakan perbaikan dan
peningkatan guna memenuhi kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi. Dalam proses perencanaan sebagai
dasar untuk pelaksanaannya perlu diperhatikan faktor kenyamanan, keamanan lingkungan serta faktor
lain yang mendukung rencana detail yang mantap.
Berbagai peristiwa yang menimpa Provinsi Aceh selama ini telah menghambat proses pembangunan di
wilayah tersebut secara umum. Gangguan keamanan, gempa bumi dan tsunami telah menyebabkan
terpuruknya perekonomian daerah. Hal ini menyebabkan berbagai perencanaan dan program menjadi
tertunda dan tidak terlaksana, salah satu faktor yang sangat penting dalam menggerakkan kembali roda
perekonomian Aceh adalah Infra struktur. Perbaikan, peningkatan akses jalan dan pembukaan jalan baru
diyakini sangat bermanfaat untuk menggerakkan perekonomian, karena akan mempermudahkan dan
mempercepat mobilisasi penduduk, barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain, bahkan membuka
daerah daerah yang terisolir.
Dalam rangka program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh khususnya memperlancar arus transportasi di
wilayah Aceh, maka kegiatan pembangunan dan pengembangan jalan perlu dilakukan. Untuk
mendukung pengembangan jalan tersebut, maka pemerintah provinsi Aceh merencanakan
mengembangkan salah satu proyek pembangunan jalan yaitu Pekerjaan pembangunan jalan PribuKarak.

1.2. Lokasi Proyek

Lokasi proyek berada di Woyla Barat Pribu-Karak ( Aceh Barat ) dari STA 0 + 00 s/d STA 3+ 300 yang
terletak di sebelah Barat Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh yang dapat di tempuh dengan transportasi
darat.
Dengan batas-batasnya sebagai berikut :

1.3. Keadaan Tanah

Setelah dikeluarkan hasil test DCP (Dynamic Cone Penetration) keadaan tanah di Woyla Barat kurang
mendukung untuk pembangunan jalan karena pembangunan jalan yang lama hanya menggunakan batu
susun dan aspal goreng tidak ada pekerjaan urugan pilihan.
1.4. Keadaan Alam dan Lingkungan

Keadaan alam disekitar lokasi umumnya merupakan daerah permukiman, pengunungan dan sungai
dimana daerah tersebut masih terjaga lingkungan alamnya. Tidak dijumpai pencemaran fisik, baik
lingkungan tanah, udara dan air.
1.5. Tujuan Kegiatan

Maksud dan tujuan pembangunan proyek ini adalah untuk meningkatkan sarana jalan sebagai
transportasi darat juga untuk meningkatkan jasa pelayanan pada masyarakat pemakai jalan yang
meningkat.
Pembangunan jalan ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat dalam hal memperlancar arus lalu
lintas sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi masyrakat akan meningkat, dengan lancarnya arus lalu
lintas memberi efesieni waktu yang sangat berarti.

1.6. Sumber Dana

Dana untuk pembangunan jalan Pribu Karak ( Aceh Barat ) ini berasal dari dana Otonomi Khusus (OTSUS)
dengan nomor kontrak : 36/SPKK/PBJ/DBC/OTSUS/VI/2010, tanggal 17 Juni 2010 dan biaya sebesar Rp.
5.760.118.000,00 (lima milyar tujuh ratus enam puluh juta seratus delapan belas ribu rupiah) dengan
panjang penanganan 3000 m, pemilik proyek ini adalah Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh
diwakili oleh kegiatan pembangunan jalan dan pengawasannya dipercayakan kepada PT.Tuwie Bunta
Group sedangkan pelaksananya adalah PT. Tata Karya Utama.

1.7. Tujuan Kerja Praktek

Sesuai dengan kurikulum pada Fakultas Teknik Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan, maksud dan
tujuan kerja praktek ini adalah untuk melihat, mengamati dan menganalisa secara nyata serangkaian
kegiatan pada pelaksanaan sebuah konstruksi di lapangan serta membandingkan dengan teori yang
diterima di bangku kuliah. Berdasarkan surat pengantar dari Ketua Jurusan Teknik Sipil nomor
033/MU.M5/FT/VIII/2010 yang ditujukan kepada PT. Tuwie Bunta Group untuk mengikuti Kerja Praktek
selama lebih kurang 2 bulan dan ditetapkan sebagai mahasiswa Kerja Praktek di lapangan terhitung
mulai tanggal 06 Agustus 2010 sampai dengan 06 Oktober 2010.

BAB II
ORGANISASI KEGIATAN

Pembangunan suatu kegiatan perlu pengorganisasian yang terkoordinasi secara efektif dan sistematis.
Dalam pelaksanaan kegiatan perlu adanya suatu pengaturan struktur organisasi. Organisasi kegiatan ini
dibutuhkan untuk mempelancar pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan sehingga hasil yang
diperlukan lebih maksimal dan sesuai dengan rencana. Untuk tercapainya sasaran pelaksanaan sebagai
mana diharapkan, maka setiap unsur yang terlibat harus dapat berinteraksi dengan baik dan saling
menunjang antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing-masing.
Agar semua pekerjaan berjalan lancar maka unsur yang terkait ini telah membuat dan menyepakati
suatu rencana kerja dan syarat syarat, kontrak kerja dan gambar bestek.

2.1. Struktur Organisasi

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan segala ketentuan yang ditetapkan dan tepat
pada waktunya, maka dibentuklah badan-badan hukum dan susunan struktur organisasi pembangunan
jalan dan jembatan Provinsi Aceh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya, dimana unsur-unsur yang terlibat
langsung dalam menangani kegiatan tersebut adalah :
1. Pelaksana kegiatan (bouwheer/owner);

2. Konsultan perencana (consultant/designer);


3. Konsultan pengawas (direksi/supervisor);
4. Pelaksana (contractor).
Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab masing-masing yang berbedabeda, tetapi dalam pelaksanaannya saling terkait satu sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan
pekerjaan akan memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.

2.1.1. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana Kegiatan (bouwheer/owner) adalah pihak yang memiliki gagasan untuk membangun, baik
secara perorangan (individu) atau badan hukum seperti wakil dari suatu perusahaan atau organisasi
swasta maupun wakil suatu dinas atau jabatan.
Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi jalan Provinsi Aceh adalah pemerintah Republik
Indonesia yang diwakilkan kepada Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Aceh Dinas Bina Marga
dan Cipta Karya. Untuk memudahkan urusan administrasi dan kelancaran proyek, maka ditunjuk
seorang Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan.
Dalam menjalankan kewajiban, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiata (PPTK) mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut :
1. Membentuk panitia lelang yang bertugas membantu pemimpin kegiatan dalam pelaksanan
pelelangan, misalnya menentukan konsultan perencana, konsultan pengawas dan pelaksana kegiatan;
2. Menunjuk konsultan perencana untuk merencanakan jalan yang akan dibangun;
3. Mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemilik kegiatan dengan konsultan perencana, konsultan
pengawas dan pelaksana disertai penandatanganan naskah serah terima;
4. Bertanggung jawab atas segi administrasi, keuangan dan pelaksanaan fisik kegiatan yang dipimpinnya
sesuai dengan petunjuk operasional;
5. Memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang berdasarkan surat keputusan dari
pejabat atau instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan;
6. Menyetujui dan menetapkan pembayaran termin sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan;
7. Bertanggung jawab atas selesainya kegiatan tepat pada waktunya, sesuai dengan ketentuan dan
perjanjian yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

2.1.2. Pengawas (Direksi/Supervisor)

Konsultan pengawas adalah pihak perorangan atau badan hukum yang ditunjuk dan diberi kuasa penuh
oleh pemilik kegiatan untuk mengawasi dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan agar
tercapai hasil kerja sesuai dengan persyaratan yang ada atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dalam
Aanwijzing. Adanya pengawasan dari direksi diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan
lancar dan memperoleh hasil sesuai dengan perencanaan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada pelaksana kegiatan. Pengawas
berhak memberikan saran dan petunjuk kepada pelaksana (pemborong/kontraktor) jika dirasa perlu,
agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan didalam RKS. Petunjuk yang
diberikan mencakup bidang teknis dan admin. Pelaksanaan pengawasan pada kegiatan ini dilakukan
oleh PT. Tuwie Bunta Group.
Dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1. Mengawasi jalannya kegiatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari setiap item pekerjaan;
2. Mengawasi pemakaian bahan agar mutunya sesuai dengan bestek;
3. Mengawasi pekerjaan dari program kerja yang telah disetujui;
4. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-penyesuaian yang telah terjadi
selama pelaksanaan pekerjaan dan telah mendapat persetujuan dari pimpinan kegiatan;
5. Membuat buku laporan harian, mingguan dan bulanan terhadap kemajuan pekerjaan dan mengatur
pembayaran per-tahap kepada kontraktor untuk kemudian diteruskan kepada pemimpin kegiatan;
6. Bertangguang jawab terhadap waktu pelaksanaan kegiatan;
7. Mengevaluasi setiap laporan kerja yang dibuat oleh kontraktor;
8. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal waktu pelaksanaan (time
schedule).
Dapat dilihat pada Struktur Organisasi (Struktur organisasi pengawas di lapangan terlampiran).

2.1.3. Pelaksana (Kontraktor)

Pelaksana (kontraktor) adalah suatu organisasi berbadan hukum yang dipercaya untuk melaksanakan
pembangunan suatu kegiatan dan memiliki suatu usaha yang bergerak di bidang jasa konstruksi sesuai

dengan keahlian dan kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana peralatan yang
cukup. Pelaksana juga disebut sebagai rekanan yang bertugas melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
surat perjanjian pekerjaan yang telah dibuat. Pelaksana pada kegiatan ini dipercayakan kepada PT. Tata
Karya Utama.
Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;
2. Menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan pada kegiatan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum didalam bestek;
3. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman dan peralatan yang diperlukan pada saat
pelaksanaan;
4. Melaksanakan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya yang sesuai dengan gambar
bestek dan memenuhi peraturan yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
5. Laporan tingkat kemajuan pekerjaan dan persiapan pengambilan termin;
6. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah ditetapkan
dalam kontrak;
7. Mengadakan pemeliharaan selama kegiatan tersebut masih dalam tanggung jawab pelaksana.

2.2. Hubungan Kerja Antar Unsur-unsur Organisasi Kegiatan

Dalam pelaksanaan sebuah Proyek, masing masing unsur mempunyai wewenang dan tanggung jawab
sesuai dengan fungsinya. hubungan kerja antara unsur-unsur dari organisasi yang terlibat dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Hubungan kerja secara Teknis.
2. Hubungan kerja secara Hukum.
2.2.1. Hubungan Kerja Secara Teknis

Hubungan kerja secara teknis merupakan hubungan tanggung jawab antara berbagai pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Hubungan kerja antara pemilik kegiatan, perencana, pengawas dan
pelaksana adalah hubungan segitiga. Dalam hal ini semua masalah teknis perencana diserahkan oleh
pemimpin kegiatan kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh pemimpin kegiatan,
maka seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada pengawas. Jika ada masalah teknis yang perlu

dibicarakan, maka menurut peraturan umum pemilik kegiatan tidak dapat berhubungan langsung
dengan pelaksana tetapi harus melalui pengawas. Dalam pelaksanaan dilapangan pengawas berkuasa
penuh untuk menegur pelaksana jika pekerjaan yang dilaksanakannya bertentangan atau menyimpang
dari bestek yang ada, baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan wewenangnya. Apabila teguranteguran tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, baik untuk sementara waktu maupun seterusnya.
Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak dapat menegur atau memerintahkan pelaksana secara
langsung di lapangan tanpa melalui pengawas. Hal ini disebabkan karena diantara perencana dan
pelaksana/kontraktror tidak ada hubungan kerja, sebaliknya antara perencana dan pengawas terdapat
hubungan garis konsultasi.

2.2.2. Hubungan Kerja Secara Hukum

Kedudukan masing-masing pihak secara hukum adalah sama dan terikat dalam kontrak. Oleh karena itu
seluruh pihak harus menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
bersama
Pelaksanaan Pelelangan

Pelelangan adalah suatu sistem penawaran yang memberikan kesempatan kepada rekanan yang
diundang untuk mengajukan penawaran biaya pekerjaan yang ditawarkan. Melalui persaingan yang
sehat, maka diperoleh rekanan yang benar-benar mampu serta memenuhi syarat administrasi, teknis
dan financial (keuangan) untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Penentuan pelaksanaan kegiatan pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara:


1. Pelelangan umum, yaitu pelangan yang diumumkan melalui media massa atau publikasi lainnya;
2. Pelelangan terbatas, yaitu pelelangan yang hanya diundang beberapa pemborong yang dianggap
mampu ; dan
3. Pemilihan Langsung.
4. Penunjukan Langsung.

Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas
melalui media massa atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat
luas dunia usaha yang berminat dapat mengikutinya.
Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang dilakukan antara
pemborong/rekanan yang dipilih dari pemborong /rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu
(DRM) sesuai dengan bidang usaha ruang lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya.
Pemilihan langsung adalah pelaksana pekerjaaan pembangunan maupun pengadaan barang/jasa oleh
rekanan tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan
membandingkan sekurang-kurangnya tiga penawar yang tercantum dalam Daftar Rekanan Mampu
(DRM) dan dilakukan negosiasi penawaran secara teknis dan administratif serta perhitungan harga yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Penunjukan langsung adalah pelaksana pelelangan yang hanya mengundang satu rekanan yang
dianggap mampu untuk mengajukan penawaran dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a) Menetapkan syarat-syarat pelelangan;
b) Mengadakan pengumuman yang akan diadakan;
c) Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara;
d) Menetapkan tata cara penilaian pelelangan;
e) Melaksanakan pelelangan;
f) Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang;
g) Membuat laporan dan pertanggu jawaban kepada kegiatan.
Penetapan pelaksana pekerjaan pada kegiatan ini dilakukan melalui pelelangan. Sebagai tahap awal,
Dinas Bina Marga dan Cipta Karya membentuk panitia pengadaan jasa konstruksi yang bertujuan untuk
melaksanakan segala proses pelelangan.

2.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada proyek ini merupakan tenaga kerja yang didatangkan dari jawa dan tenaga kerja lokal
yang berasal dari daerah Aceh yang disediakan oleh kontraktor. Dalam melaksanakan pekerjaannya
mereka diklasifikasikan menurut keahlian dalam bidang masing masing. Dalam menjalankan
kewajibannya, mereka dikepalai oleh seorang kepala tukang, untuk menjamin kelancaran melaksanakan

pekerjaan kontraktor juga menyediakan tempat pemondokan bagi pekerjanya yang berada di sabang
yang tidak jauh dari lokasi proyek
Jadwal Jam kerja pada kegiatan ini untuk setiap harinya ditentukan, yaitu:
- Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB;
- Sore mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB;
Pembayaran upah kerja dilakukan setiap sebulan sekali, kecuali bagi pekerja lepas diberikan upah kerja
harian dan bulanan.

2.4. Time Schedule ( Jadwal Pelaksanaan )

Time schedule adalah jadwal pelaksanaan kegiatan. Bila kegiatan yang dikerjakan lebih lama dari time
schedule yang direncanakan maka kontraktor diwajibkan membayar denda keterlambatan sesuai
dengan pasal-pasal yang tercantum dalam kontrak kerja yang telah disepakati.

2.5. Kedudukan Penulis

Kedudukan penulis sebagai mahasiswa yang mengambil tugas Kerja Praktek pada proyek tersebut
berdasarkan surat pengantar dari ketua Jurusan Teknik Sipil STTHarapan Medan tanggal 02 Agustus
2010 yang ditujukan kepada Direktur PT. Tuwie Bunta Group, maka penulis ditempatkan di lapangan
hanya sebagai mahasiswa Kerja Praktek (KP) selama 2 bulan terhitung mulai 06 Agustus 2010 sampai
dengan 06 Oktober 2010.

BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pada pelaksanaan suatu kegiatan, pelaksanaan perlu menentukan dan mengatur langkah-langkah setiap
jenis pekerjaan diawal hingga selesainya pekerjaan. Hal ini menyangkut dengan penentuan rencana
kerja yang disusun berdasarkan jenis dan volume pekerjaan. Sehingga dapat menghasilkan mutu
pekerjaan yang sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.

Adapun ruang lingkup pekerjaan jalan Pribu-Karak dari awal proyek sampai akhir pekerjaan meliputi :
1. Pekerjaan Umum;
2. Pekerjaan Drainase;
3. Pekerjaan Tanah
4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
5. Prekerasan Berbutir
6. Perkerasan Aspal
7. struktur

3.1 Pekerjaan Umum

Pada pekerjaan umum ini meliputi beberapa jenis pekerjaan yaitu :


1. Mobilisasi
2. Kantor lapangan (Direksi Ket)
3. Penetapan titik ukuran
4. pekerjaan pembersihan

3.1.1 Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kegiatan yang menyangkut penyediaan peralatan, gudang, bengkel dan lokasi
tempat tinggal pekerja serta fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan konstruksi dalam kegiatan
proyek.

3.1.2 Kantor Lapangan

Kantor lapangan merupakan bangunan sebagai fasilitas untuk menunjang kelancaran aktifitas di
lapangan. Kantor lapangan adalah pusat berlangsungnya semua kegiatan proyek baik administrasi
maupun teknis.

3.1.3 Penetapan Titik Pengukuran

Penetapan titik pengukuran di lapangan adalah untuk menentukan ketinggian dan batas-batas
konstruksi. Penentuan titik-titik ketinggian dan batas-batas konstruksi tersebut sangat penting artinya
pada saat pekerjaan dengan alat-alat berat, karena jika terjadi kesalahan dalam penempatan material
akan sangat sukar untuk memindahkannya. Kegunaan lainnya adalah sebagai penunjang batas
ketinggian dari tebal material yang ditebar sesuai dengan gambar bestek. Pekerjaan ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan theodolit, waterpass, meteran plastik dan peralatan ringan lainnya.

3.1.4 Pekerjaan Pembersihan

Pekerjaan pembersihan di lapangan meliputi pembersihan lokasi dari segala pepohonan, batu-batuan,
akar pepohonan, rerumputan dan lain-lain. Pekerjaan pembersihan di lapangan dapat dilakukan dengan
menggunakan buldozer dan greader.

3.2 Pekerjaan Drainase

Pada pekerjaan drainase ini meliputi :


1. Pekerjaan galian untuk selokan dan saluran air
2. Pekerjaan pasangan batu dengan mortal

3.3 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian biasa, timbunan biasa, timbunan pilihan, penyiapan badan
jalan.

3.3.1 Galian Biasa

Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu, galian struktur,
galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan aspal. Pekerjaan ini bertujuan untuk
memperbaiki elevasi tanah arah memanjang dan arah melintang, juga untuk mendapatkan tinggi tanah
dasar yang sesuai dengan perencanaan. Pekerjaan ini dilakukan pada tempat yang memerlukan galian.
Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah excavator.

3.3.2 Timbunan Biasa

Sebelum penimbunan dikerjakan terlebih dahulu dipersiapkan dasar timbunan tersebut yang dalam hal
ini adalah tanah dasar (asli), dimana tanah asli ini akan menjadi dasar lapisan penimbunan. Beberapa
faktor yang bisa menyebabkan dasar timbunan menjadi lemah antara lain : air, baik air tanah ataupun
rembesan, bahan dasar timbunan yang jelek dan lereng yang curam.
Pekerjaan pemadatan dilakukan sepanjang bahu jalan dan badan jalan. Pemadatan dilakukan dari
daerah terendah (pinggir) ke daerah yang tinggi (tengah), dengan menggunakan motor greader untuk
meratakan dan menggunakan vibrator compactor roller untuk memadatkan, setelah lapisan pertama
dipadatkan kemudian disiram dengan menggunakan water tank agar permukaan menjadi padat begitu
pula untuk lapisan kedua sampai memperoleh kemiringan 2% untuk badan jalan dan 4% untuk bahu
jalan.

3.3.3 Timbunan Pilihan

Timbunan pilihan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung
tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa di mana bahan plastis sulit
dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilitas lereng atau pekerjaan
pelebaran.

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau batu yang
memenuhi semua ketentuan yang telah ditentukan dan memiliki CBR paling sedikit 10%.
Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir
yang tidak dapat dihindari haruslah pasir atau kerikil atau bahan bakar berbutir bersih lainnya dengan
Indeks Plastis maksimum 6%.
3.3.4 Penyiapan Badan Jalan

Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar. Untuk jalan
kerikil pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dan motor greader untuk perbaikan bentuk
dengan atau tanpa penggaruan.

3.4 Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

Pekerjaan ini harus terdiri dari pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan bahan bahu
jalan pada tanah dasar yang telah disiapkan atau permukaan lainnya yang disetujui. Untuk Lapis Pondasi
Agregat Kelas B harus digunakan di bawah bahu jalan tanpa laburan aspal.

3.5 Perkerasan Berbutir

Pekerjaan ini meliputi pemasukan, pemprosesan, pengangkatan, penghamparan, pembasahan dan


pemadatan agregat pecah di atas permukaan yang telah disiapkan, pekerjaan ini meliputi :

3.5.1 Lapis Pondasi Agregat Klas A

Pondasi agregat kelas A adalah mutu lapis pondasi atas untuk suatu lapisan di bawah beraspal.

3.6 Perkerasan Aspal

Perkerasan aspal (lapisan permukaan) merupakan lapisan yang terletak di atas permukaan lapisan base
course dan merupakan lapisan teratas dan konstruksi lapisan perkerasan jalan raya. Pekerjaan ini
meliputi lapis resap pengikat (prime coat), lapis pengikat aspal beton (AC-BC).

3.6.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

Lapis ini merupakan aspal cair yang disemprotkan melalui Asphalt Sprayer ke atas yang merupakan
lapisan pengikat antara lapisan perkerasan dengan lapisan pondasi atas.
3.6.2 Lapis Pengikat Aspal Beton (AC-BC)

Lapisan ini merupakan campuran aspal yang digunakan sebagai lapisan perkerasan yang terletak pada
lapisan atas dari suatu badan jalan.

3.7 Pasangan Batu

Pasangan batu digunakan hanya struktur seperti dinding penahan tanah, gorong-gorong, saluran mortal,
bangunan peluncur, pasangan batu kosong dan bak control.

3.8 Pekerjaan Harian

Operasi-operasi yang dilaksanakan menurut Pekerjaan Harian dapat terdiri dari pekerjaan jenis apapun
dan dapat mencakup pekerjaan tambahan dari Drainase, Galian, Timbunan, Struktur atau pekerjaan
lainnya.

3.9 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemeliharaan rutin perkerasan, pemeliharaan rutin bahu jalan dan
pekerjaan pemeliharaan rutin selokan, saluran air, galian dan timbunan.

BAB IV
KEGIATAN YANG DIIKUTI

Dalam melaksanakan kegiatan praktek Proyek Pembangunan Jalan Pribu-Karak Paket BANG/01/ABR/0
(STA 0+000 3+300). Lokasi Proyek tepatnya Jalan Lintas Barat yang menghubungkan Desa Pribu
menuju Karak Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh

Dalam Proyek ini Penulis hanya mengikuti beberapa Item pekerjaan, seperti :
1. Pekerjaan Perkerasan Berbutir
2. Pekerjaan Perkerasan Aspal
4.1 Pekerjaan Perkerasan Berbutir

Pekerjaan ini meliputi pemasukan, pemprosesan, pengangkatan, penghamparan, pembasahan dan


pemadatan agregat pecah di atas permukaan yang telah disiapakan, pekerjaan ini meliputi :

4.1.1 Lapis Agregat Kelas A (Base A)

Lapis agregat kelas A adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan bawah dengan lapisan
permukaan. Lapisan ini dibuat untuk menyempurnakan kapasitas daya dukung beban. Material yang
digunakan untuk lapisan ini adalah yang cukup kuat dan memiliki CBR > 90%. Bahkan yang digunakan
untuk lapisan ini dapat berupa batu pecah, kerikil pecah, yang merupakan material kelas A baik yang
berdiameter dan .
Lapisan ini dirancang sedemikian rupa sehingga akhirnya diperoleh kestabilan struktur yang diperlukan
untuk dapat menahan gaya vertikal dan horizontal yang terjadi, disamping itu lapisan ini juga dibuat
dengan kepadatan yang cukup agar dapat menahan proses konsolidasi yang dapat menyebabkan
terjadinya keretakan pada badan jalan.
Pada tiap-tiap lapisan harus segera dipadatkan pada seluruh lebar hamparan dengan menggunakan alat
Vibratory Roller dengan lebih kurang 8 passing dimana satu passing sama dengan satu kali pulang pergi
pada bagian yang lurus, tebal dari agregat kelas A ini adalah 20 cm, agar kepadatan yang diinginkan
dapat tercapai sesuai dengan yang telah disyaratkan.

Tahapan :
Pelaksanaan Lapis Pondasi agregat Kelas A meliputi:
Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Lapisan Klas A adalah sebagai berikut:
- Volume = 702,00 M3
- Waktu = 15 Hari

Peralatan yang dibutuhkan :


- Motor Grader = 1 Unit
- Compactor Roller = 1 Unit
- Water Tank = 1 Unit
- Dump Truck = 6 Unit

Tenaga kerja yang dibutuhkan :


- Mandor = 1 Orang

- Kepala Tukang = 1 Unit


- Operator = 6 Orang
- Pembantu Operator = 6 Orang
- Supir Dump Truck = 6 Orang
- Pekerja = 3 Orang
- Mekanik = 2 Orang

4.2 Perkerasan Aspal

Perkerasan aspal adalah lapisan yang berupa campuran aspal yang berfungsi sebagai penahan beban
roda diatasnya secara langsung. Campuran aspal yang digunakan terdiri dari agregat kasar yang
memenuhi gradasi dan terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah, agregat halus dan pasir serta material
aspal.

Kegiatan yang penulis ikuti pada pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi :
1. Lapis Resap Pengikat (prime coat)
2. Lapis Aus Asphalt Beton (AC-BC)

Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi sebagai berikut :
1. Air Compressor, yang digunakan untuk membersihkan debu-debu dan material yang lepas diatas
pondasi atas, agar pengaspalan lapisan permukaan menjadi bagus dan tidak mudah mengalami
kerusakan. Pekerjaan pembersihan debu ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada suatu
kendala, dalam pekerjaan ini Air Compressor di perlukan sebanyak 1 unit.
2. Asphalt Sprayer, digunakan sebagai prime coat yang menghamparkan aspal cair bersuhu 160C
sampai dengan 180C kebadan aspal. Asphalt Sprayer digunakan dalam proyek ini sebanyak 1 unit.
3. Dump Truck, digunakan untuk mengangkut material dari lokasi pengambilan material ke lokasi
perkerasan. Jumlah dump truck yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah 6 unit.
4. Asphalt Finisher, digunakan untuk menghamparkan dan meratakan agregat aspal di lokasi
penghamparan. Banyaknya Asphalt Finisher yang digunakan sebanyak I unit.

5. Tandem Roller dan PTR, digunakan untuk memadatkan agregat aspal.

4.2.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

Lapis resap pengikat adalah lapisan penghubung antara lapisan pondasi atas dengan lapisan AC.
Pekerjaan ini dilakukan jika pemadatan dan daya dukung lapisan pondasi atas telah memenuhi syarat
atau hasil dari pengujian CBR tidak boleh kurang dari 80%. Konstruksi perkerasan dibersihkan dengan
menggunakan air compressor dan dilakukan prime coat dengan asphalt sprayer sehingga tidak terdapat
lagi sesuatu yang dapat mengurangi hasil maksimal yang diharapkan.

Tujuan dari prime coat ini yaitu :


1. Mengisi lubang-lubang kecil pada bagian pondasi atas.
2. Menutup atau melapiskan partikel yang terlepas sehingga permukaan menjadi lebih keras.
3. Membantu membersihkan ikatan yang baik antara lapisan pondasi atas dengan lapisan AC yang akan
dihamparkan.

Sehingga memberikan suatu sifat yang kedap air dari permukaan pondasi atas agar tidak dapat masuk
yang dapat mengakibatkan hancurnya lapisan tanah dasar pada saat lapisan permukaan belum dilapisi.
Sebelum pekerjaan prime coat dimulai, terlebih dahulu debu-debu dan material yang lepas diatas
pondasi atas dengan menggunakan masin air compressor. Pembersihan dinyatakan cukup apabila
permukaan base course telah bersih sehingga permukaan agregat telah jelas terlihat. Setelah lapisan
permukaan pondasi atas bersih, barulah diberi lapisan prime coat.
Aspal panas prime coat dihasilkan dengan memanaskan aspal penetrasi 60/70 sebanyak 30% dari
keseluruhan campuran. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat Asphalt Sprayer distributor
dengan kapasitas 150 m2/jam. Alat ini memiliki pemanas sendiri, dimana setelah pemanasan mencapai
160oC sampai dengan 180oC aspal cair baru bisa disemprotkan melalui pipa. Proses penyemprotan
prime coat dilakukan bertahap yaitu dengan memulainya setengah dari lebar badan jalan terlebih

dahulu agar lalu lintas tidak terganggu, kemudian baru dilanjutkan pada setengah lebar badan jalan
tersisa.

Pekerjaan prime coat dinyatakan selesai setelah memenuhi syarat-syarat antara lain:
1. Penyiraman yang merata, sehingga tidak ada tempat yang kelihatan lapisan base.
2. Tidak ada lapisan prime coat yang lepas akibat dilalui kendaraan atau orang yang berjalan kaki.
3. permukaan prime coat tidak kotor oleh debu atau kotoran lain.

Permukaan pondasi yang telah dilalui lapisan prime coat secara merata sebenarnya tidak boleh dilalui
oleh kendaraan atau pejalan kaki selama 24 jam setelah di prime coat karena akan menyebabkan aspal
panas prime coat tersebut diabaikan, tetapi saat pengaspalan, prime coat yang telah kering harus di
compressor lagi agar debu, air yang ada pada badan jalan hilang.

4.2.2 Laston-lapis Aus Aspal Beton (AC-BC)

Lapisan Aus Aspal Beton (AC-BC) adalah lapisan yang berada pada bagian teratas dari pondasi atas.
Tujuan dari pemberian lapisan AC-BC adalah :
1. Untuk memberikan suatu kedap air sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap kelapisan
bawahnya yang akan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.
2. Suatu lapisan yang dapat menyebarkan beban kelapisan kebawahnya sehingga dapat dipikul oleh
lapisan lain.
3. Sebagai lapisan pembentuk pondasi jika dipergunakan pada pekerjaan peningkatan atau
pemeliharaan jalan.

Agregat Aspal untuk lapisan AC-BC dihasilkan oleh AMP (Asphalt Mixing Plant) yang berlokasi di Jeuram
(KM.80), pengaspalan oleh PT.Tuwie Bunta Group dan diangkut oleh 7 dump truck.
Pekerjaan lapisan AC-BC dimulai dengan diangkutnya aspal dari AMP dan suhu sewaktu dibawa dari
AMP antara 140oC -160oC. Setibanya di lapangan secara perlahan-lahan diruangkan ke bak mekanis
Asphalt Finisher untuk dihamparkan pada permukaan base course yang telah diprime coat sebelumnya.
Suhu aspal sewaktu penghamparan antara 140oC-150oC, dengan tebal penghamparan 6.2 cm (biasanya

penyusutan 20%-25%) untuk mencapai ketebalan aspal 5 cm. Ketebalan penghamparan dapat diukur
dengan penyetelan yang terdapat pada bagian samping belakang dari Asphalt Finisher. Penghamparan
dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan dan kecepatan jalan Asphalt Finisher 90 m/jam.
Pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan setelah agregat aspal yang telah
dihamparkan temperaturnya turun antara 110oC-125oC. Saat pemadatan pertama dilihat bagian
penghamparan yang tidak rata atau kekurangan aspal, jika ada maka aspal dapat ditambah dengan
menggunakan sekrop. Pemadatan tahap pertama dilakukan dengan tandem roller (kapasitas 8-10 ton)
sebanyak 1 passing dengan kecepatan 5,8 km/jam.
Pemadatan tahap kedua (secondary rolling) dilaksanakan setelah pemadatan tahap pertama selesai.
Pemadatan tahap kedua dimulai pada temperatur hamparan yang sudah digilas pada tahap pertama
telah menurun antara 80oC-90oC. Penggilasan tahap kedua dengan PTR (yang beratnya 10-20 ton),
dengan kecepatan 5-8 km/jam, sebanyak 16 passing. Untuk pemadatan pertama dan tujuan dilakukan
searah dengan sumbu memanjang jalan, dimulai pada bagian tepi dan akhirnya kebagian tengah.
Pemadatan tahap ketiga (finisher rolling) dilakukan setelah setelah pemadatan tahap kedua selesai.
Penghamparan tahap ketiga dilakukan dengan tandem roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 2 passing
dengan kecepatan 5-8 km/jam.
Ketika pemadatan berlangsung roda alat gilas harus selalu basah agar tidak terjadi lekatan antara aspal
dengan kendaraan. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah temparatur penggilasan yang kira-kira
dapat dapat menutup keadaan cuaca, sebab harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan maka
kekuatan yang diinginkan.

Pada pelaksanaan pekerjaan lapisan AC-BC ini ada beberapa hal yang perlu dikontrol yaitu :
1. Tebal penghamparan Aspal, ketebalan penghamparan rata-rata 6,2 cm setelah pemadatan akan
diharapkan menjadi 5 cm. Berdasarkan literatur faktor pemadatan dari lepas kepadat adalah 1,2 cm,
dengan demikian faktor pemadatan sebesar 1,2 cm ditambah tebal pemadatan 5 cm, maka didapat
penghamparan sebelum dipadatkan 6,2 cm. Dengan demikian penebaran memenuhi persyaratan.
Pemeriksaan ketebalan pada saat dilakukan dengan cara menusuk-nusuk aspal segera setelah
penghamparan oleh asphalt finisher, dengan tongkat besi yang distel ujungnya 6,2 cm. Pemeriksaan
terhadap kestabilan dan flow pada AC-BC setelah pemadatan dilakukan melalui pengeboran dengan alat
core drill. Pemeriksaan atau pengambilan sample dilakukan setiap jarak 50 meter.

2. Kemiringan tranversal (kemiringan Melintang Jalan), kemiringan tranversal diatur melalui alat
penyetel yang berada pada bagian samping belakang asphalt finisher. Akan tetapi harus diperiksa
kembali oleh petugas dengan menggunakan waterpass. Caranya adalah dengan menggunakan mistar
yang panjang dan kemiringan disesuaikan dengan lebar dan kemiringan melintang jalan.

Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Lapisan AC-BC adalah sebagai berikut :
- Volume = 134.00 M2
- Waktu = 4 Hari
Peralatan yang dibutuhkan :
- Asphalt Finisher = 1 Unit
- Compactor Roller = 1 Unit
- Water Tank = 1 Unit
- Asphalt Sprayer = 1 Unit
- Air Compressor = 1 Unit
- Tandem Roller = 1 Unit
- PTR = 1 Unit
- Dump Truck = 7 Unit
Tenaga kerja yang dibutuhkan :
- Mandor = 1 Orang
- Kepala Tukang = 1 Orang
- Operator = 5 Orang
- Supir Dump Truck = 7 Orang
- Pekerja = 12 Orang
- Mekanik = 2 Orang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kerja praktek dilakukan pada proyek Pembangunan Jalan Pribu-Karak Paket BANG/01/ABR/0 Aceh Barat
(0+000 - 3+300) dengan menggunakan anggaran OTSUS (Otonomi Khusus) tahun 2010. Dalam
melakukan kerja praktek (KP) ini penulis, telah banyak memperoleh pengetahuan dan pengalaman serta
dapat menghubungkan dengan materi perkuliahan. Dalam situasi tertentu dapat diambil beberapa
kebijaksanaan antara konsultan pengawas dengan pelaksana yang dapat dipertanggung jawabkan tanpa
melewati batas toleransi. Berdasarkan kegiatan proyek yang diikuti, dapat diambil beberapa kesimpulan
dan saran yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan serta keterangan yang diberikan oleh
pihak-pihak yang terlibat pada pelaksanaan proyek.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pemantauan di lapangan selama melaksanakan kerja praktek ini, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan :
1. Mekanisme pekerjaan yang tertera pada perencanaan tidak seluruhnya bekerja sesuai dengan
perencanaaan yang telah dibuat baik itu masalah taktik pekerjaan maupun time schedule pekerjaan.
2. Time Schedule yang telah disusun untuk pelaksanaan proyek ini ternyata tidak seluruhnya dapat
diikuti. Hal ini sangat dipengaruhi oleh cuaca buruk berupa hujan, juga adanya perubahan gambar
rencana sehingga pelaksana tidak dapat bekerja seoptimal mungkin.
3. Pelaksana prime coat dilakukan setelah dipanaskan aspal penetrasi 60/70 sebanyak 70% dan minyak
korosin (minyak Tanah) sebanyak 30% dari seluruh campuran dan disemprot dengan menggunakan
Asphalt Sprayer, penyemprotan tidak boleh tertumpuk karena akan melekat pada ban kendaraan pada
saat panas terkena sinar matahari yang akan menyebabkan terkelupasnya lapisan aspal. Pada
pelaksanaan aspal AC-BC, pemadatan pertama dilakukan dengan Tandem Roller sebanyak 1 passing,
pemadatan kedua dilakukan dengan menggunakan PTR (Pneumatic Tire Roller) sebanyak 16 passing,
dan ketiga dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller sebanyak 12 passing.
4. Dari hasil pelaksanaa kelas A ternyata pada pekerjaan proyek ini sesuai dengan literatur dan spec yang
diisyaratkan oleh pemilik proyek. Dari pemeriksaan CBR laboratorium (kelas A) dihasilkan sebesar 92%,
yang mana telah memenuhi persyaratan spesifikasi >90%.

5.2 Saran-saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan khususnya kepada pelaksana proyek dan
pada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan proyek sebagai berikut :
1. Sebaiknya pada waktu melaksanakan pemadatan terutama pada daerah yang mudah mengalami
penurunan, dilakukan pemadatan dan pengawasan yang lebih baik agar dapat menghasilkan kualitas
jalan seperti yang diharapkan.
2. Hendaknya semua pihak yang berperan dalam suatu pelaksanaan proyek lebih disiplin melaksanakan
tugasnya masing-masing, sehingga dapat diperoleh hasil seperti yang direncanakan.
3. Sebaiknya pada saat pengendalian terhadap mutu kepadatannya dilakukan secara lapis demi lapis,
sehingga akan menghasilkan kualitas yang lebih baik dan tahan lama seperti yang diharapkan.
4. Kepada pihak pengawas agar lebih memperketat pengawasan di lapangan, sehingga proyek yang
dilaksanakan dapat selesai sesuai jadwal yang sudah direncanakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Perpustakaan Fakultas Teknik, 2003, Laporan Kerja Praktek program sarjana (S1), Universitas
Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh.
2. B.R.E, Dalimin, 1982, Pengaspalan Jalan Raya, Edisi Bandung.
3. B.R.E, Dalimin, 1981, Pelaksanaan Pembangunan Jalan, Penerbit : Lestari, Jakarta.
4. Soedarsono, D.U, 1979, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
5. Departemen PU. 1995, Paduan Pipa Baja Bergelombang, Penerbit Direktorat Jenderal Bina Marga
Direktorat Bina Program Jalan Subdit Perencanaan Teknik Jembatan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai