Anda di halaman 1dari 12

PEMERIKSAAN LARINGOSKOP DIREK

1. Flexible laryngoscopy
Dalam flexible laryngoscopy, bentuknya tipis, tabung fleksibel dilewatkan
melalui hidung dan menuju ke pita suara/laring. Kabel serat optik memungkinkan
untuk memeriksa langsung hidung, tenggorokan, dan laring untuk melihat
kelainan.
Flexible laryngoscopy ini dilakukan menggunakan anestesi lokal.

2. Rigid laryngoscopy
Pada rigid laryngoscopy, tabung kaku dilewatkan melalui mulut dan
langsung ke laring untuk pemeriksaan yang lebih menyeluruh. Dapat digunakan
untuk mendapatkan sampel jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik, atau untuk
melakukan prosedur terapeutik.
Rigid laryngoscopy ini dilakukan dengan anestesi umum.

Miller Laryngoscope Blade

Jenis bilah lurus. Sisi sayap dikurangi untuk meminimalkan trauma dan
kurva pada paruh atau ujung diperpanjang untuk mengangkat epiglotis sehingga
memfasilitasi eksposur yang lebih besar akan laring pada pasien yang sulit
intubasi. Ujungnya harus meluas di belakang (posterior) atau di bawah permukaan
laring dari epiglotis, selanjutnya ke depan dan ke atas dari pisau untuk melihat
pembukaan glotis
Miller memberikan pandangan yang lebih baik dari glotis pada pasien dengan
panjang dan floppy epiglotis, atau anterior laring. Oleh karena itu, laringoskop ini
lebih disukai pada bayi dan pasien anak-anak.
Laringoskopi mungkin berperan dalam pasien yang mempunyai lesi pada
regio valekula atau epiglottis, dan pada pasien yang mempunyai celah pada gigi
kanan bagian atas.

Macintosh Laryngoscope Blade

Jenis bilah melengkung. Ujung bilah ini harus ditempatkan ke sudut yang
dibuat oleh epiglotis dengan dasar lidah. Pengangkatan laringoskop mendorong
pangkal lidah ke atas, sedangkan epiglotis ditarik ke atas, memberikan pandangan
yang jelas dari laring.
Macinthos juga dianggap kurang traumatik pada gigi dan memberikan lebih
banyak ruang untuk bagian tabung trakea melalui orofaring.

Kleinsasser Laryngoscope
Laringoskop ini lebih mengikuti bentuk anatomi glotis dan memudahkan
untuk melihat komisura anterior dimana merupakan critical area. Setelah
ditemukannya kombinasi dengan suspensi laringoskop, metode ini menjadi
standar.

PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
-Pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap menggunakan sumber cahaya kuat dan
terfokus.

Sinus frontal

- Arahkan sumber cahaya di pangkal hidung di bawah alis lalu lindungi sumber
cahaya dengan tangan kiri.
- Lihat bayangan kemerahan di dahi karena sinar ditransmisikan melalui ruangan
udara dalam sinus frontal ke dahi.

Sinus maksila

- Bila pasien menggunakan gigi palsu pada rahang atas, mintalah pasien untuk
melepasnya.
- Minta pasien untuk sedikit menengadahkan kepala dan membuka mulut lebarlebar dan arahkan sinar dari sudut mata bagian bawah dalam ke arah bawah.
- Lihat bagian palatum durum di dalam mulut.
- Bayangan kemerahan di palatum durum menunjukkan sinus maksilaris normal
yang terisi oleh udara. Bila sinus terisi cairan, bayangan kemerahan tersebut
meredup atau menghilang.

Transiluminasi sinus maksila

Transiluminasi sinus frontal

PEMERIKSAAN RINOSKOPI POSTERIOR


- Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca tenggorok no.2-4.
- Kaca ini dipanaskan dulu dengan lampu spritus atau dengan merendamkannya di
air panas supaya kaca tidak menjadi kabur oleh nafas pasien.
- Sebelum dipakai harus diuji dulu pada punggung tangan pemeriksa apakah tidak
terlalu panas.
- Pasien buka mulut lalu lidah ditekan dengan spatula lidah, pasien bernafas
melalui mulut kemudian kaca tenggorok dimasukkan ke belakang uvula dengan
arah kaca ke atas.
- Setelah itu pasien diminta bernafas melalui hidung. Perlu diperhatikan kaca tidak
boleh menyentuh dinding posterior faring supaya pasien tidak terangsang untuk
muntah.
- Sinar lampu kepala diarahkan ke kaca tenggorok dan diperhatikan :
1. septum nasi bagian belakang;
2. nares posterior (koana);
3. sekret di dinding belakang faring (post nasal drip). Dengan memutar
kaca tenggorok lebih ke lateral maka tampak konka superior, konka media dan
konka inferior.

Rinoskopi Posterior

PEMERIKSAAN TES BERBISIK


- Pemeriksaan harus dilakukan pada tempat tenang kemudian mengukur jarak
pemeriksa dengan pasien 75 cm.
- Lalu telinga yang akan diperiksa menghadap ke pemeriksa dan telinga yang
tidak diperiksa diberi masking.
- Pemeriksa membisikkan kata kata pada akhir ekspirasi.
- Dilakukan hal yang sama untuk telinga satunya.

Berbicara pada jarak 30 in (75cm)

KehilanganPendengaran

Mengerti bisikan perlahan

< 30 dB

Mengerti bisikan keras

< 45 dB

Mengerti suara sedang

< 60 dB

Mengerti suara keras

< 70 dB

MEKANISME BATUK
Ada 3 proses terjadinya batuk:
1. Fase inspirasi, dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari
sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka, esofagus
dan pita suara menutup;
2. Fase kompresi, glotis akan tertutup selama 0,2 detik dan otot perut
berkontraksi sehingga diafragma naik dan menekan paru - paru, diikuti dengan
kontraksi intercosta internus yang menyebabkan tekanan pada paru - paru
meningkat hingga 100 mmHg;
3. Fase ekspirasi, secara aktif glotis akan terbuka dan udara akan keluar
dengan cepat dan menggetarkan pita suara sehingga menimbulkan suara batuk.5

Inspirasi

Kompresi

Ekspirasi

KEGANASAN LARING
Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh
para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang
dengan risiko tinggi terhadap karsinoma laring.6
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini.
Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh
ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya
otot-otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang
menyerang saraf. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan napas,
atau paralisis komplit.6
Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini
dan menetap. Apabila tumor di daerah ventrikel laring, dibawah plika
ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada
tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak
timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif,
seperti perasaan tidak nyaman, rasa mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring
jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya ekstensif. Fiksasi dan nyeri
menimbulkan suara bergumam.6
Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan
napas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Pada umumnya dispnea dan stridor
adalah tanda prognosis yang kurang baik. Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal
lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis. Odinofagia menandakan
adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.6
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis
sering terjadi pada tumor glotik dan supraglotik.6
Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk,
hemoptisis, dan pennurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar

farin atau metastasis jauh. Pembesaran KGB leher dipertimbangan sebagai


metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor stadium lanjut.6
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan laring dapat dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring
atau langsung menggunakan laringoskop. Pemeriksaan penunjang selain
pemeriksaan laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks untuk
menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis. CT scan
laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama, misalnya
penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta
metastasis kelenjar getah bening leher. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomik dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus
pada pembesaran KGB di leher. Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak
adalah karsinoma sel skuamosa.6
Setelah didiagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka dapat ditentukan
tindakan. Ada 3 cara penanggulan yang lazim dilakukan, yakni pembedahan,
radiasi, obat sitostatika atau pun kombinasi. Sebagai patokan dapat dikatakan
stadium 1 dikirim untuk radiasi, stadium 2 dan 3 dilakukan operasi, stadium 4
dilakukan operasi dengan rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim
untuk radiasi. Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis atau pun parsial,
tergantung lokasi dan penjalaran tumor, serta juga diseksi leher radikal bila
terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher. Pengobatan sitostatika belum
memuaskan. 6
Dilakukan rehabilitasi suara setelah laringektomi dengan pertolongan alat
bantu suara, yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula,
atau pun dengan suara yang dihasilkan dari esofagus melalui proses belajar.

KEGANASAN TIROID
Karsinoma tiroid jarang terjadi, dilaporkan hanya 1,5% dari keganasan
seluruh tubuh. Biasanya menunjukkan keganasan sistem endokrin. Kebanyakan
karsinoma tiroid merupakan lesi well differentiated. Subtipe mayor karsinoma
tiroid yang sering ditemukan yaitu :
Karsinoma papiler (75%-85% kasus)
Karsinoma folikular (10%-29% kasus)
Karsinoma meduler (5% kasus)
Karsinoma anaplastik (<5% kasus)7
Selain daripada karsinoma, keganasan lain yang dapat dijumpai pada tiroid
antara lain limfoma maligna dan metastasis tumor yang tersering berasal dari
ginjal, paru, payudara dan melanoma maligna.7
Etiologi yang pasti dari karsinoma ini belum diketahui. Dari beberapa
penelitian, dijumpai beberapa faktor yang berperan dalam patogenesis karsinoma
tiroid yaitu genetik dan lingkungan.7
Sebesar 9% keganasan tiroid berkaitan dengan paparan radiasi.8
Kebanyakan penderita datang disebabkan oleh karena pembesaran tiroid atau
dijumpainya nodul atau beberapa nodul. Untuk alasan yang tidak diketahui,
kebanyakan penderita adalah perempuan. Usia tidaklah begitu penting oleh karena
lesi-lesi malignan dapat ditemukan pada usia yang sangat muda hingga yang
sangat tua. Meskipun demikian, hal yang penting diketahui adalah telah berapa
lama kelainan tersebut dijumpai dan apakah pertumbuhannya lambat, cepat atau
timbul secara tiba-tiba.7
Biasanya nodul tiroid tidak disertai rasa nyeri, apabila ditemukan nyeri
diagnosis banding yang harus dipertimbangkan adalah tiroiditis akut, kista dengan
acute hemorrhage, tiroiditis subakut atau De Quervain, infark tumor sel Hrtle
(jarang) dan tiroiditis Hashimoto. Sebagian besar keganasan pada tiroid tidak
memberikan gejala yang berat, kecuali jenis anaplastik yang sangat cepat
membesar bahkan dalam hitungan minggu. Pada pasien dengan nodul tiroid yang
besar, kadang disertai dengan adanya gejala penekanan pada oesofagus dan
trakea.7
Pemeriksaan Fisik ditemukan nodul, diidentifikasi berdasarkan
konsistensinya keras atau lunak, ukurannya, terdapat tidaknya nyeri, permukaan
nodul rata atau berbenjol-benjol, berjumlah tunggal atau ganda, memiliki batas
yang tegas atau tidak, dan keadaan mobilitas nodul.7
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma
tiroid dapat terjadi tirotoksikosis walaupun jarang.7
Biopsi aspirasi jarum halus tiroid telah berusia lebih dari 50 tahun dan

merupakan metode utama yang digunakan untuk diagnosis preoperatif pada


anakanak dan dewasa. Biopsi aspirasi jarum halus memegang peranan yang
penting dalam mendeteksi neoplasma tiroid dan membantu dalam penanganan
reseksi pembedahan selanjutnya serta mengidentifikasi lesi-lesi non neoplastik
yang dapat ditangani secara konservatif. Biopsi aspirasi jarum halus merupakan
test yang sensitif dan spesifik untuk diagnosis lesi tiroid.8
Perbedaan pendapat terjadi berkaitan dengan perlu tidaknya reseksi luas
untuk kanker tiroid papiler, folikuler, perlu tidaknya diseksi KGB, supresi hormon
pos reseksi dan penggunaan yang tepat terapi radioaktif dengan 131I.8
Indikasi pembedahan yaitu: 1. Hasil BAJAH ganas, curiga ganas, ataupun
neoplasma folikular; 2. Nodul tiroid dengan tanda invasi lokal seperti serak,
terfiksir, pembesaran KGB servikal; 3. Nodul tiroid pada pasien usia dibawah 20
tahun atau lebih 60 tahun dengan hasil bajah atipia; 4. Nodul tiroid dengan pasien
riwayat mendapat terapi radiasi daerah leher; 5. Struma Multi Nodular dengan
gejala penekanan (disfagia, serak, gangguan bernapas terutama saat berbaring).8
Sebagai pegangan pada karsinoma tiroid dengan faktor risiko rendah dapat
dilakukan bedah konservatif (lobektomi atau isthmolobektomi), sedangkan pada
risiko tinggi dilakukan tiroidektomi total. Diseksi leher hanya di indikasikan jika
terdapat metastasis pada KGB leher. Penggunaan radioaktif 131I pada keganasan
tiroid masih kontroversial.8
Prognosis pasien kanker tiroid stadium I sangat baik, dengan angka
harapan hidup 20 tahun hampir 100%, dibandingkan dengan pasien pada stadium
IV angka harapan hidup 5 tahunnya hanya 25%.8

DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.

Ear,
Nose
and
Throat
Tests.
Available
from
http://www.healthcommunities.com/ear-nose-throattests/laryngoscopy.shtml
Keterampilan Pemeriksaan Telinga Hidung Tenggorok. Available from
http://fk.uns.ac.id/static/file/GABUNGAN_MANUAL_SMT_5-2012ED.pdf
Pemeriksaan pada Sistem Indra Khusus. Available from
http://fk.unand.ac.id/images/BLOK_3.6_update.pdf
Batuk
Berdahak.
Available
from
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu_Penyakit_Dalam/Int
erna/batuk-berdahak.pptx
Hermani B, Abdurrachman H. TumorLaring. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam.
Soepardi EA, Inskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007: hal 194-8.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA.
Available
from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17648/4/Chapter%20II.p
df
KEGANASAN PADA KELENJAR TIROID. Available from
http://repository.unand.ac.id/12203/2/Keganasan_Pada_Kelenjer_Tiroid.
pdf
Comparison of the Clinical Use of Macintosh and Miller Laryngoscopes
for Orotracheal Intubation by Second-Month Nurse Students in
Anesthesiology.
Available
from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2911595/

Anda mungkin juga menyukai