Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIK PANGAN


Kesetimbangan Kimia

Nama

: Descky Putri Fadora

Stambuk

: D1C1 13 036

Kelompok

: 3 ( Tiga)

Kelas

: Teknologi Pangan A

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN PENGOLAHAN HASIL
PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah bolakbalik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. Pada
awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk, segera
setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi sebaliknya, yaitu
pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika laju reaksi ke kanan
dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah maka
kesetimbangan reaksi tercapai.
Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat
tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan terurai
kembali dengan kecepatan yang sama. Keadaan kesetimbangan ini bersifat
dinamis, artinya reaksi terus berlangsung dalam dua arah dengan kecepatan yang
sama. Pada keadaan kesetimbangan tidak mengalami perubahan secara
mikrokopis (perubahan yang dapat diamati atau diukur). Kesetimbangan kimia
dibedakan atas kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Pada
kesetimbangan homogen semua zat yang ada dalam sistem kesetimbangan
memiliki fase yang sama ada dalam bentuk gas, larutan. Sedangkan
kesetimbangan heterogen semua zat-zat yang ada dalam sistem kesetimbangan
memiliki fase yang berbeda dalam bentuk padat-gas, padat-larutan.
Yod sangat rendah kelarutannya dalam air, akan tetapi dalam larutan kalium
iodida dapat larut dengan mudah. Hal ini disebabkan karena yod dalam kalium

iodida membentuk ion kompleks triyodida. Dengan menentukan konsentrasi


kesetimbangan masing masing spesies, maka dapat ditentukan nilai ketetapan
kesetimbangan (Kp).
Air dan karbon tetraklorida saling tidak melarutkan dan membentuk suatu
sistem dua lapisan. Jika kedalam sistem ini dimasukkan yod, maka zat ini akan
terdistribusi kedalam dua fase cair sedemikian sehingga pada suhu tetap angka
banding konsentrasinya konstan. Nilai angka banding ini disebut koefisien
distribusi atau koefisien parsi. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
percobaan kesetimbangan kimia ini.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari prakikum ini adalah untuk menentukan tetapan kesetimbangan
reaksi, I2 + I = I3.
Kegunaan dari prakikum ini adalah mahasiswa dapat menentukan tetapan
kesetimbangan reaksi, I2 + I = I3.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Banyak reaksi tidak berlangsung hingga selesai tetapi mendekati suatu


keadaan kesetimbangan, di mana produk dan reaktan yang tidak terpakai keduaduanya terdapat dalam jumlah yang relative tertentu banyaknya. Begitu
kesetimbangan tercapai, tak akan ada lagi perubahan komposisi lebih lanjut yang
terjadi. Keadaan kesetimbangan digambarkan secara kuantitatif melalui tetapan
kesetimbangan reaksi yang tergantung pada suhu di mana reaksi berlangsung
(Oxtoby, 2001).
Kesetimbangan kimia meliputi perubahan fisika seperti dalam peleburan
dan penguapan dan perubahan kimia, termasuk elektrokimia. Pembahasan ini
adalah mengenai termodinamika, khususnya dalam hal peranan entalpi dan
entropi. Kita akan lihat bahwa pandangan yang sama mengenai kesetimbangan
dan

arah

perubahan

spontanitas

diperoleh

dari

istilah

kimia

zat-zat

(Kartohadiprojo, 1994).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. Seperti
perubahan konsentrasi.

Perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi

keadaan kesetimbangan, atau lebih tepatnya jumlah relatif reaktan dan produk.
Perubahan tekanan dan volume kemungkinan memberikan pengaruh yang sama
terhadap sistem gas dalam kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat
mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Katalis dapat mempercepat tercapainya
keadaaan kesetimbangan dengan cara mempercepat laju reaksi maju dan laju

reaksi balik. Tetapi katalis tidak dapat mengubah posisi kesetimbangan atau
konstanta kesetimbangan (Chang, 2003).
Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya
penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase.
Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (physical adsorption) dan
adsorpsi kimia (chemical adsoption). Secara umum adsorpsi fisis mempunyai
gaya intermolekular yang relatif lemah, sedangkan pada adsorpsi kimia terjadi
pembentukan ikatan kimia antara molekul adsorbat dengan molekul yang terikat
pada permukaan adsorben. Pertukaran ion adalah suatu fenomena atau suatu
proses yang melibatkan pertukaran dapat balik antara ion-ion dalam larutan
dengan ion yang terikat dalam bahan penukar ion. Pada proses itu, tidak ada
perubahan secara permanen dalam struktur padatan. Mekanisme pertukaran ini
didasarkan pada sifat sorptif dari tempat yang bermuatan negatif dalam adsorben
terhadap ion bermuatan positif yang terjadi karena interaksi gaya Coulomb.
Pertukaran ion dapat dikategorikan juga sebagai proses sorption seperti halnya
adsorpsi, yaitu sejumlah tertentu bahan terlarut (solute) di fase fluida secara
selektif tertransfer ke dalam suatu partikel yang tak larut. Pertukaran ion kadang
disebut juga counterion adsorption (Kundari, 2008)
Salah satu alat yang digunakan untuk memperoleh

data kesetimbangan

antara fase liquida dan fase gas adalah Glass Othmer Still. Adapun hal hal yang
berpengaruh dalam sistem ksetimbangannya yaitu : Tekanan (P), Suhu (T),
konsentrasi komponen A dalam fase liquid (x) dan konsentrasi komponen A
dalam fase uap (y). Pada penelitian ini digunakan bahan baku etanol dari hasil

fermentasi rumput gajah dengan kadar

etanol 96% dan etanol Pro Analisis

dengan kadar 99,8%. Dari data yang diperoleh, dibuat kurva kesetimbangan uap
air sistem biner etanol air. Analisis bahan baku dan produk menggunakan
spektrofotometer pharo 100, atau Gas Kromatografi (GC). Dari penelitian sistem
biner yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, dalam penelitian tersebut
masih diperlukan kesetimbangan uap-air sistem biner untuk menghasilkan data
yang benar dan model korelasi yang dapat di aplikasikan untuk memperkirakan
kesetimbangan uap-air sistem multikomponen (Sari, 2012).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu


Pelaksanaan prakikum ini bertempat di Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo, tepatnya pada hari Senin, 24 Desember 2014 pukul 10.00
12.30 WITA.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum dalam praktikum ini adalah
botol (atau labu erlenmeyer) 250 mL 4 buah, gelas ukur 10mL, 25 Ml, dan 250 Ml
masing-masing 1 buah, pipet seukuran 5 mL dan 25 1 dan 2 buah.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan jenuh yod dalam
karbon teta klorida, larutan standar KI 0,1 M, larutan standar Natrium Tiosulfat
0,02 M, larutan amilum 1% (indicator) dan padatan Kristal Kalium yodida.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :
1.

Ke dalam dua botol (atau erlenmeyer) 100 mL, yang ditandai denga A dan B,
berturut-turut masukkan 10 mL larutan jenuh I2 dalam CCl4 (gunakan gelas
ukur).

2.

Kedalam botol A memasukkan 100 mL air (aquades) dan kedalam botol B


memasukkan 100 mL larutan standar KI 0,1 M.

3.

Setelah menutup dengan rapat kedua botol tersebut mengguncangkan dengan


kuat dan membiarkan selama 30-60 menit. Mengguncang botol sesekali.
Mencatat suhu.

4.

Setelah mencapai kesetimbangan, dari masing-masing botol mengambil 5 mL


larutan dari lapisan CCl4. (Karena lapisan CCl berada dibawah lapisan air,
maka pada waktu memasukkan pipet, meniup perlahan-lahan ke dalam pipet
sampai ujungnya mencapai lapisan bawah).

5.

Pada masing-masing cuplikan itu menambahkan 2 g padatan kristal KI dan 20


mL air, kemudian sambil mengguncangkan titrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan amilum (10 mL) sebagai
indikator. (Indikator ini baru ditambahkan menjelang akhir titrasi pada saat
larutan berwarna kuning pucat).

6.

Dari botol A mengambil 50 mL larutan dari lapisan air dan menitrasi dengan
larutan tiosulfat.

7.

Melakukan hal yang sama dengan 25 mL dari botol B.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut :
Perubahan
o

Suhu ( C)

Larutan

Erlenmeyer
Hasil Titrasi

Warna

A (Larutan
Aquadest)

10 mL

Orange kecokelatan
menjadi hijau kehitaman

B (Larutan
KI)

11,5 mL

Orange keunguan
menjadi bening

A1

5,9 mL

Orange menjadi putih


bening

B1

24,1 mL

Merah tua menjadi putih


bening

Diketahui : A = 10 mL

B = 11,5 mL

27 C

27oC

Endapan

Lapisan

Perhitungan :

A1 = 5,9 mL
Ditanyakan : Kc
Penyelesaian :
K=

=
= 1,7
x = Vtot

B1 = 24,1 mL

= Volume total hasil titrasi lapisan air


= 5,9 mL + 24,1 mL
= 30 mL
K=

1,7 =
1,7 y = 11,5
y=
y = 6,76
Kc =

=
Kc = - 0,14

B. Pembahasan
Kesetimbangan kimia adalah suatu proses yang terjadi dalam larutan
yang meliputi perubahan fisika seperti dalam peleburan, penguapan,
dan perubahan kimia yang termasuk elektrokimia. Reaksi kimia yang sering
digunakan dalam pemeriksaan kimia yaitu reaksi yang bergantung pada

keadaan luar seperti kadar zat yang bereaksi, suhu, tekanan dan
sebagainya. Reaksi tedadinya kesetimbangan yaitu sampai tidak terlihat
perubahan susunan kimia sistem itu kearah mana suatu reaksi akan berjalan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia,
perubahan konsentrasi.

Seperti

Perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi

keadaan kesetimbangan, atau lebih tepatnya jumlah relatif reaktan dan produk.
Perubahan tekanan dan volume kemungkinan memberikan pengaruh yang sama
terhadap sistem gas dalam kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat
mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Katalis dapat mempercepat tercapainya
keadaaan kesetimbangan dengan cara mempercepat laju reaksi maju dan laju
reaksi balik. Tetapi katalis tidak dapat mengubah posisi kesetimbangan atau
konstanta kesetimbangan.
Larutan I2 dalam larutan KI encer berwarna coklat muda. Bila 1 tetes larutan
I2 0,1 N dimasukkan kedalam 100 ml aquadest akan memberikan warna kuning
muda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu larutan yang tidak berwarna
I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Namun demikian, warna yang terjadi dalam
larutan tersebut akan lebih sensitif dengan menggunakan larutan kanji sebgai
katalisatornya karena kanji dengan I2 dalam larutan KI bereaksi menjadi suatu
kompleks iodium yang berwarna biru, meskipun konsentrasi I2 sangat kecil.
Dari hasil praktikum yang didapatkan, diketahui bahwa ketika dilakukan
pengenceran untuk membuat larutan standar diketahui suhu mula-mula larutan
adalah berada dalam suhu ruang yaitu 27oC. Hasil titrasi yang diperoleh dari
larutan endapan dari campuran aquadest didapatkan volume 10 mL dengan

perubahan warna yang terjadi yaitu yang sebelumnya berwarna orange


kecokelatan berubah warna menjadi hijau kehitaman setelah dititrasi. Sedangkan
pada larutan lapisan dari campuran aquadest didapatkan volume titrasi 5,9 mL
dengan perubahan warna yang terjadi dari orange berubah menjadi bening.
Kemudian pada botol B yang berisi larutan campuran KI ketika dilakukan
titrasi, diketahui bahwa volume titrasi dari larutan endapannya adalah 11,5 mL
dengan perubahan warna yang terjadi yaitu orange keunguan berubah warna
menjadi putih bening, dan pada larutan lapisan campuran KI didapatkan bahwa
volume titrasi adalah 24,1 mL dan perubahan warna yang terjadi adalah merah tua
menjadi putih bening.
Berdasar pada data yang diperoleh ddapat diketahui nilai Kc (Kesetimbangan
kimia) dari larutan yaitu dengan menggunakan nilai koefisien distribusi (K) yang
didapatkan dengan menghitung dari data nilai volume hasil titrasi pada botol A
dan botol A1 sehingga didapatkan nilai koefisien distribusi larutan adalah 1,7.
Kemudian untuk mengetahu nilai kesetimbangan kimia larutan juga perlu terlebih
dahulu mencari nilai x dan y larutan. Dengan menggunakan persamaan nilai
koefisien distribusi larutan dan mensubstitusikan nilai K yang telah didapatkan
sebelumnya maka dapat diketahui nilai y dalam botol B. Sehingga dapat diketahui
nilai y adalah 6,76. Dengan menggunakan persamaan Kc yaitu niali x dikurangi
dengan nilai y yang berbanding terbalik dengan nilai y (0,1-x+y) maka dapat
diketahui nilai kesetimbangan kimia larutan yaitu -0,14.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktiukum yaitu, proses iodometri adalah
proses titrasi terhadap iodium ( I2 ) bebas dalam larutan, sedang proses
iodimetri adalah proses titrasi menggunakan larutan I2 sebagai standar. Hasil
akhir titrasi dapat terpengaruh oleh ketidak pekatan pengukuran volume zatzat yang digunakan. Titrasi akan berakhir pada titik akhir titrasi yaitu pada
saat terjadi perubahan warna larutan. Kesetimbangan kimia adalah suatu
proses yang terjadi dalam larutan yang meliputi perubahan fisika

seperti dalam peleburan, penguapan, dan perubahan kimia yang


termasuk

elektrokimia.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kesetimbangan kimia. Seperti perubahan konsentrasi. Perubahan konsentrasi


dapat mempengaruhi posisi keadaan kesetimbangan, atau lebih tepatnya
jumlah relatif

reaktan dan produk. Perubahan tekanan dan volume

kemungkinan memberikan pengaruh yang sama terhadap sistem gas dalam


kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah nilai konstanta
kesetimbangan.

Katalis

dapat

mempercepat

tercapainya

keadaaan

kesetimbangan dengan cara mempercepat laju reaksi maju dan laju reaksi
balik. Tetapi katalis tidak dapat mengubah posisi kesetimbangan atau
konstanta kesetimbangan.

B. Saran
Saran saya yaitu sebaiknya praktikum dilaksanakan dengan baik agar
kami praktikan dapat memahami apa yang telah dipraktekkan.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Kartohadiprojo, Irma I.1994. Kimia Fisika. Erlangga: Jakarta.

Kundari, 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga Dalam Limbah


Pencuci Pcb Dengan Zeolit. Batan : Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Erlangga : Jakarta.
Sari, 2012. Data Kesetimbangan Uap-Air Dan Ethanol-Air Dari Hasil Fermentasi
Rumput Gajah. Surabaya : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi
Industry Upn.

Anda mungkin juga menyukai