Makalah Pergaulan Muda Mudi
Makalah Pergaulan Muda Mudi
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang santun, sebab dalam islam sangat menjunjung tinggi
moral. Inti ajaran islam adalah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa
manusia. Karena dalam bidang inilah terletak hakikat manusia. Sehingga sikap mental dan
kehidupan jiwa itulah yang menentukan kehidupan lahir. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (H.R
Bukhari, Ahmad).
Satu masalah sosial kemasyarakatan yang harus mendapat perhatian kita bersama dan
perlu ditanggulangi dewasa ini ialah tentang pergaulan serta kemerosotan akhlak atau
dekadensi moral. Disamping kemajuan teknologi akibat adanya era globalisasi, kita melihat
pula arus kemerosotan akhlak yang semakin melanda dikalangan sebagian pemuda-pemudi
kita. Dalam surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian antar kelompok,
penggunaan narkotika, sex bebas dll. Hal inilah yang melatarbelakangi untuk membuat
makalah dengan judul Akhlak Pergaulan Muda-Mudi dalam Islam.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Pengertian akidah
2. Pengertian tauhid
3. Pergaulan muda-mudi
4. Dampak positif dan negatif
5. Etika bergaul yang baik
1.3.
Tujuan
1. Memahami baik buruknya pergaulan muda-mudi berdasarkan akidah tauhid
BAB II
PEMBAHASAN
Tauhid Rubbubiyyah
Yaitu keyakinan bahwa Allah Taala adalah Dzat yang memelihara segala yang ada
dan tidak ada pemelihara selain Dia. Pemelihara (Rabb) dari segi bahasa berarti yang
menguasai, (Al Mudabbir) yang mengurus, yang mengatur, yang menertibkan. Karena
itu rubbubiyah Allah Taala atas semua mahluk-Nya adalah keesaan-Nya dalam
penciptaan, merajai, dan mengurus atau mengatur urusan mereka.
2.
Yaitu bertauhid kepada Allah dalam bentuk ibadah atau bahwa seorang hamba itu
wajib atasnya untuk menghadapkan wajah dengan perbuatannya kepada Allah yang
maha Suci kemudian tidak menyekutukanNya.
3.
Tauhid Sifat dan Asma adalah pernyataan/ikrar seorang hamba pada permulaan keIslamannya, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat yang menetapkan keyakinan
dengan meniadakan keberadaan semua Tuhan selain Allah (nafi) dan meneguhkan
(itsbat) pada sifat Allah yang Maha Esa, kalimat ini dikenal sebagai syahadat tauhid, dan
mengikrarkan syahadat rasul yang menetapkan keyakinan bahwa Muhammad saw adalah
nabi dan rasulullah. Pengucapan kedua kalimat syahadat itu merupakan rukun pertama
dari 5 rukun Islam yang wajib dijalankan semua kaum beriman. Kemudian, sesudah itu
ia meyakini bahwa Allah SWT bersifat dengan berbagai sifat kesempurnaan, tanpa ada
kekurangan atau cacat, dan Allah itu berbeda dengan semua yang ada, hal ini
berdasarkan keterangan dan ketetapan Allah SWT atas Dzat-Nya sendiri, atau keterangan
Rasulullah saw dari sifat dan asma yang disebut dalam kitab suci dan sunnah, tanpa
penyimpangan lafalnya atau maknanya, tidak boleh menyerupakan Allah dengan sifat
makhluk
1
4.
3.2.
Pengertian Muda-Mudi
Pergaulan antara muda mudi ( Lawan Jenis ) menurut syariat islam adalah pergaulan
yang dilakukan seorang muda mudi dalam kehidupan sehari hari atau berinteraksi terhadap
sesama manusia yang didasarkan kepada Al Quran dan Hadist, yaitu sebagai contoh
seseorang laki laki bertaarruf kepada seorang perempuan
Tak kenal maka tak sayang! Itulah sebuah ungkapan yang telah populer di kehidupan
kita.Bahkan, ungkapan itu memang berlaku umum, yaitu sejak seseorang mulai mengenal
lingkungan hidupnya. Dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram, istilah tak kenal maka tak sayang adalah awal dari terjalinnya hubungan saling
mencintai. Apa lagi, di zaman sekarang ini hubungan seperti itu sudah umum terjadi di
masyarakat. Yaitu, suatu hubungan yang tidak hanya sekadar kenal, tetapi sudah
berhubungan erat dan saling menyayangi. Hubungan seperti ini oleh masyarakat dikenal
dengan istilah pacaran.
Istilah pacaran berasal dari kata dasar pacar yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta
kasih.Istilah pacaran dalam bahasa Arab disebut tahabbub.Pacaran berarti bercintaan;
berkasih-kasihan, yaitu dari sebuah pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
Para ulama telah banyak membicarakan masalah ini, seperti misalnya yang terdapat
dalam Fatwa Lajnah Daimah, sebuah kumpulan fatwa dari beberapa ulama.Sebelum sampai
pada simpulan hukum pacaran, terlebih dahulu ditelusuri berbagai kemungkinan yang terjadi
ketika sebuah pasangan muda-mudi yang bukan mahram menjalin hubungan secara
intim.Dengan penelusuran seperti ini, suatu tindakan tertentu yang berkaitan dengan
hubungan muda-mudi ini dapat dinilai dari sudut pandang syar. Dengan demikian, kita akan
dengan mudah mengetahui suatu hubungan yang masih dapat ditoleransi oleh syariat dan
yang tidak.
Apa yang terjadi dari sebuah hubungan antara seseorang dengan orang lain secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi lima: perkenalan, hubungan sahabat, jatuh cinta,
hubungan intim, dan hubungan suami istri.
Pergaulan muda mudi tidak dapat dipisahkan dari aspek aqidah islamiyah. Apalagi,
masalah pergaulan ini bisa menjerumus kedalam hal yang berhubungan dengan kemaksiatan.
Dewasa ini, para muda mudi (remaja) sudah tidak sungkan-sungkan lagi dalam bergaul.
Misal saja dalam sebuah pertemanan, antar muda-mudi tidak lagi ada jarak dalam mereka
berdampingan. Bahkan dalam sebuah organisasi, di dalam rapat ataupun pada saat organisasi
tesebut mengadakan sebuah kegiatan, para muda-mudi ini terlihat akrab antara remaja
perempuan dan laki-laki. Belum lagi, yang sudah sering kita jumpai sahabat yang berlainan
jenis, dan yang lainnya. Pergaulan sejenis ini sudah sangat umum pada masa sekarang ini.
Bahkan, yang lebih memprihatinkan lagi, pergaulan sesama gender juga sudah memasuki
tahap yang memprihatinkan. Homoseksualitas dan lesbian sudah tidak asing di telinga para
remaja masa kini. Terlebih lagi, banyak organisasi yang mengatasnamakan kemanusiaan
berramai-ramai berusaha melegalkan kegiatan menyimpang tersebut.
Pergaulan muda-mudi yang begitu bebas menyebabkan terjerumusnya para pelaku
kedalam lubang kemaksiatan. Dalam hal ini, aqidah islamiyah sangat berperan dalam
mengatur tata cara bergaul dan batasan-batasan pergaulan tersebut sehingga para muda-mudi
bisa tetap bergaul sesuai dengan syariat islam.
Pergaulan yang tidak tepat akan menjerumuskan seseorang dalam jurang kenistaan dan
kehancuran. Memang tidaklah mudah memilih pergaulan yang tepat, sebab kadangkala
pergaulan yang negatif justru lebih menyenangkan. Pergaulan semacam ini lebih
mengasyikkan dan sulit menyadari bahwa apa yang dilakukan menyimpang.
Beberapa dampak negatif yang terbentuk akibat pergaulan yang salah, yaitu sebagai
berikut:
1. Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai hal-hal yang
melanggar norma social
2. Suramnya masa depan akibat terjerumus dalam dunia kelam, misalnya: kecanduan
narkoba, terlibat dalam tindak criminal dan sebagainya
3. Dijauhi masyarakat sekitar karena perilaku tidak sesuai dengan nilai/norma social
yang berlaku
4. Tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang menyimpang.
Sumber:Hawinda.blogspot.com/2012/05/pengaruh-positif-dan-negative-dalam.html
pandangan.html/pukul 10:33 WIB , hari senin tanggal 10/11/2014
Mengucapkan salam.
Meminta izin.
Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
3.5. Tiga Kunci Pergaulan Dalam Islam Taaruf, Tafahum, dan Taawun
1. Taaruf Merupakan suatu proses saling mengenal antara laki-laki dan perempuan .
Sikap taaruf ini penting karena mengenal satu sama lain agar kita dapat saling
memahami dan dapat memberi arahan.
Taaruf melingkupi pengenalan terhadap fisik, psikis, emosi, orientasi pemikiran,
kondisi keluarga dan sebagainya. Taaruf tidak boleh dilakukan cuma berdua saja.
Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya.
2. Tafahum Pada tahap ini, setiap muslim dituntut untuk memahami kebiasaan,
kesukaan, karakter, ciri khas individu dan juga cara berpikir saudaranya. Dengan
demikian perasaan seperti "tidak enak", "tidak cocok" dan lain sebagainya dapat di
hilangkan dalam rangka saling menasehati.
3. Taawun Setelah seorang muslim mengenal dan memahami saudaranya, saat
saudaranya ditimpa kesusahan, seorang muslim akan berusaha untuk membantu .
Tolong-menolong merupakan kelanjutan dari tahap tafahum (saling memahami)
Saling kenal saja, tanpa dilanjutkan dengan saling memahami, tidak akan mampu
membentuk hubungan antar individu yang mampu tolong menolong, saling mengisi dengan
kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada tiap individu.
Takaful Tahap ini merupakan muara dari proses ukhuwah Islamiyyah, yaitu terletak
pada timbulnya rasa senasib dan sepenanggungan, suka maupun duka, dalam tiap langkah
kerja. Bila fase takaful ini terwujud, maka ikatan ukhuwah Islamiyyah pun terbentuk dengan
utuh.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Sebagai umat islam yang beriman dan hidup di lingkungan masyarakat luas, kita
harus mempunyai akhlak yang baik di karenakan kita sudah di berikan akal pikiran yaitu
untuk berfikir mana yang baik dan mana yang buruk. Dan apabila kita tidak mempunyai
akhlak yang baik pastilah kita akan di benci oleh orang orang di sekitar kita itu semua di
sebabkan karena kita tidak mengikuti apa yang telah ditentukan oleh syariat islam. Dari
sinilah kita dapat mengetahui bahwa pergaulan muda mudi sangatlah penting dan harus
mengikuti syariat islam agar kehidupan kita semua tertata dengan baik.
Islam menetapkan beberapa kriteria syar'i pergaulan antara laki-laki dan perempuan
untuk menjaga kehormatan, melindungi harga diri dan kesuciannya. Kriteria syar'i itu juga
berfungsi untuk mencegah perzinahan dan sebagai tindakan prefentif terjadinya kerusakan
masal. Di antaranya, Islam mengharamkan ikhtilath (bercampur laki-laki dan perempuan
dalam satu tempat) dan khalwat (berduaan antara laki-laki dan perempuan), memerintahkan
adanya sutrah (pembatas) yang syar'i dan menundukkan pandangan, meminimalisir
pembicaraan dengan lawan jenis sesuai dengan kebutuhan, tidak memerdukan dan
menghaluskan perkataan ketika bercakap dengan mereka, dan kriteria lainnya. Perkaraperkara ini, menjadi kaidah yang penting untuk kebaikan semuanya. Tidak seperti ocehan
para penyeru ikhtilath, sesunguhnya perkara ini berbeda antara satu dengan lainnya, atau satu
kebudayaan dengan lainnya, dan pengakuan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
realita.
Interaksi dan komunikasi antara laki-laki dan perempuan sebenarnya boleh-boleh saja,
dengan syarat wanitanya tetap mengenakan hijabnya, tidak memerdukan suaranya, dan tidak
berbicara di luar kebutuhan. Adapun jika wanitanya tidak menutup diri serta melembutkan
suaranya, mendayu-dayukannya, bercanda, bergurau, atau perbuatan lain yang tidak layak,
maka diharamkan. Bahkan bisa menjadi pintu bencana, kuburan penyesalan, dan menjadi
penyebab terjadinya banyak kerusakan dan keburukan.
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa pria dan wanita memang harus menjaga
batasan dalam pergaulan. Dengan begitu akan terhindarlah hal-hal yang tidak diharapkan.
9
Tapi nampaknya rambu-rambu pergaulan ini belum sepenuhnya difahami oleh sebagian
orang. Karena itu menjadi tanggung jawab kita menasehati mereka dengan baik. Tentu saja
ini harus kita awali dari diri kita masing-masing. Semoga Allah senantiasa membimbing kita
dan menjauhkannya dari perbuatan tercela dan perbuatan yang tidak terpuji. Amin.
3.2. SARAN
Dalam kehidupan sehari hari seharusnya kita menjadikan Al Quran dan As-Sunah
sebagai pegangan hidup agar kita semua selamat dunia akhirat.
Sebagai seorang muslim dan muslimah, sepatutnya kita melakukan dan memiliki
akhlak yang terpuji untuk mendapat ridho-Nya, termasuk dalam hal bergaul, baik sesama
jenis ataupun berlawanan jenis (bukan mahram) agar kita tidak terpengaruh oleh godaan
syaitan, yang akan mengusik ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya,
hanya orang-orang yang berakhlak mulia yang akan diterima disisi-Nya.
10