Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MANDIRI

Mahasiswa untuk Entrepreneur


Mata Kuliah : Pengantar Manajemen

Nama Mahasiswa : Rominar Ulini Sitanggang


NPM : 140910387
Kode Kelas : 141-MN048-T4
Dosen : Priskadini April Insani, S.AP, M.AP

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS


UNIVERSITAS PUTERA BATAM
TAHUN 2014
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas mandiri
mata kuliah pengantar teknologi informasi. Penulis menyadari bahwa laporan
tugas mandiri ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kritik dan saran akan
senantiasa penulis terima dengan senang hati. Dengan segala keterbatasan, penulis
menyadari pula bahwa laporan tugas mandiri ini takkan terwujud tanpa bantuan
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Priskadini April Insani, S.AP, M.AP selaku dosen mata kuliah
pengantar manajemen pada Program Studi Manajemen Bisnis Universitas
Putera Batam.
2. Dosen dan Staff Universitas Putera Batam
3. Teman dan rekan yang membantu dalam penyelesaian tugas mandiri ini
4. Orang tua yang selalu memotivasi dan mendukung dalam pembelajaran
kuliah
5. Kakak dan adik yang membantu dalam penyelesaian tugas mandiri ini.
Semoga Tuhan membalas semua kebaikan dan selalu mensurahkan rahmatNya.
Amin

Batam, Oktober 2014

Rominar Ulini sitanggang

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3
2.1 Entrepreneur .................................................................................................................... 3
2.2 Pendidikan Kewirausahaan ............................................................................................. 8
2.3 Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan ........................................................................... 8
2.4 Peran Pemerintah dalam Meningkat Jiwa Entrepreneur di Kampus ............................... 9
2.5 Pentingnya Entrepreneurship bagi suatu Negara ........................................................... 10
2.6 Proses Entrepreneurial ................................................................................................... 12
BAB III .................................................................................................................................... 14
PENUTUP ............................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................iv

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Setelah lulus dari perguruan tinggi biasanya mahasiswa mempunyai tantangan
baru yaitu mencari kerja. Dengan banyaknya sarjana yang dikeluarkan oleh
perguruan tinggi tidak semua mampu menampung untuk memasuki lapangan
pekerjaan. Apalagi perusahaan sudah mensyaratkan bagi pelamar yang sudah
berpengalaman. Bagaimana dengan lulusan sarjana atau fresh graduate yang
belum mempunyai pengalaman tersebut. Itulah yang menjadi masalah pada
lulusan yang belum punya pengalaman tersebut. Minimnya lapangan pekerjaan
ini tak diimbangi dengan kesiapan para penyandang gelar sarjana ini dengan
kemampuan yang mumpuni, maka faktor internal ini cukup menjadi penghambat
bagi para mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu mental para sarjana
yang hanya bergantung pada lapangan kerja yang ada dan tidak berpikir untuk
menciptakan lapangan kerja sendiri dengan menjadi entrepreneur merupakan
salah satu kendala juga.
Dengan minimnya kemampuan berwirausaha di kalangan lulusan sarjana saat ini,
maka

sangat

penting

bagi

mahasiswa

menumbuh

kembangkan

jiwa

entrepreneurship di lingkungan kampus. Aspek utama yang dapat menumbuh


kembangkan jiwa wirausaha dikalangan mahasiswa ialah dari dirinya sendiri,
yaitu dengan bermodal kemauan dan tekad.
Aspek

lain

sebagai

motivator

dan

fasilitator

bagi

mahasiswa

dalam

mengembangkan jiwa wirausaha tidak lain ialah pihak universitas. Pihak


universitas harus mengajarkan mata kuliah wirausaha di setiap program studi.
Dengan hal ini pihak universitas juga diharapkan tak hanya memberikan ilmu
teoritis namun juga memberi pelatihan praktek berwirausaha kepada mahasiswa.

Sebagai pendukung pengembangan jiwa wirausaha terhadap mahasiswa, pihak


universitas juga harus menyemarakkan acara-acara seperti pameran, lomba-lomba
yang bertemakan wirausaha serta seminar dengan pembicara para entrepreneur
sehingga mahasiswa bisa termotivasi dari orang-orang yang sudah berpengalaman
tersebut.
Mengingat sangat pentingnya pembekalan kemampuan berwirausaha kepada
mahasiswa, maka lingkungan kampus merupakan tempat yang paling tepat untuk
proses internalisasi jiwa wirausaha sehingga kelak para lulusan sarjana tak hanya
lulus dengan ilmu yang ia tempuh selama kuliah namun juga mendapatkan ilmu
wirausaha yang bermanfaat bagi dirinya dalam menciptakan lapangan pekerjaan
dan hal ini juga berimbas positif terhadap kelangsungan perekonomian negara.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan karya ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa untuk mempunyai jiwa entrepreneurship agar pada saat lulus kuliah
siap untuk menjadi pengusaha guna memperbaiki perekonomian bangsa. Dengan
adanya pengusaha membantu negara membuka lapangan pekerjaan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Mengapa mahasiswa perlu menjadi entrepreneur ?
2. Apa peran pemerintah dalam mendukung entrepreneurship muda?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Entrepreneur
Kewirausahaan atau entrepreneurship memiliki akar kata adalah entrepreneur
(wirausaha). Secara umum terdapat 2 kelompok pandangan terhadap pengertian
kewirausahaan, yaitu ada yang memandang kewirausahaan sebagai suatu proses, serta ada
pula yang memandang sebagai suatu kemampuan. Hisrich, R.D dan M.P Peters(1998)
mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses penciptaan sesuatu yang baru melalui
perhitungan akan resiko dan keuntungan. Sedangkan Drucker (1959) dalam Suryana
(2006), menyatakan bahwa inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan
inovatif demi terciptanya peluang.
Orang yang melakukan kewirausahaan sering disebut wirausaha atau entrepreneur.
Menurut Machfoeds, wirausaha adalah orang yang bertanggung jawab dalam menyusun,
mengelola, dan mengukur resiko suatu usaha bisnis. Namun perkembangan wirausaha
meluas sehingga wirausaha didefinisikan sebagai inovator yang mampu bermanfaatkan
dan mengubah kesempatan menjadi ide yang dapat dijual atau dipasarkan, memberikan
nilai tambah dengan memanfaatkan upaya, waktu, biaya atau kecakapan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.

Antara wirausahawan dengan profesi lainnya:


2.1.1 Kelebihan - kelebihan yang dimiliki, yaitu:
1.

Kesempatan untuk mewujudkan cita-cita.

2.

Kesempatan untuk menciptakan perubahan.

3.

Untuk mencapai potensi penuh Anda.

4.

Untuk menuai keuntungan yang mengesankan.

5.

Memberikan kontribusi kepada masyarakat dan mendapatkan pengakuan


untuk usaha Anda.

6.

Dapat melakukan apa yang disukai dan bersenang-senang.

2.1.2 Kekurangan yang dimiliki, yakni:


1.

Ketidakpastian pendapatan, mendirikan dan menjalankan bisnis tidak


memberikan jaminan akan mendapatkan cukup uang untuk bertahan
hidup.

2.

Risiko kehilangan seluruh investasi, tingkat kegagalan bisnis kecil relatif


tinggi.

3.

Jam kerja yang panjang dan bekerja keras & Survei bradsheet melakukan
survey, 65% dari wirausahawan mencurahkan waktunya 40 jam atau
lebih setiap minggunya untuk perusahaan mereka.

4.

Kualitas hidup lebih rendah sampai bisnis didirikan.

5.

Tanggung jawab kompleks, banyak pengusaha diharuskan untuk


membuat keputusan mengenai isu-isu di luar bidang ilmu.

6.

Putus asa, sangat membutuhkan dedikasi, disiplin, dan keuletan untuk


mengatasinya.

2.1.3 Sikap-sikap yang umum ditemui, yaitu:


1.

Keinginan untuk preferensi tanggung jawab atas risiko yang lebih besar,
wirausahawan

tidak

mengambil

risiko

secara

liar

melainkan

memperhitungkan terlebih dahulu risiko yang akan diambil.


2.

Keyakinan akan kemampuan mereka untuk berhasil. Biasanya memiliki


kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka untuk berhasil.

3.

Keinginan untuk hasil segera.

4.

Tingkat tinggi energi, lebih energik daripada rata-rata orang.

5.

Orientasi terhadap masa depan. Berorientasi pada masa depan,


wirausahawan kurang peduli dengan apa yang telah mereka lakukan
kemarin dibandingkan dengan apa yang akan mereka lakukan besok.

6.

Keahlian dalam pengorganisasian, tahu bagaimana menempatkan orang


yang tepat di tempat yang tepat.

7.

Secara efektif menciptakan sinergi antara orang dan pekerjaan, sehingga


memungkinkan wirausahawan untuk mewujudkan visi mereka menjadi
kenyataan.

8.

Nilai prestasi atas uang.

2.1.4 Menggali diri


Kunci untuk mengidentifikasi jiwa pengusaha adalah dengan cara melihat
karakter seseorang, khususnya pada hal-hal yang menjadi kebiasaan, alami
dan dilakukan dengan baik. Setiap dari kita, memiliki susunan karakter
tertentu yang menjadikan kita, apa adanya. Kami menggunakan kata Tema
Karakter untuk menggambarkan unsur-unsur yang membentuk susunan
karakter. Mengetahui Tema Karakter Seseorang adalah permulaan. Tema
Karakter adalah inti, seperti pusat bola salju yang mengumpulkan lebih
banyak salju ketika menggelinding menuruni bukit. Ia mengumpulkan
pengetahuan dan pengalaman dalam prosesnya. Tema Karakter membentuk
pengetahuan dan pengalaman dalam satu wilayah yang berhubungan. Bila
seseorang dengan kreativitas sebagai tema karakter yang dominan, akan
memiliki kemampuan lebih untuk mengatasi situasi yang membutuhkan
adaptasi dan perubahan dibandingkan dengan yang memiliki tema karakter
dengan

kreativitas

yang

lebih

rendah.

Pengalaman

Hidup

dapat

mengembangkan dan memperkuat tema karakter, tetapi dapat juga


menguranginya. Pendidikan dan latihan juga memberikan bentuk dan ukuran
bola salju, pentingnya mengetahui tema karakter kita tidak dapat diremehkan
sebaliknya semakin cepat kita mengetahuinya akan lebih baik. Wirausahawan
memiliki enam tema karakter utama yang membentuk akronim:
F (Focus) untuk fokus,
A (Advantage) untuk keuntungan,
C (Creativity) untuk kreativitas,
E (Ego) untuk ego,
T (Team) untuk tim,
S (Social) untuk sosial.

2.1.5 Memulai usaha


Ada empat kategori menjadi wirausahawan:
a) Penemu, mendefinisikan konsep, unik, baru, penemuan atau metodologi
b) Inovator, menerapkan sebuah teknologi baru atau metodologi untuk
memecahkan masalah baru.
c) Marketer, mengidentifikasi kebutuhan di pasar dan memenuhinya dengan
produk baru atau produk substitusi yang lebih efisien.
d) Oportunis, pada dasarnya sebuah broker, pialang, yang menyesuaikan
antara kebutuhan dengan jasa diberikan dan komisi.
2.1.6 Kemampuan yang Diperlukan
Keterampilan yang dibutuhkan oleh para pengusaha dapat dikelompokkan
menjadi tiga area utama: keterampilan teknis seperti menulis, mendengarkan,
presentasi lisan, pengorganisasian, pembinaan, bekerja dalam tim, dan teknis
tahu-bagaimana(know-how), keterampilan manajemen usaha termasuk halhal dalam memulai , mengembangkan, dan mengelola perusahaan.
Keterampilan

dalam

membuat

keputusan,

pemasaran,

manajemen,

pembiayaan, akuntansi, produksi, kontrol, dan negosiasi juga sangat penting


dalam membangun dan mengembangkan usaha baru. Keterampilan terakhir
melibatkan

keterampilan

kewirausahaan.

Beberapa

keterampilan

ini,

membedakan pengusaha dari manajer termasuk disiplin, pengambil risiko,


inovatif, teguh, kepemimpinan visioner, dan yang berorientasi perubahan.
2.1.7 Kesalahan umum dan solusi
Berikut adalah sepuluh kesalahan umum yang sering dilakukan oleh
wirausahawan, saat awal menjalankan bisnisnya:
1.

Kesalahan dalam Mengelola

2.

Kurangnya Pengalaman

3.

Manajer bisnis kecil perlu memiliki pengalaman jika mereka ingin


mengembangkan usahanya.

4.

Kontrol Keuangan Kurang

5.

Bisnis yang sukses membutuhkan kontrol keuangan yang tepat.

6.

Upaya Pemasaran yang Lemah,

7.

Membangun konsumen untuk bertambah secara berkesinambungan


membutuhkan usaha, pemasaran secara terus-menerus dan kreatif.
Slogan, pelanggan secara otomatis akan datang, hampir tidak pernah
terjadi.

8.

Kegagalan untuk Mengembangkan Rencana Strategis.

9.

Gagal dalam merencanakan, berarti gagal untuk bertahan.

10. Pertumbuhan Tidak Terkendali


11. Pertumbuhan adalah hal yang alami, sehat dan diinginkan oleh setiap
perusahaan. Namun, harus direncanakan dan dikendalikan. Pakar
manajemen Peter Drucker berkata perusahaan-perusahaan baru lebih baik
untuk memperkirakan pertumbuhan modal hanya setiap peningkatan
penjualan 40 hingga 50 persen.
12. Lokasi Kurang Strategis
13. Memilih lokasi yang tepat adalah sebagian seni dan sebagian ilmu.
Seringkali, lokasi bisnis dipilih tanpa penelitian yang benar, investigasi,
dan perencanaan.
14. Kontrol Persediaan yang Barang Buruk
15. Pengendalian persediaan barang adalah salah satu tanggung jawab yang
sering terabaikan.
16. Harga Tidak Tepat
17. Menetapkan harga yang tepat sehingga menghasilkan keuntungan yang
diperkirakan menuntut pemilik bisnis mengerti berapa biaya untuk
membuat, memaasarkan dan mendistribusikan barang dan jasa.
18. tidak mempunyai kemampuan dalam Membuat Transisi Entreprenurial
19. Setelah memulai,akan terjadi pertumbuhan, biasanya membutuhkan gaya
manajemen

yang

sangat

berbeda.

Pertumbuhan

mengharuskan

wirausahawan untuk mendelegasikan wewenangnya dan tidak menangani


- kegiatan operasional sehari-hari - sesuatu yang tidak bisa dilakukan
olehnya.

Berikut adalah solusi untuk mengatasinya:


1.

Mengenal bisnis secara mendalam.

2.

Mengembangkan rencana bisnis yang matang.

3.

Mengelola keuangan.

4.

Memahami laporan keuangan.

5.

Belajar mengelola manusia secara efektif.

6.

Jaga kondisi Anda.

7.

Penghargaan

2.2 Pendidikan Kewirausahaan


Pada paradigma lama, kemampuan kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan
melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir.
Oleh karena itu muncul pandangan bahwa kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan
diajarkan. Namun, perkembangan pada saat ini kewirausahaan dinilai dapat dipelajari dan
diajarkan. Belajar ilmu kewirausahaan sebaiknya dilakukan dengan mengombinasikan
proses belajar keilmuan dan praktik. Sebaiknya menanamkan jiwa kewirausahaan dimulai
sejak kecil. Pada saat ini telah muncul berbagai lembaga pendidikan kewirausahaan yang
menggunakan pendekatan kombinasi antara diskusi pemberian motivasi, dan simulasi
(praktik)
Pada awal abad ke 20 kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara. Misalnya
di Belanda yang dikenal dengan Ondernemef. Sedangkan di Jerman, kewirausahaan
diperkenalkan dengan istilah unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai di rintis di
Eropa, Amerika, dan Kanada pada tahun 1950-an. Mulai tahun 1970-an, banyak
universitas di Eropa, Amerika, dan Kanada yang mengajarkan ilmu kewirausahaan
manajemen usaha kecil, atau manajemen usaha baru. Pada tahun 1980-an hampir 500
sekolah di Amerika memberikan pendidikan kewirausahaan.

2.3 Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan


Semangat entrepreneur harus ditumbuhkan sejak masa kanak-kanak. Hal yang sangat
disesalkan adalah masih banyak orang tua yang menginginkan anaknya sekolah pintar
dan mencari gelar yang setinggi tingginya. Sedari kecil seorang anak sudah didoktrin
bahwa bersekolah yang pintar dan prestasi akan mengantarkan pada kesuksesan.

Anak dicetak untuk menjadi seorang pekerja yang dibutuhkan masyarakat luas dengan
gaji mahal, seperti dokter, ilmuwan, manajer suatu perusahaan, arsitek,dsb. Peran dunia
pendidikan menjadi penting dalam menumbuhkan semangat entrepreneur.
Dunia pendidikan jangan hanya mengedepankan teori tetapi juga aplikasi. Pendidikan
harus mampu menghasilkan manusia yang berswadaya dan bukan manusia pekerja.
Pendidikan yang melihat segala sesuatu dari berbagai aspek dan menyeluruh.
Jika

perlu,

didirikan

jurusan

yang

membidangi

entrepreneur

seperti

halnya

entrepreneurship center di Universitas Ciputra. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri


lagi pentingnya peran dunia pendidikan dalam menghasilkan manusia-manusia yang tidak
hanya pintar dalam teknologi, namun menggunakan teknologi untuk menciptakan pasar.
Masuknya kurikulum entrepreneurship dalam kurikulum pendidikan nasional akan
memperkaya sistem pendidikan kita dan berdampak pada pertumbuhan semangat
entrepreneurship secara luas di seluruh wilayah Indonesia.

2.4 Peran Pemerintah dalam Meningkat Jiwa Entrepreneur di Kampus


Program pemerintah untuk mengembangkan jiwa entrepreneur ini yakni program
Mahasiswa Wirausaha. Dalam program ini, pemerintah melalui perantara Direktorat
Pendidikan Tinggi (Dikti) melakukan upaya-upaya pengembangan kewirausahaan di
kalangan mahasiswa berupa pelatihan-pelatihan, praktik dan pemberian modal dengan
cuma-cuma. Pemberian modal ini hanya diberikan kepada Perguruan Tinggi Negeri di
Indonesia yang jumlahnya hanya 88 dari 3000 perguruan tinggi di Indonesia, sedangkan
untuk perguruan tinggi swasta ditangani oleh Kordinator Perguruan Tinggi Swasta
(Kopertis).
Perlu diketahui, program ini telah berjalan sejak tahun 2009 lalu, dengan jumlah dana
sebesar 600-700 juta per tahun untuk setiap perguruan tinggi negerinya. Sasaran dana ini
sendiri ditujukan kepada mahasiswa yang ingin berwirausaha.
Setelah dana diterima oleh

masing-masing PTN, pengelolaan dana sepenuhnya

diserahkan kepada PTN tersebut. Dalam pelaksanaannya, setiap mahasiswa yang ingin
berwirausaha harus mengajukan proposal terlebih dahulu kepada kampusnya sebagai
syarat utama untuk mendapat modal usaha. Kemudian proposal-proposal tersebut
diseleksi untuk dilihat kelayakan usahanya. Mahasiswa yang proposalnya telah lolos

seleksi berhak menerima dana sebagai modal usahanya. Peran DIKTI tidak terlepas
sampai pemberian dana saja. Mereka tetap melakukan pengontrolan atas dana tersebut,
yakni dengan cara mengharuskan kepada setiap PTN untuk memberikan laporan
pertanggung jawaban setiap akhir tahunnya.

2.5 Pentingnya Entrepreneurship bagi suatu Negara


Entrepreneurship memiliki dampak positif bagi suatu perekonomian dan masyarakat.
Salah satu penjelasannya adalah konsep creative destruction-nya Schumpeter. Dia
menjelaskan bahwa entrepreneur mengembangkan produk baru dan teknologi baru yang
kemudian membuat produk dan teknologi saat ini menjadi usang. Karena produk dan
teknologi baru memiliki kinerja yang lebih baik dari pada produk dan teknologi lama dan
keberadaan produk dan teknologi baru meningkatkan permintaan konsumen, maka proses
cerative destruction menstimulasi aktivitas ekonomi. Produk dan teknologi baru juga
dapat meningkatkan produktivitas dari semua elemen dalam masyarakat. Proses creative
destruction tidak hanya terbatas pada produk dan teknologi baru namun juga termasuk
teknik penetapan harga baru, sistem distribusi baru, atau format ritel (retail) yang baru.
Barringer

dan

Ireland (2006)

mengemukakan

tiga

alasan

mengapa

perilaku

entrepreneurship memiliki efek positif terhadap kekuatan dan terbukti mampu mengatasi
tingkat pengangguran melalui penciptaan lapangan pekerjaan oleh entrepreneur. Selain
diri entrepreneur sendiri yang tidak menambah angka pengangguran karena entrepreneur
menciptakan pekerjaan dan bukan mencari pekerjaan, entrepreneur mampu menciptakan
pekerjaan mulai dari untuk beberapa tenaga kerja saja sampai dengan ribuan pekerjaan.
Inovasi merupakan alasan kedua yang memberikan dampak positif bagi kekuatan
ekonomi dan masyarakat. Inovasi berkaitan dengan proses menciptakan sesuatu yang
baru, dan merupakan isu utama dalam proses entrepreneurial. Inovasi membatu individu
dan bisnis untuk bekerja lebih efektif dan efisien.
Alasan ketiga adalah globalisasi. Fenomena ini sangat vital bagi perekonomian karena
menyediakan outlet untuk memasarkan produk ke luar negeri.
Zimmerer et al (2008) menyatakan bahwa peran entrepreneurship dalam pembangunan
ekonomi tidak hanya terbatas pada peningkatan output per kapita dan pendapatan namun
juga sebagai inisiator perubahan dalam struktur bisnis dan masyarakat. Perubahan ini
diikuti oleh pertumbuhan dan peningkatan output yang memungkinkan kesejahteraan

10

dibagi ke seluruh partisipan. Inovasi merupakan kunci yang memfasilitasi perlunya


perubahan dan pengembanga, inovasi bukan hanya berperan dalam pengembangan
produk baru untuk suatu pasar namun juga menstimulasi minat investasi pada suatu
bisnis. Investasi dan inovasi berperan penting dalam pembangunan ekonomi suatu area.
Proses inilah yang selanjutnya menstimulasi pertumbuhan ekonomi.
Andretsch & Keibach (2004) mengatakan bahwa entrepreneurship merupakan mekanisme
penting yang mendorong proses seleksi yaitu menciptakan keragaman pengetahuan yang
kemudian berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Yang menarik adalah adanya
kenyataan bahwa bisnis baru memberikan kontribusi terhadap keragaman (diversity).
Keragaman ini merupakan driving force pertumbuhan ekonomi. Pengetahuan saja tidak
cukup mampu untuk menghasilkan keragaman. Entrepreneurship berperan dalam
menstransformasikan pengetahuan menjadi keragaman.
Entrepreneurship juga berperan dalam menjembatani kesenjangan antara pengetahuan
dan pasar, menciptakan bisnis baru, dan membawa produk baru ke pasar. Aktivitas
entrepreneurial mempengaruhi ekonomi dengan membangun dasar ekonomi dan
menyediakan lapangan pekerjaan.
Berbagai penelitian juga memperlihatkan peran entrepreneurship dalam peningkatan
perekonomian suatu negara. Van Stel & Carree & Thurk (2005) memperlihatkan bahwa
aktivitas entrepreneurial

mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Aktivitas

entrepreneurial diukur melalui TEA ( total entrepreneurship activity) yang datanya


diperoleh melalui GEM (global entrepreneurship monitor). GEM memberikan data
empiris tentang pengaruh aktivitas entrepreneurial terhadap tingkat pertumbuhan
ekonomi di berbagai negara. TEA merupakan proporsi orang dewasa dalam usia kerja di
suatu negara yang terlibat dalam proses memulai bisnis baru atau aktif sebagai manajer
pemilik dari perusahaan-perusahaan yang berumur kurang dari 42 bulan.
Frankel (2005) memperlihatkan bahwa entrepreneurship mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi karena entrepreneur menciptakan pekerjaan, memfasilitasi mobilitas sosial, dan
memunculkan berbagai kemungkinan positif. Entrepreneurship mempengaruhi secara
positif tingkat produktivitas. Output yang meningkat ini kemudian mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara.

11

Begitu pentingnya entrepreneurship bagi suatu negara sehingga membuat Serian (2009)
mengemukakan pendapat mengenai penting dan perlunya presiden yang mampu
membangun entrepreneurship.

2.6 Proses Entrepreneurial


Proses entrepreneurial mencakup empat fase yang berbeda dimana proses ini mencakup
lebih dari sekedar pemecahan masalah dalam manajemen umum. Seorang entrepreneur
harus mencari, mengevaluasi, dan mengembangkan peluang dengan mengatasi kekuatankekuatan yang menghalangi proses kreasi sesuatu yang baru. Adapun keempat fase dalam
proses entrepreneurial adalah (Hisrich et al 2008) : (1) Identifikasi dan evaluasi peluang.
(2) mengembangkan rencana bisnis, (3) penentuan sumber daya yang dibutuhkan dan (4)
pengelolaan perusahaan yang dibentuk seperti yang disajikan dalam gambar berikut 1.1
Fase pertama adalah identifikasi dan evaluasi peluang. Fase ini merupakan fase yang
tersulit karena peluang bisnis yang bagus tidak muncul begitu saja namun merupakan
kejelian entrepreneur terhadap lingkungannya. Peluang ini kemudian perlu di evaluasi.
Kegiatan evaluasi merupakan elemen paling kritis dalam proses entrepreneurial karena
melalui kegiatan ini entrepreneur dapat menilai apakah produk tertentu akan memberikan
hasil yang memadai dibandingkan dengan sumberdaya yang diperlukan. Peluang ini juga
harus sesuai dengan keterampilan dan tujuan seorang entrepreneur.
Fase kedua adalah mengembangkan rencana bisnis dalam rangka memanfaatkan peluang.
Suatu rencana bisnis diperlukan untuk memanfaatkan peluang dan menetapkan sumber
daya yang diperlukan, memperoleh sumber daya tersebut, dan mengelola dengan baik
usaha yang terbentuk.
Fase ketiga adalah menentukan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
memanfaatkan peluang yang ada. Proses ini dimulai dengan menilai sumber daya yang
dimiliki seorang entrepreneur. Langkah selanjutnya adalah berusahan memperoleh
sumber daya yang diperlukan.
Fase terakhir adalah mengevaluasi usaha yang terbentuk. Setelah memperoleh sumber
daya, entrepreneur menggunakan sumber daya ini untuk mengimplementasikan rencana
bisnisnya.
Gambar 2.1 Proses entrepreneur

12

Identifikasi dan evaluasi


peluang

Pengembangan rencana
bisnis

Penentuan sumber daya


yang dibutuhkan

Pengelolaan perusahaan
yang dibentuk

13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wirausaha adalah orang yang bertanggung jawab dalam menyusun, mengelola, dan
mengukur resiko suatu usaha bisnis. Menjadi seorang entrepreneur adalah salah satu
pilihan hidup. Tidak semua orang ingin menjadi entrepreneur dengan berbagai alasan.
Tidak sedikit pula yang dengan penuh kesadaran memilih menjadi entrepreneur.
Keputusan seseorang untuk menjadi entrepreneur memang tidak mudah dan beragam.
Seorang entrepreneur adalah orang yang berupaya untuk mencapai keberhasilan. Berhasil
atau tidak bukanlah tujuan akhir dari seorang pengusaha sejati, akan tetapi lebih kepada
memahami sebuah proses dan hal-hal apa saja yang terjadi di dalam perjalanan sebuah
bisnis. Karena memahami sebuah proses keberhasilan dan bisa mengulang keberhasilan
tersebut berulang-ulang kali, adalah pengetahuan yang tidak ternilai harganya.
Mahasiswa telah disiapkan menjadi penerus bangsa yang akan membangun, melanjutkan,
dan memajukan bangsa indonesia kelak di masa depan. Mahasiswa lah yang menjadi
bibit-bibit pejuang selanjutnya yang menjadi Agen of Change di segala bidang dan
menjadi Social Control yang akan terus menjunjung tinggi keterbukaan dan transparansi
dalam melaksanakan pemerintahan agar lebih mensejahterakan rakyatnya dan
meminimalisir tingkat penyelewengan di tingkat aparatur negara.
Dan yang paling penting adalah peran mahasiswa sebagai Agen of Change untuk negara
kita tercinta yaitu Indonesia. Peran mahasiswa sebagai Agen of Change sangat luas
kajiannya, yaitu bisa agen perubahan dalam pendidikan, pembangunan ekonomi,
pemberdayaan sosial, pengabdian masyarakat, dan masih banyak lagi.

Dengan adanya mahasiswa sebagai agent of change diharapkan agar mahasiswa mampu
untuk membawa perubahan agar bangsa ini dapat maju kedepannya. Dengan menjadi
entrepreneur, mahasiswa dapat memajukan perekonomian ke arah yang lebih baik. Jadi
peran

mahasiswa

disini

adalah

menanamkan

dasar

atau

pondasi

sebelum

menjadi entrepreneur yaitu dengan rasa percaya diri dan mempunyai passion di bidang
tersebut. Untuk negara mahasiswa sebagai Social Control harus mampu bersikap kritis

14

terhadap apa yang terjadi di pemerintahan, kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang


dibuat oleh aparat negara yang semula ingin mensejahterakan rakyat malah semakin
menyengsarakan rakyat. Upaya kritis itu tidak hanya dengan melakukan aksi demonstrasi
yang anarkis atau bakar ban yang membuat jalan macet berkilo-kilo tetapi bisa dilakukan
dengan hal yang lebih positif misalnya menulis, bermusyawarah, atau dengan
demonstrasi yang tidak memberikan masalah terhadap orang lain.
Sebentar lagi kita akan menghadapi Asean Economic Community pada tahun 2015
dimana para pekerja asing dengan mudahnya masuk ke setiap asean tak terkecuali
Indonesia. Apabila hal ini tidak diantisipasi dengan baik akan berdampak negatif dengan
semakin banyaknya pengangguran. Disini diperlukan peran seluruh masyarakat Indonesia
terutama mahasiswa untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan entrepreunership.

15

DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, W. P. (2010, Mei 19). Okezone Suara mahasiswa. Dipetik Desember 8,
2014, dari Okezone: www.okezone.com
Maarif, G. (2013, November 18). Kompasgramedia muda. Dipetik Desember 26,
2014, dari Kompasiana: www.kompasiana.com
Trihatmoko, K. (2014, Juni 13). Kompasgramedia Wirausaha. Dipetik Desember 7,
2014, dari Kompasiana: www.kompasiana.com
Wijatno, S. (2009). Pengantar Entrepreneurship. Jakarta: Grasindo.
Wijayanto, D. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Gramedia.

iv

Anda mungkin juga menyukai