Anda di halaman 1dari 54

Pembimbing

PRESENTA
SI KASUS

Dr. Agah Gadjali,


Dr. Gartati Ismail,
Dr. Henry A.W,
Dr. Hermansyah,
Dr. Mustafa,

Sp.M
Sp.M
Sp.M
Sp.M
Sp.M

Kepaniteraan Klinik
Stase Mata
Tegar Wibawa R
1102009281

Identitas pasien

Nama
:Ny. W.R
Umur
:44 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 23 Januari 1970
Suku/Bangsa
: Betawi, Indonesia
Pendidikan
: Sarjana
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jl. Raya bogor KM 31 RT 01/04 Cisalak,
Jakarta
Tanggal Pemeriksaan : 05 Desember 2014

Anamnesis
Dilakukan

secara autoanamnesis

Hari/Tanggal : Selasa, 5 Desember 2014


Tempat : Poli Mata RS POLRI Said
Sukanto
Jam
: 09.45 WIB

Keluhan Utama

Mata sebelah kirinya terasa ada yang


mengganjal

Keluhan tambahan
Pasien merasa tidak nyaman ketika
menutup mata kirinya
Terkadang matanya merah dan
berair

Riwayat Penyakit
Sekarang
Ny. W.r datang ke poli mata raden said sukanto
jakarta timur dengan keluhan mata kiri seperti ada
yang mengganjal sejak 3 bulan terakhir ini.
Kemudian pasien menyadari ketika bercermin
adanya selaput pada mata kirinya sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh
terkadang matanya menjadi merah dan berair
namun
keluhan
tidak
sampai
mengganggu
penglihatannya.
Pasien
menyangkal
adanya
pengelihatan seperti pelangi, pengelihatan ganda,
dan tidak ada keluhan buram yang disertai dengan
sakit kepala sebelah, dan tidak ada keluhan mata
berat sebelah.

Pasien menyangkal pengelihatan menjadi silau,


keluhan mata nyeri disangkal, mata keluar air
terus menerus disangkal. Pasien juga menyangkal
adanya kotoran yang keluar dari mata. Selama
sakit pasien memakai obat tetes mata seperti
visine (tetrahydrozoline) untuk menghilangkan
keluhan dan mata merah akibat sering
terpaparnya dengan sinar matahari dan udara
kering.

01/15/15

Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang


memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat
Pernah mengalami benturan atau trauma benda lain
disangkal. Riwayat trauma kimia disangkal. Riwayat
menggunakan kacamata disangkal. Riwayat operasi
sebelumnya disangkal.

01/15/15

Pemeriksaan Fisik
Diperiksa pada 5 Desember 2014 Pk. 09.45
WIB
i. Pemeriksaan Umum
Keadaan

Umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital

TD : 120/80mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5 C

Okular Sinistra

OD

ii.Pemeriksaan
Oftalmologi

OS

5/5 E

Visus

5/5 E

Posisi / Hirschberg
Ortophoria
bebas kesegala arah

Gerakan bola mata

bebas kesegala arah

Tumbuh teratur

Tumbuh teratur

Tidak rontok

Super silia & Silia

Tidak rontok

(madarosis )

(madarosis )

Hiperemis (-)
Entropion & ektropion
(-)

Palpebra Superior &


inferior

Hiperemis (-)
Entropion & ektropion
(-)

Tenang

Tenang

Hiperemis (-)

Konjungtiva Tarsal Superior

Hiperemis (-)

Folikel (-)
Papil (-)

& Inferior

Folikel (-)

Papil (-)

Injeksi konjungtiva siliar (-)

Konjungtiva Bulbi

Injeksi konjunctiva (+)


tampak selaput bentuk
segitiga di daerah nasal,
dengan apeks melewati
limbus kornea tetapi tidak
lebih dari 2mm melewati
kornea

Jernih

Kornea

Jernih

Infiltrat (-)

Infiltat (-)

Sikatrik (-)

Sikatrik (-)

Dalam

Bilik Mata Depan

Dalam

Refleks cahaya +/+

Pupil

Refleks cahaya +/+

bulat

isokor

bulat

Batas jelas

Batas jelas

Normal

Normal

Kripti (+)

Iris

Kripti (+)

Jernih

Lensa

Jernih

Refleks fundus (+)

Funduskopi

Refleks Fundus (+)

Resume

Pasien wanita usia 44 tahun datang dengan keluhan matanya terasa ada
yang mengganjal sejak 3 bulan terakhir. Terkadang mata kiri pasien
merah dan berair pasien menyadari bahwa ada selaput di matanya 2 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Pemeriksaan oftalmologi: visus OD 5/5E
visus OS 5/5E
konjungtiva bulbi : Injeksi konjunctiva (+) tampak selaput bentuk segitiga
di daerah nasal, dengan apeks melewati limbus kornea tetapi tidak lebih
dari 2mm melewati kornea.

Diagnosis Kerja

Pterygium OS grade II

Diagnosis Banding
Pseudopterigium
Pingekuela
Konjungtivitis

01/15/15

Tatalaksana
Konservatif

Melindungi mata dari sinar matahari, debu, udara


kering dan menggunakan kacamata pelindung.
Medikamentosa
Steroid

Prednisolon

Na Phospat (10mg/mL)
Hydrocortison (5mg/mL)
Dexamethason (1mg/mL)
Bedah
Tehnik

conjunctival graft.

Initial Planning
Untuk

pasien post operasi pemberian


steroid ditingkatkan secara perlahan.
Untuk mencegah kekambuhan dapat juga
dengan pemberian Mitomicin C
intraoperatif.

Edukasi
Dilarang untuk menggosok mata
Hindari kontak langsung dengan sinar
matahari, debu dan udara kering
Menggunakan sunblock dan kacamata
pelindung
Kontrol Ke poli mata secara teratur untuk
mengetahui keadaan mata setelah operasi.

Prognosis
OS :
Ad Vitam
:
Ad Functionam
Ad Sanationam
Ad Cosmeticam

ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: ad bonam

TINJAUAN
PUSTAKA

Definisi
Pterygium adalah pertumbuhan jaringan
fibrovaskular berbentuk segitiga yang
tumbuh dari arah konjungtiva menuju
kornea pada daerah interpalpebra.
Pterygium tumbuh berbentuk sayap pada
konjungtiva bulbi. Asal kata pterygium
adalah dari bahasa Yunani, yaitu pteron
yang artinya sayap.

Epidemiologi
Pterygium

tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih


banyak di daerah iklim panas dan kering. Prevalensi
juga tinggi di daerah berdebu dan kering.
Insiden pterygium cukup tinggi di Indonesia terletak di
daerah ekuator, yaitu sebanyak 13,1%.4.
Jarang terjadi pada usia < 15 thn.
Meningkat pada usia antara 20 dan 49.
Kejadian berulang lebih sering pada usia muda.
Laki-laki 4x > beresiko dari perempuan dan
berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah,
riwayat terpapar lingkungan di luar rumah.

Faktor Resiko
Lingkungan:

Radiasi ultraviolet sinar matahari.


Iritasi kronik dari bahan tertentu di udara.
faktor herediter.

Gejala Klinis
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan
atau akan memberikan keluhan mata iritatif
Mata gatal
Mata merah
Mata merasa seperti ada sensasi benda
asing
Obstruksi aksis visual yang akan
memberikan keluhan gangguanpada mata

Patogenesis

Sinar ultraviolet, angin, dan debu dapat


mengiritasi permukaan mata, hal ini akan
mengganggu proses regenerasi jaringan
konjungtiva dan diganti dengan
pertumbuhan berlebih dari jaringan fibrous
yang mengandung pembuluh darah.

28

Pertumbuhan ini biasanya progresif dan


melibatkan sel-sel kornea sehingga
menyebabkan timbulnya pterigium. Radiasi
sinat termasuk sinar atau cahaya tampak
dan sinar ultraviolet yang tidak tampak itu
sangat berbahaya bisa mengenai bagian
tubuh. Permukaan luar mata diliputi oleh
lapisan sel yang disebut epitel.

Epitel pada mata lebih sensitif dibanding


dengan epitel bagian tubuh lain khususnya
terhadap respon kerusakan jaringan akibat
paparan ultraviolet karena epitel pada
lapisan mata tidak mempunyai lapisan luar
yang disebut keratin.

Jika sel-sel epitel dan membran dasar


terpapar oleh ultraviolet secara berlebihan
maka radiasi tersebut akan merangsang
pelepasan enzim yang akan merusak
jaringan dan menghasilkan faktor
pertumbuhan yang akan menstimulasi
pertumbuhan jaringan baru.

Jaringan baru yang tumbuh ini akan menebal


dari konjungtiva dan menjalar ke arah kornea.
Kadar enzim tiap individu berbeda, hal inilah
yang menyebabkan terdapatnya perbedaan
respon tiap individu terhadap paparan radiasi
ultraviolet yang mengenainya.8

Patofisiologi pterygia ditandai dengan


degenerasi elastotik kolagen dan proliferasi
fibrovaskular, dengan permukaan yang
menutupi epithelium.

Klasifikasi
Berdasarkan

perjalanan penyakit dibagi atas 2

tipe, yaitu :
oProgresif

pterygium : tebal dan vaskular


dengan beberapa infiltrat di depan kepala
pterygium (disebut cap pterygium).
oRegresif pterygium : tipis, atrofi, sedikit
vaskular. Akhirnya menjadi membentuk
membran tetapi tidak pernah hilang. Pada fase
awal pterygium tanpa gejala, hanya keluhan
kosmetik.

Pembagian lain pterygium yaitu :

1. Tipe I : meluas < 2 mm dari kornea. Stoker's line


atau deposit besi dapat dijumpai pada epitel kornea dan
kepala pterygium. Lesi sering asimptomatis meskipun
sering mengalami inflamasi ringan. Pasien dengan
pemakaian lensa kontak dapat mengalami keluhan lebih
cepat.

2. Type II : menutupi kornea sampai 4 mm, bias primer


atau rekuren setelah operasi, berpengaruh dengan tear
film dan menimbulkan astigmatisma.

3.

Type III : mengenai kornea lebih 4 mm


dan mengganggu aksis visual. Lesi yang luas
terutama yang rekuren dapat berhubungan
dengan fibrosis subkonjungtiva yang meluas
ke fornik dan biasanya menyebabkan
gangguan pergerakan bola mata.

Pterygium

juga dapat dibagi ke dalam 4 derajat

yaitu :
1.

Derajat 1 : jika pterygium hanya terbatas pada limbus


kornea.
2.

Derajat 2 : jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak


lebih dari 2 mm melewati kornea.
3.

Derajat 3 : sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi


pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam
keadaan normal sekitar 3 4 mm)
4.

Derajat 4 : pertumbuhan pterygium melewati pupil sehingga


mengganggu penglihatan.

Diagnosis banding
PEMBED

PTERIGIUM

PINGEKUELA

A
Definisi

PSEUDOPTERIGI
UM

Jaringan

Benjolan pada

Perlengketan

fibrovaskular

konjungtiva

konjungtiva bulbi

konjungtiva

bulbi

dengan kornea

bulbi yg

yang cacat

berbentuk
segitiga
Warna

Putih

Putih kuning

kekuningan .

keabu-abuan .

Bila radang

Bila radang

atau iritasi

atau iritasi

akan berwarna

akan berwarna

merah

merah

Putih kekuningan

Letak

Celah

Celah

Pada daerah

kelopak

kelopak

konjungtiva yg

bagian

mata

terdekat dengan

nasal atau

terutama

proses kornea

temporal

bagian

sebelumnya

yang

nasal

meluas ke
Puncak

arah kornea
Ada pulau-

Tidak ada

pulau funchs

Tidak ada (tidak ada


head, cap, body)

(bercak
Tes

kelabu)
Negatif

Positif

Sondase
Riwayat

Ulkus kornea

Ulkus kornea (+)

trauma

(-)

mata

Tatalaksana
Konservatif
Menghindari

atau melindungi mata dari sinar matahari,


debu, udara kering.
Penggunaan kacamata pelindung dari ultraviolet.
Medikamentosa
Steroid

Prednisolon

Na Phospat (10mg/mL)
Hydrocortison (5mg/mL)
Dexamethason (1mg/mL)
vasokonstriktor dan kortikosteroid digunakan untuk
menghilangkan gejala terutama pada derajat 1 dan
derajat 2.

Eksisi dilakukan pada kondisi adanya


ketidaknyamanan yang menetap, gangguan
penglihatan bila ukuran 3-4 mm dan
pertumbuhan yang progresif ke tengah
kornea atau aksis visual, adanya gangguan
pergerakan bola mata.
Eksisi pterygium bertujuan untuk mencapai
gambaran permukaan mata yang licin.

Beberapa

tehnik operasi yang dapat menjadi


pilihan yaitu :
1. Bare sclera : tidak ada jahitan atau
jahitan, benang absorbable digunakan untuk
melekatkan konjungtiva ke sklera di depan
insersi tendon rektus. Meninggalkan suatu
daerah sklera yang terbuka.
2. Simple closure : tepi konjungtiva yang
bebas dijahit bersama (efektif jika hanya
defek konjungtiva sangat kecil).

3.

Sliding flaps : suatu insisi bentuk L dibuat


sekitar luka kemudian flap konjungtiva digeser
untuk menutupi defek.
4.

Rotational flap : insisi bentuk U dibuat


sekitar luka untuk membentuk lidah konjungtiva
yang dirotasi pada tempatnya.
5.

Conjunctival graft : suatu free graft


biasanya dari konjungtiva superior, dieksisi sesuai
dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan
dijahit.

6.

Amnion membrane transplantation


mengurangi frekuensi rekuren pterygium,
mengurangi fibrosis atau skar pada permukaan
bola mata dan penelitian baru mengungkapkan
menekan TGF- pada konjungtiva dan fibroblast
pterygium. Pemberian mytomicin C dan beta
irradiation dapat diberikan untuk mengurangi
rekuren tetapi jarang digunakan.
7.

Lamellar keratoplasty, excimer laser


phototherapeutic keratectomy dan terapi
baru dengan menggunakan gabungan
angiostatik dan steroid.

Komplikasi
Penyimpangan atau penurunan tajam
pengelihatan
Kemerahan
Iritasi
Bekas luka yang kronis pada konjungtiva
dan kornea
Astigmatisme

Prognosa

Umumnya baik, tetapi rekurensi dapat


terjadi pada 3 - 6 bulan pertama setelah
operasi. Terutama pada pasien yang sering
melakukan aktivitas di luar ruangan
seperti terkena sinar matahari dan
paparan debu.

PEMBAHASAN
Mengapa pasien didiagnosis pterygium?
Pasien

didiagnosis pterygium karena pada anamnesis


ditemukan:
Perasaan mengganjal yang timbul seperti selaput pada mata
kirinya yang timbul sejak 3 bulan terakhir ini. Pasien juga
mengeluh terkadang matanya menjadi merah dan berair
namun tidak mengganggu penglihatan pasien. Nyeri tidak di
rasakan oleh pasien, pasien juga menyangkal adanya
penglihatan seperti pelangi, dan penglihatan ganda.
Gejala-gejala tersebut merupakan manifestasi klinis yang
terdapat pada pterygium.

15/01/15

Pada Pemeriksaan Fisik ditemukan:

Visus OD 5/5E, OS 5/5E


Pemeriksaan fisik
konjungtiva bulbi OS: Injeksi konjunctiva (+)
tampak selaput bentuk segitiga di daerah nasal,
dengan apeks melewati limbus kornea tetapi tidak
lebih dari 2mm melewati kornea.

15/01/15

PEMBE
DA
Definisi

PTERIGIUM

PINGEKUELA

PSEUDOPTERIGIU

Jaringan fibrovaskular

Benjolan pada

M
Perlengketan

konjungtiva bulbi yg

konjungtiva

konjungtiva bulbi

berbentuk segitiga

bulbi

dengan kornea yang


cacat

Warna

Putih kekuningan . Bila

Putih kuning

radang atau iritasi

keabu-abuan .

akan berwarna merah

Bila radang atau

Putih kekuningan

iritasi akan
berwarna merah
Letak

Celah kelopak bagian

Celah kelopak

Pada daerah

nasal atau temporal

mata terutama

konjungtiva yg

yang meluas ke arah

bagian nasal

terdekat dengan

kornea

proses kornea
sebelumnya

Puncak

Riwayat

Ada pulau-

Tidak ada

Tidak ada (tidak

pulau funchs

ada head, cap,

(bercak kelabu)

body)

Ulkus kornea (-)

Ulkus kornea (+)

trauma
mata

Adanya faktor risiko yang mendukung adalah lingkungan


kerja yang berkontak dengan debu semakin memperjelas
diagnosis mengarah kepada pterigium.

15/01/15

Apakah penatalaksanaan pada pasien ini


sudah
Pasien tepat?
diberikan terapi konservatif seperti menghindari
atau melindungi mata dari sinar matahari, debu, udara
kering dan menggunakan kacamata pelindung dari
ultraviolet. Dan terapi steroid seperti dexamethason
(1mg/mL) agar tidak terjadi inflalmasi dan mencegah
terjadinya rekurensi
Terapi

bedah dengan cara conjunctival graft


Tepat karena dapat memperbaiki pembentukan jaringan
y baru pada daerah yang telah dieksisi.

15/01/15

Berdasarkan luas pterigium, pterigium pada pasien


ini adalah pterigium derajat 2 dimana pterigium
sudah melewati limbus tetapi tidak lebih dari 2 mm
melewati kornea
Berdasarkan teori, pterigium dibagi menjadi 4
stadium yaitu :
Derajat
Derajat

1 : hanya terbatas pada limbus

2 : sudah melewati limbus tetapi tidak


lebih dari 2 mm melewati kornea

Derajat 3 : melebihi derajat 2 tetapi tidak


melebihi pinggir pupil mata dalam keadaan
cahaya (pupil dalam keadaan normal 3 4 mm)
Derajat 4 : jika pertumbuhan pterigium sudah
melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan
Diagnosa yang paling memungkinkan pada kasus
ini ialah pterigium derajat 2 okuli dekstra.

Bagaimana prognosis pasien ini?


Prognosis baik secara kosmetik maupun pengelihatan.
Pasien dapat melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari
dengan baik.

15/01/15

Daftar pustaka

Ilyas, S, et all, 2009, Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Balai Penerbit FKUI ,
Jakarta, pp. 116-117.
Jerome P Fisher, PTERYGIUM. 2009. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview
Ardalan Aminlari, MD, Ravi Singh, MD, and David Liang, MD. Management
of Pterygium. American Academy of Ophthalmology. 2010.
Voughan & Asbury. Oftalmologi umum , Paul Riordan-eva, John P.
Whitcher edisi 17 Jakarta : EGC, 2009 Hal 119
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), Editor Tahjono.
Dalam panduan managemen klinik PERDAMI. CV Ondo Jakarta; 2006. 56
58
J Kanski. Clinical Opthalmology a systemic approach. 6 ed. Benson Kim
Er, editor. USA: IBC Scientific Publication; 2008
Hamurwono GD, Nainggolan SH, Soekraningsih. Buku Pedoman
Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan Untuk Puskesmas. Jakarta;
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas Ditjen Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22521/4/Chapter
%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai