Bab-
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
PT PERTAMINA EP -PPGM
Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap
mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana
sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas
Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. Kemudian gas tersebut disalurkan
melalui pipa menuju kilang LNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui pelabuhan
menggunakan kapal tanker LNG.
Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan 100 MMSCFD (gross), dengan
kandungan kondensat 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan maksimum
sebesar 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas
besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Gas
yang diproduksi mengandung CO2 2,5%, Total Sulfur 3.000 ppm dan kemungkinan juga
mengandung unsur yang lainnya.
1.2.
1.2.1. Tujuan
Tujuan proyek ini adalah memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses
gas menjadi Liquid Natural Gas (LNG), serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair (kondensat)
ke pasaran. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu maka PPGM merencanakan akan
melakukan kegiatan pengembangan Sumur Gas, pembangunan Block Station (BS) atau Fasilitas
Pemrosesan Gas ( Gas Processing Facility, disingkat GPF), pemasangan Pipa Penyalur Gas dan
pembangunan Fasilitas Kilang LNG, termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus. Pelabuhan laut
khusus tersebut direncanakan akan dibangun pada dua alternatif lokasi yaitu di daerah
Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Berikut ini adalah cakupan rencana kegiatan pengembangan Lapangan Gas Matindok.
1. Pemboran 21 sumur yang terdiri dari 17 sumur pengembangan dan 4 sumur kerja ulang
(work over) dengan perincian:
No.
Lapangan
Wilayah
1.
Donggi
2.
Minahaki
4 sumur pengembangan
Kecamatan Toili
3.
Sukamaju
2 sumur pengembangan
Kecamatan Batui
4.
Matindok
4 sumur pengembangan
Kecamatan Batui
5.
Maleoraja
3 sumur pengembangan
Kecamatan Batui
PT PERTAMINA EP -PPGM
2. Pembangunan Block Station (BS) di Donggi, Sukamaju dan Matindok, sedangkan gas yang
berasal dari sumur-sumur Matindok, Maleoraja dan Minahaki akan dialirkan melalui
Pemasangan pipa trunk line penyaluran gas berdiameter 32" di darat sepanjang sekitar
23 km dari Fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro ke
Kilang LNG, yang terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa Padang Kintom,
yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Batui dan Kintom
6. Pengangkutan kondensat dengan mobil tangki Kondensat dari Block Station Donggi,
Sukamaju dan Matindok ke Tangki Penampung Kondensat JOB Pertamina-Medco Tomori
Sulawesi di Bajo.
7. Pembebasan lahan untuk rencana kegiatan pemboran sumur,
pemasangan pipa,
pembangunan BS, GPF, Kilang LNG, pelabuhan dan pemasangan pipa darat seluruhnya
sekitar 595 ha.
1.2.2. Manfaat
Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini sangat bermanfaat secara ekonomi, sosial dan
teknologi bagi kepentingan lokal, regional dan nasional. Manfaat PPGM itu antara lain:
1. Tersedianya Gas, Liquid Natural Gas (LNG), hidrokarbon cair (kondensat) dan
belerang (sulphur)
2. Peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Banggai (tingkat lokal), Provinsi Sulawesi
Tengah (tingkat regional) dan tingkat nasional melalui pajak dan royalti dari hasil
penjualan LNG, kondensat dan belerang (sulphur).
3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan nasional
4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaan teknologi produksi gas.
PT PERTAMINA EP -PPGM
Selain bermafaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan Proyek Pengembangan Gas
Matindok ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa
komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu PT. PERTAMINA EP PPGM bermaksud
melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilakukan
pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk
berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada setiap kegiatan yang
dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya
berupa informasi tentang berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan
dampak besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan lingkungan dari
rencana kegiatan tersebut dan alternatif rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang akan dilakukan.
PT PERTAMINA EP -PPGM
2.1.1. Pemrakarsa
A. Nama Perusahaan
Nama Perusahaan : PT. PERTAMINA EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok
Alamat Kantor
Telp./ Fax.
: M. Indra Kusuma
Jabatan
Alamat Kantor
Telp./ Fax.
Pemrakarsa kegiatan penyusunan AMDAL ini adalah PT Pertamina EP- PPGM. Rencana
kegiatan ini dibagi berdasarkan konsep bisnis Hulu dan Hilir. Sebagai pelaksana kegiatan
hulu seperti eksplorasi gas, pemboran sumur pengembangan, konstruksi dan operasi
produksi GPF dan penyaluran gas melalui pipa menjadi tanggung jawab Bagian Hulu
yang ditangani dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP. Sedangkan
pelaksanaan kegiatan hilir seperti konstruksi pembangunan kompleks kilang LNG,
pelabuhan khusus dan operasional LNG, pelabuhan khusus dan pemeliharaan fasilitas LNG
menjadi tanggung jawab Bagian Hilir, yakni PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).
PT PERTAMINA EP -PPGM
Alamat
pplhugm@indosat.net.id
Telp.
Fax.
(0274) 565722
Jabatan
Alamat
pplhugm@indosat.net.id
Telp.
Fax.
(062-274) 565-722
Nama
Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc.
Koordinator Bidang
Drs. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc.
Geofisik-Kimia
Anggota Dr. rer. nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si.
Ir. Wahyu Widodo, M.T.
Koordinator Bidang
Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc.
Biologi
Asisten Utiyati, S.Si.
Koordinator Bidang
Drs. Dahlan H. Hasan, M.Si.
Sos-Ek-Bud
Anggota Supriadi, SH., M.Hum.
Asisten Ir. Christina Lilies Sutarminingsih
Koordinator Bidang
Prof. Dr. Sugeng Yuwono Mardihusodo
Kes. Mas.
Asisten P. Sutrisno, S.Sos.
Pemetaan/GIS
Ahsan Nurhadi, S.Si.
Nara Sumber
Ir. Subaryono, MA., Ph.D.
Keahlian
Ahli Kepala, Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Ahli Kepala, Geomorfologi
(S2, 10 tahun)
Ahli Kimia (S3, 5 tahun)
Ahli Transportasi
Ahli Kepala, Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Asisten Biologi
Ahli Kepala, Sos.Ek.Bud
(S2, 10 tahun)
Ahli Sos.Ek.Bud (S2)
Asisten Sos.Ek.Bud.
Ahli Kepala, Kes. Mas.
(Guru Besar)
Asisten Kes. Mas.
Pemetaan/GIS
GIS
(S3, 15 tahun)
Geologi Kegempaan
(S3, 15 tahun)
Hidrooseanografi
(S3, 10 tahun)
Sertifikat
AMDAL
A, B
A, B
A
A,B
A, B
A, B
A, B
A, B
A, B
A, B
A, B
PT PERTAMINA EP -PPGM
2.2
Berikut ini secara keseluruhan diuraikan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok,
baik kegiatan Bagian Hulu maupun kegiatan Bagian Hilir.
A. Luas Tapak Proyek Termasuk Prasarana dan Sarana Lain
No
Prasarana
Satuan
Luas Lahan
1.
Sumur pengembangan
17 lokasi, @ 4 Ha
68 Ha
2.
3 lokasi, @ 1 Ha
3 Ha
3.
3 lokasi, @ 10 Ha
30 Ha
4.
5 lokasi, lebar 8 m,
panjang 35 km
14 Ha
5.
120 Ha
6.
1 unit
300 Ha
7.
60 Ha
595 Ha
Lahan yang diperlukan untuk 17 alokasi sumur pengembangan adalah 68 ha, pembangunan
fasilitas manifold station di 3 (tiga) lokasi
pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur pipa flowline di lima lokasi tersebut
adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35 kilometer panjang flowline (14 ha);
Kompleks Kilang LNG seluas lebih kurang 300 ha;
lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi yang perlu dipersiapkan sebelum pemboran
sumur-sumur pengembangan adalah lokasi sumur dan
jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan panjang kumulatif dari semua
sumur 15 km dengan lebar 6 8 m (sekitar 60 ha). Jadi luas lahan yang diperlukan
untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan akan menggunakan lahan
milik masyarakat dan lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan secara ganti rugi dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Kapasitas Produksi
Rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. PERTAMINA EP, Proyek Pengembangan
Gas Matindok adalah mulai dari kegiatan pemboran sumur pengembangan maupun
pemboran work over, pembangunan Block Station (BS) dan membangun pipa transmisi gas
PT PERTAMINA EP -PPGM
Cadangan gas (1P, 2P dan 3P) dari lapangan-lapangan gas di blok Matindok adalah sebagai
berikut :
Lapangan
1P
2P
3P
Donggi
332.76
518.45
718.83
Matindok
135.51
364.47
470.64
Maleo Raja
117.54
148.71
181.54
Minahaki
80.45
128.38
195.74
Sukamaju
32.65
48.73
80.33
Kapasitas produksi gas di Blok Matindok berdasarkan perhitungan cadangan gas yang ada
diperkirakan akan sebesar 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat 850
bopd dan air terproduksi maksimum sebesar 2500 bwpd. Umur produksi 20 tahun
dengan kemampuan produksi plateau sebesar 100 MMSCFD selama 13 tahun yang
didasarkan atas besarnya cadangan gas dan hasil kajian ekonomi. Gas yang diproduksi
mengandung CO2 2,5%, kandungan Total Sulfur 3.000 ppm dan kemungkinan adanya
unsur lainnya.
Fasilitas produksi gas yang akan dibangun terdiri dari Sumur Gas, Flowline, Manifolding
Station, Gathering Line dan Block Station (BS) berikut Processing Facility (AGRU-SRU). Pipa
transmisi dari BS menuju Kilang LNG direncanakan berukuran 32 sepanjang 23 km
dengan menggunakan jalur pipa JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi (yang sudah
dilengkapi dengan Dokumen AMDAL tersendiri).
C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan pengembangan dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu prakonstruksi, konstruksi,
operasi dan pasca operasi.
Tabel 2.2. Umur Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok
Tahap Kegiatan
1. Prakonstruksi
2. Konstruksi
3. Operasi
a. Pemboran
b. Operasi Produksi Gas
c. Operasi Produksi LNG
4. Pasca Operasi
2008
***********
2009
Tahun
2012
2013
2035
***********
*********** ***********
***********
***********
**********
PT PERTAMINA EP -PPGM
D. Jenis Sumber Energi dan Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana
Kegiatan
Jenis sumber energi utama untuk mendukung pengoperasian fasilitas produksi adalah:
1. Bahan bakar gas diperlukan untuk pengoperasian berbagai fasilitas seperti Unit
Pengering Gas, Gas Treating Unit, Unit Pencairan Gas menjadi LNG, Penggerak
Kompresor dan Penggerak Generator listrik. Bahan bakar gas akan diambil dari hasil
produksi sendiri.
2. Unit generator berbahan bakar minyak, yang disediakan untuk keadaan darurat di
masing-masing BS, Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus/pelabuhan. Bahan bakar minyak
diperoleh dari sumber terdekat di sekitar lokasi proyek.
3. Energi listrik yang berasal dari genset berbahan gas untuk penerangan dan penggerak
motor listrik.
3
Keperluan air cukup besar, untuk pemboran sekitar 420 m per sumur, hydrotest saluran
3
pipa sekitar 20.000 m dan kebutuhan air untuk operasi setiap unit BS sekitar 25 m /hari.
Kebutuhan air tawar untuk konstruksi tersebut di atas, akan diambil dari air sungai atau
genangan air tawar terdekat.
3
Kebutuhan air untuk operasional Kilang LNG plant memerlukan air sebesar 75 m /hari.
Untuk keperluan operasional tersebut direncanakan menggunakan air tanah dalam.
Kemungkinan lain operasional Kilang LNG akan menggunakan air sungai atau air laut yang
telah di desalinasi terlebih dahulu.
Lokasi rencana kegiatan PPGM disajikan pada Gambar 2.1.
PT PERTAMINA EP -PPGM
10
PT PERTAMINA EP -PPGM
Batui
dilaksanakan
untuk
mendapatkan
saran/masukan/tanggapan
masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Kintom dan Batui, sedangkan yang
dilaksanakan di Kecamatan Toili untuk warga masyarakat di Desa Toili dan Toili Barat.
Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi PT. PERTAMINA-EP, wakil dari Kementrian KLH,
dari Ditjen Migas, Pemerintah Kabupaten Banggai, Tim Penyusun Dokumen AMDAL dari
PSLH UGM - PPLH UNTAD, serta masyarakat Kecamatan Batui, Toili dan Toili Barat di
Kabupaten Banggai.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap saran, pendapat dan tanggapan dari
masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait dengan rencana kegiatan
pengembangan, terdapat beberapa masukan yang perlu menjadi perhatian sebagai
berikut:
Pembebasan lahan dan kompensasi tanaman tumbuh
Ketenagakerjaan lokal
Program pemberdayaan masyarakat
Keberadaan terumbu karang di lepas pantai
Keberadaan Suaka Margasatwa Bakiriang
Semua saran, rekomendasi dan gagasan tersebut menjadi bahan pertimbangan/
masukan bagi Tim Studi dalam penyusunan Dokumen ANDAL, RKL dan RPL
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
F. Kegiatan Pemboran
1. Pemboran Sumur
Secara geologi daerah Blok Matindok dan sekitarnya terletak di Cekungan Banggai yang
berada di sebelah selatan dari lengan bagian timur Pulau Sulawesi. Cekungan Banggai
merupakan bagian utama dari offshore depression sepanjang pantai sebelah selatantimur dari bagian tangan sebelah timur laut Sulawesi yang berbentuk tidak simetris
dengan kemiringan sepanjang garis pantai dan berorientasi dengan arah N60E.
Cekungan ini termasuk pada klasifikasi cekungan transform refted yang merupakan
cekungan active margin basin or collision related basin dan mempunyai potensi
hidrokarbon di batuan karbonat Formasi Tomori dan Formasi Minahaki.
11
PT PERTAMINA EP -PPGM
12
PT PERTAMINA EP -PPGM
Disain Pipa
Material yang digunakan untuk flowline mengikuti NACE MR175 (Metals for Sulfide Stress
Cracking and Stress Corrosion Cracking Resistence in Sour Oilfield Environments). Material
yang dipilih adalah material tahan korosi (316 SS lined steel pipe untuk temperatur <
o
140 F dan Alloy 825 lined steel pipe untuk temparatur > 140 F).
Disain pipa dan pemasangan pipa akan mengacu pada beberapa standard nasional
(Departemen Pertambangan dan Energi tentang Insatalasi Minyak dan Gas Bumi No.
01/P/M/Pertamb/1980; Kep.Men PE No. 300.K/38/M.PE/1997
berkala.
Untuk memudahkan dalam pengukuran potensial dan arus yang mengalir pada pipa, maka
dipasang test box pada setiap jarak 1 km.
H.
Station (MS). Di dalam BS terdapat Unit separasi, Unit kompresi, Tangki penampung, Unit
utilitas dan Unit pengolah limbah (Flaring system dan IPAL). Berikut ini adalah unit-unit
operasi yang digunakan untuk pemrosesan gas di BS. Seluruh Blok Station atau Stasiun
Pengumpul Gas di Blok Matindok terdiri dari sistem pengumpulan (gathering system) dan
sistem separasi gas bumi yang terdiri dari separator dan tangki kondensat. Unit dehidrasi
diperlukan untuk mengurangi kandungan air dalam gas bumi agar tercapai spesifikasi gas
pipeline yaitu maksimum 7 lb/MMSCF.
13
PT PERTAMINA EP -PPGM
1. Unit Separasi
Hidrokarbon dari sumur produksi mengandung kondensat, air dan gas dimana jumlah
terbesar adalah gas. Langkah awal untuk memisahkan kondensat, air dan gas adalah
dengan menggunakan separator gas. Di dalam alat tersebut kondensat dan air terpisah
dari gas. Kondensat dan air akan mengalir dari bagian bawah separator sedangkan gas
akan mengalir dari bagian atasnya. Proses pemisahaan di dalam alat tersebut hanya
merupakan proses fisika dan tanpa penambahan bahan kimia.
Kondensat dan air dipisahkan dengan prinsip ketidak-saling-larutan dan perbedaan
berat jenis. Kondensat ditampung di tangki penampung, sedangkan air diproses lebih
lanjut dalam sistem pengolah air (waste water treatment).
Apabila tekanan gas dari sumur berkurang akibat penurunan tekanan reservoir secara
alami, maka akan dilakukan pemasangan kompresor di Gathering Station/ Block Station
guna menjaga stabilitas tekanan gas yang masuk ke System CO2 / H2S Removal maupun
ke konsumen gas tetap stabil. Kondensat ditampung di tangki penampung untuk dikirim
ke Kilang LNG di Batui menggunakan mobil tangki.
2. Tangki penampung
Tangki penampung dipakai untuk menampung kondensat yang berasal dari separator,
sebelum diangkut ke Batui. Jumlah tangki penampung yang dipakai sebanyak 2 buah
3
14
PT PERTAMINA EP -PPGM
absorber dan melepaskannya lagi di dalam menara stripper atau column, sehingga
diperoleh sweet gas dengan kandungan CO2 dan H2 S yang rendah. Gas dari
Block
Station dialirkan melalui pipa ke Acid Gas Removal Unit yang terletak di BS di Donggi
dan Matindok.
2. Sulfur Recovery Unit (SRU)
Sulfur recovery dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan dan perundangan- undangan
lingkungan sesuai dengan nilai ambang batas yang diizinkan pada Kepmen LH No.129
Tahun 2003. Terdapat beberapa proses yang tersedia untuk memproduksi sulfur dari
hydrogen sulfide. Beberapa proses didesain dengan maksud untuk memproduksi sulfur
dan beberapa proses juga dikembangkan dengan tujuan utama untuk menghilangkan
kandungan H2 S dari gas bumi dengan produksi sulfur hanya sebagai hasil dari proses
lanjutan yang harus dilakukan.
3. Dehydration Unit (DHU)
Setelah gas keluar dari unit proses, gas tersebut selanjutnya dialirkan ke Dehydration
Unit. Dehydration unit berfungsi untuk mengeringkan gas, yaitu untuk menyempurnakan pengurangan air yang terikut di dalam gas. Proses yang berlangsung di dalamnya
adalah proses absorbsi
(penyerapan) air
triethyleneglycol (TEG), yang mana TEG dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari air
secara fisis (close cycle). Hasil dari proses tersebut adalah gas yang sudah memenuhi
syarat untuk dikirim ke konsumen.
4. Dew Point Control Unit (DCU)
Setelah gas keluar dari unit dehidrasi, gas masuk ke unit Dew Point Control yaitu unit
untuk menjaga suhu embun dari hydrocarbon mencapai maksimum 75o F pada tekanan
750 psig. Guna unit ini adalah untuk menjaga agar cairan tidak timbul selama
pengiriman gas akibat turunnya temperatur udara. Prosesnya didasarkan pada JT valve
expansion dan pendinginan dengan cara recompression. Proses cara lain dengan
menggunakan sistem propane refrigeration juga akan dipertimbangkan pada rekayasa
dengan
SCADA
yang
dapat
memantau
serta
melakukan
tindakan
15
PT PERTAMINA EP -PPGM
K. Kilang LNG
Gas yang telah diproses di BS di Donggi dan Matindok serta Senoro yang kandungannya
sesuai dengan standar gas yang akan dipasarkan dikirim ke Kilang LNG. Pengiriman gas
dari Junction antara pipa dari BS Donggi dan Matindok
Kilang LNG di Batui atau Kintom; atau menggunakan pipa 18 apabila tidak menyatu
dengan gas yang mengalir dari Senoro. Secara garis besar fasilitas di kilang LNG akan
terdiri dari unit proses, fasilitas offsite , unit utilitas, unit pengolah limbah, unit pelabuhan
dan infrastruktur. Diagram alir Kilang LNG Donggi-Senoro disederhanakan seperti pada
gambar terlampir.
1. Unit Proses
Unit Proses terdiri dari Fasilitas Penerimaan Gas, Fasilitas Pemurnian Gas dan Fasilitas
Pencairan Gas.
a. Fasilitas Penerima Gas
Kapasitas design dari fasilitas ini direncanakan sebesar minimum 335 MMSCFD
yang terdiri dari knock out drum, separator dan metering. Dari fasilitas ini gas
akan dialirkan ke fasilitas pemurnian gas. Kondensat yang terkumpul dari unit ini
akan ditampung sementara dalam tanki kondensat berukuran 100 bbls sebelum
diangkut ke Blok Senoro untuk distabilkan ke unit stabilisasi kondensat dari Fasilitas
Pencairan Gas Bumi.
b. Fasilitas Pemurnian Gas
Kilang LNG dapat dipastikan akan terdiri dari dua bagian umum: bagian pemurnian
gas dan bagian pencairan/liquefaction gas. Bagian pemurnian gas diringkaskan di
bawah dan bagian pencairan gas dalam bagian berikutnya. Bagian pemurnian
meliputi Unit Pengeringan dan Unit Pembuangan Merkuri (MRU). Pemurnian gas
diperlukan untuk menghindari masalah karat dan pembekuan dalam Unit
Liquefaction .
c. Fasilitas Pencairan Gas Alam
Tujuan utama dari fasilitias pencairan gas adalah untuk mencairkan gas alam
menjadi produk LNG. Sebelumnya dilakukan pemisahan kandungan hydrokarbon
berat untuk menghindari terjadinya pembekuan dalam pipa-pipa pencairan gas.
Fasilitas tersebut akan meliputi Unit Pendinginan/Pencairan dan Unit Pemecahan
(fractionation).
2. Fasilitas Offsite
Fasilitas offsite terdiri dari sistem-sistem berikut:
a. Sistem Penyimpanan dan Pemuatan LNG
b. Sistem Pemasukan dan Penyimpanan Bahan Pendingin (refrigerant)
c.
16
PT PERTAMINA EP -PPGM
terendah).
b. Jarak dari lokasi Pelabuhan Khusus ke pantai merupakan jarak terdekat, sehingga
biaya konstruksi jembatan ke Pelabuhan Khusus lebih murah.
c. Berdasarkan studi, sedimentasi yang terjadi di sekitar Pelabuhan Khusus cukup
rendah sehingga tidak memerlukan pengerukan kolam pelabuhan selama operasi.
d. Jarak Pelabuhan Khusus LNG ke kilang LNG merupakan jarak terdekat, sehingga
biaya pemipaan untuk LNG dan utilitas lebih murah.
5. Infrastruktur Kilang
a. Infrastruktur In-Plant
Fasilitas infrastruktur in-plant adalah yang bukan merupakan bagian dari sistem
pengolahan inti, offsites ataupun utility. Fasilitas infrastruktur in-plant terutama
terdiri dari bangunan-bangunan, barak-barak serta pagar.
b. Infrastruktur Umum
Infrastruktur umum meliputi semua fasilitas yang diperlukan untuk menunjang
personil dibutuhkan untuk operasi dan perawatan BS dan Kilang LNG. Infrastruktur
umum adalah fasilitas-fasilitas yang terdapat di luar kilang.
17
PT PERTAMINA EP -PPGM
2.3.
Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok PPGM ini terdapat dua kegiatan yang
terpisahkan yaitu kegiatan Bagian Hulu dan kegiatan Bagian Hilir. Kegiatan bagian hulu
mencakup kegiatan-kegiatan eksplorasi dan eksploitasi gas sampai batas pada kegiatan
pemasangan pipa penyalur gas ke Kilang Gas (LNG), sedangkan kegiatan bagian hilir meliputi
kegiatan pembangunan dan operasional kilang gas LNG, Pelabuhan Khusus dan sarana serta
prasarana pendukungnya. Masing-masing tahapan rencana kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok bagian hulu dan kegiatan bagian hilir diuraikan sebagai berikut.
2.3.1. Kegiatan Bagian Hulu
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh
Pada lokasi untuk sumur pengembangan, pemasangan pipa dan unit produksi akan
dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Luas lahan yang akan dibebaskan
sekitar 295 Ha dengan perincian: 17 lokasi sumur pemboran 68 Ha, MS & BS/GPF
33 Ha, jalur pipa flow line 14 Ha, jalur pipa trunk line 120 Ha dan untuk
pembuatan atau peningkatan jalan baru 60 Ha. Lahan yang akan digunakan
diusahakan bukan lahan pemukiman. Proses pembebasan lahan dan pemberian
kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan.
2. Penerimaan Tenaga Kerja
Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Tenaga kerja untuk pemboran sumur pengembangan
diperkirakan 118 pekerja dengan berbagai macam keahlian (skill) , dengan
perincian tenaga skill akan membutuhkan tenaga sebanyak 108 orang dan tenaga
18
PT PERTAMINA EP -PPGM
3. Kegiatan Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas GPF
a) Pembangunan fondasi struktur dan perlengkapan untuk fasilitas produksi dan
persiapan pemboran
b) Pendirian bangunan-bangunan dan pemasangan peralatan
c) Pekerjaan Piping System
d) Pekerjaan electrical dan peralatan (instrument )
4. Pemasangan Pipa Penyalur Gas
Alternatif pemasangan jalur pipa gas (trunkline)
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja untuk operasional produksi gas cukup besar, sebagian merupakan tenaga
ahli dengan skill yang cukup tinggi sampai sangat tinggi, dan sebagian lainnya bukan
tenaga ahli. Jumlah tenaga kerja untuk operasional masing-masing unit BS/GPF sekitar
26 orang dan tenaga kerja untuk penyaluran gas, pengangkutan kondensat dan sulfut
sekitar 28 orang.
2. Pemboran Sumur Pengembangan
Sumur-sumur pengembangan di Donggi, Minahaki, Matindok, Sukamaju, dan Maleoraja
dibor dengan menggunakan land-rig yang kapasitasnya sesuai dengan kedalaman yang
akan dicapai. Peralatan pemboran telah dilengkapi dengan pencegahan semburan liar
(blow out preventer), Standard Operation Procedure (SOP), dan penanggulangan
keadaan darurat (emergency respon plan). Peralatan berat yang telah selesai
digunakan kemudian dimobilisasi dan didemobilisasi dengan kendaraan berat.
19
PT PERTAMINA EP -PPGM
Station, setelah melalui Header Manifold, gas akan masuk ke dalam separator. Dari BS,
gas yang sudah mengalami pemisahan pada tahap awal akan dialirkan ke CO2 and H2S
removal plant atau AGRU (Acid Gas Removal Unit) dan SRU (Sulfur Recovery Unit)
masing-masing untuk menurunkan kadar CO2 dan H2 S, selanjutnya gas dikeringkan di
Unit TEG dehydratiion (DHU) dan kelembabannya di kontrol menggunakan DEW Point
Control (DCU). Gas yang telah memenuhi standar gas sale diukur melalui fasilitas
metering dan dialirkan melalui pipa ke Kilang LNG.
4.
20
PT PERTAMINA EP -PPGM
Revegetasi
Lahan bekas lokasi pipa dan fasilitas lain yang telah dibongkar diurug kembali,
diratakan dan dibersihkan. Kemudian pada lahan tersebut dilakukan revegetasi dengan
berbagai vegetasi lokal yang cepat tumbuh sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.
Adapun ringkasan dari hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel
berikut.
21
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen kegiatan
Lokasi
Jenis dampak potensial yang
yang menimbulkan
Komponen Kegiatan
Ditimbulkan
dampak
Tahap Prakonstruksi
Pembebasan lahan dan Areal untuk sumur pengembangan, Perubahan, perubahan pola kepemilikan lahan
tanam tumbuh
fasilitas produksi gas, dan jalur penduduk, fungsi lahan proses sosial, perubahan
pipa gas
sikap dan persepsi masyarakat.
2.
Penerimaan
setempat
tenaga
B.
1.
Tahap Konstruksi
Mobilisasi dan demobilisasi Jalan raya dari dan ke pelabuhan
peralatan, material dan bongkar muat material menuju
tenaga kerja
areal untuk sumur pengembangan
fasilitas produksi gas, dan jalur
pipa gas.
2.
Pembukaan
pematangan lahan
3.
4.a
Kegiatan pemasangan pipa Sekitar jalur pipa gas di darat: MS Gangguan lalulintas penduduk, kebisingan,
penyalur gas di darat
di Minahaki BS/GPF Donggi; peningkatan kadar debu, penurunan kualitas
(Alternatif-1 dan 2)
BS/GPF Donggi LNG Plant; udara, penurunan kualitas air permukaan,
BS/GPF Matindok junction ke penurunan biota air tawar, peningkatan erosi,
pipa 28 yg menuju LNG Plant
penurunan debit sungai di sekitar kegiatan
hydrotest, gangguan pada sistem irigasi dan
drainase,
penurunan
kualitas
sanitasi
lingkungan, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha.
4.b
5.
dan Sekitar
areal
sumur Perubahan iklim mikro, perubahan bentang
pengembangan, fasilitas produksi lahan, peningkatan debit aliran air permukaan,
gas, dan jalur pipa gas.
peningkatan erosi, kebisingan, peningkatan
kadar debu, penurunan kualitas sanitasi
lingkungan, gangguan pola aliran air irigasi dan
sungai yang terpotong jalur pipa gas, gangguan
lalulintas jalan yang terpotong jalur pipa,
pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi,
penurunan flora dan satwa liar, perubahan
kualitas air tanah dangkal, perubahan sikap dan
persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan
berusaha.
22
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen kegiatan
yang menimbulkan
dampak
Tahap Operasi
Penerimaan tenaga kerja
Lokasi
Komponen Kegiatan
Khususnya Kecamatan Toili Barat, peningkatan pendapatan masyarakat, perToili, Batui, Kintom dan Kabupaten tumbuhan ekonomi lokal, gangguan proses
Banggai umumnya.
sosial,
perubahan
sikap
dan
persepsi,
terbukanya kesempatan berusaha
2.
Operasi produksi gas di BS- Sekitar 2 lokasi BS-GPF di Donggi Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air
GPF
dan Matindok
permukaan, penurunan vegetasi dan komunitas
satwa liar, penurunan kualitas udara, kebisingan,
penurunan tingkat kesehatan masyarakat,
pendapatan masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha, gangguan proses sosial,
pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
4.
Penyaluran gas
melalui
pipa
Pengangkutan
kondensat
dan
sulfur
dengan
transportasi darat
5.
6.
Pemeliharaan
produksi
D.
1.
2.
Penghentian
produksi gas
3.
Pembongkaran
demobilisasi peralatan
4.
Revegetasi
Lokasi bekas tapak sumur, BS-GPF Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi,
dan jalur pipa.
peningkatan populasi satwa liar
5.
23
PT PERTAMINA EP -PPGM
lainnya akan dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Lahan yang akan
digunakan diusahakan bukan lahan permukiman. Luas lahan yang akan dibebaskan
meliputi untuk kilang LNG 300 Ha termasuk lahan untuk pelabuhan/Pelabuhan
Khusus beserta fasilitas pendukungnya. Proses pembebasan lahan dan pemberian
kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan.
2. Penerimaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas
lainnya diperkirakan membutuhkan 3000 pekerja dengan berbagai macam
keahlian (skill), dengan perincian tenaga skill sebanyak 1015 orang dan tenaga
g) Instalasi peralatan
h) Instalasi junction box, circuit dan kabel listrik/instrumen
i)
j)
Pendirian bangunan fasilitas terkait Kilang LNG seperti Pelabuhan Khusus dan
fasilitas pendukungnya
m) Aktivitas pra-komisioning.
24
PT PERTAMINA EP -PPGM
25
PT PERTAMINA EP -PPGM
Pelaksanaan
penglepasan
tenaga
kerja
sesuai
dengan
peraturan
A. Tahap Prakonstruksi
a. Pembebasan lahan dan tanam Areal untuk tapak lokasi kilang Perubahan pola kepemilikan lahan penduduk,
tumbuh
LNG, Pelabuhan Khusus dan gangguan proses sosial, perubahan fungsi lahan,
fasilitas pendukungnya
perubahan sikap dan persepsi masyarakat
2. Penerimaan tenaga kerja
Khususnya
Kecamatan
Batui, peningkatan pendapatan masyarakat, proses
Kintom dan Kabupaten Banggai sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbuka
umumnya
kesempatan berusaha
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi Jalan raya dari dan ke pelabuhan
peralatan, material dan tenaga bongkar muat material menuju
kerja
areal kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus
2. Pembukaan dan pematangan Sekitar areal lokasi pembangunan Perubahan iklim mikro, peningkatan debit aliran
lahan
kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan air permukaan, peningkatan erosi, kebisingan,
fasilitas pendukungnya
peningkatan kadar debu, penurunan kualitas
sanitasi lingkungan, pengurangan penutupan
lahan oleh vegetasi, penurunan flora dan satwa
liar, perubahan sikap dan persepsi masyarakat,
terbukanya kesempatan berusaha, penurunan
kualitas air laut, penurunan komunitas biota air
laut.
3. Konstruksi kompleks
Kilang Area lokasi Kilang LNG, Pelabuhan
LNG dan Pelabuhan Khusus
Khusus dan fasilitas pendukungnya
:
Alternatif-1 : Desa Uso, Batui
Alternatif-2 : Desa Padang, Kintom
Khususnya
Kecamatan
Batui, Peningkatan
pengangguran,
penurunan
Kintom dan Kabupaten Banggai pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan
umumnya
berusaha, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
26
PT PERTAMINA EP -PPGM
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
Khususnya
Kecamatan
Batui, Peningkatan pendapatan masyarakat, gangguan
Kintom dan Kabupaten Banggai proses sosial, perubahan sikap dan persepsi,
terbukanya kesempatan berusaha
umumnya
2. Operasional
Kilang
LNG, Sekitar
lokasi
Kilang
LNG, Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air
Pelabuhan Khusus dan fasilitas Pelabuhan Khusus dan fasilitas permukaan,
penurunan
kualitas
udara,
pendukung
pendukungnya
kebisingan, gangguan keselamatan pelayaran,
penurunan sanitasi lingkungan, pendapatan
masyarakat, terbukanya lesempatan berusaha,
gangguan kesehatan masyarakat, proses sosial,
pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat, penurunan kualitas air laut,
penurunan biota air laut
3. Pemeliharaan fasilitas produksi Area lokasi kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kualitas air permukaan, penurunan
Khusus dan fasilitas pendukungnya kualitas air luat, penurunan biota air tawar dan
air laut, peningkatan pendapatan masyarakat
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penghentian operasi Kilang Lokasi Kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kebisingan, peningkatan kualitas
LNG
Khusus dan fasilitas pendukung
udara, peningkatan kualitas air permukaan,
peningkatan kualitas air laut, penurunan
gangguan keselamatan pelayaran, perubahan
sikap dan persepsi masyarakat
2. Pembongkaran dan demo- Di tapak Kilang LNG, Pelabuhan Gangguan pada transportasi darat yaitu:
bilisasi peralatan (kilang LNG Khusus dan fasilitas pendukung
kelancaran dan keselamatan lalulintas jalan raya
dan Pelabuhan Khusus)
dan peningkatan resiko kerusakan jalan raya,
perubahan sikap dan persepsi masyarakat,
penurunan kualitas sanitasi lingkungan
3. Revegetasi
Di tapak Kilang LNG serta Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi,
Pelabuhan Khusus dan sekitarnya peningkatan populasi satwa liar
di Butui.
3. Penglepasan tenaga kerja
Khususnya
Kecamatan
Batui, Peningkatan
pengangguran,
penurunan
Kintom dan Kabupaten Banggai pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan
umumnya
berusaha, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
27
PT PERTAMINA EP -PPGM
2.4.
3.
Jalur alternatif3 yaitu pemasangan trunkline dari BS-GPF Donggi akan dilakukan
melalui pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km. Ditinjau dari sisi tingkat kesulitan
teknis pemasangan dan biaya perawatan, jalur alternatif3 relatif lebih mahal. Pada
jalur alternatif-3 ini, tipe ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, dan daerah
pantai ini juga digunakan oleh burung Maleo untuk bertelur. Di samping itu terdapat
terumbu karang di sekitar lokasi jalur alternatif-3.
Upaya ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak yang akan timbul di kawasan SM
Bakiriang. Selain itu juga sebagai antisipasi terhadap SK Men.Hut No. 641/Kpts/ II/1 997
tentang Perubahan Pasal 8 dan 18 SK Menhut No. 41/ Kpts/II/1996 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan yang menyatakan bahwa dengan alasan apapun bagi lahan Suaka Margasatwa
(SM) tidak dapat digunakan untuk kegiatan lain di lokasi tersebut, meskipun realitanya
kondisi hutan di SM Bakiriang sekarang ini sudah banyak perambah liar.
B. Alternatif lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus
Terdapat dua kemungkinan lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus yaitu di Desa Uso
(Kecamatan Batui) dan Desa Padang (Kecamatan Kintom). Oleh karena itu dalam kajian
AMDAL ini dua rencana lokasi tersebut akan menjadi kajian alternatif.
2.5. KETERKAITAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DENGAN KEGIATAN
LAIN SEKITARNYA
Areal rencana kegiatan secara administratif termasuk dalam 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu
Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom. Beberapa kegiatan lain yang telah ada di sekitar
rencana lokasi proyek yang berpotensi menimbulkan dampak pada rencana kegiatan proyek
atau sebaliknya, rencana kegiatan Pengembangan Gas Matindok berpotensi menimbulkan
dampak pada kegiatan lain yang telah ada yang relevan adalah sebagai berikut.
28
PT PERTAMINA EP -PPGM
a. Pertambangan
Eksplorasi Migas
JOB PertaminaMedco E&P Tomori Sulawesi di Senoro dan sekitarnya telah melakukan
kegiatan eksplorasi migas, telah melakukan pemboran beberapa sumur. Oleh karena
lokasi kegiatannya berhimpitan, jenis kegiatannya sejenis dan pengelolannya dilakukan
juga oleh Pertamina, maka pemrakarsa akan melakukan koordinasi dan kerja sama saling
mengun-tungkan antara JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi dengan PertaminaPPGM dalam melaksanakan kegiatan migas di wilayah tersebut. Kegiatan ini potensial
menyebabkan turunnya kualitas udara, meningkatkan kebisingan, turunnya kualitas air
permukaan, berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, namun pada sisi yang lain,
kegiatan ini berperan positif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui
berbagai kegiatan yang dapat diraih oleh penduduk lokal. Kedua kegiatan ini akan dapat
memberikan
kumulatif
dampak
yang
lebih
besar
terhadap
kondisi
lingkungan
disekitarnya.
Eksplorasi Nikel
Kegiatan pertambangan lain di sekitar lokasi kegiatan PPGM adalah nikel yang sejak 2
tahun lalu hingga saat ini masih dalam tahap eksplorasi. Lokasi pertambangan nikel
tersebar di 10 namun diantara lokasi-lokasi tersebut yang masuk dalam lingkup wilayah
studi adalah pertambangan nikel di Desa Batui, Tirtakencana dan Kamiwangi. Kegiatan ini
potensial menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya erosi, sedimentasi, turunnya
kualitas air permukaan dan berkurangnya keanekaragaman flora-fauna. Dampak positif
yang akan muncul adalah terbukanya kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan
adanya kenaikan pendapatan masyarakat yang nantinya bersama-sama PPGM diharapkan
secara signifikan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
b. Perkebunan
Areal kerja perkebunan yang sebagian tanahnya akan terkena rencana pengembangan
Lapangan Gas Matindok, termasuk jaringan pipa transmisi merupakan lahan perkebunan
kelapa sawit yang dikelola oleh unit pengolahan milik PT Kirana Luwuk Sejati. Kegiatan
perkebunan ini telah berdampak terhadap terjadinya perubahan penggunaan/pemanfaatan
lahan
yang
berkurangnya
sebelumnya
merupakan
keanekaragaman
kawasan
flora-fauna,
hutan.
peningkatan
Dampak
erosi,
yang
lain
disamping
adalah
adanya
29
PT PERTAMINA EP -PPGM
setahun. Daerah ini merupakan kawasan lumbung padi untuk Kabupaten Banggai dengan
tingkat pendapatan/kesejahteraan masyarakat cukup baik. Namun selain itu terdapat
beberapa dampak negatif dari kegiatan pertanian ini, antara lain cenderung meningkatnya
penggunaan berbagai bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang pada akhirnya
dapat berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu
berbagai upaya penyadaran perlu dilakukan agar penggunaan bahan agrokimia tidak terus
meningkat.
Kegiatan pemasangan jalur pipa gas yang memotong sistem irigasi persawahan baik teknis
maupun non teknis di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui berpotensi akan
menimbulkan dampak negatif berupa perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap
Pertamina-PPGM.
d. Tambak udang
Di kawasan Kecamatan Batui terdapat usaha budidaya tambak udang yang cukup intensif.
Kegiatan ini berperan dalam memberikan kontribusi penurunan kualitas air dan lahan di
sekitarnya sebagai akibat digunakannya berbagai pakan udang dan beraneka macam zat
pengatur tumbuh untuk merangsang perkembangan udang secara intensif.
Dengan adanya kegiatan Pengembangan Gas Matindok yang diantaranya potensial
menurunkan kualitas air, dikhawatirkan kegiatan budidaya tambak udang ini akan dapat
terkena dampaknya mengingat udang sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan
di sekitarnya. Oleh sebab itu perlu adanya upaya pengelolaan sebaik-baiknya agar kegiatan
pengembangan gas ini seminimal mungkin berdampak terhadap lingkungan disekitarnya.
e. Suaka Margasatwa Bakiriang
Jalur pipa akan melewati kawasan Suaka Margasatwa Bakiriang (SMB). Walaupun kondisi di
kawasan Suaka sudah diusahakan oleh penduduk untuk bercocok tanam bahkan telah
dijadikan perkebunan kelapa sawit, namun secara de jure kawasan tersebut masih
merupakan
kawasan
konservasi,
maka
Pertamina-PPGM
perlu
mengkoordinasikan
pemanfaatan sebagian lahan SMB dengan Menteri Kehutanan dan Perkebunan di tingkat
pusat.
Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok sekecil apapun akan dapat berdampak
negatif terhadap semakin turunnya keanekaragaman flora dan fauna didalamnya.
Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan ini tergambar dalam Gambar 2.2.
30
PT PERTAMINA EP -PPGM
31
PT PERTAMINA EP -PPGM
GEOFISIK KIMIA
3.1.1. Iklim
Menurut klasifikasi ikllim Schmidt dan Ferguson, daerah Banggai bertipe iklim B, dengan nisbah
rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah (Q) adalah 5, atau termasuk
wilayah cukup basah. Data curah hujan stasiun meterologi bandar Udara Bubung Luwuk
menunjukkan bahwa musim hujan berlangsung dari bulan Maret sampai Juli dengan jumlah
curah hujan berkisar dari 115 mm pada bulan Mei sampai 169 pada bulan Juli. Musim kemarau
berlangsung dari bulan Agustus sampai Februari, dengan curah hujan berkisar dari 41 mm pada
bulan Oktober sampai 85 mm pada bulan Desember. Hujan rata-rata tahunan daerah penelitian
adalah sebesar 1856,6 mm/tahun.
3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Kualitas udara
Untuk dapat mengetahui kualitas udara di wilayah studi diperlukan penelitian tentang
Kandungan SO2 , CO, NO2 , Oksidan (O3 ), debu TSP dan PM 10, relatif baik karena kadarnya
jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan.
b. Kebisingan
Lokasi pengukuran kebisingan dilakukan pada jarak 25 meter dari permukiman terdekat.
Kondisi kebisingan di wilayah studi relatif baik (skala 4) dan sangat baik (skala 5).
32
PT PERTAMINA EP -PPGM
dengan ketinggian antara 50 450 meter. Kelerengan daerah ini berkisar antara 5 di daerah
o
Tsunami bisa terjadi jika terdapat gempabumi dangkal (pada kedalaman antara 0-33 km) di
dasar laut dengan magnitudo > 6,5 skala Richter dan mekanisme fokalnya menunjukkan telah
terjadi sesar naik ataupun turun. Jika sudut kemiringan sesar naik ataupun turun kecil, maka
kemungkinan tsunami terjadi juga semakin kecil, karena efek perubahan volume air laut juga
semakin kecil. Mengingat gempabumi yang terjadi bermagnitudo < 5 skala Richter, maka
kemungkinan terjadi tsunami kecil, walaupun daerah tersebut termasuk daerah rawan tsunami
(Badan Geologi, 2007).
3.1.4. Hidrologi
Pada wilayah studi terdapat beberapa sungai besar yang mengalir sepanjang tahun berurutan
dari barat daya ke timur laut yaitu S. Toili, S. Sinorang, S. Kayowa/Matindok, S. Bakung, S.
Batui, S. Omolu, S. Tangkiang dan S. Kintom.
33
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sedikit dijumpai rawa permanen kecuali rawa belakang (back swamp) di Suaka Margasatwa
Bakiriang. Sistem drainase dan jaringan irigasi persawahan di Kecamatan batui dan Toili teratur
dan tertata dengan baik, bahkan jaringan atau saluran-saluran irigai tersier dibangun sesuai
dengan aturan irigasi teknis dan setengah teknis.
1. Kualitas Air
a. Kualitas airtanah
Kualitas airtanah (air sumur) yang dipakai penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan
kualitasnya baik yang ditandai dengan tidak adanya parameter kualitas air yang
melebihi ambang batas baku mutu yang disyaratkan.
b. Kualitas air laut
Kualtias air laut di beberapa lokasi sekitar rencana kegiatan mempunyai kualitas yang
relatif baik, namun beberapa parameter melebihi ambang batas baku mutu yaitu
sulfide, cadmium, tembaga dan timbal.
c. Kualitas air sungai
Kualitas air sungai di sekitar rencana kegiatan relatif masih baik, hanya parameter
minyak dan lemak yang kadarnya melebihi baku mutu.
2. Kuantitas Air
a. Kuantitas/debit air sungai
Sifat semua aliran sungai tersebut tersebut adalah permanent dengan debit harian yang
tinggi.
b. Debit aliran permukaan
3
Bathimetri
Kedalaman perairan di sekitar lokasi rencana kegiatan adalah 20 m dicapai pada jarak
kurang lebih 50 m hingga 100 m dari garis pantai. Jarak 100 m dari garis pantai kedalaman
laut relatif curam dengan kedalaman mencapai 100 m. Topografi garis pantai sepanjang
lokasi studi secara umum landai.
34
PT PERTAMINA EP -PPGM
b. Pasang surut
Pasang surut di perairan pantai calon lokasi kilang dan Pelabuhan Khusus mempunyai fase
dan tinggi yang hampir sama. Beda tinggi air pasang dan air surut berkisar antara 100
sampai 120 cm. Tipe pasang surut daerah tersebut adalah semidiurnal dengan dua kali
pasang dan dua kali surut dalam satu hari.
c.
Gelombang
Kondisi gelombang di lokasi studi relatif kecil dan sangat tenang. Gelombang terlihat
antara 0,1 m sampai 0,5 m terjadi di sekitar sore hari. Gelombang maksimum terjadi
sebesar 1.5 m. Gelombang tersebut terjadi pada saat angin musim Timur dan Tenggara
atau terjadi pada bulan April sampai bulan Agustus.
d. Arus
Secara umum arus di daerah studi relatif kecil berkisar antara 0,1 sampai 0,9 m/detik.
e. Sedimentasi melayang dan sedimentasi pantai
Kondisi sedimen melayang di lokasi studi secara umum terlihat sangat jernih yang berarti
tidak mengandung sedimen. Pada sedimen pantai terlihat adanya pasir halus yang
mengandung lempung. Diduga sedimen tersebut merupakan endapan dari sungai. Untuk
daerah Sekitar Tanjung Batui dijumpai sedimen berupa pasir kasar.
3.1.6. Ruang, Lahan dan Tanah
a. Tata ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah tahun 2000 sampai
dengan tahun 2004 (Perda No 2 Tahun 2004) telah memberikan arahan pemanfaatan
kawasan, baik kawasan lindung maupun kawasan budidaya. Untuk kawasan budidaya
pertambangan dideliniasikan pada kawasan yang terindentifikasi mengandung bahan
tambang.
Berdasakan RTRWP tersebut, maka wilayah studi yang terletak di Kecamatan Batui telah
direncanakan untuk kawasan pertambangan minyak dan gas bumi, sehingga rencana
kegiatan sudah sesuai dengan RTRWP yang ada.
Dalam skala kabupaten berdasarkan Hasil Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Banggai Tahun 2003-20013 (Bappeda Kab. Banggai, 2003) menunjukkan bahwa
wilayah rencana kegiatan yaitu Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom termasuk
dalam Wilayah Pengembangan Selatan
b. Penggunaan lahan
Pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar areal rencana kegiatan antara lain adalah jalan
provinsi yang menghubungkan Luwuk dengan Baturube dan sekitarnya. Sepanjang jalan
tersebut terdapat konsentrasi pemukiman penduduk, pertanian, perkebunan rakyat,
perkebunan besar, areal transmigrasi di Toili dan Toili Barat dan pertambangan migas yang
35
PT PERTAMINA EP -PPGM
dikelola oleh JOB Medco E & P Tomori Sulawesi. Di daerah sekitar lapangan pengambang
terdapat daerah konservasi Suaka Margasatwa Bakiriang dan sebelah selatan berbatasan
dengan perairan Selat Peleng.
Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Daerah Penelitian, luas masing-masing jenis
penggunaan lahan adalah: belukar 1.908,21 Ha, beting karang 291,54 Ha, permukiman
1.871,29 Ha, hutan 17.094,65, perkebunan 4.385,02, sawah, 8.895,36, sawah tadah hujan
1.373,57 Ha, tegalan/ladang 7.196,87 Ha dan hutan suaka 271,50 Ha.
c. Tanah
1. Kesuburan tanah
Kelompok satuan tanah yang ada adalah kelompok Aluvial, Regosol, Litosol, Latosol,
Grumusol, dan Lateritik. Dataran Aluvial di wilayah studi tergolong subur dan sangat
sesuai untuk daerah persawahan.
Regosol di sekitar daerah PPGM berkembang di tepian pantai dengan luasan yang
relatif sempit. Pada umumnya Regosol di dataran pantai tidak produktif karena terlalu
porus yang diakibatkan oleh tekstur tanahnya yang pasiran. Tanah regosol tidak
dimanfaatkan sebagai daerah pertanian di daerah ini mengingat tingkat kesuburan
yang sangat rendah dan luasannya yang sempit.
Litosol merupakan tanah yang tipis dengan solum < 50 cm dan mengalami kontak
langsung dengan batuan induk yang keras yang ada di bawahnya. Berdasarkan analisis
laboratorium, daerah perbukitan ini memiliki tanah yang cenderung masam (pH H2 O
5,42) sedangkan pada daerah lembah memiliki pH mencapai 5,96 (agak masam).
Dengan demikian tingkat keasaman tanah menjadi faktor pembatas dalam tingkat
kesuburan tanah daerah ini, dan dapat disimpulkan bahwa tingkat kesuburan tanah
jenis Litosol ini adalah rendah.
Latosol terdapat di kompleks Maleoraja dan Matindok dengan batuan induk berupa
batupasir
dan
konglomerat.
Latosol
merupakan
tanah
yang
potensial
untuk
pengembangan pertanian, namun juga menyimpan potensi erosi yang besar sebagai
akibat dari posisinya pada lereng-lereng perbukitan dan pegunungan.
Grumusol merupakan tanah lempungan yang mempunyai daya kembang kerut
36
PT PERTAMINA EP -PPGM
3.1.7. Transportasi
a.
Kelancaran lalulintas
Tingkat kelancaran lalulintas di wilayah studi tergolong sangat baik atau sangat lancar.
b. Jaringan jalan
Penggal Kintom-Batui memiliki per-kerasan yang masih baik dengan lebar 4,5 meter. Jenis
perkerasan yang digunakan adalah Lapis Penetrasi Makadam dengan lapis aus Latasir.
Pada penggal jalan yang menghubungkan BatuiToili-Toili Barat, terdapat adanya
kerusakan jalan (berlubang/ bergelombang). Kerusakan ini disebabkan adanya genangan
air pada daerah yang rendah, sehingga sering terendam.
c.
Kondisi jembatan
Kondisi jembatan yang menghubungkan Kota Luwuk sampai dengan Toili Barat, umumnya
sudah cukup memadai. Konstruksi jembatan yang digunakan memiliki dua tipe, yaitu
menggunakan rangka baja dan gelagar beton.
sativa). Pada umumnya padi ditanam dua kali dalam satu tahun dan diselingi tanaman
palawija.
37
PT PERTAMINA EP -PPGM
11.
pinnata, Artocarpus integra , Mangifera indica. Namun jenis yang dominan ditanam pada
hutan rakyat adalah Tectona grandis.
12.
14.
Lannea sp.
Secara umum kondisi flora di wilayah studi baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas
lingkungan skala 4.
3.2.2
Fauna Darat
Komunitas burung di dalam wilayah studi cukup banyak, ada sekitar 42 jenis burung yang
ditemukan dan kemungkinan masih banyak jenis burung yang tidak teramati. Jenis burung
yang frekuensinya paling sering dijumpai di semua lokasi pengamatan adalah burung cabe
(Dicaeum celebicum). Srigunting (Dicrurus montanus), Tekukur (Streptopelia chinensis), Gagak
38
PT PERTAMINA EP -PPGM
yaitu :
burung kipasan (Rhidipura teysmanni), trinil (Tringa totamus) , elang ( Haliastur indus; Spilornis
rufipectus), raja udang (Alcedo meninting; Alcedo atthis; Alcedo coerulescens; Amaurornis
phoenicuru) dan pecuk ular (Anhinga melanogaster). Umumnya burung-burung tersebut
ditemukan di daerah sumur gas sekitar perairan, tepi sungai, pantai sekitar mangrove/bakau
dan hutan terbuka.
Sementara itu jenis mamalia yang ada di wilayah studi antara lain Macaca nigra, Macrogalida
Tarsius
pelengensis. Jenis reptilia yang ada di sekitar lokasi kegiatan antara lain Ahaetulla prasina,
Boiga dendrophila, Crocodillus porosus, Eutropis sp, Python sp. Jenis-jenis tersebut terutama
ditemukan di sekitar lokasi Suaka Margasatwa Bakiriang, hutan lindung dan muara sungai.
Sementara itu pengamatan terhadap hewan budidaya di sekitar lokasi kegiatan, menunjukkan
bahwa kegiatan budidaya hewan umumnya dilakukan dalam skala kecil. Usaha ternak yang
diusahakan masyarakat masih bersifat sebagai usaha sampingan. Beberapa jenis hewan yang
dibudidayakan masyarakat sekitar lokasi kegiatan terutama daerah yang dekat wilayah
pemukiman yaitu sumur gas di daerah Uso dan sekitar Trunk Line Desa Argakencana antara
lain ayam, kambing dan sapi.
Secara umum kondisi fauna di area kegiatan baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas
lingkungan skala 4.
3.2.3. Biota Air
A. Biota Air Tawar
1. Plankton
Keanekaragaman atau diversitas plankton rata-rata berkisar antara 9 33 genera
dengan kepadatan atau densitas berkisar antara 13 4303 individu/liter dengan indeks
diversitas
(Shanon-Wiener)
plankton
rata-rata
berkisar
antara
0,180
-1,234.
39
PT PERTAMINA EP -PPGM
Anabaena, Nitzschia, Oscilatoria, dan Spirogyra yang biasa hidup pada perairan yang
tercemar. Berdasarkan indeks diversitas menurut Shannon Wiener, kondisi perairan
tersebut tercemar sehingga kondisi komunitas plankton sangat tidak mantap (skala 2).
2. Benthos
Pada lokasi pantai sekitar lokasi kegiatan menunjukkan kelimpahan jenis benthos masih
2
cukup tinggi dengan rata-rata kerapatan benthos per m sekitar 245 individu. Sebagian
besar yang ditemukan merupakan kelompok gastropoda dan insecta masing-masing
terdiri dari 6 familia. Kelompok lainnya adalah kelas turbellaria.
Berdasarkan pada kondisi kelimpahan dan keanekaragaman biota laut terutama
benthos, kualitas lingkungan di sekitar perairan lokasi kegiatan dapat dikategorikan
tercemar sedang (skala 2).
3. Ikan
Kabupaten Banggai memiliki sumberdaya ikan laut yang cukup besar. Potensi perikapan
tangkap di Kabupaten Banggai tahun 2004 diperkirakan mencapai 48.627,1 ton
pertahun yang terdiri dari ikan pelagis 39.387,9 ton dan jenis ikan demersal sebesar
9.239,2 ton. Jenis ikan yang ada kebanyakan nilai ekonominya tinggi, seperti ikan
tenggiri, tunal, kakap, cakalang, dsb. Namun demikian beberapa jenis ikan yang
bernilai ekonomi sedang, juga cukup melimpah seperti ikan teri, tigawaja, dan
rajungan.
Sementara itu potensi perikanan budidaya, baik budidaya tambak maupun budidaya
perikanan air tawar cukup banyak. Di Kecamatan Batui, pemanfaatan lahan tambak
banyak dibudidayakan udang windu, di Kecamatan Luwuk dan Toili diusahakan udang
windu dan bandeng. Potensi lahan budaya air tawar dilakukan di kolam, umumnya jenis
ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas dan nila.
Berdasarkan keanekaragaman dan produksi perikanan di sekitar lokasi rencana
kegiatan, maka secara umum kualitas lingkungan di wilayah tersebut dikategorikan
cukup baik (skala 3).
4. Terumbu Karang
Hasil survey yang dilakukan Tahun 2005, secara umum terumbu karang di Desa Batui
berada dalam kategori buruk yaitu sebesar 9,9% pada kedalaman 10 m dan 3,4% pada
kedalaman 3 m. (Survey Potensi Sumber Daya Ikan di Kabupaten Banggai Sulawesi
Tengah, 2005).
Sementara itu hasil pengamatan di lapangan (2006) menunjukkan bahwa tipe terumbu
karang di wilayah studi merupakan terumbu karang tepi (fringging reef) dengan tingkat
kepadatan sangat rendah yaitu hanya berkisar 10% menutupi areal pengamatan. Dari
10% tutupan tersebut terdiri dari coral masive 4%, Acropora encrusting 1%, Acropora
submasive 4% dan sisanya terdiri dari soft coral dan sponge 1%.
40
PT PERTAMINA EP -PPGM
3.3.
KOMPONEN SOSIAL
3.3.1. Demografi
a. Jumlah dan kepadatan penduduk
Jumlah penduduk di 4 kecamatan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat) tersebut pada tahun
2005 adalah 296.488 jiwa dengan tingkat kepadatan 27 jiwa/km 2. Kecamatan Toili
mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi dibandingkan kecamatan
lainnya.
b. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio
Jumlah penduduk laki-laki di 4 kecamatan wilayah studi adalah 151.927 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 144.561 jiwa. Rasio jenis kelamin di wilayah studi adalah 106.
Jumlah rumah tangga yang tertinggi ada di wilayah Kecamatan Toili dan yang terendah ada
di Kintom. Jumlah anggota keluarga setiap Rumah Tangga rata-rata adalah 4 orang, namun
di Kintom rata-rata hanya mempunyai 3 orang anggota keluarga. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap keluarga rata-rata hanya mempunyai seorang anak. Kondisi rumah tangga di
wilayah studi yang rata-rata mempunyai anggota keluarga kurang dari 5 orang ini, bila
dilihat dari baku kualitas lingkungan tergolong sangat baik atau mempunyai skala 5
(L.W. Canter & L.G. Hill, 1981).
c. Komposisi penduduk menurut umur
Rata-rata proporsi jumlah penduduk antara kelompok umur produktif dengan tidak
produktif di 4 kecamatan wilayah studi yaitu 61,40% berbanding 38,60%. Dibandingkan
angka di tingkat kabupaten, jumlah penduduk usia produktif di wilayah studi lebih rendah
sekitar 3,61%.
Proporsi rata-rata antara penduduk yang berumur dibawah 15 tahun (penduduk berusia
muda) dengan penduduk berusia tua (65+) adalah sekitar 31,08% berbanding 4,55%.
Mengingat bahwa jumlah penduduk berusia muda kurang dari 40% terhadap total
penduduk, maka kondisi penduduk berdasarkan umur produktif (usia kerja) di wilayah studi
termasuk dalam skala 5 yaitu sangat baik.
d. Komposisi penduduk menurut pendidikan
Di 4 kecamatan wilayah studi persentase tingkat pendidikan penduduk tamat SD adalah
yang terbesar, sedangkan penduduk yang tidak atau belum sekolah dan tidak tamat SD
sebanyak 26,88% dan yang tamat akademi dan perguruan tinggi baru sekitar 2,37%. Dari
antara 4 kecamatan di wilayah studi, penduduk di wilayah Kecamatan Kintom rata-rata
memiliki tingkat pendidikan yang paling baik dibandingkan dengan kecamatan lainnya,
kemudian diikuti Kecamatan Batui dan yang paling buruk adalah Kecamatan Toili.
Persentase penduduk berpendidikan menengah dan tinggi di wilayah Kintom adalah
32,10% dan 3,99%, sedangkan di wilayah Toili adalah 18,86% dan 1,55%.
Berdasarkan baku penilaian kualitas lingkungan (L.W. Canter & L.G. Hill, 1981), oleh karena
secara umum keadaan pendidikan penduduk di 4 kecamatan wilayah studi persentase
lulusan SD sekitar 45%, yang berpendidikan menengah 23,76% dan yang berpendidikan
tinggi sekitar 2,37%, maka keadaan tersebut termasuk dalam kriteria baik (skala 4).
41
PT PERTAMINA EP -PPGM
Mobilitas penduduk
Dari antara 4 kecamatan di wilayah studi, Kecamatan Toili paling banyak perubahan jumlah
penduduknya, kemudian Batui, Toili Barat dan yang paling sedikit perubahannya adalah
Kintom. Perubahan penduduk tersebut pada umumnya lebih dikarenakan adanya
perubahan penduduk secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian. Di wilayah Toili faktor
masuk dan bertempat tinggalnya pendatang juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya
perubahan kependudukan. Berbagai aktivitas perekonomian di Toili relatif paling menonjol
dibandingkan dengan kecamatan lainnya dan hal inilah nampaknya yang menjadi daya tarik
para pendatang untuk masuk dan beraktivitas di wilayah kecamatan.
g. Angkatan kerja
Jumlah usia produktif di 4 kecamatan wilayah studi adalah 63.435 orang atau sekitar
62,51% dengan jumlah angkatan kerja 50.587 orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) di 4 kecamatan wilayah studi adalah 79,75%. TPAK di tingkat kecamatan wilayah
studi relatif sama, dan ini menggambarkan bahwa terdapat penduduk yang berusia kurang
dari 15 tahun atau penduduk berusia muda yang telah terjun kedalam dunia kerja sehingga
TPAK di wilayah tersebut tinggi. Kenyataan ini merupakan salah satu upaya yang dilalukan
kelompok muda usia untuk membantu kondisi ekonomi keluarganya.
h. Kesempatan kerja
Jumlah pencari kerja di wilayah Kabupaten Banggai selama tahun 2005 adalah 3.793 orang
dengan tingkat pendidikan yang paling dominan adalah lulusan SLTA dengan persentase
sekitar 65,49%, kemudian diikuti lulusan Sarjana dengan persentase 17,59% dan Diploma
sebesar 11,05%. Kecenderungan ini relatif sama dengan tahun 2004, namun untuk tahun
2003 pencari kerja lulusan Diploma lebih besar dibandingkan dengan lulusan sarjana.
Selama kurun waktu 2003-2005 jumlah pencari kerja di Kabupaten Banggai yang terbesar
adalah pada tahun 2004 yaitu sebanyak 5.227 orang yang berarti mengalami peningkatan
sekitar 100,73% dibandingkan tahun 2003, namun mengalami penurunan sekitar 27,43%
pada tahun 2005.
Penempatan tenaga kerja selama tahun 2005 mengalami peningkatan sekitar 24,45%
dibandingkan tahun 2004 dengan persentase 41,56% laki-laki dan 58,44% perempuan.
Meskipun penempatan tenaga kerja mengalami peningkatan selama tahun 2005, namun
penempatan yang ada relatif masih kecil yakni sebesar 10,47% dibandingkan dengan
jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini terkait dengan kesempatan kerja yang juga relatif
sangat terbatas.
42
PT PERTAMINA EP -PPGM
3.3.2
Sosial Ekonomi
a. Pendapatan masyarakat
Berdasarkan data struktur responden menurut matapencaharian utama diketahui bahwa
sebagian besar responden bekerja di bidang pertanian, yang meliputi petani dan buruh
tani sebanyak 56,25%, nelayan dan buruh nelayan 2,50%. Penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan umumnya bermukim di pinggir pantai dan rata-rata melaut
hanya 4 5 hari per minggu. Pendapatan mereka berkisar antara Rp 20.000,00 Rp
50.000,00. Jenis matapencaharian lain yang cukup dominan adalah sebagai pengusaha/
wiraswasta (16,67%), aparat desa (5,42%), PNS 5,41% dan lain-lain sebanyak 5%. Dilihat
dari tingkat pendapatannya, rata-rata pendapatan responden per bulan adalah Rp
1.383.204,00 dengan tingkat pendapatan terendah sebesar Rp 150.000,00 dan yang
tertinggi adalah Rp 5.000.000,00. Tingkat pendapatan responden yang paling dominan
adalah hingga Rp 500.000,00 dengan persentase sebesar 45,83%.
Jika batas kemiskinan adalah 1 $ Amerika per orang per hari yang nilai tukarnya adalah
sebesar Rp. 9.600,00 maka rata-rata setiap anggota masyarakat di wilayah studi termasuk
sedikit di atas kategori miskin. Berdasarkan baku kualitas lingkungan tingkat penghasilan
responden di wilayah studi tergolong buruk (skala 2) sehingga kurang dapat memenuhi
kebutuhan hidup keluarga secara optimal.
b. Pola nafkah ganda
Terdapat sekitar 59,17% responden yang memiliki lebih dari satu sumber pendapatan
untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehari-hari.
Jenis pekerjaan sampingan yang banyak ditekuni responden tidak jauh berbeda dengan
pekerjaan pokok responden yaitu pada bidang pertanian, khususnya sebagai petani dan
buruh tani. Aktivitas ini umumnya ditekuni oleh para responden yang bekerja diluar bidang
pertanian seperti PNS, wiraswastawan dan guru. Selain untuk menambah penghasilan,
aktivitas ini diakui sebagai sarana untuk menyalurkan hobi, bersifat rekreatif dan
melanjutkan usaha orang tua. Sementara itu usaha sampingan sebagai pedagang
umumnya dilakukan oleh responden dengan membuka warung atau toko di rumahnya.
c. Kepemilikan Benda Berharga oleh Responden
1) Rumah dan pekarangan
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa rumah responden
rata-rata mempunyai luas antara 14 600 m 2 dengan persentase terbesar (41,67%)
adalah luasan 37 70 m2. Hampir semua responden (90,83%) di wilayah studi
mempunyai halaman/pekarangan rumah. Luasan pekarangan berkisar antara 50 5000
2
43
PT PERTAMINA EP -PPGM
dengan
44
PT PERTAMINA EP -PPGM
diperdagangkan antara lain adalah bungkil kopra sebanyak 21.681 ton, minyak kelapa
sebanyak 13.650 ton, dan rotan sebesar 2.177 ton.
Realisasi perdagangan bahan pokok/penting lainnya yang terbesar di Kabupaten
Banggai adalah semen yang mencapai 46.235 ton, diikuti minyak sebesar 8.531 ton
dan pupuk sebanyak 3.446 ton. Sementara itu realisasi ekspor yang paling menonjol
adalah udang beku sebanyak 1.130.000 ton, kopra 20.806.542 ton dan ganggang laut
kering sebanyak 250.310 ton.
Secara umum di wilayah Kecamatan Toili terdapat paling paling banyak fasilitas
perdagangan yakni sekitar 36,90% dari total fasilitas perdagangan di wilayah studi. Hal
ini menggambarkan bahwa Kecamatan Toili paling potensial aktivitas perdagangannya
yang secara tidak langsung juga menggambarkan kondisi perekonomian secara umum
relatif paling baik dibandingkan kecamatan lainnya.
3) Fasilitas Keuangan
Fasilitas keuangan yang ada di wilayah studi meliputi koperasi dan bank. Jenis koperasi
yang dominan terdapat di wilayah studi adalah Koperasi Unit Desa (KUD).
f.
Penggunaan
lahan untuk bangunan dan permukiman baru sekitar 1,39% dan lahan yang tidak atau
belum diusahakan seluas 61,74% terhadap total luas lahan yang ada. Mengingat bahwa
penggunaan lahan yang ada di wilayah studi umumnya untuk pengusahaan pertanian,
perikanan
dan
perkebunan
dengan
luasan
sekitar
12%
yang
relatif
masih
45
PT PERTAMINA EP -PPGM
33,72% dari total produksi padi sawah Kabupaten Banggai. Sementara itu
sumbangan wilayah studi terhadap produksi padi ladang di tingkat kabupaten
adalah sebesar 24,14%, untuk jagung sebesar 8,75%, ubi kayu 7,11%, ubi jalar
7,48%, kedelai 37,88% dan kacang tanah sebesar 3,56%.
Dilihat dari produktivitasnya, untuk padi sawah rata-rata adalah 2,57 ton/ha dan
untuk padai ladang 0,15 ton/ha. Produktivitas komoditas yang diusahakan di tegal/
kebun adalah jagung (0,04 ton/ha), kedelai (0,029 ton/ha), ubi kayu (0,027 ton/ha)
dan kacang tanah 0,007 ton/ha. Dengan demikian nampak bahwa secara umum
produktivitas lahan di wilayah studi tergolong rendah.
Tanaman sayuran
Secara umum produksi sayuran selama tahun 2005 meningkat bila dibandingkan
dengan tahun 2004.
Komoditas sayuran lain yang cukup menonjol adalah petsai dengan produksi sekitar
26,82% terhadap total produksi kabupaten, sementara itu untuk cabai dan tomat
masing-masing adalah 3,89%, dan untuk kacang panjang sebesar 12,19%.
Tanaman buah-buahan
Jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di wilayah studi adalah pisang, mangga,
pepaya, nangka dan durian.
Produksi pisang dari wilayah studi memberikan kontribusi sebesar 7,75% terhadap
total produksi pisang di tingkat kabupaten, sementara itu untuk mangga adalah
1,57%, pepaya 5,07%, nangka 60,38% dan durian sebesar 0,50%.
Tanaman perkebunan
Produksi berbagai jenis komoditas perkebunan selama tahun 2005 meningkat
sekitar 15-26% dibandingkan tahun 2004. Jenis tanaman perkebunan rakyat yang
banyak diusahakan di wilayah studi adalah kelapa, kakao, kopi, cengkeh, jambu
mete, dan kemiri.
Sumbangan produksi kelapa dari wilayah studi terhadap total produksi di tingkat
kabupaten adalah 7,78%, untuk kakao 12,63%, jambu mete 9,26%, kemiri 4,68,
cengkeh 0,65% dan kopi sebesar 7,08%.
Peternakan
Jenis-jenis ternak yang diusahakan masyarakat di wilayah studi meliputi ternak
besar khususnya sapi, ternak kecil yaitu kambing dan babi dan unggas yang
meliputi ayam kampung dan itik.
Sumbangan wilayah studi terhadap total produksi sapi di tingkat kabupaten adalah
32,90%, untuk kambing 10,80%, babi 23,67%, ayam kampung 32,67% dan untuk
itik adalah sebesar 29,84%.
Perikanan
Jenis perikanan yang dikembangkan di wilayah studi meliputi perikanan laut,
perikanan kolam, tambak udang dan perairan umum.
46
PT PERTAMINA EP -PPGM
3.3.3
Sosial Budaya
dan
kebiasaan masyarakat ini biasanya dilakukan di balai desa (34,05%), masjid (20,77%),
rumah (16,27%), serta makam dan pure masing-masing sebesar 6,42%.
Sekitar 87,92% responden menyatakan bahwa berbagai jenis kegiatan adat masih tetap
dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya untuk melestarikannya.
Salah satu nilai budaya yang masih tampak terlihat adalah nilai budaya gotong royong dan
konsep yang mengganggap penting sikap tenggang rasa terhadap sesama manusia. Gotong
royong di sini adalah dalam hal memperbaiki rum ah (20,24%), kerja bakti kebersihan
lingkungan (14,84%), saling membantu dalam melaksanakan hajatan (30,88%) dan arisan
(20,39%) serta bekerja sama untuk siskamling (12,89%).
Mengingat bahwa berbagai aktivitas adat, keagamaan dan sosial budaya yang lain masih
tetap dilaksanakan dan didukung oleh warga masyarakat pada umumnya, maka kondisi
rona lingkungan hidup awal pada parameter nilai dan norma budaya masyarakat di wilayah
studi memiliki skala kualitas lingkungan tergolong baik (skala 4).
b. Proses sosial
Jenis kegiatan bersama yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah meningkatkan
pengetahuan agama (32,13%), kegiatan ormas, arisan dan saling tukar informasi atau
berita. Selain kerja sama warga masyarakat dalam berbagai aktivitas sehari-hari, begitu
pula yang terjadi sebaliknya yaitu adanya konflik, meskipun secara umum responden
menyatakan relatif kecil adanya konflik di wilayah sekitar tempat tinggal mereka yaitu
hanya sekitar 22,92%.
47
PT PERTAMINA EP -PPGM
c. Pelapisan sosial
Pelapisan sosial di wilayah studi tercermin dari pendapat masyarakat yang menganggap
pengurus administrasi wilayah/pamong desa merupakan orang yang dituakan (dalam level
tinggi) di lingkungan tempat tinggal dan strata di bawahnya adalah pemuka agama.
Penguasa adat/keturunan bangsawan dan orang yang terpandang secara materi saat ini
tidak secara otomatis menjadi tokoh yang dapat dituakan atau dianggap berpengaruh oleh
semua kelompok masyarakat, tetapi pihak-pihak yang mau bekerjasama dan peduli
terhadap kepentingan masyarakatlah yang akan ditokohkan oleh masyarakat.
d. Pranata sosial/kelembagaan masyarakat
Pranata sosial yang ada di wilayah studi cukup maju dan dinamis
48
PT PERTAMINA EP -PPGM
3.4.
49
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sekitar 68,80% responden menyatakan bahwa ketika sakit akan berobat melalui fasilitas
kesehatan yang ada yaitu Puskesmas/Rumah Sakit ataupun dokter, sekitar 21,3%
responden berobat ke tenaga medis dan paramedis, dan lainnya dengan cara mengobati
sendiri diantaranya dengan minum obat bebas.
c. Sumberdaya kesehatan
Upaya pemeliharaan dan atau peningkatan kesehatan masyarakat di 4 Kecamatan wilayah
studi selama ini dilayani oleh 6 buah Puskesmas, 32 Puskesmas Pembantu dan fasilitas
kesehatan lain seperti polindes dan toko obat. Persentase jumlah Puskesmas yang ada di
wilayah studi mencapai 21,42% dari jumlah total Puskesmas yang ada di Kabupaten
Banggai. Tenaga medis yang ada meliputi dokter umum dan dokter gigi sebanyak 11 orang,
namun untuk dokter spesialis hingga diadakan survei belum ada. Tenaga paramedis
meliputi perawat sebanyak 78 orang dan bidan 64 orang. Jika dibandingkan dengan
keberadaan tenaga kesehatan tingkat kabupaten dengan jumlah dokter 28 orang, maka
keberadaan tenaga medis di wilayah studi mencapai 39,28% yang tersebar di 4 kecamatan
wilayah studi, perawat dan bidan sebanyak 17,60% dari jumlah total perawat dan bidan
yang ada di Kabupaten Banggai.
Dilihat tingkat pelayanan tenaga medis serta paramedis terhadap total penduduk di 4
kecamatan wilayah studi adalah: Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 1:2.622, dokter
1:9.060, bidan 1:5.566 dan perawat 1:1.557. Hal ini mengandung arti bahwa setiap
keberadaan puskesmas dan puskesmas pembantu harus melayani penduduk sebanyak
2.622, setiap dokter harus melayani penduduk sebanyak 9.060 orang, dan setiap perawat
harus melayani penduduk sebanyak 1.557 orang.
Dengan demikian berdasarkan kriteria kualitas lingkungan, kondisi pelayanan kesehatan di
wilayah studi tergolong sedang (skala 3).
d. Kondisi sanitasi lingkungan
Sebagian besar penduduk di wilayah studi umumnya telah memiliki sumur sendiri untuk
memenuhi kebutuhan air minum maupun mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga
lainnya. Namun kebersihan di sekitar lingkungan tempat tinggal umumnya belum tertata
dengan baik, disamping itu kepemilikan saluran pembuang air limbah relatif masih sangat
sedikit.
Penduduk yang bertempat tinggal di luar wilayah pesisir (86,30%) menggunakan sumur
gali dan sumur bor sebagai sumber air minum. Untuk penduduk di wilayah pesisir
umumnya pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan dengan membeli dan atau
menggunakan sumur gali.
50
PT PERTAMINA EP -PPGM
Penduduk di wilayah studi pada umumnya sudah memiliki jamban keluarga untuk keperluan
buang air besar keluarga, sekitar 74,60% responden menyatakan melakukan buang air
besar di WC keluarga. Sementara itu penduduk yang melakukan buang air besar di WC
umum sebanyak 5,40% dan 16,2% responden melakukan buang air besar di sungai atau di
WC alam, dengan alasan masih cukup area hutan dan jarang penduduknya.
e. Status Gizi Masyarakat
Umumnya status gizi balita responden adalah bagus (52,68%) yang status gizinya cukup
banyak 45,16% dan terdapat 2,15% bayi responden yang status gizinya kurang. Namun
mengingat bahwa kesehatan balita merupakan salah satu indikator penting untuk melihat
rawan tidaknya kesehatan masyarakat, maka Dinas Kesehatan setempat melalui Puskesmas
yang ada terus melakukan program perbaikan gizi. Beberapa jenis program tersebut adalah
upaya peningkatan penyuluhan para kader gizi kepada ibu-ibu balita tentang konsumsi gizi
dan upaya peningkatan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita.
51
PT PERTAMINA EP -PPGM
52
PT PERTAMINA EP -PPGM
4. Pasca Operasi
a. penutupan sumur
b. penghentian operasi produksi gas
c.
d. revegetasi
e. penglepasan tenaga kerja.
B. Dampak Potensial
1. Perubahan iklim mikro
2. Penurunan kualitas udara ambient
3. Terjadinya kebisingan
4. Perubahan sifat tanah
5. Terjadinya erosi tanah
6. Gangguan sistem irigasi dan drainase
7. Perubahan kuantitas air permukaan (air sungai)
8. Penurunan kualitas air permukaan
9. Penurunan kualitas air laut
10. Penurunan kuantitas air tanah dangkal
11. Penurunan kuantitas air tanah dalam
12. Gangguan transportasi jalan darat
13. Gangguan vegetasi
14. Gangguan satwa
15. Gangguan biota air tawar
16. Gangguan biota air laut
17. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi
18. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa
19. Perubahan kependudukan
20. Perubahan pola kepemilikan lahan
21. Peningkatan pendapatan masyarakat
22. Adanya kesempatan berusaha
23. Penurunan kesempatan berusaha
24. Gangguan proses social
25. Pelapisan social
26. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
27. Penurunan sanitasi lingkungan
28. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
53
PT PERTAMINA EP -PPGM
54
PT PERTAMINA EP -PPGM
d. Pasca Operasi:
1. Peningkatan kualitas udara ambien
2. Penurunan kebisingan
3. Peningkatan kualitas air permukaan
4. Peningkatan kualitas air laut
5. Gangguan keselamatan berlalulintas
6. Kerusakan jalan dan jembatan
7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi
8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa
9. Penurunan pendapatan masyarakat
10. Penurunan kesempatan berusaha
11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
55
PT PERTAMINA EP -PPGM
DAMPAK POTENSIAL
Deskripsi
Rencana Kegiatan
Prakonstruksi
Konstruksi
Operasi
Pasca Operasi
Deskripsi Rona
Lingkungan Awal
Komponen Geo -FisikKimia
Komponen Biologi
Komponen Sosial
Ekonomi Budaya
Komponen Kesehatan
Masyarakat
A. Geo-Fisik-Kimia
Perubahan iklim mikro
Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)
Terjadi kebisingan
Perubahan sifat tanah
Terjadi erosi tanah
Gangguan sistem irigasi dan drainase
Penurunan debit air sungai
Penurunan kualitas air permukaan
Penurunan kualitas air laut
Penurunan kuantitas air tanah
Penurunan kelancaran lalulintas
Penurunan keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan
B. Komponen Biologi
Gangguan vegetasi
Gangguan satwa
Gangguan biota air tawar
Gangguan biota air laut
Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan
vegetasi
Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan
satwa
C. Komponen Sosekbud
Perubahan kependudukan
Perubahan pola kepemilikan lahan
Peningkatan pendapatan masyarakat
Adanya kesempatan berusah a
Gangguan proses sosial
Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
D. Komponen Kesmas
Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
IDENTIFIKASI DAMPAK
POTENSIAL
EVALUASI DAMPAK
POTENSIAL
KLASIFIKASI DAN
PRIORITAS
56
PT PERTAMINA EP -PPGM
Gambar 4.2.
Bagan Alir Dampak Hipotetik Kegiatan Hulu Proyek Pengembangan Gas Matindok
57
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 4.1.
No Komponen Lingkungan
PraKonst.
1
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
1
2
GEO-FISIK-KIMIA
Kualitas udara ambien
Kebisingan
Erosi tanah
Sistem irigasi dan drainase
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Transportasi darat
BIOLOGI
Vegetasi
Satwa
Biota air tawar
Biota air laut
SOS-EK-BUD
Kependudukan
Pola kepemilikan lahan
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Pelapisan sosial
Sikap & persepsi masyarakat
Konstruksi
1
Operasi
4
Alt Alt Alt
1
2
3
Pasca Operasi
5
+ +
+ +
/+
+
+
KESEHATAN MASY.
Sanitasi lingkungan
+ + + + +
+ + + + +
+ +
+ + +
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
2. Penerimaan tenaga kerja
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan
2. Pembukaan dan pematangan lahan
3. Konstruksi BS dan GPF
4. Pemasangan pipa penyalur gas
Alternatif -1, sejajar di sisi jalan raya Luwuk Morowali
Alternatif -2, secara Horizontal Directional Drilling (HDD)
Alternatif -3, dipasang di dasar laut dekat pantai
5. Penglepasan tenaga kerja
Keterangan:
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Pemboran sumur pengembangan
3. Operasi produksi di GPF
4. Penyaluran gas melalui pipa
5. Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat
6. Pemeliharaan fasilitas produksi
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penutupan sumur
2. Penghentian operasi produksi gas
3. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan
4. Revegetasi
5. Penglepasan tenaga kerja
= dampak negatif
+ = dampak positif
58
PT PERTAMINA EP -PPGM
revegetasi
8.
9.
59
PT PERTAMINA EP -PPGM
60
PT PERTAMINA EP -PPGM
d. Pasca Operasi
1. Peningkatan kualitas udara ambien
2. Penurunan kebisingan
3. Peningkatan kualitas air permukaan
4. Peningkatan kualitas air laut
5. Gangguan keselamatan berlalulintas
6. Kerusakan jalan dan jembatan
7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi
8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa
9. Penurunan pendapatan masyarakat
10. Hilangnya kesempatan berusaha
11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
12. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
61
PT PERTAMINA EP -PPGM
DAMPAK POTENSIAL
Deskripsi
Rencana Kegiatan
Prakonstruksi
Konstruksi
Operasi
Pasca Operasi
A. Geo-Fisik-Kimia
Perubahan iklim mikro
Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)
Terjadi kebisingan
Perubahan sifat tanah
Terjadi erosi tanah
Penurunan debit air sungai
Penurunan kualitas air permukaan
Penurunan kualitas air laut
Penurunan kuantitas air tanah
Gangguan kelancaran lalulintas
Gangguan keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan
Gangguan keselamatan pelayaran
B. Komponen Biologi
Gangguan vegetasi
Gangguan satwa
Gangguan biota air laut
Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan
vegetasi
Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan
satwa
Deskripsi Rona
Lingkungan Awal
Komponen Geo-FisikKimia
Komponen Biologi
Komponen Sosial
Ekonomi Budaya
Komponen Kesehatan
Masyarakat
C. Komponen Sosekbud
Perubahan kependudukan
Perubahan pola kepemilikan lahan
Peningkatan pendapatan masyarakat
Adanya kesempatan berusaha
Gangguan proses sosial
Munculnya pelapisan sosial
Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
D. Komponen Kesmas
Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
IDENTIFIKASI DAMPAK
POTENSIAL
EVALUASI DAMPAK
POTENSIAL
KLASIFIKASI DAN
PRIORITAS
62
PT PERTAMINA EP -PPGM
Gambar 4.4.
Bagan Alir Dampak Hipotetik Kegiatan Hulu Proyek Pengembangan Gas Matindok
63
PT PERTAMINA EP -PPGM
1
2
3
4
5
6
1
2
4
1
2
3
4
5
6
7
1
2.
Komponen Lingkungan
GEO-FISIK-KIMIA
Kualitas udara ambien
Kebisingan
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Transportasi darat
Keselamatan pelayaran
BIOLOGI
Vegetasi
Satwa
Biota air laut
SOS-EK-BUD
Kependudukan
Pola kepemilikan lahan
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Pelapisan sosial
Sikap & persepsi masyarakat
KESEHATAN MASY.
Sanitasi lingkungan
Tingkat kesehatan masyarakat
PraKonst.
1
2
Konstruksi
1
3
Alt-1 Alt-2
Operasi
4
Pasca
Operasi
2
3
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
2. Penerimaan tenaga kerja
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan
2. Pembukaan dan pematangan lahan
3. Konstruksi komplek Kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus
Alternatif -1, Desa Uso, Kecamatan Batui
Alternatif -2, Desa Padang, Kecamatan Kintom
4. Penglepasan tenaga kerja
Keterangan:
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas
pendukungnya
3. Pemeliharaan fasilitas produksi
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penghentian operasi Kilang LNG
2. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan
Khusus)
3. Revegetasi
4. Penglepasan tenaga kerja
= dampak negatif
+ = dampak positif
64
PT PERTAMINA EP -PPGM
4.2.
65
PT PERTAMINA EP -PPGM
C. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan berlangsungnya
berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan
(struktur sosial), sesuai dengan dinamika kelompok masyarakat yang diprakirakan
terpengaruh akibat kegiatan Pengembangan Gas Matindok. Justifikasi batas sosial adalah
adanya interaksi masyarakat dengan adanya kegiatan pembebasan lahan untuk tapak MS,
BS, pipa dan Kilang LNG; pemasangan jalur pipa, pembangunan BS dan pembangunan
Kilang LNG serta mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan/ personil. Desa yang menjadi batas
sosial disajikan pada Tabel 4.3.
D. Batas Administrasi
Batas administrasi adalah wilayah desa/kelurahan dimana kegiatan proyek berlangsung,
seperti disajikan pada Tabel 4.4.
66
PT PERTAMINA EP -PPGM
No
Nama
Desa/Kelurahan
No
1
2
3
2. Batui
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3. Toili
21
22
23
24
25
26
27
28
4. Toili Barat 29
30
31
32
33
34
35
36
37
1. Kintom
Nama
Padang
Tangkiang
Kalolos
Uso
Honbola
Lamo
Balantang
Bugis
Batui
Tolando
Sisipan
Ondo-ondolu I
Nonong
Kayowa
Masing
Batui IV
Batui 21
Sukamaju I
Bonebalantak
Sinorang
Mulyoharjo
Argo Kencana
Minahaki
Rusa Kencana
Agro Estate
Singkoyo
Tolisu
Bukit Jaya
Uwelolu
Pandan Wangi
Dongin
Kamiwangi
Sendang Sari
Bukit Makarti
Bukit Harapan
Makapa
Karya Makmur
Tapak
sumur
Tapak
Block
Station
Tapak
MS
V
V
v
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Tapak
Kilang
LNG
V*
V**
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Mobilisasi dan
demobilisasi peralatan,
material dan tenaga
kerja
V
V
v
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
67
PT PERTAMINA EP -PPGM
Nama
1.
Kintom
2.
Batui
3.
Toili
4.
Toili Barat
Desa/Kelurahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Nama
Padang
Tangkiang
Kalalos
Uso
Honbola
Lamo
Balantang
Bugis
Batui
Tolando
Sisipan
Ondo-ondolu I
Nonong
Kayowa
Masing
Batui IV
Batui 21
Sukamaju I
Bonebalantak
Sinorang
Mulyoharjo
Argo Kencana
Minahaki
Rusa Kencana
Agro Estate
Singkoyo
Tolisu
Bukit Jaya
Uwelolu
Pandan Wangi
Dongin
Kamiwangi
Sendang Sari
Bukit Makarti
Bukit Harapan
Makapa
Karya Makmur
68
PT PERTAMINA EP -PPGM
SUMBER DAMPAK
SOSIAL
Perubahan pola kepemilikan
lahan
Pendapatan masyarakat
Proses sosial
Dapat
berlangsung
tahap operasional
sampai
GEOFISIK-KIMIA
Kualitas udara ambien
Sesaat
Kebisingan
Sesaat
Erosi tanah
kerusakan
jalan
69
PT PERTAMINA EP -PPGM
SUMBER DAMPAK
BIOLOGI
Penurunan kelimpahan dan
keanekaragaman vegetasi
Gangguan satwa
Penurunan keanekaragaman
dan kelimpahan biota air laut
SOSIAL
Peningkatan pendapatan
masyarakat
KESEHATAN MASYARAKAT
1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF
Penurunan sanitasi lingkungan
70
PT PERTAMINA EP -PPGM
SUMBER DAMPAK
GEOFISIK KIMIA
Kualitas udara ambien (debu
dan gas)
Kebisingan
Gangguan keselamatan
berlalulintas
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman
1. Pemboran sumur pengembangan
Selama kegiatan pemboran
dan kelimpahan biota air tawar 2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS & GPF) Selama kegiatan operasional
SOSIAL
Perubahan Kependudukan
Berlangsung
operasional
Peningkatan Pendapatan
masyarakat
Berlangsung
operasional
sampai
pasca
sampai
pasca
sampai
pasca
Pelapisan sosial
Berlangsung
operasional
KESEHATAN MASYARAKAT
Gangguan sanitasi lingkungan
GEOFISIK KIMIA
PASCA OPERASI Peningkatan kualitas udara
ambien
Penurunan tingkat kebisingan
Gangguan keselamatan
berlaluintas
Kerusakan jalan
Sampai
diperbaiki
kerusakan
jalan
71
PT PERTAMINA EP -PPGM
SUMBER DAMPAK
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman
dan kerapatan vegetasi
1. Revegetasi
Peningkatan keanekaragaman
dan kemelimpahan satwa
1. Revegetasi
Penurunan pendapatan
masyarakat
SOSIAL
KONSTRUKSI
SUMBER DAMPAK
Proses sosial
Dapat
berlangsung
tahap konstruksi
sampai
Dapat
berlangsung
tahap konstruksi
sampai
GEOFISIK-KIMIA
Kualitas udara ambien
Kebisingan
Erosi tanah
Kerusakan jalan
kerusakan
jalan
72
PT PERTAMINA EP -PPGM
SUMBER DAMPAK
BIOLOGI
Penurunan kelimpahan dan
keanekaragaman vegetasi
Gangguan satwa
Peningkatan pendapatan
masyarakat
OPERASI
Gangguan keselamatan
berlalulintas
Sampai
kerusakan
diperbaiki
Pelapisan sosial
jalan
BIOLOGI
Gangguan biota air tawar
SOSIAL
Adanya kesempatan berusaha
Gangguan proses sosial
KESEHATAN ASYARAKAT
Tingkat kesehatan masyarakat
73
PT PERTAMINA EP -PPGM
SUMBER DAMPAK
Kerusakan jalan
Sampai
diperbaiki
kerusakan
jalan
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragam-an 1. Revegetasi
dan kerapatan vegetasi
SOSIAL
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
Batas wilayah studi yang merupakan resultante dari batas tapak proyek, batas ekologis,
batas sosial dan batas administrasi disajikan pada Gambar 4.5.
74
PT PERTAMINA EP -PPGM
75
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 5.1. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Tahap Rencana
Rencana Kegiatan
Kegiatan
A. Pra
1. Pembebasan lahan dan
Konstruksi
tanam tumbuh
B. Konstruksi
Besaran
Dampak
2
2
2
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
1
1
Kualitas udara
Kebisingan
Keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan
Sikap dan persepsi masyarakat
2
1
2
2
2
Parameter Lingkungan
1
1
2
3
2
+1
+1
76
PT PERTAMINA EP -PPGM
Rencana Kegiatan
Parameter Lingkungan
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Satwa liar
Biota air tawar
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Sanitasi lingkungan
Besaran
Dampak
2
2
2
1
1
1
+1
+1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
2
3
2
2
3
1
1
+1
+1
+1
+1
+1
+1
2
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
77
PT PERTAMINA EP -PPGM
Kependudukan
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Besaran
Dampak
1
2
2
2. Pemboran sumur
pengembangan
Kualitas udara
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Biota air tawar
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Tingkat kesehatan masyarakat
2
2
1
1
+1
+2
2
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air permukaan
Biota air tawar
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Pelapisan sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Tingkat kesehatan masyarakat
2
1
2
1
+1
+2
2
2
2
2
5. Pengangkutan kondensat
Keselamatan berlalulintas
dan sulfur dengan transport Kerusakan jalan dan jembatan
darat
2
2
Parameter Lingkungan
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Kesempatan berusaha
+1
+2
+1
+1
1
2. Pembongkaran dan
Demobilisasi peralatan
Keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan
Sikap dan persepsi masyarakat
+2
2
1
3. Revegetasi
Vegetasi
Satwa liar
+2
+2
Pendapatan masyarakat
Sikap dan persepsi masyarakat
1
2
Keterangan:
Angka (1), (2), dan (3) menunjukkan alternatif kegiatan.
78
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 5.2. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
Jumlah
Kriteria
Penting
(P)
4P
4P
4P
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
TP
TP
P
P
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
2P
2P
P
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
TP
P
P
TP
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
P
TP
TP
TP
TP
P
TP
3P
2P
4P
6P
3P
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
TP
P
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
TP
TP
P
TP
P
P
P
TP
P
TP
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
P
TP
TP
P
P
1P
1P
4P
3P
4P
1P
2P
TP
P
P
P
TP
P
TP
TP
P
P
P
TP
P
P
TP
P
P
TP
TP
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
2P
4P
3P
2P
2P
3P
1P
2P
4P
4P
3P
4. Pemasangan pipa
penyalur gas
P
TP
TP
P
TP
TP
P
P
TP
P
TP
TP
TP
P
P
P
P
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
3P
2P
2P
3P
1P
2P
3P
3P
2P
3P
3P
3P
5P
Tahap
Rencana
Kegiatan
Kriteria Dampak
Rencana Kegiatan
Parameter Lingkungan
A. Pra
1. Pembebasan lahan
Konstruksi
dan tanam tumbuh
2. Penerimaan tenaga
kerja
2. Pembukaan dan
pematangan lahan
Kualitas udara
Kebisingan
Terjadinya erosi tanah
Vegetasi
Satwa liar
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
79
PT PERTAMINA EP -PPGM
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
P
TP
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
P
TP
TP
TP
P
P
TP
P
P
TP
TP
TP
P
P
TP
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
P
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
TP
P
TP
TP
TPT
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
TP
TP
TP
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
Jumlah
Kriteria
Penting
(P)
3P
4P
0
1P
1P
2P
3P
3P
4P
4P
4P
0
0
0
3P
3P
0
2P
2P
1. Penerimaan tenaga
kerja
Kependudukan
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
TP
P
P
TP
P
P
TP
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
1P
4P
4P
2. Pemboran sumur
pengembangan
Kualitas udara
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Biota air tawar
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Tingkat kesehatan masyarakat
TP
P
TP
P
TP
P
P
TP
P
TP
P
TP
P
P
P
TP
TP
P
TP
P
P
TP
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
P
1P
3P
1P
4P
2P
5P
4P
3. Operasi produksi
di GPF
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air permukaan
Biota air tawar
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Pelapisan sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Tingkat kesehatan Masyarakat
P
TP
P
P
TP
P
TP
P
P
P
P
TP
P
P
TP
P
TP
P
P
TP
P
P
TP
P
TP
P
TP
P
P
P
TP
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
TP
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
TP
TP
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
3P
1P
4P
4P
2P
5P
1P
4P
4P
4P
4. Penyaluran gas
melalui pipa
5. Pengangkutan kondensat dan sulfur
dengan transport
darat
TP
TP
TP
TP
2P
Keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
TP
P
4P
6P
Kriteria Dampak
Rencana Kegiatan
Parameter Lingkungan
C. Operasi
80
PT PERTAMINA EP -PPGM
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
TP
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
Jumlah
Kriteria
Penting
(P)
1P
2P
2P
2P
1P
P
P
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
P
P
P
TP
P
TP
TP
P
TP
3P
5P
1P
3. Revegetasi
P
P
TP
TP
P
P
P
P
P
P
TP
TP
4P
4P
TP
P
P
P
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
2P
3P
Kriteria Dampak
Rencana Kegiatan
Parameter Lingkungan
Vegetasi
Satwa liar
Keterangan:
Angka (1), (2), dan (3) menunjukkan alternatif kegiatan.
5.2.
Parameter Lingkungan
Pola kepemilikan lahan (alt-1 & 2)
Proses sosial (alt-1 & 2)
Sikap dan persepsi masyarakat(alt-1 & 2)
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan
Pendapatan masyarakat
Vegetasi
Satwa liar
Kesempatan berusaha (alt-1 & 2)
Kualitas udara 1 (Uso)
Kualitas udara 2 (Padang)
Kebisingan (alt-1 & 2)
Kualitas air permukaan (alt-1 & 2)
Kualitas air laut
Biota air laut (alt-1 & 2)
Kelancaran lalulintas
Keselamatan berlalulintas
Kesempatan berusaha (alt-1 & 2)
Pendapatan masyarakat (alt-1 & 2)
Proses sosial (alt-1 & 2)
Sikap dan persepsi masyarakat(alt-1 & 2)
Sanitasi lingkungan (alt-1 & 2)
Pendapatan masyarakat
Sikap dan persepsi masyarakat
Besaran
Dampak
2
2
2
2
2
2
2
+1
3
2
+1
2
2
2
2
2
1
2
2
+2
+2
2
2
2
1
1
81
PT PERTAMINA EP -PPGM
D. Pasca
Operasi
Kependudukan
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Besaran
Dampak
1
2
2
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air laut
Biota air laut (alt-1 & 2)
Keselamatan pelayaran
Kesempatan berusaha
Pendapatan masyarakat
Proses sosial
Pelapisan sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Tingkat kesehatan masyarakat
2
2
2
1
2
+2
+2
2
2
2
2
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Kesempatan berusaha
+1
+1
+1
+2
1
Parameter Lingkungan
2
2
1
2
3. Revegetasi
Vegetasi
Satwa liar
+1
+2
1
2
82
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 5.4. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Tahap
Rencana
Kegiatan
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
Jumlah
Kriteria
Penting
(P)
4P
4P
4P
P
P
P
P
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
3P
3P
P
P
TP
P
P
TP
P
P
TP
P
P
TP
TP
P
TP
TP
P
P
4P
6P
1P
TP
TP
TP
TP
P
TP
P
P
TP
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
P
3P
3P
2P
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
TP
TP
4P
4P
3P
4P
3P
3P
4P
3P
5P
4P
4P
4P
P
P
P
P
P
TP
P
TP
TP
P
TP
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
4P
2P
2P
Kriteria Dampak
Rencana Kegiatan
A. Pra
1. Pembebasan lahan
Konstruksi
dan tanam tumbuh
2. Penerimaan tenaga
kerja
Parameter Lingkungan
Pola kepemilikan lahan (alt-1 & 2)
Proses sosial (alt-1 & 2)
Sikap dan persepsi masyarakat
(alt-1 & 2)
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Vegetasi
Satwa liar
Kesempatan berusaha (alt-1 & 2)
83
PT PERTAMINA EP -PPGM
D. Pasca
Operasi
Kependudukan
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
TP
P
P
TP
P
P
TP
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
Jumlah
Kriteria
Penting
(P)
1P
4P
4P
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air laut
Biota air laut (alt-1 & 2)
Keselamatan pelayaran
Kesempatan berusaha
Pendapatan masyarakat
Proses sosial
Pelapisan sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Tingkat kesehatan masyarakat
TP
TP
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
3P
3P
2P
4P
3P
5P
5P
3P
4P
4P
4P
TP
TP
TP
TP
TP
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
P
TP
P
P
P
P
P
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
2P
2P
2P
2P
1P
2. Pembongkaran dan
demobilisasi peralatan
(kilang dan Pelabuhan
Khusus)
Keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan
Sikap dan persepsi masyarakat
Sanitasi lingkungan
P
P
TP
P
P
P
TP
P
TP
TP
TP
P
P
P
P
TP
TP
P
TP
TP
TP
P
TP
tP
3P
5P
1P
3P
3. Revegetasi
Vegetasi
Satwa liar
TP
P
TP
TP
P
P
P
P
P
P
TP
TP
3P
4P
P
P
TP
P
TP
TP
P
P
TP
TP
TP
TP
2P
3P
Kriteria Dampak
Rencana Kegiatan
Parameter Lingkungan
1. Penerimaan tenaga
kerja
2. Operasional kilang
LNG, Pelabuhan
Khusus dan
fasilitas pendukungnya
84
PT PERTAMINA EP -PPGM
Bab-
Keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang
termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) atau tidak dikelola (TPK) ditetapkan
berdasarkan tiga kriteria sederhana berikut:
a) Pada parameter lingkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat
kepentingan dampaknya (P) 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak penting
yang dikelola (PK).
b) Pada parameter lingkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: apabila (P) 3
dan besaran angka prakiraan dampak (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk
kategori dampak penting yang dikelola (PK).
c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan tidak
dikelola (TPK).
6.1.
Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek Pengembangan Gas
Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah sebagai berikut.
85
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.1. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak
Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu
di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Tahap
Kegiatan
PRA
SOSIAL
KONSTRUKSI
Perubahan pola kepemilikan lahan
Gangguan proses sosial
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
Penurunan kualitas udara ambien
Sumber Dampak
Besaran
Dampak
(+/)
86
2
2
1
2
1
4
4
2
4
2
66,67
66,67
33,33
66,67
33,33
PK
PK
TPK
PK
TPK
50,00
PK
1
2
1
1
1
1
1
2
3
2
2
2
16,67
33,33
50,00
33,33
33,33
33,33
TPK
PK
TPK
TPK
TPK
TPK
1
2
1
1
1
2
2
1
4
3
1
2
4
3
16,67
66,67
50,00
16,67
33,33
66,67
50,00
TPK
PK
TPK
TPK
TPK
PK
PK
PT PERTAMINA EP -PPGM
Gangguan satwa
Besaran
Dampak
(+/)
Sumber Dampak
50,00
PK
1
2
2
2
3
2
33,33
50,00
33,33
TPK
PK
PK
66,67
PK
3
2
3
6
50,00
100,00
PK
PK
50,00
PK
2
1
2
2
3
1
1
1
4
2
3
3
5
3
3
4
66,67
33,33
50,00
50,00
83,33
50,00
50,00
66,67
PK
TPK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
87
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sumber Dampak
KONSTRUKSI SOSIAL
Peningkatan pendapatan masyarakat 1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
Adanya kesempatan berusaha
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan
Besaran
Dampak
(+/)
(alt-1)
(alt-2)
(alt-3)
(alt-1)
(alt-2)
(alt-3)
88
+1
+1
+1
+1
+1
+1
+21
+1
+1
+1
1
1
0
1
1
2
2
2
3
3
16,67
33,33
16,67
16,67
16,67
33,33
33,33
33,33
50,00
50,00
TPK
TPK
TKP
TKP
TKP
TPK
TPK
TPK
TPK
TPK
2
2
2
2
2
4
4
4
4
3
66,67
66,67
66,67
66,67
50,00
PK
PK
PK
PK
PK
2
1
1
1
1
4
0
0
0
2
66,67
00,00
00,00
00,00
33,33
PK
TPK
TPK
TPK
TPK
2
2
1
3
3
0
50,00
50,00
00,00
PK
PK
TPK
PT PERTAMINA EP -PPGM
Besaran
Dampak
(+/)
Sumber Dampak
2
2
1
2
2
1
1
2
1
3
1
3
4
1
1
4
16,67
50,00
16,67
50,00
66,67
16,67
16,67
66,67
TKP
PK
TPK
PK
PK
TPK
TPK
PK
100,00
PK
1
1
4
4
66,67
66,67
PK
PK
1
+1
+1
+1
+2
+2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
5
5
4
4
4
4
4
2
16,67
33,33
33,33
33,33
83,33
83,33
66,67
66,67
66,67
66,67
66,67
33,33
TPK
TPK
TPK
TPK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
TPK
89
PT PERTAMINA EP -PPGM
Jumlah P
% Bobot
16,67
TPK
66,67
PK
66,67
PK
+1
16,67
TPK
+2
+1
+2
2
2
3
33,33
33,33
50,00
TPK
TPK
PK
83,33
PK
Revegetasi
+2
66,67
PK
Revegetasi
+2
66,67
PK
33,33
TPK
1
1
2
1
1
3
16,67
16,67
50,00
TPK
TPK
PK
Tingkat Kepentingan
Dampak
Besaran
Dampak
(+/)
Sumber Dampak
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
GEOFISIK KIMIA
Peningkatan kualitas udara
ambient
Penurunan tingkat kebisingan
Peningkatan kualitas air laut
Gangguan keselamatan
berlalulintas
Kerusakan jalan
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman
dan kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman
dan kemelimpahan satwa
SOSIAL
Penurunan pendapatan
masyarakat
Hilangnya kesempatan usaha
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
90
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sumber Dampak
Keputusan/
Kesimpulan
Hasil Evaluasi
(PK/TPK)
SOSIAL
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
91
PT PERTAMINA EP -PPGM
6.2. Lanjutan
Tahap
Kegiatan
PK
PK
PK
PK
Sumber Dampak
Keputusan/
Kesimpulan
Hasil Evaluasi
(PK/TPK)
GEOFISIK KIMIA
Kualitas udara ambien
Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF)
(debu dan gas)
Penurunan kualitas air permukaan 1. Pemboran sumur pengembangan
2. Operasi produksi di GPF
Gangguan keselamatan
Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfur
berlalulintas
dengan transportasi darat
Kerusakan jalan dan jembatan
BIOLOGI
Gangguan biota air tawar
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
Revegetasi
PK
Revegetasi
PK
PK
SOSIAL
Adanya kesempatan berusaha
Gangguan proses sosial
Adanya pelapisan sosial
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan tingkat kesehatan
masyarakat
PASCA
OPERASI
PK
GEOFISIK KIMIA
Gangguan keselamatan
berlalulintas
Kerusakan jalan
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman dan
kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman dan
kemelimpahan satwa
SOSIAL EKONOMI BUDAYA
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
92
PT PERTAMINA EP -PPGM
93
PT PERTAMINA EP -PPGM
94
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.3. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM Bagian Hulu
Tahap
Kegiatan
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan
Koordinasi dengan instansi terkait
Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Proses socsial
Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses
Melakukan penyiraman di sepanjang jalur yang dilalui kendaraan mobilisasi, khususnya yang
Penggunaan pengendali emisi standar pada mesin diesel generator dan BBM berkadar sulfur
rendah
Kualitas udara
Kebisingan
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
dan demobilisasi peralatan,
Kelancaran lalulintas
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
material, dan tenaga kerja
perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
PRAPembebasan lahan dan tanam
KONSTRUKSI
tumbuh
95
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas
Keselamatan berlalulintas
proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah.
proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah
Erosi tanah
Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan
cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui
Pada jalur pemasangan pipa, sesegera mungkin ditanami rumput pioner (leguminose)
Pada lokasii BS, GPF dibuatkan saluran sederhana dan sumur resapan untuk menampung aliran
permukaan yang terjadi akibat bangunan tersebut tidak mengalir keluar lokasi BS, GPF
Pada lokasi sumur gas, dibuatkan saluran drainase sederhana untuk menampung air prmukaan
Vegetasi
Satwa
Pemasangan pipa penyalur gas
penyalur gas
Satwa
Biota air laut
Dipersiapkan terlebih dahulu sambungan pipa yang akan ditanam memotong saluran drainase
atau alur sungai.
Pada setiap perpotongan jalur pemasangan pipa dengan alur sungai, hendaknya sesegera
mungkin pemasangan pipa penyalur gas dilakukan.
Pemasangan pipa konstruksi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemasangan pipa JOB
Fasilitas untuk konstruksi jangan menggunakan pantai Bakiriang untuk pelayanan konstruksi pipa
Air sisa uji hidrostatik kegiatan pemasangan pipa sebelum dibuang ke laut, diolah terlebih dahulu
96
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Proses sosial
TAHAP
OPERASI
Pemboran sumur
pengembangan
Operasi produksi di GPF
Kegiatan pengangkutan
kondensat lewat transportasi
darat
Mengelola air buangan dari kegiatan operasi dengan waste water treatment atau effluent
treatment sebelum dibuang ke lingkungan
Keselamatan berlalulintas
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati -hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
Pemboran sumur
Sosialisasi
Memasang CEM
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan segera mungkin dengan cara diberi tanah urug/sirtu
kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
pengembangan
97
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tahap
Kegiatan
TAHAP
OPERASI
TAHAP
OPERASI
Komponen
Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab
Arahan Pengelolaan Lingkungan
yang Terkena Dampak
Dampak
Biota air tawar
Pemboran sumur
pengembangan
Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasi
Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai
kebutuhan
Proses seleksi tenaga unskill dilakukan dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan
hukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmen
ketenagakerjaan berskala regional dan nasional.
Operasi produksi di GPF
Pelapisan sosial
Memfasilitasi berbagai kegiatan bersama, seperti social, keagamaan, olah raga dan sebagainya
dengan penduduk lokal
Pemboran sumur
Tingkat kesehatan
Mengelola sumber dampak adanya debu, emisi gas, bising dan atau mengolah air limbah
pengembangan
masyarakat
sebelum dibuang ke lingkungan
Sosialisasi/penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi karyawan dan
produksi gas (GPF)
masyarakat di sekitarnya
98
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Kegiatan demobilisasi
peralatan menggunakan alat
berat
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Keselamatan berlalulintas
Vegetasi
Satwa
kerja
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati -hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute pengangkutan yang menggunakan truk
berukuran besar/trailer.
Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian
dipadatkan serta
diberi lapis penutup latasir
Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan
Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga
kerja
99
PT PERTAMINA EP -PPGM
6.2.
Besaran dan tingkat kepentingan dampak kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian
Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah sebagai berikut.
100
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.4. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Kepentingan Dampak Bagian Hilir
Tahap
Kegiatan
PRA
KONSTRUKSI
Sumber Dampak
Besaran
Dampak
(+/)
Tingkat Kepentingan
Dampak
Jumlah P
% Bobot
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
SOSIAL
Perubahan pola kepemilikan
lahan
Gangguan proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
66,67
PK
1.
2.
1.
2.
2
2
2
2
4
3
4
3
66,67
50,00
66,67
50,00
PK
PK
PK
PK
66,67
PK
66,67
PK
66,67
PK
66,67
PK
66,67
PK
66,67
PK
50,00
PK
50,00
PK
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
Penurunan kualitas udara ambien
Peningkatan kebisingan
Penurunan kualitas air
permukaan
101
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sumber Dampak
Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus di Padang dan Uso
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
tenaga kerja
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus di Padang dan Uso
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
tenaga kerja
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman dan Pembukaan dan pematangan lahan
kerapatan vegetasi
Gangguan satwa
Pembukaan dan pematangan lahan
Penurunan keanekaragaman dan 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
kelimpahan biota air laut
Khusus di Padang
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus di Uso
SOSIAL
Peningkatan pendapatan
1. Pembukaan dan pematangan lahan
masyarakat
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus
Penurunan pendapatan
Penglepasan tenaga kerja
masyarakat
Terbukanya kesempatan
1. Pembukaan dan pematangan lahan
berusaha
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus
Gangguan proses sosial
Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus
Sikap dan persepsi negatif
1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
masyarakat
Khusus
2. Penglepasan tenaga kerja
Besaran
Dampak
(+/)
2
Tingkat Kepentingan
Dampak
Jumlah P
% Bobot
4
66,67
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
PK
66,67
PK
50,00
PK
100,00
PK
50,00
PK
2
1
3
3
50,00
50,00
PK
PK
50,00
PK
+1
+2
1
4
16,67
66,67
TPK
PK
33,33
TPK
+1
+2
2
5
33,33
83,33
TPK
PK
66,67
PK
66,67
PK
33,33
TPK
102
PT PERTAMINA EP -PPGM
Besaran
Dampak
(+/)
Tingkat Kepentingan
Dampak
Jumlah P
% Bobot
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan
OPERASI
Sumber Dampak
GEO-FISIK-KIMIA
Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
Penurunan kualitas air laut
Transportasi laut (gangguan
keselamatan pelayaran)
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman dan
kelimpahan biota air laut
SOSIAL
Kependudukan: peningkatan
kepadatan penduduk
Peningkatan kesempatan
berusaha
Peningkatan pendapatan
masyarakat
Gangguan proses sosial
50,00
PK
50,00
PK
50,00
PK
21
50,00
PK
50,00
PK
50,00
PK
66,67
PK
16,67
TPK
+2
83,33
PK
+2
83,33
PK
2
2
4
3
66,67
50,00
PK
PK
66,67
PK
103
PT PERTAMINA EP -PPGM
PASCA
OPERASI
Sumber Dampak
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
fasilitas pendukungnya
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
fasilitas pendukungnya
Besaran
Dampak
(+/)
2
2
Tingkat Kepentingan
Dampak
Jumlah P
% Bobot
4
66,67
4
66,67
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
PK
PK
66,67
PK
+12
+12
+1
2
2
2
33,33
33,33
33,33
TPK
TPK
TPK
+2
2
2
3
33,33
50,00
TPK
PK
83,33
PK
Revegetasi
+1
50,00
PK
Revegetasi
+2
66,67
PK
1
1
1
2
16,67
33,33
TPK
TPK
1
2
1
3
16,67
50,00
TPK
PK
50,00
PK
104
PT PERTAMINA EP -PPGM
Keputusan/
Kesimpulan
Hasil Evaluasi
SOSIAL
Perubahan pola kepemilikan
lahan
Gangguan proses sosial
KONSTRUKSI
Sumber Dampak
PK
1.
2.
1.
2.
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PKPK
PK
PK
Khusus
Khusus
Khusus
Khusus
PK
PK
PK
PK
PK
PK
105
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sumber Dampak
Keputusan/
Kesimpulan Hasil
Evaluasi
GEO-FISIK-KIMIA
Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
OPERASI
PASCA
OPERASI
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan tingkat kesehatan
masyarakat
GEO-FISIK-KIMIA
Gangguan keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman
dan kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman
dan kelimpahan satwa
SOSIAL
Sikap dan persepsi negatif
masyarakat
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
Revegetasi
PK
Revegetasi
PK
PK
PK
106
PT PERTAMINA EP -PPGM
107
PT PERTAMINA EP -PPGM
108
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.6. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM di Bagian Hilir
Tahap
Kegiatan
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Pola kepemilikan lahan
Proses sosial
Sikap dan persepsi
masyarakat
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air laut
109
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab
Arahan Pengelolaan Lingkungan
yang Terkena Dampak
Dampak
KONSTRUKSI Mobilisasi dan demobilisasi
Keselamatan berlalulintas
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
peralatan, material
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
Konstruksi kompleks kilang LNG,
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
dan Pelabuhan Khusus dan
perkotaan (Kintom, Batui).
fasilitas pendukungnya
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas
kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam
Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan
proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah
Besar huruf pada rambu dapat terbaca jelas pada jarak 25 meter.
Memberi perlindungan kepada pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic cone
atau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali)
Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan
Konstruksi kompleks kilang LNG, Kelancaran lalulintas
Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama jalan tersebut belum dipindahkan
Pelabuhan Khusus dan fasilitas
Membuat jalur baru terlebih dahulu yang setara dengan kualifikasi jalan lama
pendukungnyaKonstruksi
kompleks kilang LNG dan
dermaga
Mobilisasi dan demobilisasi
Kerusakan jalan dan
Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan
peralatan, material
jembatan
cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi
Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui
Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai
Pembukaan dan pematangan
Vegetasi
Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi
lahan
Satwa
Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi
Mempertahankan habitat satwa darat diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahan
terbatas pada lokasi yang digunakan untuk kompleks kilang LNG.
Konstruksi kompleks kilang LNG, Biota air laut
Pelabuhan Khusus dan fasilitas
Analisis seksama atas semua buangan air uji hidrostatik untuk memastikan bahwaMengaktifkan
pendukungnyaKonstruksi
effluent treatment unit atau waste water management agar tidak akan menimbulkan dampak
kompleks kilang LNG dan
terhadap lingkungan
dermaga
Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan
Tahap
Kegiatan
110
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Kesempatan berusaha
Pendapatan masyarakat
Proses sosial
Sanitasi lingkungan
111
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Operasional kilang LNG,
Pelabuhan Khusus dan fasilitas
pendukungnya
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air laut
Keselamatan pelayaran
Kelancaran lalulintas
Biota air laut
Kesempatan berusaha
Pendapatan masyarakat
112
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab
Arahan Pengelolaan Lingkungan
yang Terkena Dampak
Dampak
Penerimaan tenaga kerja
Proses sosial
a. Penerimaan tenaga kerja:
Operasional kilang LNG,
Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di
Pelabuhan Khusus dan fasilitas
sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yang
pendukungnya
dibutuhkan dan proses seleksinya.
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai
kebutuhan
Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan
Proses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum
(misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmen
ketenagakerjaan berskala regional/nasional.
b. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnnya
Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakat
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan
kegiatan sosial atau keagamaan lain
Operasional kilang LNG,
Pelapisan sosial
Berbagai fasilitas untuk karyawan (pendidikan, kesehatan, olah raga, ibadah) hendaknya juga
Pelabuhan Khusus dan fasilitas
dapat dimanfaatkan oleh penduduk di sekitarnya
pendukungnya
Memfasilitasi berbagai kegiatan bersama: temu warga, perayaan hari besar nasional/agama,
bakti sosial, dan kegiatan sosial/keagamaan lainnya
Kegiatan penerimaan tenaga Sikap dan persepsi
Penerimaan tenaga kerja
kerja
masyarakat
Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan, meliputi jumlah tenaga kerja dan
Kegiatan operasional Kilang
kualifikasi yang dibutuhkan serta proses seleksinya
LNG, Pelabuhan Khusus dan
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai
fasilitas pendukungnya
kebutuhan
Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan
Proses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum, dan
untuk yang skill melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional/nasional
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan
Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat
Kegiatan operasional Kilang LNG, Tingkat kesehatan
Mengelola sumber dampak adanya debu, emisi gas, bising, dan atau mengolah air limbah
Pelabuhan Khusus dan fasilitas
masyarakat
sebelum dibuang ke lingkungan
pendukungnya
Sosialisasi/penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi karyawan dan
masyarakat di sekitarnya.
113
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Pembongkaran dan demobilisasi
peralatan
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Keselamatan berlalulintas
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
perkotaan (Kintom, Batui).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas
kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam
Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan
proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah
Besar huruf pada rambu dapat terbaca jelas pada jarak 25 meter.
Memberi perlindungan kepada pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic cone
atau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali)
Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan
Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan
cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi
Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui
Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai
Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga
kerja
Pembersihan bekas bongkaran
Perataan kembali lubang-lubang pada lahan bekas bangunan
114
PT PERTAMINA EP -PPGM
6.3.
kualitas air permukaan dan air laut, tranportasi darat dan transportasi laut.
2. Komponen biologi: vegetasi, satwa, biota air laut.
3. Komponen sosial: perubahan pola kepemilikan lahan, munculnya pelapisan sosial,
gangguan proses sosial, sikap dan persepsi negatif masyarakat.
4. Komponen kesehatan masyarakat: penurunan sanitasi lingkungan dan tingkat
kesehatan masyarakat.
115
PT PERTAMINA EP -PPGM
Namun beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada
dasarnya dapat dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang
diusulkan. Dengan adanya pengelolaan lingkungan diharapkan dampak negatif tersebut
dapat diminimalisasi, ditanggulangi dan bahkan dicegah. Untuk dampak positif semaksimal
mungkin
dapat
dikembangkan
lagi,
sehingga
dengan
demikian
kegiatan
Proyek
Kebisingan
Kualitas air laut
Vegetasi
(1)
(1)
(1)
(1)
5.
6.
Satwa liar
Biota air laut
(2)
(2)
(3)
(1)
7.
8.
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
(+1)
(+1)
(+1)
(+1)
(+1)
(+1)
9. Proses sosial
10. Sikap dan persepsi masyarakat
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(2)
(3)
116
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.8. Ringkasan Kajian Kelayakan Alternatif Jalur Pipa Penyalur Gas
No.
Kajian Kelayakan/
Kendala
1.
Kendala lingkungan
2.
Kendala ekonomi
rendah
tinggi
sangat tinggi
3.
Kendala teknis
rendah
tinggi
sedang
4.
Kendala peraturan
tinggi
tinggi
tidak ada
5.
Kondisi eksisting
jalan provinsi
jalan provinsi
pantai/laut
SM
Bakiriang
oleh
Departemen
Kehutanan
yang
memungkinkan
untuk
117
PT PERTAMINA EP -PPGM
Parameter Lingkungan
Terkena Dampak
1.
Kualitas udara
2.
Kebisingan
(2)
(2)
3.
(2)
(2)
4.
Transportasi laut
(2)
(2)
5.
Vegetasi
(3)
(3)
6.
Satwa liar
(2)
(2)
7.
(1)
(1)
8.
Kesempatan berusaha
(+2)
(+2)
9.
Pendapatan masyarakat
(+2)
(+2)
10.
Proses sosial
(2)
(2)
11.
Pelapisan social
(2)
(2)
12.
(2)
(2)
13.
Sanitasi lingkungan
(2)
(2)
14
(2)
(2)
Penetapan calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di kedua lokasi mempunyai
kelayakan lingkungan yang relatif sama. Selain itu ditinjau dari aspek ekonomi dan
teknologi juga mempunyai kelayakan yang sama sehingga penetapan calon lokasi kilang
LNG pada akhirnya lebih didasarkan pada aspek kestrategisan dan aksesibilitas calon lokasi
yang dikaitkan dengan berbagai kemudahan dalam proses konstruksi maupun operasional
kilang LNG dan Pelabuhan Khusus.
118
PT PERTAMINA EP -PPGM
Bab-
RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
7.1.
PENDAHULUAN
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ini merupakan salah satu upaya untuk menangani dan
mengelola lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten
Banggai, Sulawesi Tengah.
RKL ini merupakan dokumen yang penting, tidak hanya bagi Pemrakarsa tetapi juga bagi sektor
lain, yaitu Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat. RKL ini diharapkan dapat menunjang
keberhasilan pembangunan di bidang pertambangan dan energi dan pembangunan daerah
yang berwawasan lingkungan. Secara luas, kegiatan pengelolaan lingkungan ini juga dapat
mendorong sektor-sektor lain untuk berpartisipasi di dalam mewujudkan pembangunan
berwawasan lingkungan.
Dengan adanya konsep bisnis Hulu dan Hilir, maka tanggungjawab pelaksanaan kegiatan
pengelolaan lingkungan hasil kajian ANDAL juga dipisahkan mengacu kepada konsep yang
dijelaskan didalam dokumen ANDAL. Pengelolaan lingkungan di bagian hulu menjadi tanggung
jawab sepenuhnya PT Pertamina EP dan pengelolaan lingkungan di bagian hilir menjadi
tanggung jawab PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).
119
PT PERTAMINA EP -PPGM
7.2.
a. Memperkecil dan mengelola dampak negatif yang muncul terhadap lingkungan akibat
kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi
Tengah
b. Meningkatkan dampak positif yang muncul akibat kegiatan Proyek Pengembangan Gas
Matindok sehingga manfaatnya semakin besar
c.
7.3.
a. Pemrakarsa
1. Menjaga agar pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai dengan rencana
2. Mengoptimalkan biaya pembangunan dan pengelolaan operasi proyek
3. Menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana proyek
4. Mengkoordinasikan kegiatan, pengelolaan dan penanggulangan dampak lingkungan
b. Pemerintah/instansi terkait
1. Menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam
2. Mencegah keresahan sosial masyarakat
3. Menjamin ketertiban dan keamanan
4. Menjaga terpeliharanya kehidupan sosial ekonomi budaya dalam masyarakat
5. Masukan bagi instansi berwenang dalam menyusun suatu rencana pengelolaan
lingkungan kawasan, baik secara regional maupun nasional
6. Mengetahui kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi
7. Efisiensi penggunaan dana pengelolaan lingkungan
8. Mengoptimalkan pendayagunaan hasil pembangunan proyek beserta sarananya bagi
kepentingan sosial ekonomi budaya dan masyarakat
c. Masyarakat
1. Terhindar dari dampak negatif yang dapat muncul dari rencana Proyek Pengembangan
Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah
2. Memanfaatkan dampak positif yang dapat muncul dari rencana Proyek Pengembangan
Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah
7.4.
a. Bagian Hulu
Rencana pengelolaan lingkungan bagian hulu disajikan pada Tabel 7.1
b. Bagian Hilir
Rencana pengelolaan lingkungan bagian hilir disajikan pada Tabel 7.2.
Peta Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 7.1 7.4.
120
PT PERTAMINA EP -PPGM
121
PT PERTAMINA EP -PPGM
122
PT PERTAMINA EP -PPGM
123
PT PERTAMINA EP -PPGM
124
PT PERTAMINA EP -PPGM
125
PT PERTAMINA EP -PPGM
126
PT PERTAMINA EP -PPGM
127
PT PERTAMINA EP -PPGM
128
PT PERTAMINA EP -PPGM
129
PT PERTAMINA EP -PPGM
130
PT PERTAMINA EP -PPGM
131
PT PERTAMINA EP -PPGM
132
PT PERTAMINA EP -PPGM
133
PT PERTAMINA EP -PPGM
134
PT PERTAMINA EP -PPGM
135
PT PERTAMINA EP -PPGM
136
PT PERTAMINA EP -PPGM
137
PT PERTAMINA EP -PPGM
138
PT PERTAMINA EP -PPGM
139
PT PERTAMINA EP -PPGM
140
PT PERTAMINA EP -PPGM
141
PT PERTAMINA EP -PPGM
142
PT PERTAMINA EP -PPGM
143
PT PERTAMINA EP -PPGM
144
PT PERTAMINA EP -PPGM
145
PT PERTAMINA EP -PPGM
146
PT PERTAMINA EP -PPGM
147
PT PERTAMINA EP -PPGM
148
PT PERTAMINA EP -PPGM
149
PT PERTAMINA EP -PPGM
150
PT PERTAMINA EP -PPGM
151
PT PERTAMINA EP -PPGM
152
PT PERTAMINA EP -PPGM
153
PT PERTAMINA EP -PPGM
154
PT PERTAMINA EP -PPGM
155
PT PERTAMINA EP -PPGM
156
PT PERTAMINA EP -PPGM
157
PT PERTAMINA EP -PPGM
158
PT PERTAMINA EP -PPGM
Bab-
RENCANA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
8.1.
PENDAHULUAN
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini merupakan salah satu upaya untuk memantau
pelaksanaan dan hasil pengelolaan lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas
Matindok, di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. Proyek Pengembangan Gas
Matindok akan mempengaruhi kualitas lingkungan yang ada dengan cakupan wilayah yang
cukup luas, sehingga dalam pelaksanaannya perlu diikutsertakan rencana pengelolaan
lingkungan, mulai dari kegiatan pada tahap prakonstruksi sampai pasca operasi. Berhasil
tidaknya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dapat diketahui melalui pemantauan lingkungan
yang termuat dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Di satu sisi,
adanya rencana pemantauan lingkungan akan dapat menunjang keberhasilan pembangunan,
khususnya di sektor pertambangan migas dan pembangunan daerah. Dalam skala yang lebih
luas kegiatan pemantauan lingkungan ini akan mendorong sektor-sektor lainnya untuk ikut
berpartisipasi dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Bagi kepentingan PT. PERTAMINA EP - PPGM, RPL mempunyai fungsi untuk :
1. menjaga pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai rencana/jadwal;
2. mengoptimalkan biaya pembangunan dan pemantauan operasi PT. Pertamina EP Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi
Tengah (PPGM);
3. mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya lainnya;
4. menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana
kegiatan PT. Pertamina EP - PPGM;
5. mengkoordinasikan kegiatan pemantauan lingkungan.
159
PT PERTAMINA EP -PPGM
Bila ditinjau dari kepentingan pihak lain, maka RPL berfungsi untuk:
1. menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam;
2. mencegah
timbulnya
keresahan
masyarakat
di
wilayah
sekitar
Proyek
160
PT PERTAMINA EP -PPGM
8.3.
Pemantauan lingkungan sangat berguna bukan hanya bagi Pemrakarsa, tetapi juga bagi
pemerintah dan masyarakat.
a. Bagi Pemrakarsa
1. sebagai alat kontrol apakah pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan mencapai
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, RPL digunakan untuk
menguji efektivitas dari teknologi yang telah digunakan dalam pengelolaan lingkungan;
2. sebagai peringatan sedini mungkin mengenai perubahan lingkungan yang tidak
dikehendaki akibat dari kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten
Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, sehingga pencegahan dan penanggulangan dapat
diperbaiki atau disempurnakan secara cepat, tepat, dan berkelanjutan.
b. Bagi pemerintah atau instansi terkait
Sebagai materi untuk mengadakan koordinasi dalam pelaksanaan pemantauan kualitas
lingkungan.
c.
Bagi masyarakat
Membantu dalam pemantauan kualitas lingkungan secara umum.
8.4.
a. Bagian Hulu
Rencana pemantauan lingkungan bagian hulu disajikan pada Tabel 8.1
b. Bagian Hilir
Rencana pemantauan lingkungan bagian hilir disajikan pada Tabel 8.2
Peta Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 8.1 8.4.
161