BAHAYA GEMPABUMI
Dr. Daryono, S.Si., M.Si. dan Bambang Setio Prayitno, S.Si., M.Si.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
E-mail: daryono@gmail.com, bambang_sp05@yahoo.com
ABSTRAK
MIKROTREMOR merupakan vibrasi lemah di permukaan bumi yang berlangsung
terus menerus akibat adanya sumber getar seperti aktivitas manusia, industri dan lalulintas.
Sumber-sumber lain yang bersifat alami seperti interaksi angin-bangunan, arus laut, dan
gelombang laut periode panjang juga merupakan sumber mikrotremor. Tujuan dari analisis
data mikrotremor adalah untuk mengetahui karaktristik dinamis lapisan tanah permukaan,
seperti frekuensi resonansi (fo) dan faktor amplifikasi (A). Pengukuran mikrotremor dapat
dilakukan dengan menggunakan 1 buah seismometer short period tipe TDS-303 (3
komponen) dengan frekuensi sampling 100 Hz. Data mikrotremor dianalisis menggunakan
Metoda Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) atau Metoda Nakamura. Untuk
mengolah data mikrotremor dapat digunakan perangkat lunak GEOPSY. Data mikrotremor
sangat bermanfaat untuk: (1) menprediksi ketebalan lapisan sedimen secara kualitatif, (2)
menyusun peta periode dominan, (3) menyusun peta faktor amplifikasi, dan (4) menyusun
peta indeks kerentanan seismik. Indeks kerentanan seismik merupakan parameter penting
untuk mengestimasi kawasan yang berpotensi terjadi kerusakan saat terjadi gempabumi.
Pemetaan indeks kerentanan seismik menggunakan survey mikrotremor sangat ekonomis
namun sangat efektif untuk mitigasi bencana gempabumi.
Kata kunci: mikrotremor, HVSR, frekuensi resonansi, faktor amplifikasi, indeks
kerentanan seismik
1. PENDAHULUAN
Tingkat kerusakan akibat gempabumi tidak hanya tergantung kepada besarnya
magnitudo dan jaraknya dari pusat gempabumi. Pada beberapa kasus kejadian gempabumi
merusak di dunia, ternyata kondisi geologi lokal sangat berperanan dalam menciptakan
kerusakan bangunan rumah saat terjadi gempabumi. Fenomena semacam ini dikenal
sebagai local site effects (Sun et al., 2005; Mirzaoglu & Dykmen, 2003; Nguyen et al.,
2004). Untuk menggambarkan adanya respon lapisan tanah permukaan terhadap
gelombang gempabumi yang mengenainya, Singh (2003) mengamati beberapa rekaman
accelerogram yang dicatat pada beberapa kondisi geologi yang berbeda, ternyata pola
accelerogram berubah mengikuti variasi kondisi geologi (Gambar 1).
Accelerogram yang dicatat di daerah bekas rawa (warna putih) memiliki pola
amplitudo lebih tinggi dengan durasi getaran yang lebih panjang, sementara seismogram di
daerah perbukitan yang banyak ditemukan singkapan permukaan (warna hitam)
amplitudonya lebih rendah dengan durasi getaran yang pendek. Perbedaan respon getaran
pada kondisi geologi yang berbeda ini merupakan bukti bahwa kondisi geologi ternyata
memiliki respon yang berbeda-beda terhadap gelombang seismik. Kondisi ini tentunya
akan berpengaruh terhadap respon getaran antara lokasi satu dengan lokasi lainnya (Singh
et al., 2003). Berdasarkan fakta empiris ini, kita dapat mengetahui bahwa antara satu
tempat dengan tempat yang lain memiliki karakteristik dinamik tanah yang berbeda-beda.
Adanya variasi karakteristik dinamik pada lapisan tanah permukaan dapat diidentifikasi
melakukan survey dan analisis data mikrotremor (Nakamura, 1989).
Gambar 1. Beberapa pola seismogram yang direkam pada kondisi geologi yang berbeda di
Mexico saat Gempabumi Capola 1995 (Singh et al., 2003)
Mikrotremor adalah vibrasi tanah yang disebabkan oleh aktivitas lalulintas,
industri, dan aktivitas manusia lain di permukaan Bumi. Sumber-sumber vibrasi tanah
yang disebabkan oleh faktor alam dapat berupa interaksi angin dan struktur bangunan, arus
dan gelombang laut periode panjang juga mempengaruhi vibrasi mikrotremor (Motamed et
al., 2007; Petermans et al., 2006). Contoh tampilan data mikrotremor dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Tampilan mikrotremor pada perangkat lunak (Mirzaoglu & Dykmen, 2003)
Panou et al. (2004) mengkaji hubungan antara spektrum HVSR dengan data kerusakan
gempabumi, hasilnya menunjukkan adanya korelasi antara data kerusakan dengan pola
spektrum HVSR tertentu. Nilai intensitas kerusakan yang tinggi terjadi pada zona
frekuensi resonansi rendah dengan faktor amplifikasi yang tinggi, sebaliknya tingkat
kerusakan rendah terjadi pada zona frekuensi resonansi yang tinggi dengan faktor
amplifikasi rendah.
Penelitian Qaryouti & Tarazi (2007) menunjukkan bahwa faktor amplifikasi
spektrum HVSR meningkat pada formasi ketebalan sedimen yang lebih tebal dan halus.
Hasil penelitian HVSR yang dilakukan Singh et al. (2003) di kawasan bekas rawa Mexico
juga menginformasikan hal yang serupa, dimana faktor amplifikasi meningkat pada daerah
yang tersusun oleh lapisan sedimen halus bekas rawa. Mucciarelli et al. (1996)
menyatakan bahwa Metode HVSR mampu memprediksi persebaran kerusakan gempabumi
masa lampau dan masa yang akan datang.
2. HORIZONTAL TO VERTICAL SPECTRUM RATIO (HVSR)
Nakamura (1989) menyatakan bahwa efek sumber dapat dihilangkan dari data
mikrotremor dengan membandingkan spektrum horisontal terhadap spektrum vertikal dari
data rekaman mikrotremor pada satu stasiun pengukuran seismometer tiga komponen.
Nakamura (1989) mengasumsikan bahwa hanya data mikrotremor horisontal saja yang
terpengaruh oleh tanah, sementara karakteristik spektrum sumber tetap terdapat di
komponen vertikal.
Site effect (TSITE) pada lapisan sedimen permukaan, biasanya digambarkan dengan
cara membandingkan spektrum (TH) antara komponen horisontal rekaman seismogram
pada dataran aluvial (SHS) dengan komponen horisontal rekaman seismogram pada
singkapan batuan keras (SHB).
SHS
TH = -------SHB
(1)
Beberapa asumsi yang digunakan dalam Metode Nakamura disajikan pada Gambar
3 sebagai berikut.
Gambar 3. Model cekungan yang berisi material sedimen halus (Slob, 2007)
1. Data Mikrotremor tersusun atas beberapa jenis gelombang, tetapi utamanya adalah
gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan sedimen di atas batuan dasar.
2. Efek gelombang Rayleigh (TV) pada noise terdapat pada spektrum komponen vertikal di
dataran aluvial (SVS), tetapi tidak terdapat pada spektrum komponen vertikal di batuan
dasar (SVB).
SVS
TV = -------(2)
SVB
3. Komponen vertikal mikrotremor tidak teramplifikasi oleh lapisan sedimen di dataran
aluvial.
4. Efek gelombang Rayleigh pada rekaman mikrotremor adalah ekivalen untuk komponen
vertikal dan horisontal. Untuk rentang frekuensi lebar (0,2-20,0 Hz), rasio spekrum
antara komponen horisontal dan vertikal di batuan dasar mendekati nilai satu.
SVB
------- = 1
SHB
(3)
5. Pada kondisi tersebut (Rumus 1.3), rasio spektrum antara komponen horisontal dan
vertikal dari mikrotremor yang terrekam di permukaan
memungkinkan efek
Gelombang Rayleigh (ERW) untuk dieliminasi, menyisakan hanya efek yang
disebabkan oleh kondisi geologi lokal. Inilah konsep dasar Metode Horizontal to
Vertical Spectrum Ratio atau yang populer disebut sebagai Metode HVSR:
TH
SHS SVB
TSITE = ------- = --------------TV
SHB SVS
maka site effect yang terjadi adalah:
SHS
TSITE = ------SVS
(4)
SHS
=
SVS
(5)
SVertikal
3. SURVEI MIKROTREMOR
Survei data primer berupa pengukuran mikrotremor secara langsung di lapangan,
sebanyak lokasi yang diinginkan. Setiap lokasi dilakukan pengukuran mikrotremor
minimal selama 30 menit dengan frekuensi sampling 100 Hz. Contoh peralatan dan
pengambilan data mikrotremor di lapangan disajikan pada Gambar 4 s/d Gambar 7. Survei
mikrotremor yang dilakukan mengacu kepada aturan-aturan yang ditetapkan oleh
SESAME European Research Project (2004) (Tabel 1).
Digitizer
Laptop akuisisi
Solar cell panel
Antena GPS
Kabel data
Sensor seismograf
Durasi pencatatan
Parameter
pencatatan
Keberadaan
bangunan/pohon
Kondisi cuaca
Gangguan
JAM
LOKASI
OPERATOR
TIPE GPS #
LINTANG
BUJUR
KETINGGIAN
TIPE STASIUN
TIPE SENSOR
STASIUN #
SENSOR #
DISK #
NAMA FILE
POINT #
PERBESARAN (GAIN)
KONDISI
CUACA
FREQ SAMPLE
Hz
DURASI REKAM
Menit
Detik
ANGIN
Tak ada
Lemah (5m/s)
Sedang
Kuat
HUJAN
Tak ada
Lemah
Sedang
Kuat
Suhu ( ) ___________
Tanah
TIPE
PERMUKAAN
Keterangan __________________________________________________________
Keras
Lunak
Semen
Aspal
Tanah Basah
Kerikil
Pasir
Beton
Paving
Tanah Kering
Semak =
Pendek
Tinggi
Lainnya
Keterangan _______________________________________________
Tidak
KERAPATAN BANGUNAN
Batu
Tersebar
Rapat
Sangat Padat
Banyak
Sedikit
Tidak ada
Jarak
BANGUNAN TERDEKAT
(deskripsi, tinggi, jarak)
Mobil
Truk
Langkah
Lainnya
__________
OBSERVASI
FREKUENSI
Hz
(Perhitungan Lapangan)
2. Menampilkan data mentah (raw data) mikrotremor dalam software DATAPRO. Hasil
pengukuran mikrotremor berupa data getaran tanah fungsi waktu. Data ini tercatat
dalam 3 komponen, yaitu komponen vertikal, horizontal (utara-selatan), dan horizontal
(barat-timur).
10
4. Ketiga file data (untuk masing-masing komponen) dari DATAPRO dibuka untuk
selanjutnya di sesuaikan dengan format kanal 3 komponen pada GEOPSY.
11
5. Ketiga file data (untuk masing-masing komponen) diubah ke dalam format Sesame
ASCII Format (SAF) dengan terlebih dahulu menyesuaikan dengan format kanal 3
komponen pada GEOPSY.
12
7. Tampilkan data mikrotremor pada pada perangkat lunak GEOPSY. Bandingkan apakah
wave form pada pada perangkat lunak GEOPSY sama dengan yang ditampilkan raw
data pada perangkat lunak DATAPRO (perangkat lunak TDS) di depan. Jika kedua
wave form sama maka proses dalam mengubah format data ke dalam format SAF telah
berhasil.
8. Untuk menjalankan analisis HVSR dapat klik H/V, selanjutnya klik Stable window
13
9. Saat pengolahan dalam GEOPSY, data dibagi dalam beberapa window. Untuk data yang
cukup besar dapat dilakukan pemilahan window secara otomatis, yaitu pemilahan
antara sinyal tremor atau event transient. Fungsi pemilahan ini untuk menghindari
pengolahan transient dalam analisis. Selanjutnya klik Start untuk hasil HVSR.
14
11. Hasil analisis HVSR menggunakan perangkat lunak GEOPSY menghasilkan satu buah
spektrum HVSR yang didalamnya terdapat parameter frekuensi resonansi (fo), faktor
amplifikasi (A), dan indeks kerentanan seismik (Kg) di lokasi pengukuran.
Faktor amplifikasi (A)= 2,42
15
Arai dan Tokimatsu (1998), dan Nguyen et al. (2004) yang menggunakan metode HVSR
mampu memetakan ketebalan material sedimen secara kualitatif.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka ada beberapa kesimpulan terkait dengan
data mikrotremor.
a. Karakteristik spektrum mikrotremor berubah mengikuti karakteristik kondisi
geologis/geomorfologis.
b. Data persebaran frekuensi resonansi hasil pengukuran mikrotremor dapat
menggambarkan profil kedalaman batuan dasar graben/cekungan secara kualitatif.
c. Hasil analisis data mikrotremor bermanfaat untuk menyusun peta frekuensi
resonansi, peta faktor amplifikasi, dan peta indeks kerentanan seismik.
d. Persebaran spasial indeks kerentanan seismik berdasarkan mikrotremor bermanfaat
untuk memprediksi zona lemah yaitu kawasan yang berpotensi mengalami
kerusakan rumah, likuefaksi, dan rekahan tanah akibat gempabumi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ai-Lan C., Takahiro, I., Yoshiya, O., Xiu-Run, and G. 2006. Study on the applicability of
frequency spectrum of microtremor of surface ground in Asia area. Journal of
Zhe Jiang University.
Arai, H. and Tokimatsu, K. 2008. Three-dimensional Vs profiling using microtremor in
Kushiro, Japan. Earthquake Engineering and Structural Dynamics, 37:845-859.
Asten, MW, and Dhu, T. 2004. Site response in the Botany area, Sydney, using
microtremor array methods and equivalent linear site response modeling.
Australian Earthquake Engineering in the New Millennium, Proceedings of a
Conference of the Australian Earthquake Engineering Society. Mt Gambier South
Australia, Paper 33.
Bard , P.Y.,1999, Microtremor measurement: a tool for site estimates?. States of the art
paper, second International Symposium on the Effect of Surface Geology on
Seismic Motion, Yokohama, December 1-3, 1998, pp. 1252-1279.
Cara F., Cultrera, G., Azzara, M., Rubeis, V.D., Giudio, G.D., Giammarinaro, M.S., Tosi,
P., Vallone, P. and Rovelli,A., 2006, Microtremor Measurement in the City of
Palermo, Italy: Analysis of the Correlation with Local Geology and Damage,
BSSA, Instituto di Geofisica Volcanologia, Via di Vigna Murata, Rome, Italy.
Daryono, Sutikno, Junun S., Dulbahri (a), 2009, Local Site Effect of Bantul Graben Based
on Microtremor Measurement for Seismic Hazard Assessment, 2nd International
Conference on Geoinformation Technology for Natural Disaster Management and
Rehabilitation, Bangkok, Thailand.
Daryono, Sutikno, Junun S., Dulbahri, K.S. Brotopuspito (b). 2009. Local site effect at
Bantul Graben based on Microtremor measurements. International Conference
Earth Science and Technology. Phonix Hotel, Yogyakarta.
Daryono, 2011, Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan Mikrotremor pada Setiap Satuan
Bentuklahan di Zona Graben Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Disertasi,
Program Pascasarjana Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fah, D., Kind, F., and Giardini, D. 2001. A teoritical investigation of average H/V ratio.
Geophysical Journal International, 145: 535-549.
17
Gurler, E.D., Nakamura, Y., Saita, J.,Sato, T. 2000. Local site effect of Mexico City based
on microtremor measurement. 6thInternational Conference on Seismic Zonation,
Palm Spring Riviera Resort, California, USA, pp.65.
Huang, H. and Tseng, Y. 2002. Characteristics of soil liquefaction using H/V of
microtremor in Yuan-Lin area, Taiwan. TAO, Vol. 13, No. 3, 325-338.
Ishihara, K., 1978, Introduction to Dynamic Soil Mechanism.
Jensen, V. H., 2000, Seismic Microzonation in Australia, Journal of Asian Earth Science.
Vol. 18.
Mirzaoglu, M. & Dykmen, U., 2003, Application of Microtremor to Seismic Microzoning
Procedure, Journal of The Balkan Geophysical Society, Vol. 6 No.3.
Molnar, S., Cassidy, J.F. and Dosso, S.E., 2004, Site Response Studies in Victoria, B.C.,
Analysis of M 6.8 Nisqually Earthquake Recording and SHAKE Modelling, Paper
No. 2121, 13th Proceeding of World Conference on Earthquake Engineering,
Vancouver, B.C., Canada.
Motamed, R., Ghalandarzadeh, A., Tawhata, I. and Tabatabei, S.H., 2007, Seismic
Microzonation and Damage Assessment of Bam City, Southern Iran, Journal of
Earthquake Engineering, 11:110-132.
Mucciarelli, M., Valensise, G., Gallipoli, M.R. and Caputo, R., 1999, Reappraisal of A
XVI Century Earthquake Combining Historical, Geological and Instrumental
Information, Proceedings of Workshop of E.S.C. Sub-Commision on Historical
Seismology, Macerata, Italy.
Mukhopadhyay, S., Pandey, Y., Dharmaraju, R., Chauhan, P.K.S., Singh, P. and Dev, A.,
2002, Seismic Microzonation of Delhi for Ground Shaking Site Effect, Journal
Current Science, Vol. 82 No. 7.
Nakamura, Y. 1989. A method for dynamic characteristic estimatimation of subsurface
using microtremor on the ground surface. Q.R. of R.T.I. 30-1, p. 25-33.
Nakamura, Y. 2000. Clear Identification of Fundamental Idea of Nakamuras Technique
and Its Application. World Conference of Earthquake Engineering.
Nakamura, Y., Sato, T., and Nishinaga, M. 2000. Local Site Effect of Kobe Based on
Microtremor Measurement. Proceeding of the Sixth International Conference on
Seismic Zonation EERI, Palm Springs California.Nakamura, Y. 2007.
Development of vulnerability assessment for ground and structures using
Microtremor. System and Data Research Co., Ltd.
Nakamura, Y. 2008. On The H/V Spectrum. The 14th World Conference on Earthquake
Engineering, Beijing, China.
Nguyen, F., Teerlynck, H., Van Rompaey, G., Van Camp, M., Jongmans, D. and
Camelbeeck, T., 2004, Use of microtremor measurement for assessing site effects
in Northern Belgium-interpretation of the observed intensity during the Ms5.0,
June 11, 1938 Earthquake. Journal of Seismology, 8(1) 41-56, 20.
Panou, A.A., Theodulidis, N., Hatzidimitriou, P.M., Papazachos, C.B. and Stylianidis, K.,
2004, Ambient Noise Horizontal-to-Vertical Spectral Ratio for Assessing Site
Effect in Urban Environtments: The Case of Thessaloniki City (Northern Greece),
Bulletin of Geological Society, Greece vol. XXXVI.
Petermans, T., Devleeschouwer, X., Pouriel, F. & Rosset, P., 2006, Mapping the local
seismic hazard in urban area of Brussel, Belgium. IAEG Paper number 424.
Qaryouti, M.Y. and Tarazi, E., 2007, Local Site Effect Estimated from Ambient Vibration
Measurement at Aqaba City, Jordan, Journal of Earthquake Engineering, 11:1-12.
Saita, J., Bautista, M.L.P. and Nakamura, Y., 2004, On Relationship Between The
Estimated Strong Motion Characteristic of Surface Layer and The Earthquake
18
Damage -Case Study at Intramuros, Metro Manila-, Paper No. 905, 13th World
Conference on Earthquake Engineering, Vancouver, B.C., Canada.
SESAME, 2004, Guidelines for the Implementation of the H/V Spectral Ratio Technique
on Ambient Vibrations Measurements, Processing and Interpretation, European
Commission Research General Directorate.
Singh, S.K., Ordaz, M. and Pacheco, J.F., 2003, Advances in Seismology with Impact on
Earthquake, International Handbook of Earthq. and Engineering Seismology,
Volume 81.
Slob, S., 2007, Micro Seismic Hazard Analysis, Earthquake Vulnerability and MultiHazard Risk Assessment: Geospatial Tools for Rehabilitation and Reconstruction
Efforts, ITC The Netherlands.
Sun, C.G., Kim, D.S and Chung, C.K., 2005, Geologic Site Condition and Site
Coefficients for Estimating Earthquake Ground Motion in The Inland Areas of
Korea. Engineering Geology, 81, 446-469.
Tuladhar, R. 2002. Seismic microzonation of greather Bangkok using microtremor. Thesis.
Asian Institute of Technology, School of Civil Engineering, Thailand.
Tuladhar, R., Cuong, N.N.H. and Yamasaki, F., 2004, Seismic Microzonation of Hanoi,
Vietnam Using Microtremor Observations, Paper No. 2539, 13th World
Conference on Earthquake Engineering, Vancouver, B.C., Canada.
Wenzel, H. and Achs, G. 2007. Seismic microzonation in Vienna Basin. 4th International
Conference of Geotechnical Enggineering, Pp No. 1718.
Yasui, Y. and Noguchi, T. 2004. Soil profile confirmation through microtremor
observation. Proceeding Third UJNR Workshop on Soil-Structure Interaction,
March 29-30, 2004, Menlo Park, California, USA.
19