Oleh:
Silvi Avianti Indriana
146090200111002
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Peningkatan populasi manusia dan kebutuhan manusia yang semakin banyak serta
perkembangan
teknologi
mengakibatkan
terjadinya
beberapa
masalah
pencemaran
lingkungan. Pada dasarnya lingkungan mampu mendaur ulang berbagai jenis limbah yang
dihasilkan oleh makhluk hidup akan tetapi jika konsentrasi limbah yang dihasilkan tidak
sebanding dengan laju proses daur ulang maka akan terjadi pencemaran. Pada negara-negara
dunia ketiga dan berkembang masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah yang
serius karena sistem pengendalian pencemaran dan pengolahan limbah yang tidak memadai.
Hal ini dikarenakan negara-negara tersebut masih fokus pada pertumbuhan perekonomian
guna peningkatan kesejateraan masyarakat. Namun hal tersebut tidak terjadi pada negaranegara maju yang perekonomiannya jauh lebih baik. Pada negara-negara maju seperti Jerman
telah memiliki sistem pengendalian pencemaran dan pengelolaan limbah yang baik.
Pada awalnya Jerman memiliki sistem pengendalian pencemaran yang tidak baik.
Banyak terjadi permasalahan lingkungan seperti permasalahan sampah. Pemerintahan Jerman
menyadari bahwa masalah-masalah lingkungan ini harus segera ditanggani sehingga mulai
tahun 1972 pemerintahan Jerman membuat peraturan mengenai pembuangan, pengelolaan
limbah, sistem daur ulang yang terus diperbaharui hingga saat ini. Selain dukungan dari
pemerintah yang baik, masyarakat Jerman memiliki kesadaran yang cukup tinggi dalam
mentaati peraturan-peraturan pemerintah, sehingga pada saat ini Jerman memiliki sistem
pengendalian pencemaran lingkungan yang baik.
1.2 Masalah
Peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat Jerman menyebabkan
peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan sehingga diperlukan sistem pengendalian dan
pengelolaan dengan regulasi dan sistem yang baik dalam mengontrol dan mengatasi
pencemaran lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awalnya hingga tahun 1970-an, pembuangan semua jenis limbah tidak terkendali
sehingga menyebabkan adanya 50.000 tempat pembuangan sampah yang terletak di pinggiran
kota besar di Jerman. Hal ini menyebabkan beberapa masalah lingkungan seperti kontaminasi
air tanah, air permukaan, sungai, dan laut, serta polusi udara akibat gas TPA dan emisi dari
pembakaran sampah serta fasilitas pengolahan limbah lainnya. Pada tahun 1972, Jerman
membuat (Schnurer, 2014):
a)
b)
c)
Undang-undang baterai
d)
e)
Dalam waktu yang cukup singkat Jerman mampu mengurangi jumlah tempat pembuangan
sampah.
Pada tahun 1980 terjadi peningkatan jumlah limbah, hal ini mendorong pemerintahan
Jerman untuk membuat peraturan tentang pembuangan limbah yang memiliki ijin dan hal
tersebut juga meningkatkan kesadaran masyarakat Jerman terhadap masalah lingkungan.
Langkah pemerintahan Jerman dalam mengurangi jumlah pembuangan limbah adalah dengan
mengeluarkan undang-undang baru (Anonimous1, 2014):
Pengumpulan dan recovery limbah rumah tangga di tingkat kota diatur oleh peraturanperaturan kota tentang penggunaan dan integrasi ke dalam sistem publik, serta biaya
pengumpulan sampah kota. Akhirnya pemerintahan Jerman menyadari bahwa sumber
pencemar utama pada tempat pembuangan akhir (TPA) adalah limbah organik yang
menimbulkan reaksi sehingga menghasilkan gas dan lindi yang dapat mencemari lingkungan.
Menurut Passau Hellersberg, sampah organik dapat dijadikan energi. Produksi kompos dan
biogas ini memulai diterapkan pada tahun 1996. Sekitar 40.000 ton sampah organik pertahun
selain menghasilkan pupuk kompos melalui fermentasi, gas yang dihasilkan dapat digunakan
untuk pasokan listrik bagi 2.000 - 3.000 rumah (Schnurer, 2014).
Pada tahun 2012 pemerintahan Jerman membuat peraturan baru tentang daur ulang
dan hukum pengolahan limbah. Undang-undang pengolahan limbah ini berisi batasan
pembuangan limbah, dan berisi ketentuan baru mengenai perbedaan antara sampah dan
produk sampingan yang tidak termasuk dalam ruang lingkup hukum. Produk sampingan
merupakan zat yang dihasilkan dari pembuatan bahan atau produk lain yang memiliki kriteria
sebagai berikut, dapat digunakan kembali Penggunaan Kembali zat harus memenuhi semua
hukum yang berlaku yaitu: persyaratan produk, lingkungan dan perlindungan kesehatan; zat
tidak menjadi bahaya bagi lingkungan dan kesehatan, tidak lebih dari batasan yang telah
ditentukan untuk industri, zat yang dihasilkan harus melekat pada produk. Langkah-langkah
yang berlaku dalam pengolahan limbah menurut undang-undang adalah pencegahan,
persiapan daur ulang, daur ulang, jenis lain perbaikan untuk perbaikan energi, dan
pembuangan (Anonimous1, 2014).
Pemerintahan Jerman menetapkan beberapa baku mutu yaitu:
Tabel 1. Baku mutu limbah cair (Reinhard, 2014)
Gambar 3. Sistem perijinan dan pengawasan limbah (pembuangan langsung / tidak langsung)
(Reinhard, 2014)
Gambar 4. Skema pembayaran denda untuk limbah cair industri (Reinhard, 2014)
barang-barang rumah tangga lainnya dibuang ke kota khusus yang menampung limbah besar
(Sperrmllanlage), setiap pembuangan limbah besar akan dikenakan biaya (Anonim, 2013).
Sistem pengelolaan sampah dan daur ulang terus membaik karena mendapat dukungan
dari pemerintah, selain itu karena tingginya tingkat kesadaran masyarakat Jerman dalam
menjaga kebersihan lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan 78% sampah kota dapat
didaur ulang, termasuk menjadi energi. Jika dirata-ratakan, 71 persen sampah di Jerman sudah
berhasil didaur ulang (Anonim, 2013).
dapat ditambah dengan udara yang mengandung oksidan kadar tinggi sehingga pembakaran
dapat berlangsung pada suhu sangat tinggi (Schmidt, 2012).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pemerintah Jerman memiliki peranan yang sangat penting dalam pengendalian
pencemaran lingkungan yaitu untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan
dasar tentang perlindungan lingkungan,
menetapkan standar mutu lingkungan, membuat peraturan untuk melindungi lingkungan dari
polusi, membuat kebijakan dasar tentang pengelolaan limbah, menyediakan fasilitas- fasilitas
serta infrastruktur pendukung.
Kesadaran masyarakat Jerman akan kebersihan lingkungan yang semakin meningkat
membuat Jerman berhasil mengelola limbah dengan baik. Pengelolaan limbah di Jerman
dilakukan sejak limbah berada di sumbernya, setiap sampah yang dihasilkan dipilah-pilah
sesuai dengan jenisnya dan kemudian diaur ulang sehingga daat digunakan kembali,
sedangkan limbah cair yang dihasilkan dari rumah tangga akan masuk ke saluran-saluran air
dan limbah dari industri diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan zat berbahaya dan
kemudian kedua limbah tersebut diolah secara bersamaan sebelum dibuang ke sumber air.
Sistem yang baik dan kesadaran masyarakat yang tinggi di Jerman mengakibatkan lingkungan
menjadi bersih dan sampah-sampah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali sekitar 45
persen dapat didaur ulang, 38 persen dibakar dan 17 persen dapat diubah menjadi kompos.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous1, 2014, Waste regulations, http://www.umweltbundesamt.de/en/topics/wasteresources/waste-management/waste-regulations diakses tanggal 31 november 2014.
Anonimous2,
2010,
General
information
Air
Pollution
Control,
W.,
Dpper,
M.,
2014,
Wastewater
Regulations
in
Germany,
2013,
Mengintip
Pengelolaan
Sampah
Di
Jerman,
http://www.ampl.or.id/digilib/read/83-mengintip-pengelolaan-sampah-di
jerman/48136, diakses tanggal 31 November 2014.
Lijeu, R., dan Hani, F. S., 2014, Perbandingan Sistem Pengindekskan Kualitas Udara,
http://airpollutionhomework2.weebly.com/sistem-indeks-kualitasudara/perbandingan-sistem-pengindeksan-kualitas-udara,
diakses
tanggal
Desember 2014.
Schmidt, F., 2012, Memusnahkan B3 dengan suhu tinggi, http://www.dw.de/memusnahkanb3-dengan-suhu-tinggi/a-16246537, diakses tanggal 1 Desember 2014
Schnurer, H. L., 2014, Regulations on Waste Management - The situation in Germany,
Retired Deputy Director General from the Federal Ministry for the Environment,
Nature Conservation and Nuclear Safety, Germany.