Komplikasi Tonsilitis Dan Adenoiditis Akut
Komplikasi Tonsilitis Dan Adenoiditis Akut
yang
pertama dan terus menerus terekspose oleh bermacam-macam bahan antigen yang ada di
udara dan makanan, akibatnya menjadi reservoir virus dan bakteria yang dapat
menimbulkan penyakit. Jaringan tonsil dan adenoid mengalami inflamasi kronik
terjadilah
tonsil dan adenoid hipertropi atau infeksi akut rekuren yang umumnya
dijumpai pada anak-anak. Tonsilitis akut rekuren juga dapat terjadi pada orang dewasa
tetapi dengan predisposisi yang berbeda. Perubahan patologis pada tonsil dan adenoid
karena infeksi mikrooranisme dapat menyebabkan penurunan keadaan umum, QOL dan
pertahanan sistem imun lokal dan sistemik. Dengan dasar efek klinis dan respons imun
maka tonsilektomi dan adenoidektomi sering dilakukan pada penderita TH dan TR. Telah
banyak laporan manfaat tonsilektomi dan adenoidektomi (T & A) pada anak-anak dengan
tonsilitis rekuren.1,2
Walaupun infeksi akut rekuren di faring (adenoid dan tonsil) sangat sering dijumpai
didunia kesehatan tetapi masih banyak masalah patofisiologi dari timbulnya penyakit di
tonsil dan adenoid serta efek penyakit terhadap tubuh yang belum dapat dijelaskan.
Organisme penyebab tonsilitis dan adenoiditis akut rekuren
Sudah banyak laporan tentang organisme penyebab infeksi, tetapi masih kontroversi
akan peran dari masing-masing mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme dari hasil
kultur swab tenggorok penderita tidak berarti bakteri tersebut patogenik. Seperti yang
Simposium Nasional & Demo Operasi Penatalaksanaan Alergi & Penyakit Laring
Faring
Solo, 27 28 Maret 2010
didemonstrasikan, bakteri yang diperoleh dari penderita tonsilitis akut, faringitis akut dan
kontrol asimtomatik menunjukkan hanya sedikit perbedaan yaitu terutama organisme
aerob seperti streptococci dan hemophillus
3,4
superficial tenggorok tonsilitis akut, dapat tidak sama dengan yang berasal dari dalam
tonsil (tonsil core) dan demikian juga antara anak-anak dengan orang dewasa.5
penelitian yang dilakukan oleh Ylikoski and Karjalainens6
Hasil
beta-hemolytic streptococci,
Cleveland, Reilly et al
3,4
Haemophilus
mendapatkan jenis
tetapi
umumnya dijumpai pada anak-anak. Tonsillar hypertrophy (TH) atau idiopathic dijumpai
pada anak-anak etiologi belum diketahui tetapi sering kali karena alergi. Tonsil dan
adenoid hipertropi merupakan faktor predisposisi timbulnya tonsilitis akut rekuren.
Tonsilitis akut rekuren disebabkan karena infeksi yang berulang-ulang. Tonsilitis rekuren
(TR) dan tonsillar hypertrophy (TH) menggambarkan dua bentuk karena patogenik yang
berbeda dengan strukture morfologi serta gambaran respons imun lokal dan sistemik juga
berbeda8. Tonsilar hipertropi ditandai dengan perubahan histologi pembesaran dari
lymphoid follicles dan menurunnya extrafollicular tissue, disertai adanya keadaan
hiperplastik dari sel folikel yang berada didalam germinal centers. Pada tonsilitis rekuren
terjadi penurunan jumlah folikel dan fibrosis di jaringan ekstraseluler 9,10. Tonsilitis
rekuren mengalami perubahan imun respons akibat proses inflamasi lebih berat dibanding
TH karena antigen lingkungan yang menstimulasi tanpa ada inflamasi.
Tonsil dan
adenoid hipertropi dapat menyebabkan obstruksi jalan napas terutama pada anak-anak.
Obstruksi nasofaring dapat mengakibatkan bernapas lewat mulut, menghambat respirasi
nasal, ngorok (snoring), sleep apnea, hyponasal speech, nafsu makan menurun, sinusitis,
11
otitis media efusi (OME).12 Efek klinis seperti nafsu makan menurun, kegagalan
peningkatkan berat badan sering dilaporkan oleh orang tua anak-anak yang menderita
tonsilitis akut rekuren13,14. Anak-anak dengan penyakit di tonsil dan adenoid
menunjukkan penurunan signifikan nilai Quality of life (QOL). Menurut penilaian dengan
metode The Child Health Questionnaire version PF28 (CHQ-PF28) dan The Tonsil and
Adenoid Health Status instrument (TAHSI)15 yang meliputi subsclases seperti general
health, physical functioning, behavior, bodily pain, dan peningkatan berat badan pada
beberapa subclases dibanding anak-anak normal menurun signifikan.
Mekanisme patogenik yang menyebabkan kegagalan kesuburan pertumbuhan
penderita tonsil dan adenoid hipertropi/rekuren ialah meliputi nafsu makan rendah (intake
calori rendah), kebutuhan enersi meningkat karena kesulitan bernapas waktu tidur malam,
hipoksi pada malam hari dan terganggunya produksi hormone pertumbuhan (growth
hormones). Sekresi insuline-like growth factor-1 (IGF-1) dan insuline-like growth factor
binding protein-3
sel
limfoid
teraktivasi
permanen
dan
intensive
episode
menerus mengalami stres oksidatif. Pertahanan terhadap radikal bebas yang dilakukan
oleh antioksidan yaitu TSH dan enzim tidak cukup untuk mengimbangi oksidan
(oksidatif spesies) yang dihasilkan karena infeksi berulang-ulang. Radikal bebas
menimbulkan destruktif komponen sel seperti lemak membran sel dan protein. Proses
tersebut terjadi pada pertahanan humoral dan seluler. Stres oksidatif dari tonsil dan
adenoid berpengaruh pada tubuh, yang menyebabkan imun serum menurun. Penurunan
imun serum dibuktikan dengan total grup SH serum lebih rendah dari normal. 22,25
Dengan meningkatnya radikal bebas maka peroksidasi lemak meningkat, demikian juga
produknya yaitu TBARS dalam serum TH dan RT lebih tinggi signifikan dari kelompok
kontrol. Kandungan protein carbonyl dalam darah TH dan RT sebelum operasi juga lebih
tinggi banding normal.
Adenoids
Besar adenoid berbeda dari satu anak ke anak yang lain, demikian juga pada satu
anak berubah karena tumbuh. Umumnya, adenoid normal dapat membesar maksimal
dijumpai pada umur antara 3 7 tahun selanjutnya menurun. Penyakit yang terjadi pada
adenoids umumnya ialah karena infeksi. Infeksi akut saluran napas atas menyebabkan
limfoid folikel adenoids multiplikasi (hiperplasia adenoids) yang menghasilkan adenoid
membesar. Jadi jelas infeksi akut rekuren yang menyebabkan adenoid membesar
abnormal, walaupun juga diajukan bahwa episode alergi menyebabkan adenoid
membesar.10 Menurut penelitian histologi, dijaringan adenoid tidak didapatkan adanya
foci septik atau microabscess. Peneliti mendapatkan banyak bentukan hiperplasia folikel
limfoid.
Kultur bakteri dari tonsils dan adenoids yang diambil dari satu penderita adalah
benar-benar sama26. Demikian juga virus yang didapat
35
tetap bertahan sampai lebih dari 12 bulan.36 Menurut Maw and Parker37 penelitian
observasi 3 bulan menunjukkan resolusi spontan tanpa pengobatan sekitar 20% untuk
umur diatas 1 tahun, 30% umur diatas 2 tahun, dan 60% diatas 3 tahun. Perjalanan OME
sulit sekali diungkapkan dengan tepat karena berfluktuasi dan ada tendensi resolusi
spontan. Insiden kasus baru tiap tahun pada anak umur 3 tahun sekitar 40%, tetapi pada
musim dingin meningkat.38 Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya OME, dengan
demikian prevalensi dari suatu tempat juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko
ditempat tersebut diantaranya kondisi lingkungan, subyek penelitian dimana penelitian
dilakukan.
Efek adenotonsilektomi
Berdasarkan efek klinis dan perubahan imunologi maka diindikasikan untuk
adenotonsilektomi. Tonsilitis dan adenoiditis akut rekuren serta hipertropi yang paling
banyak sebagai alasan untuk dilakukan tonsilektomi, walaupun belum ada kriteria tegas
berapa kali infeksi, secara klinik berkembang di America Academy of Otolaryngology
and Head and Neck Surgery, mengajukan infeksi 3 kali atau lebih setahun cukup untuk
indikasi operasi.39 Di Jepang, konsensus bila 4 kali episode dalam 2 tahun berturut-turut.
Kriteria untuk ke dua adenoidectomy dan tonsilectomy karena infeksi rekuren adalah
sama seperti pada tonsilektomi saja. Indikasi utama untuk tonsil dan adenoid hipertropi
ialah obstruksi saluran napas bagian atas yang menyebabkan gangguan tidur (sleep
disorder), gangguan bicara, gangguan pertumbuhan dan lainnya.
Efek klinis adenotonsilektomi (T&A) ialah terjadi peningkatan pertumbuhan karena
nasopharyngeal airway obstruction hilang,
tonsilektomi pada penderita tonsilitis rekuren tetap tinggi. Kandungan protein carbonyl
juga tidak segera kembali setelah operasi.22 Empat minggu paska tonsilektomi kadar
TBARS dalam serum masih tetap tinggi. Sistem pertahanan (TSH) terhadap radikal bebas
juga masih tetap rendah sampai 1 bulan paska operasi. Sistem pertahanan kembali ke
sebelum operasai antara 6 sampai 1 tahun paska operasi. Paska T & A (tonsillitis akut
rekuren dan kronik) QOL meningkat, yang dibuktikan dengan 2 validated instruments
TAHSI dan CHQ-PF28 setelah 6 bulan dan 1 tahun menunjukkan perbaikan di semua
subscasles. TAHSI yang meliputi airway and breathing, infection, health care utilization,
cost of care, eating and swollowing (all p = 0.001) and behavior (p = 0.01). Untuk
beberapa subscales CHQ-PF28 yaitu general health perceptions, physical functioning,
parenteral impact, and familly activities (all p < 0.001)
Ada hubungan antara besar adenoids dengan otitis media akut pada anak-anak muda.
Survey oleh Hibbert42 mendapatkan bahwa 80% dari otolaryngologist di UK
menasehatkan adenoidektomi (T&A) sebagai pengobatan penderita dengan OME. Survey
yang sama di 1991 menunjukkan bahwa 64% menganjurkan treatment T&A.43. Tujuan
adenoidektomi mendukung hipotesis bahwa membuat longgar jalan napas dan
bermanfaat pada pertumbuhan gigi 44
Shukla et al 45 menyatakan, untuk mengembalikan mekanisme pertahanan maka perlu
diterapi dengan antioksidan meliputi seperti vitamin A,E dan C demikian juga makanan
yang banyak mengandung polifenol seperti teh hijau dapat sebagai pilihan untuk
mengatasi oksidative stress. Antioksidan tersebut dapat menghambat reaktivitas radikal
bebas yang masih tinggi di tubuh.
KEPUSTAKAAN
1. Burton MJ, Towler B, Glasziou P, Tonsillectomy versus non-surgical treatment
for chronic/recurrent acute tonsillitis. Cochrane Database Syst Rev
1999;3:CD001802.
2. Discolo CM, Darrow DH, Koltai PJ. Infectious indications for tonsillectomy.
Pediatr Clin Nort Am 2003;50:445-58.
3. Box Q.T. Cleveland R.T. Willard C.Y. Bacterial flora of the upper respiratory
tract. American Journal of Diseases of Children. 1961;102:293-330.
4. Reilly, S. Timmis, P. Beeden, A.G. and Willis A.T. Possible role of the anaerobe
in tonsillitis. Journal of Clinical Pathology 1981;34:532-547.
10
11