EKOSISTEM PEGUNUNGAN
Oleh
Wahyu agus selvianti J.
130351603584
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Makhluk hidup dalam perkembangan dan pertumbuhannya tidak dapat
hidup sendiri, selalu memerlukan makhluk lainnya dalam menjalani hidup dan
kehidupannya. Antara makhluk yang satu dengan makhluk yang lain selalu
berhubungan dan mengadakan kontak yang saling menguntungkan. Tetapi ada
juga sebagian kecil mahkluk hidup yang selalu merugikan makhluk lain, biasanya
makhluk ini disebut sebagai parasit.
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup. Ekosistem tersusun atas
satuan makhluk hidup. Dalam ekosistem terdapat komponen biotik dan komponen
abiotik. Ekosistem juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Ekosistem
tersusun atas satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, dan komunitas. Ilmu
pengetahuan yang mempelajari hubungan timbalik balik antara makhluk hidup
dengan lingkungan abiotiknya disebut ekologi.
Ekologi adalah kajian mengenai interaksi timbal-balik jasad individu, di
antara dan di dalam populasi spesies yang sama, atau di antara komunitas populasi
yag berbeda-beda dan berbagai faktor non hidup (abiotik) yang banyak jumlahnya
yang merupakan lingkungan yang efektif tempat hidup jasad, populasi atau
komunitas itu. Lingkungan efektif itu mencakup kesaling terikatan pada interaksi
antara jasad hidup itu sendiri. Kaji ekologi itu memungkinkan kita memahami
komunitas itu secara keseluruhan. Guna memastikan kenyataan ini, perlu kiranya
diadakan berbagai percobaan di lapangan, di laboratorium atau di kedua
lingkungan itu sekaligus.
Satu ciri mendasar pada ekosistem adalah bahwa ekosistem itu bukahlah
suatu sistem yang tertutup, tetapi terbuka dan daripadanya energi dan zat terusmenerus keluar dan digantikan agar sistem itu terus berjalan. Sejauh yang
berkenaan dengan struktur, ekosistem secara khas mempunyai tiga komponen
biologi, yaitu; produsen (jasad autotrof) atau tumbuhan hijau yang mampu
menambat energi cahaya; hewan (jasad heterotrof) atau kosumen makro yang
menggunakan bahan organik; dan pengurai, yang terdiri dari jasad renik yang
menguraikan bahan organik dan membebaskan zat hara terlarut.
1.2 Rumusan masalah
1) Apa yang di maksud ekosistem pegunungan ?
2) Apa ciri-ciri dari ekosistem pegunungan?
3) Bagaimanakah interaksi antarkomponen dari ekosistem pegunungan?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui tentang ekosistem pegunungan
2) Mengetahui ciri-ciri ekosistem pegunungan
3) Mengetahui interaksi anatarkomponen dari ekosistem pegunungan
PEMBAHASAN
jarang didapati, begitu juga banir (akar papan) dan kauliflori, yakni munculnya
bunga dan buah di batang pohon (bukan di cabang atau pucuk ranting). Dan yang
menyolok, mulai pada elevasi tertentu, cabang dan ranting pohon akan bengkakbengkok dan daun-daunnya akan mengecil ukurannya.
Salah satu faktor penting pembentukan hutan ini adalah suhu yang rendah
dan terbentuknya awan atau kabut yang kerap menyelimuti atap tajuk. Kabut ini
jelas meningkatkan kelembaban udara, menghalangi cahaya matahari dan dengan
demikian menurunkan laju evapotranspirasi. Dengan meningkatnya elevasi,
pohon-pohon cenderung memendek dan banyak bercabang. Epifit berupa jenisjenis anggrek, lumut dan pakis tumbuh melimpah di batang, cabang dan di atas
tanah. Presipitasi turun dalam bentuk pengembunan kabut pada dedaunan, yang
kemudian jatuh menetes ke tanah. Tanah di hutan ini cukup subur namun
cenderung bergambut.
Tabel perbandingan karakter empat formasi hutan tropika basah.
Karakter
Hutan
Hutan
Hutan
Hutan
dataran
submontana
montana
subalpin
2545 m
1533 m
1,518 m
1,59 m
67 m
45 m
26 m
15 m
mikrofil
nanofil
rendah
Tinggi tajuk
Tinggi pohon
sembulan
umum
dijumpai,
besar
notofil atau
mesofil
tidak umum
biasanya tak
atau kecil
ada
tidak ada
Kauliflori
Umum
jarang
tidak ada
tidak ada
Daun majemuk
Berlimpah
dijumpai
jarang
tidak ada
Daun berujung
penetes
Berlimpah
Liana berkayu
Berlimpah
Tumbuhan
biasanya
umum atau
merayap
berlimpah
berlimpah
Umum
berlimpah
Anggrekanggrekan
Lumut dan liken
Dijumpai
ada
ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
berlimpah
sangat jarang
berlimpah
Hutan pegunungan terdiri dari komposisi jenis dan tinggi tumbuhan yang
bervariasi sehingga membentuk strata kanopi (lapisan tudung) yang jelas. Terbagi
atas:
A. Hutan Pegunungan Rendah (sub-mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah Indonesia dengan ketinggian antara 1.300 m
sampai 2.500 m di atas permukaan laut. Hutan pegunungan memberikan manfaat
bagi masyarakat yang hidup di gunung maupun yang tinggal di bawahnya. Hutan
yang ada merupakan sumber kehidupan. Dari hutan pegunungan, mereka
memanfaatkan tumbuhan dan hewan sebagai makanan, obat-obatan, kayu bakar,
bahan bangunan dan lain sebagainya. Selain itu masyarakat yang tinggal di
bawahnya membutuhkan hutan pegunungan yang lestari sebagai daerah tangkapan
air atau resapan air. Terletak pada ketinggian 1000-2500 meter di atas permukaan
laut. Dominasi vegetasi di hutan ini berbeda-beda, tergantung pada ketinggiannya.
Ketinggian 1000-1500 meter didominansi oleh tumbuhan semak, sedangkan pada
ketinggian lebih dari 1500 meter didominansi oleh lumut, anggrek, dan tumbuhan
paku efifit.
B. Hutan Pegunungan Atas (mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah daerah Indonesia dengan ketinggian di atas
3.500 m di atas permukaan laut. Hutan ini berfungsi sebagai cagar alam dan taman
wisata alam. Vegetasi hutan pegunungan yang dijadikan Cagar Alam dan Taman
Wisata Alam termasuk tipe hutan hujan tropik pegunungan dengan floranya terdiri
dari jenis-jenis pohon dan liana serta epiphyte. Meliputi daerah dengan ketinggian
2500-3300 meter di atas permukaan laut. Hutan ini memiliki pohon-pohon dengan
tinggi hingga 25 meter dan sangat lebat, tetapi keanekaragaman jenisnya sangat
sedikit dibandingkan dengan hutan dibawahnya.
Gambar 1. Hutan Pegunungan Tinggi Marapi (Sumber: Arsip Biologi 6B, 2014)
Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa Gunung Marapi
terletak di dekat daerah Bukit Tinggi lebih tepatnya terletak di Kabupaten Agam
dan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat serta memiliki
ketinggin berkisar 2891 m dpl. Terletak pada titik koordinat 1000 28 1671 BTT, 00
2247.72LS.
2.2 komponen ekosistem pegunungan
Berikut beberapa komponen dari ekosistem pegunungan :
1) Suhu
suhu adalah unsur iklim yang sulit didefinisikan. Bahkan ahli metereologipun
mempertanyakan apa yang dimaksud dengan suhu udara, karena unsure cuaca ini
berubah sesuai dengan tempat. Tempat yang terbuka, suhunya berbeda dengan
ladang yang dibajak, atau jalan beraspal dan sebagainya. Secara fisis suhu dapat
didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul benda, makin cepat gerakan
molekul, makin tinggi suhunya. Suhu dapat juga didefinisikan sebagai tingkat
suatu benda. Suhu udara berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Pada
umumnya suhu maksimum terjadi sesudah tengah hari, biasanya antara jam 12.00
dan jam 14.00, dan suhu minimum terjadi pada jam 06.00 atau sekitar matahari
tertib.
Suhu di gunung sangat rendah, radiasi ultraviolet dari sinar matahri tinggi
dibandingkan radiasi inframerah, memiliki kerapatan oksigen yang
hari dan sering me njadi embun sehingga embun tersebut terkondensasui di atas
dedaunan tingkat kelembabannya mulai dari angka 80% hingga 96%.
3) Awan
Awan adalah sekumpulan tetesan air/kristal es di dalam atmosfer yang
terjadi karena pengembunan/pemadatan uap air yang terdapat dalam udara setelah
melampaui keadaan jenuh. Pada bulan-bulan kering dimana uap air dalam uadar
kurang, umumnya terbentuk suatu gelang awan sekeliling gunung dn hal ini
biasanya terjadi pada ketinggian kira-kira 2.000 m. pada bulan-bulan basah lereng
dan puncak gunung diselubungi awan sampai berhari-hari. Awan terjadi dari
embun yang bergerak naik ke atmosfer, ditangkap oleh debu dan partikel-partikel
mikro lainnya. Selama berbulan-bulan basah, lereng-lereng gunung dan bukit
diselimuti oleh awan. Sebaliknya di bulan-bulan kering, lereng-lereng relatif
bersigh dari penutupan awan.
4) Curah hujan
Endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es)
yang jatuh kepermukaan bumi. Meskipun kabut, embun, dan embun beku (frost)
dapat berperan dalam alih kebasahan (moristure) dari atmosfer kepermukaan
bumi, unsure tersebut tidak ditinjau sebagai endapan, bentuk endapan adalah
hujan,gerimis, salju, dan batu es hujan (hail). Hujan adalah bentuk endapan yang
sering dijumpai, dan di Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah
hujan. Kenapa curah hujan di pegunungan lebih tinggi daripada di dataran rendah
itu karena daerah pegunungan lebih tinggi dan curah hujan lebih cepat jatuh ke
daerah pegunungan daripada dataran rendah.
5) Embun beku
Embun terjadi pada kondensasi pada permukaan tanah terutama pada malam
hari pada saat tanah menjadi dingin akibat radiasi yang hilang. Kadang-kadang air
laut membawa sejumlah uap air pada siang hari yang kemudian mengembun pada
waktu malam yang dingin. Titik embun adalah suhu saat udara menjadi jenuh
dengan uap air atau suhu udara pada kelembaban nisbi 100%. Makinrendah
kelembaban nisbi, makin rendah titik embun yaitu terletak dibawah suhu udara.
Embun beku adalah sebuah pola dari kristal-kristal es yang terbentuk dari uap air
di atas rumput, daun, dan benda-benda lainnya yang berada di dekat tanah. Embun
beku terbentuk terutama pada malam yang dingin dan tak berawan ketika suhu
udara turun di bawah 0 C yakni suhu titik beku air.
Embun beku dan embun terbentuk dengan cara yang tidak jauh berbeda.
Sepanjang hari permukaan bumi menyerap panas dari matahari, ketika matahari
terbenam bumi mulai menjadi dingin. Turunnya suhu jauh lebih besar pada malam
yang cerah dibandingkan dengan malam yang berawan, karena tidak ada awan
yang memantulkan kembali panas yang dilepas oleh permukaan bumi. Ketika
proses pendinginan berlanjut, uap air di udara mengembun membentuk titik-titik
embun pada benda-benda.
Sebagian titik-titik embun ini membeku ketika suhu turun di bawah 0 C. Titiktitik embun yang membeku semakin bertambah ukurannya, menjadi kristal beku
ketika titik-titik embun di sekelilingnya menguap dan mengumpulkan uap air di
atas kristal. Pada saat suhu berada di bawah titik beku uap air kadangkala
langsung berubah menjadi kristal es, tanpa harus berubah menjadi titik embun.
Kristal-kristal beku muncul dalam dua macam bentuk, menyerupai piring dan
pilar. Kristal yang menyerupai piring berbentuk rata dan menyerupai kristal salju.
Kristal-kristal pilar berupa tiang es
Kata beku juga bermakna suhu di bawah titik beku yang membahayakan tanaman.
Pada suhu ini cairan yang berada di dalam sel-sel tanaman membeku dan
mengembang, mengakibatkan pecahnya dinding-dinding sel.
6) Radiasi ultraviolet
Radiasi ultraviolet pada gunung-gunung di daerah tropic adalah yang
paling kuat disebabkan oleh rendahnya kadar ozon pada lapisan stratosfer (yang
menyerap sinar ultraviolet) dekat khatulistiwa oleh atmosfer pada ketinggian
rendah yang lebih keuh dan lebih padat sehingga mampu untuk memantulkan dan
menyerap radiasi.
permukaan daun, makin sejuk daun itu dan lebih sedikit kehilangan air.walaupun
terdekat kekecualian, maka umumnya pola seperti di atas inilah yang dijumpai
pada semak-semak dan pohon-pohon kecil di daerah subalpine dan pegunungan
bagian atas, dimana suhu pada siang hari bias tinggi dan persediaan air sedikit.
Tetapi tumbuhan yang sama ini juga harus mengatasi suhu malam hari yang dapat
mencapai 0C.
Nampaknya bahwa pengaruh pendinginana daun-daun kecil diimbangi
dengan susunan daun yang rapat pada ujung ranting, warna daun yang gelap dan
struktur tajuk yang rapat. Jadi nampaknya suatu struktur telah berkembang
sedemikian rupa dimana daun-daun dapat cepat menjadi panas oleh matahari pagi
sehingga fotosintesis yang efisisen dapat segera dimulai sebelun berawan atau
penyinaran matahari menjadi kuat. Rapatnya serta tegaknya daun-daun kecil ini
bertujuan untuk menagkap butir air dari kabut sehingga lebih besar
kemungkinannya udara yang jenuh air dank abut akan terperangkap untuk
sementara di antara daun-daun pada ujunbg-ujung ranting serta terjadi
pengembunan air pada tumbuhan daun. Kemuidian air itu bias jatuh ke tanah
untuk mengairi tumbuhan.
Daun-daun subalpine bagian-bagian zoba pegunungan bagian atas yang
kering mungkin mengalami kelembaban nisbi yang lebih rendah dibandingkan
daun-daun hutan pegunungan bagian atas yang berawan. Sehingga lebih kecil
kemungkinan epifit tumbuh di atas permukaannya. Banyak dari daun-daun
tumbuhan daerah pegunungan bagian atas dan subalpine memiliki cirri-ciri daun
yang dijumpai pada daerah yang mengalami musim kering yaitu berciri
seromofik. Tetapi kenyataanya bahwa pohon-pohon gunging tidak begitu efisien
dalam membatasi kehilangan airnya.
PENUTUP
3.1 kesimpulan
1. Ekosistem pegunungan adalah hubungan timbal balik antara makhluk
hidup yang ada di pegunungan dan lingkunganya beserta komponen biotic dan
komponen abiotik
2. komponen dari ekosistem pegunungan :
-
DAFTAR PUSTAKA
http://ekotum116b-ekosistemtinggi.blogspot.com/2014/07/revisi-makalahekosistem-pegununggan.html
http://mariana-biologi2.blogspot.com/2014/05/hutan-dataran-rendah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem