Anda di halaman 1dari 36

86

Laporan Kerja Praktek


Pembangunan Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kulon Progo, Yogyakarta

BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN
4.1Tinjauan Umum
Pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi adalah seluruh kegiatan yang
menyangkut pekerjaan pembangunan fisik dari proyek konstruksi tersebut. Dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut, unsur-unsur di dalam proyek konstruksi ikut
terlibat di dalamnya baik perencana, pengawas lapangan, kontraktor, tenaga kerja,
maupun mesin atau peralatan kerja. Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan
tahapan yang paling penting dan juga merupakan realisasi suatu perencanaan
proyek. Oleh karena itu, setiap pekerjaan yang ada di dalam proyek konstruksi
tersebut harus dilaksanakan dengan benar dan sesuai dengan rencana maupun
jadwal kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya pada time schedule.
Untuk menentukan hasil pekerjaan, pelaksana sebagai pelaku utama memegang
peranan yang sangat penting, dan dalam pelaksanaan di lapangan biasanya
terdapat perubahan-perubahan sesuai keadaan di lapangan baik perubahan desain
maupun perubahan struktur. Hal tersebut harus tetap diusulkan dalam rapat tim
maupun rapat khusus pengelola proyek, sehingga dapat dianalisa ulang.
Pelaksana pekerjaan mempunyai syarat-syarat yang harus dipatuhi dalam
pelaksanaannya, sehingga dapat dihasilkan bangunan yang sesuai dengan tujuan
dan rencana yang diinginkan.
Syarat-syarat tersebut meliputi :
1. RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syaratnya).
2. Berita acara penjelasan pekerjaan.
3. Gambar rencana.

BAB I PENDAHULUAN

Eko Prasetyo Widhiyono


I 0110041

86

4. Penjelasan dan petunjuk dari pengawas pekerjaan selama pelaksanaan


pekerjaan.
Pada proyek pengembangan Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo
pengawasan harus dilakukan berdasarkan RKS, serta shop drawing yang telah
disetujui antara PPK, tim perencana, tim pengawas dan kontraktor, agar tujuan
pembangunan proyek dapat tercapai dengan baik.
Struktur pada proyek pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di
Kulon Progo menggunakan beton bertulang dengan proses pelaksanaan
pengecoran menggunakan sistem cor ditempat (cast insitu). Sistem cast insitu
pada proyek pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon
Progo adalah proses pelaksanaan pengecoran dikerjakan di lokasi proyek yang
langsung dituang kedalam bekisting yang sudah dibuat. Struktur pada gedung
Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo terdiri dari struktur bawah dan
struktur atas. Struktur bawah pada pembangunan tersebut meliputi fondasi dan tie
beam, sedangkan struktur atas meliputi kolom, balok, plat lantai dan atap.
Pada penyusunan laporan kerja praktik selama tiga bulan, penyusun akan
menjelaskan keseluruhan struktur pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak
Daerah di Kulon Progo secara umum, namun penyusun berkonsentrasi pada
bagian yang diamati yaitu :
1. Pekerjaan pondasi, meliputi pekerjaan pemancangan, pemasangan, pembuatan
galian poer, pembesian poer, pemasangan bowplank, pengecoran lantai kerja,
persiapan pengecoran poer, dan pekerjaan pengecoran poer.
2. Pekerjaan sloof, meliputi pembuatan sengkang, pembuatan bekisting,
pemasangan besi, persiapan pengecoran sloof ,dan pekerjaan pengecoran
sloof.
3. Pekerjaan struktur atas, meliputi pengecoran kolom dan plat

87

4.2 Proses Pekerjaan Struktur Bawah


Struktur bawah adalah struktur bangunan yang berhubungan langsung dengan
tanah, berfungsi untuk menyalurkan dan menahan beban-beban dari kolom ke
tanah dasar di bawahnya. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam
merancang struktur bawah antara lain:
a. Tanah dasar harus cukup kuat untuk mendukung beban bangunan
b. Kekuatan fondasi harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya yang bekerja
Berdasarkan penyelidikan lokasi dan perancangan analisis struktur oleh perencana
struktur bawah gedung Kantor Pelayanan Pajak

Daerah di Kulon Progo ini

menggunakan pondasi tiang pancang, dan pondasi batu kali.


4.2.1

Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk
menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah yang terletak pada
kedalaman tertentu. Tiang pancang berbentuk panjang dan langsing, yang
berfungsi menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam.
Pada proyek pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon
Progo, tiang pancang yang digunakan berbentuk penampang persegi dengan 25
cm dan panjang 6 m. Tiang pancang pada proyek ini menggunakan mutu beton
K450 yang dipesan dari sub kontraktor. Contoh gambar tiang pancang pada
proyek pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo
dapat dilihat pada Gambar 6.1.

88

Gambar 4.1 Tiang Pancang


4.2.1.1 Pemancangan Tiang
Untuk memasang tiang pancang ini maka diperlukan alat berat yang khusus
digunakan untuk menancapkan tiang ke dalam dasar tanah sampai mencapai batas
yang direncanakan. Alat yang digunakan untuk menancapkan tiang pancang
disebut Pile Driving Equipment.
Pada proyek pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon
Progo, jenis alat pancang yang digunakan adalah jenis Diesel Hammer. Diesel
Hammer merupakan alat pancang yang paling sederhana diantara alat-alat
pancang jenis lainnya. Alat ini memiliki satu silinder dengan dua mesin diesel,
piston/ram, tangki bahan bakar, tangki pelumas, pompa bahan bakar, injector, dan
mesin pelumas. Dalam mengoperasikannya, energi alat didapat dari berat ram
yang menekan udara di dalam silinder.
Tahapan proses pemancangan tiang adalah sebagai berikut :
1. Pengangkatan tiang pancang diangkat oleh mobil crane menggunakan tali
besi dengan dibantu minimal 2 orang pekerja untuk mengikat tiang pada tali
dan memasukkan bantalan kayu sebagai peredam, kemudian perlahan-lahan
dimasukkan ke bawah hammer oleh operator.

89

2. Pekerja mengikat tali di tiang pancang untuk mengatur tegak lurus tiang.
3. Mobil crane kemudian membawa tiang ke titik-titik yang sudah ditentukan
oleh surveyor dengan total station sesuai gambar.
4. Pekerja mengatur posisi tegak lurus tiang pancang dengan tali.
5. Operator mengontrol hammer untuk pemancangan pada mobil crane, salah
satu orang bertugas mengikat tali hammer pada mobil untuk menjatuhkan
hammer, satu orang bertugas mengatur suspensi hammer, dan satu orang
menghitung jumlah pukulan.
6. Setelah tiang pancang tinggal sekitar 2 meter dari atas tanah, 2 orang pekerja
melepas tali besi dari tiang pancang kemudian pemancangan dilanjutkan lagi
hingga mendekati posisi tiang ideal untuk penyambungan tiang.
Contoh gambar pemancancangan tiang dengan Diesel Hammer pada proyek
pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo dapat
dilihat pada Gambar 6.2.

Gambar 4.2 Pemancangan tiang dengan Diesel Hammer

90

4.2.2.1 Penyambuangan Tiang


Pada proyek pembangunan Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo,
kedalaman pondasi yang direncanakan adalah 18 meter. Untuk itu pekerjaan
pondasi proyek ini dengan cara menyambung sedikitnya 3 buah tiang.
Penyambungan tiang pancang pada proyek ini yaitu dengan menggunakan las.
Cara penyambuangan tiang pancang dengan las yaitu :
1. Setelah tiang pancang yang pertama terbenam, untuk menyambung tiang
yang kedua yaitu dengan menyisakan tiang pancang di atas permukaan tanah
sepanjang 30 cm untuk memudahkan pengelasan.
2. Kemudian pengangkatan tiang yang kedua dan diletakkan tepat di atas tiang
yang pertama.
3. Jika posisi tiang pancang kurang pas dengan tiang yang akan disambungkan,
maka pekerja memukul tumpuan tiang dengan palu besar sampai berada
pada posisi sambungan.
4. Setelah posisi sambungan tiang sudah tepat maka pada sambungan tiang
dibersihkan terlebih dahulu dari lumpur untuk memudahkan pengelasan.
5. Pengelasan sambungan pada kepala tiang secara melingkar keseluruhan agar
sambungan kuat.
Contoh gambar penyambungan tiang dengan cara pengelasan pada proyek
pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo dapat
dilihat pada Gambar 6.3.

Gambar 4.3 Penyambungan tiang pancang dengan las

91

4.2.3.1 Kalendering
Kalendering adalah grafik catat yag berada pada alat pancang dimana berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana pemancangan yang telah dilakukan sudah
memenuhi spesifikasi daya dukung tanah yang diinginkan. Pembacaan ini
dilakukan pada alat pancang sewaktu memancang. Jika dari bacaan tinggi bacaan
sudah bernilai 1 cm atau lebih kecil, maka pemancangan sudah siap dihentikan.
Itu artinya tiang sudah mencapai titik tanah keras, tanah keras itulah yang
menyebabkan bacaan kalendering kecil yaitu 1 cm atau kurang. Jika diteruskan
dikhawatirkan akan terjadi kerusakan pada topi tiang pancang atau badan tiang
pancang itu sendiri. Pembacaan 1 kalendering dilakukan dengan 10 pukulan.
Metode pelaksanaan kalendering hanya sederhana, alat yang digunakan antara lain
spidol, kertas milimeter block, selotip, waterpass, dan kayu pengarah agar spidol
selalu pada posisinya. Alat tersebut disediakan oleh sub kontraktor pekerjaan
pancang, dan pelaksanaannya juga merupakan bagian dari kontrak pemancangan.
Tahapan pelaksanaan kalendering yaitu :
1. Saat kalendering telah ditentukan dihentikan pemukulannya oleh hammer.
2. Memasang kertas millimeter block pada tiang pancang menggunakan
selotip.
3. Menyiapkan spidol yang ditumpu pada kayu, kemudian menempelkan ujung
spidol pada kertas millimeter block.
4. Menjalankan pemukulan.
5. Salah satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta
menghitung jumlah pukulan.
6. Setelah 10 pukulan kertas millimeter block diambil.
7. Setelah tahapan selesai hasil kalendering ditanda tangani kontraktor,
pengawas, dan direksi lapangan untuk selanjutnya dihitung daya dukungnya.
Contoh gambar pelaksanaan kalendering pada proyek pembangunan gedung
Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar 6.4.

92

Gambar 4.4 Pelaksanaan Kalendering

4.2.4.1 Galian Pile Cap


Setelah pemancangan selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan galian untuk pile cap.
Galian ini harus dilakukan menurut ukuran dalam dan lebar sesuai dengan pilepile yang tercantum dalam gambar rencana. Kemudian galian juga harus bebas
dari longsoran tanah di kiri dan kanannya, serta bebas dari genangan air sehingga
pekerjaan dapat diakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasinya.
Pada proyek pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon
Progo, galian pile cap berukuran 1,5 x 1,5 meter dengan kedalaman 1,5 meter.
Pekerjaan galian ini dilakukan secara manual oleh para pekerja, yaitu dengan
menggunakan cangkul. Pada beberapa titik galian terdapat genangan air sehingga
harus dikuras dengan menggunakan mesin diesel. Gambar galian pile cap pada
proyek ini dapat dilihat pada Gambar 6.5

93

Gambar 4.5 Galian Pile Cap

94

4.2.5.1 Pemotongan Tiang Pancang


Tiang pancang yang sudah terpasang dipotong sesuai dengan tinggi elevasi pile
cap. Kemudian tulangan tiang pancang disisakan agar terjepit setengahnya pada
pile cap. Hal ini dimaksudkan agar antara tiang pancang dan pile cap bisa terikat
kuat saat pile cap di cor. Pemotongan tiang pancang dikerjakan secara manual
oleh para pekerja dengan menggunakan palu besar. Kemudian untuk memotong
tulangan pada pile cap yaitu menggunakan mesin gerinda. Gmbar pemotongan
tiang pancang gapat dilihat pada Gambar 6.6.

Gambar 4.6 Pemotongan Tiang Pancang

4.2.6.1 Lantai Kerja Pile Cap


Sebelum memasang tulangan dan cor pile cap, terlebih dahulu melakukan
pembuatan lantai krja pada galian pile cap. Fungsi dari lantai kerja adalah sebagai
landasan sebelum cor beton agar air semen tidak meresap ke dalam tanah
sehingga beton tidak mudah keropos. Lantai kerja pada proyek ini yaitu
menggunakan adukan dengan spesifikasi campuran 1 pc : 3 ps dan tebal l0 cm.

95

Gambar pekerjaan lantai kerja pada proyek pembangunan Kantor Pelayanan Pajak
Daerah di Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Lantai Kerja Pile Cap


4.2.7.1 Tulangan Pile Cap
Secara umum pile cap (pelat penutup tiang) merupakan elemen struktur yang
berfungsi untuk menyebarkan beban dari kolom ke tiang-tiang. Beban kolom akan
diteruskan ke pile cap kemudian di tumpu oleh pondasi tiang pancang dan
disebarkan ke tanah keras.
Setelah pekerjaan pembesian pile cap selesai, tulangan pile cap yang telah jadi
kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang telah ditentukan.
Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang
telah dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga
tulangan pile cap tampak benar-benar kuat dan kokoh.

96

Pada proyek pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon


Progo, tulangan yang digunakan adalah Baja Tulangan Deform (BJTD) D19150 untuk tulangan pokok dan D16-150 untuk tulangan susut. Gambar
pemasangan tulangan pile cap pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 6.8.

Gambar 6.8 Pemasangan tulangan pile cap


4.2.8.1 Pemasangan Bekisting Pile Cap
Setelah pembesian pile cap selesai dilaksanakan maka tahap selanjutnya adalah
memasang bekisting untuk pile cap. Bekisting adalah cetakan sementara yang
digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan
bentuk, ukuran, rupa, atau posisi yang diinginkan.
Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan bekisting untuk pile cap adalah
sebagai berikut :
1. Mengadakan pengukuran dan penandaan bekisting yang akan dipasang.
2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap, dimana digunakan kayu
multiplek
3. Bekisting diolesi dengan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan pada
waku pembongkaran bekisting.
4. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap, kemudaian bekisting
yang sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan kayu dan
paku secukupnya agar kedudukn bekisting tersebut tetap stabil, tidak
mengalami goyangan pada waktu pengecoran.
97

Pada proyek pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon


Progo, bekisting yang digunakan yaitu dari bahan multiplek. Namun juga ada
beberapa pile cap yang tidak menggunakan bekisting karena ukuran galian pile
cap yang sudah sesuai dengan tulangan. Gambar bekisting pada proyek ini dapat
dilihat pada Gambar 4.9

Gambar 4.9 Bekisting Pile Cap


4.2.9.1 Pengecoran Pile Cap
Untuk pengecoran pile cap pada proyek Pembangunan Gedung Kantor Pelayanan
Pajak Daerah di Kulon Progo ini tidak menggunakan beton ready mix, tapi
dilakukan pengadukan menggunakan molen di lokasi proyek. Ukuran pile cap
yaitu 1,5 x 1,5 m dengan tebal 40 cm. Mutu beton yang direncanakan pada proyek
ini adalah K300.
Langkah-langkah dalam melakukan pengecoran pile cap antara lain :
1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang
menggenang dengan menggunakan pompa air.

98

2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukkan batas


berhentinya pengecoran.
3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode
pelaksanaan.
4. Agar semua adonan beton dapat masuk ke dalam tulangan pile cap maka
digunakan alat vibrator untuk meratakannya serta ditekan dengan tekanan
tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.
6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan
beton dengan menggunakan alat pertukangan manual.
Gambar pengecoran pile cap pada proyek pembangunan gedung Kantor
Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar 6.10

Gambar 4.10 Pengecoran pile cap

99

4.2.2

Pekerjaan Kolom Pedestal

Kolom pedestal adalah kolom pendek yang berada di atas pile cap dan di bawah
tie beam. Struktur ini secara langsung mendukung dan meneruskan beban utama
bangunan di atasnya.
Pada proyek pembangunan gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon
Progo, pekerjaan pengecoran kolom pedestal dikerjakan dengan ready mix beton.
Mutu beton yang direncanakan adalah K300. Gambar kolom pedestal pada proyek
ini dapat dilihat pada Gambar 6.11

Gambar 4.11 Kolom pedestal


4.2.3

Pekerjaan Pondasi Batu Kali

Pondasi batu kali adalah pondasi yang dibangun secara menerus diatas tanah
dengan berbentuk trapesium, yang terbuat dari pasangan batu kali dengan spesi.
Pondasi batu kali pada gedung Kantor Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo ini

100

menggunakan batu dari Merapi. Sedangkan untuk adukan yaitu dengan spesifikasi
campuran 1 pc :4 ps dengan bentuk trapesium dan menerus dengan kedalaman
100 cm. Contoh gambar pondasi batu kali dapat dilihat pada Gambar 6.12,
gambar pelaksanaan pondasi batu kali dapat dilihat pada Gambar 6.13 dan gambar
detail fondasi batu kali dapat dilihat pada gambar Lampiran 2.2 shop drawing
pondasi batu kali.

Gambar 4.12 Pondasi Batu Kali

Gambar 4.13 Pelaksanaan Pondasi Batu Kali

101

4.2.4

Pekerjaan Tie Beam

Tie beam adalah beton bertulang yang diletakkan secara horizontal di atas
pondasi. Tie beam berfungsi untuk meratakan beban yang diterima kolom menuju
pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan tersebar merata
pada seluruh pondasi. Selain itu, tie beam berfungsi sebagai pengikat antara
dinding pondasi dengan kolom. Pada proyek pembangunan gedung Kantor
Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo ini terdapat 3 tipe tie beam, yang dapat
dilihat pada Tabel 6.1. Contoh gambar penulangan tie beam dapat dilihat pada
Gambar 6.14.
Tabel 4.1 Tipe, Dimensi dan Diameter Tulangan Tie Beam
Tipe

Dimensi

Tulangan

Sengkang Tumpuan

Sengkang

(mm)

(mm)

(mm)

lapangan (mm)

S1

300 x 500

8 D16

P10 100

P10 150

S2

200 x 400

6 D16

P8 100

P8 150

S3

150 x 300

6 D13

P8 100

P8 150

4D16

4D16

4D16

4D16

4D16

4D16

SENGKANG P10-100

SENGKANG P10-150 SENGKANG P10-100

Gambar 4.14 Penulangan Tie Beam

102

4.2.1.1 Pabrikasi Besi


Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi
tulangan. Pemotongan dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12 meter,
sedangkan panjang tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri dari
bermacam-macam ukuran sesuai perhitungan tulangan. Pemotongan besi
digunakan dengan Bar Cutter. Pembengkokan dilakukan untuk membentuk
tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan, salah satunya adalah pembuatan
sengkang. Pembengkokan besi dilakukan dengan Bar Bender dengan berbagai
macam diameter ukuran.
Sebelum mengerjakan proses pabrikasi besi, bagian pembesian menyusun daftar
bengkok dan potong baja tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop
drawing) yang dibuat oleh kontraktor pelaksana. Gambar pabrikasi besi pada
proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.15

Gambar 4.15 Pabrikasi Besi


4.2.2.1 Pemasangan Tulangan
Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokkan dibawa ke
lapangan untuk dipasang pada posisi sesuai denah gambar pelaksanaan. Kegiatan
yang dilakukan pada pekerjaan pemasangan tulangan antara lain :

103

1. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan sebelum baja


tulangan tersebut dipasang.
2. Tulangan dipasang dilokasi, didahului dengan tulangan lentur untuk
mempermudah pekerjaan.
3. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur
maupun tulangan geser diatur sesuai gambar.
4. Sengkang dipasang secara manual, penyambungan sengkang pada tulangan
utama dengan menggunakan kawat bendrat.
5. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan
atas dengan tulangan bawah.
Gambar pemasangan tulangan tie beam pada proyek ini dapat dilihat pada
Gambar 4.16

Gambar 4.16 Pemasangan Tulangan Tie Beam


4.2.3.1 Pabrikasi Bekisting Tie Beam
Pembuatan bekisting untuk pekerjaan tie beam pada poyek ini dilakukan di lokasi
proyek. Bekisting tie beam pada proyek ini menggunakan kayu olahan/multiplek
atau kayu lapis dengan ketebalan 8 mm. Kayu dan multiplek yang digunakan
diperoleh dari sub kontraktor kayu. Memilih kayu ataupun multiplek yang baik
harus diperhatikan benar keutuhannya, kelurusannya, kedataran permukaannya
dan tingkat cacatnya, supaya struktur yang dicetak tidak melengkung, tidak kasar
permukaannya dan tetap rata.
Langkah-langkah pekerjaan dan pemasangan bekisting untuk tie beam
adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.
104

2. Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan


dibuat disesuaikan dengan ukuran tie beam tersebut.
3. Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting di bagian dalam
diolesi dengan menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu
pembongkaran bekisting tidak mengalami kesulitan.
4. Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah
ditentukan kemudian dikunci dengan menggunakan kayu 8/12 dan paku
secukupnya sebagai penahan goyangan.
Gambar pembuatan bekisting tie beam pada proyek pembangunan gedung Kantor
Pelayanan Pajak Daerah di Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar 6.17

Gambar 4.17 Pabrikasi Bekisting


4.2.4.1 Pengecoran Tie Beam
Untuk pengecoran tie beam pada proyek Pembangunan Gedung Kantor Pelayanan
Pajak Daerah di Kulon Progo ini tidak menggunakan beton ready mix, tapi
dilakukan pengadukan menggunakan molen di lokasi proyek. Mutu beton yang
direncanakan adalah K300 untuk S1 dan K275 untuk S2 dan S3.
Langkah-langkah dalam melakukan pengecoran tie beam hampir sama dengan
langkah-langkah pengecoran pile cap yang sudah dijelaskan di atas. Gambar
pengecoran tie beam pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.18

105

Gambar 4.18 Pengecoran Tie Beam


4.3.

Pekerjaan Struktur Kolom

Pekerjaan struktur kolom melibatakan beberapa kegiatan pelaksanaan antara lain


penentuan posisi as kolom, pemasangan begisting kolom, penulangan kolom,
pembongkaran begisting kolom, dan perawatan beton pada kolom.
4.3.1.

Penentuan Posisi As Kolom

Titiktitik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran dan pematokan,


yaitu marking berupa titiktitik atau garis yang digunakan sebagai dasar
penentuan letak kolom. Cara penentuan as kolom adalah dengan menggunakan
alat theodolite, yaitu dengan menentukan letak as awal dan kemudian dibuat as-as
yang lain dengan mengikuti jarak yang telah disyaratkan dalam perencanaan awal.
Letak as-as ini harus selalu dikontrol karena bukan tidak mungkin karena satu dan
lain hal, as-as tersebut berubah dari yang telah dibuat.
Langkah-langkah penentuan titik-titik as kolom antara lain:
1.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan letak


coring (titik acuan masing-masing lantai) pada lantai tersebut. Penentuan
coring dengan bantuan theodolit yang diperoleh dari titik Benchmark pada
lantai sebelumnya. Namun apabila titik Benchmark sudah tidak dapat
dijangkau, maka perlu titik bantuan (dipilih titik yang tetap) yang diacu
melalui Benchmark

106

2.

Dari titik acuan tersebut kemudian dapat ditentukan titik coring


sebagai acuan dari penentuan titik-titik As kolom pada masing-masing lantai
tersebut

3.

Kemudian untuk menentukan titik letak As kolom maka


digunakan theodolith yang diletakkan di atas titik acuan. Titik acuan
ditandai dengan adanya coring menerus pada plat lantai. Coring tersebut
terletak 1 meter dari as kolom

4.

Tentukan titik-titik as kolom, ditembak dengan menggunakan


theodolith

5.

Titik-titik yang sudah ditentukan ditambah 1 meter sesuai


dengan titik acuannya dari as kolom

6.

Marking titik-titik as kolom yang ada.

Gambar 4.19. Marking As Kolom


Letak as-as ini harus dikontrol baik sebelum pengecoran maupun setelah
selesai pengecoran dan pembukaan bekisting karena bukan tidak mungkin
karena satu dan lain hal, as-as tersebut berubah dari yang telah dibuat.
Apabila terjadi perubahan as kolom setelah pembukaan bekisting, maka
yang dilakukan adalah penyesuaian pada gambar As Built Drawing, kolom
yang telah berdiri tersebut tidak perlu dibongkar.
4.3.2.

Penulangan Kolom

Dalam proses penulangan kolom pada Proyek Pembangunan Gedung KPPD


Kulon Progo tulangan utama kolom yang digunakan memiliki ukuran dimensi
bervariasi sesuai dengan gambar perencanaan dari konsultan perencana maupun
shop drawing. Proses penulangan kolom dikerjakan langsung di lokasi yang telah

107

ditentukan tanpa pabrikasi tulangan. Kemudiandilakukan proses pemasangan


tulangan dengan dinaikkan untuk selanjutnya di instalasi dengan sisa tulangan
pada kolom yang telah dicor. Sehingga dalam pelaksanaan penulangan pada
kolom selalu diberi sisa untuk sambungan dengan tulangan kolom baru.

Tahapan proses pekerjaan pembesian kolom adalah :


1. Melakukan proses pelaksanaan penentuan posisi marking as kolom dan
posisi begisting kolom sesuai dengan ukuran dimensi kolom pada gambar
perencanaan

Gambar 4.20. Garis Marking As Kolom


2. Setelah ukuran dimensi kolom ditentukan kemudian dilakukan proses
pabrikasi penulangan kolom di area. Yang dimaksud dengan pabrikasi
tulangan kolom adalah merangkai tulangan utama kolom, tulangan geser
atau sengkang, dan tulangan ekstra sesuai dengan jumlah, jenis, dan ukuran
dimensi tulangan
3. Untuk memperkokoh tulangan utama kolom dipasang tulangan sengkang
atau tulangan geser sesuai dengan jenis dan ukuran tulangan yang telah
ditentukan. Rangkaian tulangan sengkang pada tulangan utama dilakukan
dengan kawat bendrat sesuai dengan jarak yang telah ditentukan
4. Setelah proses pabrikasi tulangan kolom dilakukan, maka proses selanjutnya
adalah pemasangan atau setting tulangan kolom yang dilakukan dengan
metode erection tulangan .Pemasangan tulangan berpatok pada stek
tulangan kolom yang berada dibawahnya, namun stek tulangan kolom
tersebut bukanlah patokan satu-satunya karena perlu dilakukan pengecekan
kembali posisi titik as kolom dengan melakukan pengukuran penentuan
posisi titik as kolom
108

5. Untuk menjaga kekakuan dan vertikalitas tulangan kolom pada saat proses
erection, apabila diperlukan ditambah dengan tulangan penguat
6. Dalam penulangan kolom dilakukan secara overlaping sesuai dengan
standar detail pemasangan kolom dan gambar perencanaan maupun shop
drawing
7. Pada Proyek Pembangunan Gedung KPPD Kulon Progo bentuk dimensi dan
ukuran kolom yang digunakan terdiri dari beberapa tipe kolom.

Gambar 4.21. Perangkaian tulangan kolom di lokasi


4.3.3.

Pemasangan Bekisting Kolom

Setelah tulangan kolom terpasang dan instalasi panel bekisting telah selesai
dikerjakan di area pabrikasi bekisting, maka proses selanjutnya yaitu pemasangan
bekisting yang meliputi :
1. Pengecekan penentuan as kolom sesuai shop drawing
2. Pemasangan sepatu kolom menggunakan besi siku L yang dilas ke bagian
tulangan kolom yang berfungsi sebagai batas untuk selimut beton terhadap
bekisting kolom

Gambar 4.22. Pemasangan Sepatu Kolom


3. Memasang dan melengkapi tulangan kolom, termasuk memasang beton
decking pada sisi-sisi luar tulangan

109

4. Pemindahan panel bekisting ke lokasi yang telah disiapkan menggunakan


tower crane
5. Pemasangan

panel

bekisting

kolom,

yang

sebelumnya

dilakukan

pembersihan permukaan bekisting dan pemberian minyak bekisting


6. Pemasangan base plate dengan cara memasukkan base plate ke dalam stek
besi yang telah tertanam di lantai
7. Pemasangan klem pengatur dan penunjang untuk memperkuat panel
bekisting
8. Setelah bekisting kolom berdiri dilakukan pemasangan brace atau support
pipe pada sisi bekisting kolom untuk menjaga bekisting tetap tegak lurus
9. Check posisi vertikal bekisting terhadap as kolom menggunakan bandul
unting-unting yang diukur pada sisi atas dan bawah kolom agar sewaktu
pengecoran tidak terjadi pergeseran posisi
10. Untuk menentukan posisi panel bekisting kolom dilakukan penyetelan
brace atau support pipe
11. Pemberian adukan dibawah bekisting kolom, untuk mencegah air semen
keluar dari bekisting.

1
4

KETERANGAN :

1.
2.
5
3.
4.
5.
6.

KLEM PENGATUR
MUR BAUT
SUPPORT PIPE
PANEL CETAKAN
PENGUAT TEGAK
BASE PLATE

6
Gambar 4.23. Detail Bagian Bekisting Kolom
4.3.4.

Pengecoran Kolom

Proses pengecoran kolom dilakukan apabila proses penulangan dan pekerjaan


instalasi panel begisting kolom telah selesai dan telah di check oleh supervisor

110

struktur serta mendapat persetujuan dari konsultan manajemen konstruksi. Urutan


proses pengecoran kolom yaitu:
1. Beton ready mix didatangkan dari batching plant PT. Pionir Beton dengan
mutu Fc 30 MPa
2. Beton dituangkan ke dalam troli, kemudian dilakukan pengujian slump.
Nilai slump yang dipakai adalah 10 2 cm
3. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix dari truck
mixer dituang kedalam bucket, kemudian bucket tersebut diangkat dengan
tower crane menuju ke lokasi pengecoran. Pada saat pemindahan,pintu
bucket ditutup/dikunci agar tidak tumpah
4. Pengecoran kolom dilakukan dengan bantuan Tower Crane , beton dari
Truck Mixer dituang ke dalam bucket. Kapasitas satu bucket adalah 0,75 m3
5. Pintu Bucket ditutup/dikunci, agar pada saat pemindahan ke lokasi
pengecoran, beton tidak tumpah
6. Di lokasi pengecoran, tutup pintu bucket dibuka, dan beton dituang ke
dalam bekisting menggunakan selang plastik (tremie). Penuangan beton
maksimal setinggi 2 m dari bawah bekisting untuk menghindari agregat
kasar terlepas dari adukan beton
7. Pada saat pengecoran, dilakukan vibrasi yang cukup pada adonan beton
8. Vibrator diusahakan tidak berinteraksi langsung dengan sambungan
bekisting dan tulangan pada saat melakukan pemadatan
9. Pengawasan kontinyu terhadap pelaksanaan pengecoran. Sebelum dan
sesudah proses pengecoran verticality kolom harus dicek kembali.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengecoran kolom adalah
menghindari peristiwaperistiwa berikut ini:
1. Geripis/keropos dalam sudut kolom dan pada kaki kolom
2. Terjadi lubanglubang pada permukaan kolom (honeycomb)
3. Permukaan beton yang bergelombang
4. Keluarnya air semen pada dudukan bekisting
5. Batas temperatur beton ready mix sebelum dicor disyaratkan tidak
melampaui 38 C.

111

Gambar 4.24. Proses Pengecoran Kolom


4.3.5.

Pembongkaran Bekisting Kolom

Proses pembongkaran bekisting kolom merupakan tahap terakhir dari pekerjaan


kolom. Berikut urutan proses pembongkaran bekisting kolom :
1. Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan minimal 8 jam setelah
proses pengecoran beton
2. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan mengendorkan semua mur baut
atau tie rod pada klem pengatur bagian bekisting
3. Selanjutnya adalah mengendorkan bagian brace atau support pipe, yang
secara bersamaan bekisting kolom akan lepas dengan sendirinya
4. Kemudian bekisting kolom diangkat dan dipindahkan pada kolom
berikutnya dengan tower crane.
4.3.6.

Perawatan Pada Kolom

Pada saat masa pengikatan awal yaitu pada saat beton mulai mengeras, dilakukan
proses perawatan beton atau curing dengan pemberian air pada permukaan beton
kolom. Perawatan beton atau curing berfungsi untuk melindungi beton selama
berlangsungnya proses pengerasan beton terhadap sinar matahari, pengeringan
oleh angin, hujan atau aliran air, dan perusakan secara mekanis atau pengeringan
sebelum waktunya.

112

Perawatan beton atau curing dilakukan untuk menghindari :


1. Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton yang
akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton
2. Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama
3. Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak-retak
pada beton.
Adapun proses perawatan beton yang dilakukan dalam proyek ini adalah dengan
melakukan penyiraman air pada lapisan permukaan beton kolom. Apabila terjadi
hujan maka cukup air hujan itu saja yang digunakan. Proses perawatan ini tidak
hanya memberikan perawatan yang baik tetapi juga menurunkan suhu beton
sebagai akibat dari penguapan yang terjadi.

4.4. Pekerjaan Struktur Balok dan Pelat Lantai


Proses pekerjaan struktur balok dan pelat lantai dilaksanakan setelah proses
pekerjaan struktur kolom selesai. Pekerjaan balok dan pelat lantai meliputi
beberapa kegiatan antara lain penentuan posisi as balok dan pelat lantai,
pembuatan begisting balok dan pelat lantai, penulangan balok, penulangan pelat
lantai, pengecoran balok dan pelat lantai, pembongkaran begisting balok, dan
perawatan beton.
4.3.1.

Penentuan Posisi As Balok dan Pelat Lantai

Penentuan posisi as balok dan pelat lantai dilakukan dengan cermat dan teliti oleh
surveyor agar menghasilkan elevasi dan posisi vertikal yang sama dalam
pembuatan balok dan pelat lantai. Ada beberapa langkah dalam penentuan posisi
as balok dan pelat lantai antara lain :
1. Mengukur setinggi 1 m dari dasar kolom dan diberi kode pada kolom
tersebut
2. Kemudian dengan menggunakan autolevel, kolom yang lain juga diberi
kode elevasi 1 m dari dasar kolom
3. Dari kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai elevasi
dasar bekisting balok

113

4. Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut diukur setinggi jarak tertentu
sebagai elevasi dasar bekisting pelat lantai.
4.3.2.

Pembuatan Bekisting Balok dan Pelat Lantai

Proses pembuatan bekisting balok dan pelat lantai dikerjakan di lokasi


pelaksanaan pekerjaan balok. Urutan proses pembuatan bekisting balok yang
dilakukan, yaitu pemotongan multipleks sesuai dengan ukuran dimensi balok sisi
kanan, sisi kiri, dan sisi bawah, kemudian di install atau di rangkai sesuai dengan
shop drawing.
Perencanaan untuk menentukan jumlah kebutuhan scaffolding harus cukup
matang karena pengadaan scaffolding sangat berpengaruh terhadap kelancaran
pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai. Selain jumlah main frame, juga perlu
direncanakan adjusting frame yang diperlukan sehubungan dengan ketinggian dari
plat dan balok yang ada.

4.3.3.

Pemasangan Bekisting Balok dan Pelat Lantai

Setelah proses pemotongan multipleks untuk bekisting balok dan pelat lantai
selesai, selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting tersebut di lokasi
pelaksanaan. Urutan proses pemasangan bekisting balok dan pelat lantai adalah
sebagai berikut :
1. Pemasangan jack base yang sudah diatur ketinggiannya
2. Pemasangan main frame dan cross brace diatas jack base
3. Pemasangan joint pin diatas main frame sebagai penyambung dengan
scaffolding diatasnya
4. Pemasangan kaki main frame dimasukkan pada joint pin
5. Pemasangan jack U head yang sudah di setting ketinggiannya sesuai
kebutuhan
6. Pemasangan suri-suri kayu (ukuran 8/12) yang digunakan sebagai penahan
bekisting balok dan pelat pada arah memanjang diatas jack U head,
kemudian diatasnya dipasang balok kayu arah melintang dengan jarak
masing-masing 1 m

114

7. Setelah itu baru dipasang multipleks dengan tebal 12 mm untuk alas dan
dinding bekisting balok sesuai shop drawing
8. Pemasangan bekisting balok dengan perkuatan samping siku penjepit.
Untuk kelurusan dinding bekisting balok, dicek dengan menarik benang
unting-unting pada ujung-ujung balok
9. Selanjutnya dipasang pipa besi 11/4 dengan arah melintang di atas surisuri kayu (ukuran 8/12) untuk menahan bekisting pelat lantai
10. Kemudian dipasang multipleks phenol film dengan tebal 12 mm sebagai
alas bekisting pelat lantai. Pemasangan multipleks phenol film untuk pelat
lantai dimulai dari tepi bekisting balok untuk mengecek kembali kelurusan
dinding bekisting balok. Setelah itu baru dipasang multipleks phenol film
pada bagian tengah bekisting pelat lantai
11. Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai dipasang pada posisi sesuai
dengan shop drawing. Pemasangan bekisting di setting dan di check
terhadap kelurusan horisontal, elevasi, dan perkuatannya.

Gambar 4.25. Proses Bekisting Balok dan Pelat Lantai

4.3.4.

Penulangan Balok

Pada Proyek Pembangunan Gedung KPPD Kulon Progo ini, ukuran dimensi
penulangan balok bervariasi sesuai gambar kerja perencanaan dan shop drawing.
Pelaksanaan penulangan balok dilakukan sebagai berikut :

115

1. Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah ditentukan dari kode
elevasi pada kolom dengan memperhitungkan tebal selimut beton
2. Ujung tulangan bawah dimasukkan ke dalam tulangan kolom sebagai
penjangkaran. Apabila terdapat sambungan pada penulangan dilakukan
sambungan lewatan sekitar 40 x diameter tulangan (PBI 1971). Sambungan
tulangan dilakukan berselang-seling dan penempatan sambungan ditempattempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin harus dihindarkan
3. Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak pada
tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak di tengah bentang. Sengkang diikat
dengan kawat bendrat.
4. Tulangan atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya pada tulangan
kolom. Sedangkan sengkang dimasukkan ke dalam tulangan balok satu per
satu dan diukur jarak tiap sengkang.
5. Untuk balok anak, tulangan atas harus menumpu diatas tulangan bagian atas
balok induk.
Yang perlu mendapatkan perhatian dalam penulangan balok adalah pada
penyambungan tulangan utama. Penyambungan tulangan utama dilakukan pada
daerah yang mempunyai momen nol. Daerah ini terletak pada 1/5 bagian bentang.

Gambar 4.26. Pertemuan Penulangan Balok dan Kolom


4.3.5.

Penulangan Pelat Lantai

116

Tulangan pelat lantai pada proyek Pembangunan Gedung KPPD Kulon Progo ini
menggunakan wire mesh atau anyaman tulangan tipe M7 dan M8. Proses
pemasangan tulangan wire mesh adalah sebagai berikut :
1. Wire mesh diangkat dan dipindahkan menggunakan tower crane
2. Letakkan wire mesh pada posisi yang telah ditentukan dan lakukan proses
pengecheckan posisi
3. Pemotongan tulangan wire mesh sesuai dengan ukuran luas masing-masing
bekisting pelat lantai dibawahnya
4. Tulangan ujung antar wire mesh saling dikaitkan dengan balok
5. Kemudian dipasang tulangan wire mesh pada bagian tumpuan
6. Untuk menjaga jarak vertikal antar tulangan wire mesh bagian lapangan
dengan tulangan wire mesh bagian tumpuan maka perlu dipasang tulangan
cakar ayam
7. Setelah itu dilakukan pemasangan beton decking antara tulangan wire mesh
dengan bekisting pelat lantai.

Gambar 4.27. Pemasangan Tulangan Wire Mesh Tipe M8

Gambar 4.28. Tulangan Cakar Ayam dan Beton Decking Pada Pelat Lantai
4.3.6.

Pengecoran Balok dan Pelat Lantai

117

Proses pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan concrete pump dan
concrete bucket dengan beton ready mix. Sebelum proses pengecoran
dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal hal seperti di bawah ini :
1. Pemeriksaan bekisting balok
Posisi dan kondisi bekisting balok harus dicek lagi apakah sudah sesuai
dengan yang direncanakan. Bekisting balok harus lurus sesuai dengan posisi
as, tegak, lurus, dan pada ujung bekisting dipastikan tidak akan bocor.
Bekisting balok juga harus kuat dan terpasang dengan kokoh agar tidak
bergeser karena getaran dan tekanan selama proses pengecoran berlangsung.
Pemeriksaan bekisting balok meliputi :
a. Ukuran dimensi bekisting balok
b. Posisi bekisting balok terhadap as
c. Elevasi posisi bekisting balok
d. Posisi bekisting terhadap posisi horisontal maupun
vertikal
e. Kebersihan bekisting balok dan lokasi pengecoran
f. Pemeriksaan sambungan bekisting balok
g. Pemeriksaan perkuatan atau support bekisting balok.
2. Pemeriksaan penulangan balok dan pemasangan wire mesh
Pekerjaan penulangan balok dan pemasangan wire mesh harus sudah selesai
dan diperiksa sebelum pelaksanaan pengecoran.
Pemeriksaan penulangan balok dan pemasangan wire mesh adalah :
a. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama balok
b. Pemeriksaan jumlah, ukuran, jarak, dan posisi sengkang
c. Pemeriksaan sambungan tulangan balok
d. Peletakkan posisi beton decking pada tulangan balok dengan begisting
balok
e. Pemeriksaan kekuatan bendrat pada sambungan tulangan utama dengan
tulangan sengkang
f. Tulangan balok dan wire mesh harus bebas dari kotoran dan karat serta
bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya rekatan dengan
campuran beton

118

g. Pemasangan wire mesh harus sesuai ketentuan.


Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai untuk lantai 1 sampai dengan
atap menggunakan concrete bucket dengan bantuan tower crane yang
mengangkut beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran
2. Pengecoran dilakukan perlapis dimana setiap lapisan dipadatkan dengan
concrete vibrator agar terbentuk beton yang monilit

Gambar 4.29. Proses Pengecoran Balok dan Pelat Lantai


3. Proses pengecoran dimulai pada posisi balok tepi kemudian menuju bagian
tengah pelat lantai
4. Setelah beton keluar dari concrete bucket diratakan dengan alat perata sesuai
dengan tinggi peil yang sudah ditentukan. Dalam meratakan adukan beton
sesuai dengan ukuran dimensi pelat lantai, yaitu 12 cm, pengukuran tebal
pelat lantai menggunakan tongkat dengan ukuran ketinggian dan alat auto
level
5. Kemudian proses pengecoran dilakukan ke bagian lain.
4.3.7.

Pembongkaran Bekisting Balok

Setelah proses pengecoran, maka dilakukan pembongkaran bekisting pada umur


beton tertentu. Proses pembongkaran bekisting balok adalah sebagai berikut :

119

1. Setelah beton pada umur tertentu, maka bekisting pelat lantai dan balok
sudah dapat dibongkar
2. Pelepasan bekisting dan scaffolding dimulai dari area pelat lantai. Bekisting
pelat yang dibuka dimulai dari bekisting yang berada di tengah bentang
dengan arah pembongkaran menuju kolom
3. Dilanjutkan pelepasan bekisting dan scaffolding pada area balok anak.
Pelepasan dilakukan dari tengah bentang menuju area tumpuan balok
4. Setelah pelepasan bekisting balok anak, dilanjutkan dengan pemasangan
shoring pada balok anak. Shoring hanya dipasang pada area lapangan atau
tengah bentang balok anak
5. Dilanjutkan pembongkaran bekisting dan scaffolding balok induk, dimulai
dari tengah bentang ke arah tumpuan balok
6. Setelah

pembongkaran bekisting

balok

induk, dilanjutkan

dengan

pemasangan shoring pada balok induk pada area lapangan atau tengah
bentang balok induk
7. Pelepasan bekisting dan pemasangan shoring dan reshoring dilakukan satu
per satu tiap area pelat dan balok. Setelah itu dapat dilanjutkan pada area
plat dan balok yang lain
8. Pemasangan shoring dan reshoring harus mengikuti gambar kerja.

Gambar 4.30. Pemberian Pipe Support Pada Pelat Lantai (Reshoring)


4.3.8.

Perawatan Beton Balok dan Pelat Lantai

Sebelum dilakukan pembongkaran bekisting, dilakukan perawatan beton atau


curing. Perawatan beton dilakukan dengan cara curing compound setelah beton
mulai mengeras selama 6 jam setelah beton didiamkan seusai pengecoran.
Kemudian setelah beton dibongkar maka perawatan beton diteruskan dengan cara
menyiramnya dengan air sehingga penguapan berlebih dari beton dapat dikurangi.

120

Dengan demikian retak beton yang timbul akibat pengaruh cuaca dapat dihindari.
Apabila terjadi hujan maka cukup air hujan itu saja yang digunakan.

121

Anda mungkin juga menyukai