Anda di halaman 1dari 31

STANDAR

OPERASIONAL
RUANG MEDIA
BALAI LABORATORIUM
KESEHATAN PROVINSI
KALTIM

Oleh:
Radita Ning Anggraeny S., S.Si

Balai Laboratorium Kesehatan


Provinsi Kalimantan Timur
2009
Mitra Diagnostik Anda Menuju Sehat

Kata Pengantar
----------------------------------------------------------------

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,


Salam Sejahtera, bagi pembaca sekalian.
Alhamdulillah akhirnya terselesaikan juga penulisan Standar Operasional Ruang Media
di akhir tahun 2009 ini. Panduan ini dilatar-belakangi atas dorongan dan keinginan balai
laboratorium menuju laboratorium yang bersertifikasi ISO 9001 dan Akreditasi Balai
Laboratorium Kesehatan tingkat provinsi (ISO 17025). SOP Ruang Media ini dibuat atas
kerjasama dan masukan banyak pihak. Panduan ini juga merupakan kompilasi dari
beberapa tulisan serupa.
Ucapan terimakasih, saya berikan atas dukungan dan bimbingan pada seluruh staf Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Kaltim, serta pada PT. Merck Tbk, dan banyak pihak
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Semoga buku panduan SOP Ruang Media ini memberikan banyak pencerahan ilmu dan
manfaat dalam aplikasinya bagi pembaca.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Samarinda, Desember 2009
Penulis
Radita Ning Anggraeny S., S.Si

Daftar Isi
----------------------------------------------------------------

Cover Standar Operasional Ruang Media ..................................................................... i


Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
Latar Belakang ............................................................................................................... iv
Isi
Media .............................................................................................................................. 1
Ruangan & Fasilitas Penunjang .................................................................................... 3
Penyimpanan Bahan & Reagen Media ....................................................................... 3
Pemilihan Bahan Media serta Reagen ........................................................................ 4
Air (Aquadest) ................................................................................................................ 5
Uji Kualitas Media ......................................................................................................... 6
Kontrol Kualitas Ruangan Media ................................................................................. 9
Penyimpanan Media Jadi .............................................................................................10
Pencatatan & Pelaporan ..............................................................................................11
Lemari Pendingin (Refrigerator/ Freezer) ...................................................................11
Hot Plate-Stirrer ............................................................................................................12
Timbangan .....................................................................................................................13
Autoklaf (Autoclave) ......................................................................................................14
Tempat Penyimpanan Alat-alat Gelas .........................................................................16
Meja Peracikan & Persiapan Media ............................................................................16
Laminar Air Flow ...........................................................................................................17
Penangas Air (Waterbath) ............................................................................................17
Pemecahan Masalah (Trouble Shooting) pada Kerusakan Alat ................................17
Alat-alat Gelas serta Logam yang digunakan di Ruang Media ..................................19
Bahan-bahan habis pakai yang diperlukan di Ruang Media .....................................19
Pencucian Alat-alat Gelas .............................................................................................20
Kesalahan-kesalahan yang Terjadi selama Proses Pembuatan Media ....................22
Sistem Pembuangan (Waste Disposal) .......................................................................23
Daftar Pustaka ...............................................................................................................25

Latar Belakang
---------------------------------------------------------------Uji kualitas media merupakan satu-satunya upaya dalam penjaminan mutu media atau
hasil (output). Jaminan mutu atau kualitas adalah seluruh rangkaian kegiatan
laboratorium

untuk

meyakinkan

hasil-hasil

yang

dikeluarkan

dengan

mempertimbangkan segi-segi reabilitas, kecepatan, biaya dan relevansinya terhadap


klinis serta lingkungan.
Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil laboratorium digunakan
untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan, serta penentuan prognosis. Oleh
karena itu hasil pemeriksaan laboratorium harus selalu terjamin mutunya.
Masalah kualitas pada bidang kimia klinik agak lebih sederhana dibanding bidang
mikrobiologi. Karena kualitas hasil akhir dapat diukur dengan parameter secara obyektif
terutama akurasi dan presisi, dimana kedua-duanya dapat dipertanggung jawabkan,
serta penilaian berupa angka atau statistik.
Mikrobiologi merupakan suatu cabang ilmu yang kurang kuantitatif sehingga pengertian
kualitas hasil akhir lebih ditekankan kepada kesempurnaan teknis. Untuk mencapai,
menjaga, melakukan perbaikan berkesinambungan dan meningkatkan kualitas hasil
akhir, mutlak perlu dilaksanakan pemantapan mutu (Quality Assurance) yang mencakup
komponen: Pemantapan Mutu Internal, Pemantapan Mutu Eksternal, Akreditasi, Audit,
Validasi Hasil, Diklat Berkelanjutan. Pelaksanaan pemantapan mutu bidang mikrobiologi
merupakan manajemen pengendalian mutu laboratorium mikrobiologi mencakup:
Pengendalian mutu tahap pra analitik, Pengendalian mutu tahap analitik dan
Pengendalian mutu tahap pasca analitik.
Kualitas pemeriksaan bidang mikrobiologi sangat bergantung kepada kualitas media
yang dipakai. Media kultur dapat disediakan baik dalam bentuk base (dasar) kering
secara komersial, dari racikan bahan-bahan baku yang berbeda atau dari media yang
siap pakai yang dikemas dalam tabung dan cawan plastik. Walaupun media siap pakai
ini masih diperdebatkan penggunaannya, kebanyakan ahli sangat setuju terutama
dalam bentuk cairan karena lebih efisien dan ekonomis.
Perusahaan-perusahaan komersial yang ternama itu juga mempunyai program quality
control sendiri dan dapat membuat media dengan hasil jauh lebih baik, serta kepekaan
yang lebih tinggi dibanding yang dibuat sendiri oleh laboratorium pemakai. Jika biaya

tenaga kerja meningkat dan waktu yang dibutuhkan untuk quality control bertambah
maka penyediaan media dari ramuan bahan-bahan mentah tidak dianjurkan.
Bakteri seperti mahluk hidup lainnya memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan.
Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi
(penanaman), mengisolasi dan mengidentifikasi mikroorganisme. Mikroorganisme
memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda di dalam persyaratan pertumbuhannnya.
Ada mikroorganisme yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan
ada pula yang tidak mampu, dan hal lain seterusnya. Karakteristik persyaratan
pertumbuhan mikroorganisme.
Bakteri atau mikroorganisme lainnya agar dapat dibiakkan didalam laboratorium
memerlukan media yang memungkinkan tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh
karena itu media pembiakan harus mengandung cukup nutrien untuk pertumbuhan
mikroorganisme, selain suhu dan pH. Meskipun persyaratan nutrien bakteri amat
beragam, namun sebagai mahluk hidup, mereka mempunyai kebutuhan dasar yang
sama, yaitu meliputi air, karbon, energi, mineral.
Untuk itu hasil laboratorium mikrobiologi yang berkualitas tinggi dapat diartikan sebagai
suatu laporan yang sangat membantu dalam pencegahan atau penanggulangan
penyakit. Tes laboratorium yang dikerjakan dengan sempurna diharapkan akan
berkualitas tinggi, jika didukung media dan bahan dasar yang baik pula. Oleh karenanya
penulisan panduan ini memiliki sasaran yaitu standar yang baik pada media.

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Media
Media/ media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang
dipakai untuk menumbuhkan mikrobia.
Supaya mikrobia dapat tumbuh dengan baik dalam suatu media, perlu dipenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
1. Harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikrobia.
2. Harus mempunyai tekanan osmose, tegangan permukaan dan pH yang sesuai.
3. Tidak mengandung zat-zat penghambat.
4. Harus steril.
Jenis media dapat digolongkan berdasarkan:
a. Susunan kimia
Berdasarkan susunan kimianya, terdapat berbagai jenis media yaitu:
1) Media anorganik : media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik, misalnya
silika gel.
2) Media organik : media yang tersusun dari bahan-bahan organik.
3) Media sintetis : media buatan, dengan ramuan yang tertentu, baik ready for use
maupun ramuan sendiri.
4) Media non sintetis : media alamiah, misalnya media wortel, media kentang dan
lain-lain.
b. Konsistensi/ kepadatan
Berdasarkan konsistensinya, terdapat berbagai jenis media yaitu:
1) Media cair (liquid medium), yaitu media bentuk cair (broth) misalnya; air pepton,
Nutrient Broth, Tarozzi dan lain-lain.
2) Media setengah padat (semi solid medium), misalnya; SIM, Carry & Blair, dan
lain- lain.
3) Media padat (solid medium), yaitu media bentuk padat/ beku misalnya; Potato
Dextrose Agar, Nutrient Agar, Blood Agar, serta media-media lainnya yang

Page

berbasis agar.

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

c. Fungsi
Berdasarkan fungsinya, terdapat berbagai jenis media yaitu:
1) Transport media: perbenihan yang digunakan untuk mengirimkan spesimen
dari suatu tempat ke laboratorium.
Contoh :

Carry and Blair untuk tinja/ rectal swab


Stuart dan medium Amies untuk usap nasofaring

2) Enrichment media: perbenihan yang digunakan untuk memperbanyak bakteri,


baik yang ada di dalam spesimen maupun koloni-koloni yang kecil-kecil.
Contoh :

Brain Heart Infussion Broth untuk darah (aerob)


Thioglycolate Broth untuk darah (anaerob)

3) Enrichment

exclusive

media:

perbenihan

yang

dapat

memperbanyak

segolongan bakteri sedangkan bakteri lainnya dihambat atau tidak dapat


tumbuh.
Contoh :

Alcalis pepton water untuk Vibrio spp.


Selenite Broth, Tellurite Broth, Azide broth untuk Salmonella spp.

4) Exclusive media: perbenihan yang hanya dapat ditumbuhi segolongan bakteri


saja, sedangkan bakteri lainnya tidak tumbuh dan dapat dibeda-bedakan koloni
spesies satu dengan lainnya.
Contoh :

Blood Tellurite plate untuk Vibrio cholera


Azide agar untuk Salmonella

5) Selective media: perbenihan yang dapat digunakan untuk membedakan


golongan satu dengan lainnya,

sehingga dapat dipilih koloni-koloni bakteri

yang akan dicari.


Contoh :

Blood agar, Brain Heart Infussion agar


Salmonella Shigella Agar untuk Salmonella Shigella

d. Cara pembuatan
Berdasarkan cara pembuatannya, terdapat 2 jenis media yaitu:
1) Media buatan sendiri
a) dari bahan dasar
b) dari media dehidrasi (dehydrated)

Page

2) Media jadi/ instan (komersial)

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Ruangan & Fasilitas Penunjang


Untuk pembuatan media khusus di bidang mikrobiologi sebaiknya memiliki ruangan
tersendiri. Persyaratan standar konstruksi ruangan media skala Balai Laboratorium
Kesehatan Provinsi dan Rumah Sakit adalah:
1. Dinding terbuat dari bahan porselin atau keramik setinggi 1,5 m dari permukaan
lantai, sisanya dicat dengan warna terang.
2. Tinggi langit-langit antara 2,70 3,30 m dari lantai.
3. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
4. Ambang bawah jendela minimal 1,00 m dari lantai.
5. Semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang dan
tahan terhadap korosi akibat bahan kimia.
7. Meja beton dilapisi porselin/ keramik dengan tinggi 0,80 1,00 m.
8. Meja untuk instrumen elektronik harus tahan getaran, dengan permukaan berlapis
polyvinil, atau kaca atau porselin (tanpa nat).
9. Penerangan yang cukup, dengan jenis lampu bercahaya putih atau neon.
10. Aliran udara yang terbatas dilengkapi Air Conditioner untuk menghindarkan dari
kelembaban dalam ruangan. Dibatasi dengan sekat atau pintu kedua, sehingga
ruangan tidak kontak langsung dengan udara luar yang dapat menyebabkan
kontaminasi.
11. Temperatur serta kelembaban ruangan yang terkontrol dengan cara mensetting AC
ruangan sekitar 20-22 C dengan kelembaban sekitar 60-80 %.
12. Lemari atau rak-rak penyimpanan media yang terbuat dari bahan kaca-aluminium
atau kayu (bebas rayap), dengan kondisi terlindung dari cahaya dan tidak lembab.

Penyimpanan Bahan & Reagen Media


Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah: pertama masuk-pertama
keluar (FIFO= first in - first out), yaitu bahwa barang yang lebih dahulu masuk
Page

persediaan harus digunakan lebih dahulu.

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu
lama.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/ kelembaban.
4. Lama/ waktu penyimpanan dengan melihat masa kadaluarsa.
5. Incompatibility.

Pemilihan Bahan Media serta Reagen


Bahan media serta reagen yang akan digunakan sebaiknya merupakan bahan yang
baik, tepat dan sesuai dalam peruntukannya. Oleh karenanya diperlukan upaya
pemilihan bahan yang benar pula.
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan dipergunakan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kebutuhan
2. Produksi pabrik yang telah dikenal
3. Deskripsi lengkap dari bahan atau produk
4. Mempunyai masa kadaluarsa yang panjang
5. Volume atau isi kemasan
6. Digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai
7. Mudah diperoleh di pasaran
8. Besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis)
9. Pemasok/ vendor
10. Kelancaran dan kesinambungan pengadaan
11. Pelayanan purna jual
Hal-hal khusus yang harus diperhatikan pada media dan reagen adalah:
Media
a. Media dehidrasi
1. Media yang didehidrasi tidak dapat disimpan untuk waktu yang tak terbatas,
2. Jumlah keseluruhan harus dikemas dalam wadah yang akan habis digunakan

Page

dalam 1-2 bulan.

terutama bila penutup wadah telah dibuka.

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

3. Saat diterima, semua wadah tertutup rapat.


4. Tanggal penerimaan harus dicatat pada setiap wadah.
5. Semua media dehidratasi harus disimpan di tempat gelap, sejuk (suhu < 25 C)
dan berventilasi baik. Rak-rak penyimpanan tidak boleh ditempatkan di dekat
autoklaf atau tempat pencucian karena suhu dan kelembaban yang tinggi.
6. Tanggal membuka kemasan harus dicatat pada wadah tersebut.
b. Media yang telah dilarutkan:
1. Hindari terkena cahaya matahari langsung atau panas.
2. Media yang diperkaya dengan darah, bahan organik atau antibiotik harus
disimpan di dalam lemari es.
3. Harus dijaga agar media tidak mengalami kekeringan. Untuk media dalam
petridish sebaiknya disimpan dalam kantong plastik tertutup dan disimpan di
dalam lemari es.
4. Harus diperhatikan batas lama penyimpanannya, yaitu:

Tabung dengan sumbat kapas

: 1 minggu

Tabung dengan sumbat longgar

: 1 minggu

Cawan petri (dalam bungkus plastik)

: 3 minggu

Botol dengan tutup ulir (screw cap)

: 3 bulan

Reagen
Adapun beberapa reagen yang dibutuhkan dalam proses pembuatan media disimpan
dan diusulkan dalam logistik secara berkala oleh penanggung jawab ruangan.
Penyimpanan reagen didasarkan atas sifat reagen; berbahaya, korosif, eksplosif, dll.
Reagen-reagen tersebut dibuatkan buku log reagen yang mencakup; nama jenis
reagen, merek, fungsi, tanggal pengadaan (produksi), tanggal kadaluarsa.

Air (Aquadest)
Akuadestilata/ aquadest kemungkinan merupakan bahan termurah dari semua bahan

Page

dalam pembuatan media. Akuades yang merupakan bahan terpenting dan yang paling

yang digunakan di laboratorium, tetapi tetap merupakan bahan penunjang utama

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

sering digunakan, karenanya kualitas air yang digunakan harus memenuhi standar
seperti halnya bahan lain yang digunakan dalam analisis.
Laboratorium harus menetapkan tingkat kualitas air yang diperlukan sesuai dengan
jenis pemeriksaan yang dilakukan.
Syarat:
1. pH sekitar 7 (bisa turun karena terpapar dengan udara)
2. Bebas materi
3. Kekeruhan
4. DHL (Daya Hantar Listrik)

Uji Kualitas Media


Agar media mempunyai kualitas seperti yang diharapkan perlu dilakukan uji kualitas,
seperti uji sterilitas dan uji spesifitas. Uji sterilisasi di lakukan untuk mengetahui
apakah bahan atau sediaan yang harus steril, sudah memenuhi syarat atau tidak. Uji
sterilitas dapat dilakukan dengan mengeramkan (inkubasi) media selama 2-3 hari di
dalam inkubator. Pada media idealnya tidak boleh ditemukan pertumbuhan bakteri.
Akan tetapi koloni yang tumbuh < 2 dapat diterima.
Sedangkan uji spesifitas dilakukan dengan menggunakan bakteri kontrol yang sesuai
dengan jenis dan fungsi media yang dibuat. Hal ini bermanfaat untuk membantu
mengetahui kelompok dan jenis serta fungsi media yang dibutuhkan.
Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik media buatan sendiri maupun
media jadi, oleh karena itu penyiapan media harus mendapat perhatian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan media:
a. Sampel media dehidrasi ditimbang dan ditambahkan ke dalam air suling dan
bebas mineral, lalu dicampur untuk membuat suspensi yang homogen.
Kemudian panaskan untuk melarutkan zat-zat dalam medium. Jumlah panas
yang digunakan harus diatur hanya cukup sampai membuat larutan yang
sempurna, kecuali dinyatakan lain dalam prosedur. Agitasi yang tetap selama
proses pemanasan penting sebab bongkahan kecil agar, kecuali dalam

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Page

panas yang tinggi. Pemanasan lebih lama akan mengakibatkan denaturasi

suspensi, dapat turun ke dasar wadah dan pemecahannya memerlukan jumlah

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

protein, karamelisasi karbohidrat, inaktivasi zat-zat gizi dan kehilangan kadar


air yang berarti karena penguapan.
b. Media dilarutkan ke dalam wadah yang berukuran cukup dan sterilisasi dengan
autoklaf, setelah selesai harus segera dikeluarkan dari autoklaf untuk
menghindari pemanasan yang lebih lama. Wadah berisi media agar harus
dipindahkan ke penangas air (waterbath) bersuhu 48-50 C sampai mencapai
suhu yang diperlukan. Penyimpanan lebih lama di penangas air harus dihindari.
c. pH setiap batch media harus diperiksa dengan pH meter setelah media
dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Untuk menguji media agar, dapat
digunakan elektrode permukaan atau permukaan biasa. Media yang
menyimpang > 0,2 unit pH dari pH optimum harus dibuang.
d. Media dapat dituang ke dalam tabung atau cawan petri dalam ruangan bersih
atau di bawah aliran udara laminar. Ruangan tersebut harus dijaga cukup
terang, bebas dari bahan-bahan lain (kecuali yang diperlukan untuk prosedur
penuangan media) dan bebas dari lalu lalang selama proses pembagian. Setiap
usaha harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi media pada tahap ini.

Oleh karenanya selama proses pembuatan media sebaiknya diawasi oleh seorang
pengawas, agar dapat terjamin kualitasnya. Kualitas media harus diperiksa dahulu
sebelum media digunakan. Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu media
yang telah dibuat, yaitu:
a. Secara visual
Yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan lain-lain.
Contoh:
1) Media gula-gula yang dilengkapi tabung Durham bila terlihat gelembung
udara berarti sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
2) Bila warna media tidak sesuai dengan warna standar maka harus dicurigai
adanya perbedaan pH, untuk itu periksalah dengan pH meter.
Bila pH media berbeda 0,2 satuan, tambahkan asam atau basa atau dibuat

Page

baru.

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

b. Uji sterilitas
Uji sterilitas merupakan suatu keharusan terutama pada media yang diperkaya
dengan bahan-bahan tertentu seperti agar darah atau agar coklat.
Cara:
1) Ambil sejumlah 5 % dari tiap batch media yang dibuat.
2) Inkubasi selama 1-2 hari pada suhu 35 C.
3) Bila terdapat pertumbuhan lebih dari 2 koloni mikroorganisme/ cawan petri
atau lebih, berarti seluruh media dari batch tersebut tidak dapat dipakai.
c. Uji spesifitas dengan penanaman mikroorganisme kontrol positif dan kontrol
negatif
Mikroorganisme kontrol kualitas (strain kuman) adalah mikroorganisme spesifik
yang seharusnya tumbuh pada media tertentu. Mikroorganisme tersebut
memiliki ciri morfologi, biokimia, serologi yang dapat diuji dan mampu
menunjukkan stabilitas reproduksi yang tetap bilamana ditempatkan pada
kondisi yang sesuai.
Uji media dengan menggunakan mikroorganisme kontrol positif dan kontrol
negatif ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji media dengan menggunakan kuman
Organisme kontrol
S. faecalis

Blood agar

24 jam CO2/
Candle jar
24 jam CO2

S. pyogenes
S. pyogenes
S. pneumoniae
Haemophilus influenzae

Tumbuh & -hemolisis


Tumbuh & -hemolisis
Tumbuh

S. typhymurium
Shigella flexneri
S. typhymurium
K. pneumoniae
S. typhymurium
K. pneumoniae
E. coli
Serratia marcescens
Citrobacter freundi
S. typhymurium
S. flexneri
Acinetobacter
E. coli
P. mirabilis
E. coli
K. pneumoniae

Positif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
A/A gas + H2S
K/A gas + H2S
K/A
Tidak ada perubahan
Koloni merah
Koloni tidak berwarna
Negatif (hijau)
Positif (biru)

Chocolate agar
Decarboxidase
- lysine

48 jam

- ornithine

48 jam

- arginine
(dihydrolase)
Gelatine (rapid test)
Kliglers iron agar &
Triple iron sugar agar

48 jam

MacConkey agar

24 jam aerob

Malonate broth

24 jam

24 jam
24 jam

Radita

Hasil yang diharapkan


Tumbuh & menjadi hitam
Tidak tumbuh

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Inkubasi
24 jam

Page

Media
Bile aesculin agar

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Manitol salt agar

24 jam aerob

Methyl red/ Voges


Proskauer
Mueller Hinton Agar

48 jam

Nitrate broth

24 jam

OF dextrose (tanpa
parafin)

24 jam

Peptone water
(indole)
Phenylalanine
deaminase
Rappaport broth

24 jam

Selenite broth
Tetrahionate broth
Salmonella/ Shigella
agar

24 jam

24 jam
24 jam

24 jam aerob

Simmons Citrate

24 jam suhu
kamar
48 jam

TCBS

24 jam

Thayer Martin agar

24 jam CO2

Thioglycollate broth
Urea medium

24 jam
24 jam

S. aureus
T. epidermidis
E. coli
E. coli
K. pneumoniae
E. coli ATCC 25922
S. aureus ATCC 25923
P. aeruginosa ATCC 27853
E. coli
Acinetobacter
P. aeruginosa
Acinetobacter calcoaceticus
biovar Iwofii
E. coli
P. mirabilis
E. coli
P. mirabilis
S. typhimurium

Koloni kuning
Koloni merah muda
Tidak tumbuh
Positif/ negatif
Positif/ negatif
Pertumbuhan koloni
tersuspensi merata
Positif
Negatif
Oksidasi pada
permukaan
Tidak ada perubahan

E. coli

Positif
Negatif
Negatif
Positif
Tumbuh setelah
subkultur
Tumbuh tanpa subkultur

E. coli
S. typhimurium
Yersinia enterolitica
Shigella flexneri
E. coli
K. pneumoniae
Vibrio (non aglutinasi)
E. coli
N. meningitidis
M. gonorrhoeae
Staphylococcus
E. coli
Candida albicans
Bacteroides fragilis
E. coli
P. mirabilis

Tumbuh
Tidak tumbuh
Tumbuh tidak berwarna
Tumbuh tidak berwarna
Tidak tumbuh
Tumbuh warna biru
Koloni kuning
Tidak tumbuh
Tumbuh
Tumbuh
Tumbuh
Tidak tumbuh
Tumbuh
Tumbuh
Negatif
Positif (merah muda)

Sehingga untuk keperluan uji kualitas diatas, laboratorium idealnya memiliki stok
kultur (strain kuman) sebagai syarat uji kualitas kontrol.

Kontrol Kualitas Ruangan Media


Sebagai ruang/ tempat penyimpanan, peracikan dan pengolahan media, diperlukan

baku mutu yang telah ditetapkan untuk kontrol kualitas (sterilitas) pada ruang media,

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Page

media belum cukup apabila tidak diuji dengan kontrol sterilitas. Belum ada standar

kondisi ruangan yang cukup terkontrol secara kualitatif. Syarat bersih saja pada ruang

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

tetapi hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengawasan personal yang bertanggung
jawab terhadap media tentang keadaan sterilitas ruangannya. Selain itu, keadaan
kebersihan ruang media pun dapat diketahui serta analis/ personal yang bertanggung
jawab yakin akan jaminan mutu dari media yang dihasilkan.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah menguji secara berkala dengan menempatkan
media NA plate atau PCA steril dalam keadaan terbuka di beberapa sudut ruangan
selama setengah hingga satu jam. Kemudian media diinkubasi selama 24 jam pada
temperatur 35-37C, atau pada 44,5 C khusus untuk media selektif E. coli, lalu
dihitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Hasil yang didapat dicatat pada catatan
khusus, dan dapat diberikan solusi terhadap kondisi ruang media yang kurang
memenuhi syarat.
Kebersihan ruangan dijaga setiap saat, termasuk meja peracikan, lemari penyimpan
stok media serta lemari pendingin penyimpanan media jadi. Bila menggunakan
pendingin ruangan (Air Conditioner) idealnya dibersihkan secara berkala minimal 1 kali
dalam 2 bulan, bila perlu sekali dalam 6 bulan dilakukan fumigasi menggunakan tablet
formaldehid.

Penyimpanan Media Jadi


Setelah pembuatan media instan (siap pakai) selesai, media serta bahan pendukung
yang ditempatkan dalam wadah-wadah petridish (dalam posisi terbalik) segera
disimpan di dalam kantung-kantung plastik bening yang telah diberi keterangan
berupa; Nama media dan tanggal pembuatan, disimpan dalam refrigerator dengan
suhu yang relatif stabil 4C.
Adapun media yang menggunakan wadah tabung-tabung reaksi bertutupkan kapas,
sebaiknya ditutup lagi dengan aluminium foil atau plastic wrap atau parafilm. Agar
menghindari evaporasi atau penguapan dari media selama penyimpanan, serta dapat
menghindarkan media dari kontaminasi. Hal tersebut mampu menjamin kualitas
media dan masa simpan yang relatif lebih lama. Tetapi banyaknya volume media yang
dibuat disesuaikan kembali dengan kebutuhan laboratorium atau trend pemeriksaan.

Page

10

Sehingga media siap pakai yang dibuat sifatnya akan selalu fresh bagi spesimen uji.

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Pencatatan & Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan di dalam laboratorium, khususnya di ruang
media diperlukan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan
keputusan untuk peningkatan kualitas pemeriksaan yang berdampak pada
peningkatan kualitas laboratorium. Untuk itu kegiatan dalam ruangan media,
pencatatan dan pelaporan harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan
dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan
suatu tindakan.
1. Pencatatan
Pencatatan kegiatan di ruang media dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya.
Ada 4 jenis pencatatan, yaitu:
1) Pencatatan kegiatan pembuatan media
2) Pencatatan logistik
3) Pencatatan kegiatan pemeliharaan alat
4) Pencatatan kegiatan pemantapan mutu internal, seperti uji sterilitas media
2. Pelaporan
Pelaporan kegiatan di ruang media meliputi:
1) Laporan kegiatan rutin harian & bulanan
2) Laporan akhir tahun dan evaluasi sebagai bahan referensi pengusulan bahan
tahun berikutnya.

Sebagai penunjang dalam pembuatan media diperlukan alat-alat berikut. Untuk


penggunaan dan perawatannya terlebih dahulu user harus mengenali sifat alat dan
harus memahami cara dan langkah-langkahnya.

Lemari Pendingin (Refrigetor/ Freezer)

Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang dikalibrasi,
misalnya 2-8.
Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Page

display pada freezer.

11

1) Catat suhu setiap hari dengan termometer atau suhu yang terlihat pada digital

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

2) Secara berkala periksa dengan menggunakan termometer standar.


3) Cocokkan hasil yang didapat antara suhu yang ditunjukkan oleh thermometer
digital display dengan termometer standar.
Cara penggunaan lemari pendingin (Refrigerator/ Freezer)
1. Lemari pendingin (refrigerator), lemari pembeku (freezer) dan tabung es kering (dry
ice) harus dibersihkan dan esnya dicairkan (defrost) secara teratur.
2. Buang ampul, tabung, botol dan wadah lain yang pecah selama disimpan. Gunakan
alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal saat bekerja. Setelah
dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin dan lemari pembeku harus
desinfeksi dengan desinfektan yang tidak korosif.
3. Semua wadah yang disimpan harus diberi label yang jelas berisi nama bahan,
tanggal disimpan dan nama orang yang menyimpan.
4. Wadah yang tidak berlabel dan bahan yang sudah kadaluarsa harus diautoklaf.
5. Cairan yang mudah terbakar tidak boleh disimpan dalam lemari pendingin.
Pemeliharaan dan Pencegahan
Bersihkan dan defrost freezer lemari pendingin sekali setiap bulan. Setiap hari catat
suhu yang ditunjukkan oleh termometer.

Hot plate-stirrer
Alat ini berguna untuk melarutkan (memanaskan) atau menghomogenkan media serta
reagen.
Pemeliharaan dan Pencegahan
1. Gelas piala atau erlenmeyer yang digunakan upayakan pada bagian bawahnya
kering.
2. Usahakan alat selalu dalam keadaan bersih, hindari panas yang berlebihan dan
meninggalkan media yang sedang dipanaskan agar tidak menyebabkan media
gosong.

12

3. Catat penggunaannya; Nama pengguna, No Hot plate yang digunakan, serta

Page

sistem data alat yang dijalankan (% panas dan kecepatan putar).

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

4. Gunakan magnetic stirrer yang sesuai dengan standar untuk menghindari


gesekan pada gelas piala maupun erlenmeyer.
5. Sebelum alat dimatikan, pastikan pada setiap tempat pemanas tidak dalam
keadaan ON dengan meng-NOL-kan semua tempat pemanas.

Timbangan
1. Periksalah selalu selalu jarum penunjuk angka (angka menunjuk 0) setiap kali
akan menimbang.
2. Gunakan selalu pinset untuk mengangkat anak timbangan.
3. Bahan yang akan ditimbang harus sesuai suhu kamar.
4. Mengurangi atau menambah beban dilakukan pada saat timbangan dalam
keadaan istirahat.
5. Pintu kotak selalu tertutup pada waktu menimbang.
a. Timbangan Elektrik (Electrical Balance)
Kalibrasi timbangan dilakukan setiap hari dengan memakai anak timbangan standar
yang bersertifikasi kelas S.
Cara kalibrasi anak timbangan:
1) Lakukan penimbangan anak timbangan standar.
2) Catat hasil penimbangan.
3) Ulangi sampai 5 kali, hitung nilai rata-rata toleransi perbedaaan berat yang
masih dapat diterima adalah:
Untuk berat

1 50 mg

= 0,014 mg

Untuk berat

100 500 mg

= 0,025 mg

Untuk berat

1 5 mg

= 0,054 mg

b. Timbangan Analitik (Analytical Balance)


Kalibrasi anak timbangan dilakukan dengan anak timbangan standar yang
bersertifikasi kelas M, yang memperlihatkan nilai nominal setiap anak timbangan,
deviasi sistematik dari nilai nominal, kelas ketelitian, ketidak pastian, nilai massa dan
Cara kalibrasi anak timbangan:
1) Periksalah titik nol, jarum penunjuk angka harus menunjukkan angka nol.
Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Page

13

massa jenis bahan atau volume.

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

2) Letakkan anak timbangan standar yang teringan.


Timbang anak timbangan yang dipakai sehari-hari.
Baca dan catat hasilnya.
3) Ulangi penimbangan dengan anak timbangan standar yang lebih berat.
4) Anak timbangan dianggap masih tepat bila berat yang ditunjukkan oleh anak
timbangan tidak menyimpang lebih dari 0,1 % dari berat masing-masing anak
timbangan standar.
Pemeliharaan dan Pencegahan
Bersihkan alas timbang dan layar digital dari debu, ceceran zat yang ditimbang setiap
habis menggunakan.

Autoklaf (Autoclave)
Penggunaan autoklaf dengan prinsip penguapan dalam kondisi jenuh dan bertekanan
(autoclaving) adalah cara yang paling efektif dan terbaik untuk mensterilkan bahan
atau alat-alat laboratorium. Untuk berbagai tujuan, siklus berikut akan memastikan
sterilisasi yang terpat bagi proses penggunaan autoklaf:

Waktu tinggal 3 menit pada 134C

Waktu tinggal 10 menit pada 126C

Waktu tinggal 15 menit pada 121C

Waktu tinggal 25 menit pada 115C

Bahan atau alat yang akan didesinfeksi atau sterilisasi di dalam ruang autoklaf harus
dibungkus dan tidak dikencangkan atau tetap longgar agar untuk kemudahan
perpindahan udara dan penetrasi uap. Penggunaan kantong harus dilakukan dengan
benar agar uap air tetap dapat menjangkau isinya.
Aturan berikut dapat memperkecil resiko yang mungkin terjadi ketika mengoperasikan
bejana bertekanan.
1. Tanggung jawab untuk pengoperasian dan pemeliharaan rutin harus diserahkan
reguler pada ruang autoklaf, lapisan pintu dan semua gauges serta kontrol oleh

Page

personil yang berkompeten.

14

kepada operator yang terlatih dan program pencegahan yang meliputi pemeriksaan

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

2. Uap air harus dijenuhkan dan terbebas dari bahan-bahan penghambat atau korosif
atau bahan kimia lain, yang bisa mencemari materi yang telah disterilkan.
3. Semua bahan yang akan diautoklaf harus berada di dalam kontainer yang
memudahkan perpindahan udara dan penetrasi panas yang baik: ruang dalam
autoklaf jangan terlalu padat sehingga uap air tidak bisa menjangkau bahan atau
alat yang disterilisasi dengan merata.
4. Untuk autoklaf tanpa alat keselamatan interlocking yang mencegah pintu dibuka
ketika ruang autoklaf diberi tekanan, saluran uap utama harus tertutup dan
temperatur dibiarkan untuk turun dibawah 80C sebelum pintu dibuka.
5. Operator perlu memakai sarung tangan dan perlindungan wajah perlindungan
wajah pelindung muka (visor) yang sesuai untuk perlindungan ketika membuka
autoklaf, bahkan ketika temperatur telah turun dibawah 80C.
6. Pada setiap monitoring rutin untuk menjaga kinerja autoklaf, indikator biologi atau
thermocouples seharusnya ditempatkan di pusat dari setiap beban. Monitoring
reguler dengan thermocouples dan alat perekam dalam kasus terburuk sangat
diperlukan untuk menentukan siklus operasional yang sesuai.
7. Saringan saluran ruang autoklaf (jika tersedia) harus dikeluarkan dan dibersihkan
setiap hari.
8. Perawatan yang baik harus dikerjakan untuk memastikan bahwa klep untuk udara
keluar dari autoklaf panci bertekanan tidak terhalangi oleh kertas, dan benda
lainnya yang dimasukkan.

Pemeliharaan dan Pencegahan


Bersihkan alat, serta mengganti air (akuades) dalam autoklaf sekali dalam sebulan.
Uji Sterilitas Autoclave
Secara berkala yaitu sekali dalam sebulan autoclave yang biasa digunakan untuk
pembuatan media diuji kesterilannya. Adapun uji sterilitas yang paling sederhana
adalah dengan menggunakan autoclave tape indicator, yang biasa ditempelkan pada

berikut.

Meletakkan thermocouples tepat ditengah bahan yang akan disterilisasi.


Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Page

menggunakan thermocouples seperti yang telah dijelaskan diatas, yaitu dengan cara

15

setiap kemasan bahan yang akan disterilisasi. Uji sterilitas autoklaf lainnya bisa

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Kemudian setelah turut disterilisasi bersama bahan, thermocouples diinkubasi


dalam inkubator (37 C, 24 jam), jika terjadi kekeruhan maka bahan yang
disterilisasi bersama thermocouples dianggap tidak streril dan autoklaf perlu
dibersihan dengan desinfektan kemudian diulang proses sterilisasinya.

Cara lain yang juga sederhana untuk dilakukan adalah dengan membungkus sekitar
10 gr tanah dengan aluminium foil dan kertas, kemudian turut disterilisasi bersama
bahan. Lalu tanah tersebut diinkubasi ke dalam larutan media penyubur (37 C, 24
jam), jika terjadi kekeruhan dalam media tersebut maka bahan yang disterilisasi
bersama tanah dianggap tidak steril dan autoklaf perlu dibersihkan dengan
desinfektan kemudian diulang proses sterilisasinya.

Tempat Penyimpanan Alat-alat Gelas


Umumnya berbentuk lemari atau rak display atau laci, sehingga tampak dari luar alatalat gelas yang sedang tersimpan. Bahan lemari atau rak dapat terbuat dari kayu-kaca
atau aluminium-kaca, ataupun plastik.
Tata cara penyimpanan alat-alat gelas adalah sebagai berikut.
1. Simpan alat-alat gelas dalam keadaan kering dan bersih.
2. Apabila tempat penyimpan tertutup, sediakan silica gel sebagai kontrol
kelembaban.
3. Apabila tempat penyimpanan bergabung dengan tempat tiris setelah pencucian
alat, upayakan terdapat penampung air pada bagian bawah lemari.
4. Simpan alat-alat gelas sesuai dengan kelompok jenisnya, dengan ukuran kecil
berada paling depan.
5. Buat inventaris alat-alat gelas yang ada di ruang media serta catat logistik alatalat gelas yang didistribusikan dari gudang.

Meja Peracikan & Persiapan Media


Untuk menyiapkan media, diperlukan meja untuk menyusun bahan serta alat. Meja

yang kuat dan memiliki desain kokoh, sehingga tidak mudah goyang. Tinggi meja
sekitar 1,1 1,25 m. Diatas meja peracikan sebaiknya tidak ditumpuk berbagai benda
Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Page

atau polivinyl, sehingga mudah untuk dibersihkan. Bahan meja sebaiknya dipilih bahan

16

peracikan haruslah bersih. Sebaiknya permukaan meja terbuat dari bahan porcelain

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

yang tidak diperlukan dalam persiapan media. Hal tersebut dapat mengganggu proses
preparasi media. Alat timbangan dapat diletakkan di atas meja preparasi media
ataupun terpisah pada meja tersendiri dengan konstruksi yang permanen.

Laminar Air Flow


Untuk pembuatan media siap pakai, baik dalam wadah petridish maupun tabung
reaksi, pasca media disterilisasi sebaiknya menggunakan laminar air flow dalam
penuangannya. Alat ini dilengkapi dengan lampu UV dan pompa-filter udara, sehingga
dapat mengurangi adanya resiko kontaminasi pada pembuatan media siap pakai.
Penggunaan laminar air flow sebaiknya dibersihkan dengan menyemprotkan alkohol
70% pada seluruh permukaan bagian dalam sebelum dan sesudah penggunaan, serta
menyalakan lampu UV ketika tidak digunakan.

Penangas Air (Waterbath)


Yang perlu dipantau adalah suhu. Cara pemantauan pengatur suhu sama seperti
pemantauan suhu pada refrigerator atau oven.
Pemeliharaan dan Pencegahan
Bersihkan dinding bagian dalam dan ganti air sekali dalam sebulan. Setiap hari cek
ketinggian air serta periksa suhu pada setiap kali pemakaian. Gunakan wadah-wadah
yang terbuat dari bahan aluminium atau stainless steel, hindari penggunaan rak
ataupun wadah-wadah yang mudah berkarat dalam inkubasinya, karena akan
mempengaruhi air dan alat waterbath.

Pemecahan Masalah (Trouble Shooting) pada Kerusakan Alat


Troubleshooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya
penampilan alat yang tidak memuaskan, dan memilih cara penanganan yang benar
untuk mengatasinya. Makin canggih suatu alat, akan makin kompleks permasalahan

penggunaan, pemeliharaannya. Oleh karenanya buku petunjuk atau manual

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Page

Didalam ruang media terdapat beberapa alat elektronik yang perlu diperhatikan dalam

17

yang mungkin terjadi.

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

penggunaan alat perlu disimpan baik sebagai panduan. In house training oleh suplier
alat harus dilakukan sebelum alat digunakan, hal ini dimaksudkan sebagai uji kinaerja
alat sebelum serah terima alat. Serta manual penggunaan alat perlu ditempel didekat
setiap alat sehingga alat dipakai sesuai dengan prosedur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan:
1. Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih.
2. Pastikan

masalahnya.

Jangan

membuat

asumsi

tentang

kemungkinan

permasalahan.
3. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor/ atasan atau hubungi
agen untuk menanyakan masalah tersebut.
4. Tempelkan label bahwa alat rusak.
5. Catatlah semua tindakan/ upaya perbaikan pada catatan khusus seperti contoh
formulir di bawah ini.

FORMULIR PENCATATAN KONDISI PERALATAN


Alat :
Ruang :
Bulan :
Suhu :
Tgl

Suhu yg diukur

Petugas

Kondisi

Jenis
Tindakan
kerusakan perbaikan

Tgl servis,
Oleh

18

Penanggungjawab

Page

(.............................)

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Alat-alat Gelas serta Logam yang digunakan di Ruang Media


Berikut ini adalah beberapa alat gelas yang digunakan dalam pembuatan media.
1. Erlenmeyer ; 1000, 750, 500, 250, 100, 50 mL
2. Gelas ukur ; 500, 100, 50 mL
3. Gelas piala ; 1000, 500, 100, 50 mL
4. Pipet ukur ; 10, 5, 1 mL
5. Spatula, batang pengaduk
6. Gelas timbang
7. Petridish
8. Tabung reaksi
9. Tabung tutup ulir
10. Glass bead
11. Jarum suntik dengan selang
12. Corong gelas
13. Botol bekas infus (dengan tutup karet)
14. Cincin pemberat
15. Syringe 1 5 mL
16. Bola hisap
Bahan-bahan habis pakai yang diperlukan di Ruang Media

Page

19

1. Aquades
2. Kapas
3. Kassa
4. Aluminium foil
5. pH indicator strip
6. Indicator tape for autoclave
7. Spidol
8. Plastik bening (2 kg)
9. Spritus
10. Bahan dasar media, media instant
11. Reagen-reagen untuk media

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Pencucian Alat-alat Gelas


1. Alat-alat gelas yang masih baru:
a. Dengan sepotong kain, debu yang menempel dibersihkan
b. Rendam dalam larutan HCl 1-2% semalam untuk menetralisasi sisa alkali pada
c. Cuci hingga bersih dengan air (dapat dengan air hangat) kemudian dibilas

Page

dengan aquadest/ air bebas ion

20

gelas

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

d. Keringkan, disumbat/ dibungkus, kemudian siap untuk disterlisasi kering (oven)


2. Alat-alat gelas bekas pakai:
a. Cuci dengan sabun cair, lebih baik dengan Extrant hingga bersih
b. Setelah dicuci air, direndam dalam larutan HCl 1-2% 10-15 menit untuk
melunturkan sisa alkali pada permukaan gelas
c. Cuci hingga bersih dengan air (dapat dengan air hangat), kemudian dibilas
dengan aquadest / air bebas ion
d. Keringkan, disumbat/ dibungkus, kemudian siap untuk disterlisasi kering (oven)
3. Alat-alat gelas bekas pakai, infeksius:
a. Rebus dengan air sampai mendidih, atau dimasukkan ke dalam autoklaf
dengan waktu 15 menit, 121C, 1,5 atm
b. Setelah dingin, cuci dengan air, kemudian rendam dengan air yang diberi sabun
cair semalam
c. Setelah dicuci,direndam dalam larutan HCl 1-2% semalam untuk melunturkan
sisa alkali pada permukaan gelas
d. Cuci hingga bersih dengan air, kemudian dibilas dengan aquadest/ air bebas
ion
e. Keringkan, disumbat/ dibungkus, kemudian siap untuk disterlisasi kering (oven)
4. Pipet bekas pakai:
a. Pipet bekas pakai yang infeksius direndam dalam desinfektan, misalnya fenol
5% semalam
b. Setelah dicuci dengan air, rendam dalam air sabun (sabun cair)
c. Cuci dengan air kemudian direndam dalam HCl 1-2% semalam
d. Cuci hingga bersih dengan air, kemudian dibilas dengan aquadest/ air bebas
ion (jika ada bekas yang sukar dihilangkan, direndam dulu semalam pakai
kalium bikromat)
e. Keringkan, disumbat/ dibungkus, kemudian siap untuk disterlisasi kering (oven)
5. Peralatan lain;

21

Alat-alat plastik

Page

a. Rendam dalam larutan hypochlorite 3% secukupnya


b. Cuci dengan air hangat, bilas dengan air lalu aquadest/ air bebas ion

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

c. Dikeringkan dan siap disterilisasi dengan autoklaf atau sinar ultraviolet


Peralatan Seitz filter dan milipore filter
a. Bagian-bagian dari peralatan filter dibuka dan diperiksa apakah filter masih
utuh (tidak sobek, berlubang), bila filter cacat maka penyaringan harus diulangi
dengan filter yang baru
b. Bersihkan bagian-bagian dari peralatan saringan dengan air hangat, kemudian
dengan air dan dibilas dengan aquadest atau air bebas ion
c. Pasang kembali filter tersebut atau diganti yang baru, dibungkus dengan
aluminium foil atau kertas dan siap disterilisasi dengan autoklaf atau dengan
oven

Kesalahan-Kesalahan Yang Terjadi Selama Proses


Pembuatan Media
Di setiap pembuatan media, dapat terjadi beberapa kesalahan yang disebabkan oleh
beberapa faktor berikut.
1. Penimbangan yang tidak benar serta pengukuran volume pengencer yang
kurang tepat.
2. Kualitas akuades yang tidak standar. Karena terdapat beberapa kendala
dibeberapa area di Indonesia contohnya Kalimantan Timur, sumber air memiliki
pH yang cukup rendah sehingga akuades yang dihasilkan terkadang masih
bersifat asam. Sehingga perlu dicek kembali akuades yang akan digunakan,
baik itu akuades didapatkan dengan cara penyulingan sendiri maupun produk
kemasan siap pakai. Adapun pilihan beberapa nama produsen akuades cukup
menjaga kualitasnya.
3. Wadah yang tercemar, baik petridish maupun tabung reaksi. Hal ini membuat
media siap pakai menjadi terkontaminasi.
4. Terlalu panas (overheating) pada proses pembuatannya; sebagai contoh,
terdapat instruksi pembuatan pada kemasan yang menunjukkan pada suhu

Overheating dapat menghilangkan daya gel agar, memecah karbohidrat,


mengubah pH, membentuk endapan dan merubah warna. Hal ini dapat terjadi
Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Page

bahan-bahan yang terdapat dalam komposisi media dapat dihindari.

22

berapa media tersebut dipanaskan. Hal tersebut bertujuan agar kerusakan

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

disebabkan oleh pengamatan yang kurang teliti terhadap waktu dan tekanan di
dalam autoklaf, kelalaian mengeluarkan uap dari dalam autoklaf pada
waktunya, terlalu lama menempatkan bahan-bahan media yang larut dalam
panas di dalam waterbath atau karena melarutkan bahan atau media dengan
pemanasan yang berulang-ulang.
Terkadang media yang mengandung agar juga dibatasi suhu pemanasannya,
sehingga membuat proses melarutkan agar berlangsung lama. Hal ini dapat
diatasi dengan memanaskan media tersebut pada suhu yang lebih tinggi
dengan waktu yang relatif singkat, dapat menggunakan waterbath ataupun
microwave.
5. Terlalu lama disimpan pada suhu 50 C. Media yang disterilisasi dalam
autoklaf terkadang memakan waktu yang cukup lama untuk membuat kondisi
tekanan dalam autoklaf menjadi 0. Kemudian tindakan meninggalkan media di
dalam autoklaf tanpa mengeluarkan dan mendinginkannya akan berakibat
media mengalami karamelisasi. Sehingga media tidak akan dapat digunakan
lagi.
6. Cara melarutkan beberapa jenis media yang mengandung agar yang kurang
sempurna. Hal ini akan menyebabkan media tidak dapat memadat dengan
sempurna, sehingga media tidak dapat digunakan.
7. Kesalahan penyimpanan media/ bahan baku.
Akibat dari kesalahan pembuatan media:

Terjadi kekeruhan/ pengendapan

Warna terlalu gelap (kadang media menjadi gosong)

Agar-agar/media terlalu lunak

Pertumbuhan kuman yang jelek atau bahkan tidak tumbuh

Sistem Pembuangan (Waste Disposal)

ruang media adalah dari instrumen, serta peralatan gelas yang pecah, serta media
yang terkontaminasi atau kadaluarsa. Penanganan limbah tersebut dipisah

Page

berdasarkan sifat bahaya masing-masing bahan.

23

Limbah adalah segala sesuatu yang harus dibuang. Kebanyakan dari kasus limbah di

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

a. Bahan gelas
Pecahan gelas cukup berbahaya apabila dibuang secara sembarang di tempat sampah
umum, bercampur dengan bahan lain karena bahan ini dapat didaur ulang. Untuk
menghindari luka, pecahan kaca ditempatkan dalam wadah kardus yang memiliki
tutup.
b. Bahan media yang terkontaminasi
Bahan media yang telah terkontaminasi tidak lagi dapat digunakan dan harus dibuang.
Pembuangan bahan tersebut upayakan menggunakan berita acara pemusnahan serta
dibuang dalam satu wadah misal kardus. Hubungi distributor atau agen penyedia
media untuk membantu menampung atau memusnahkan media yang terkontaminasi
tersebut.
c. Bahan media yang kadaluarsa
Bahan media kadaluarsa tidak lagi dapat digunakan dan harus dibuang. Pembuangan
bahan tersebut upayakan menggunakan berita acara pemusnahan serta dibuang
dalam satu wadah misal kardus. Hubungi distributor atau agen penyedia media untuk
membantu menampung atau memusnahkan media kadaluarsa tersebut.
Untuk menghindari kondisi tersebut, perlu dilakukan pengecekan yang seksama
terhadap logistik bahan media yang datang mengedai kondisi fisik, tanggal kadaluarsa,
serta strategi order yang disesuaikan dengan pemakaian agak penumpukan bahan

Page

24

dalam gudang bahan tidak terjadi.

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Daftar Pustaka
----------------------------------------------------------------

Anonim, 2004, Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory


Practice), Departemen Kesehatan RI (Dirjen Pelayanan Medik-Direktorat Labkes),
Jakarta.
Anonim, 2005, Pengetahuan Media, Samarinda.
Anonim, Standard Operating Procedures in Microbiology.
Dewi, Atika Ratna., Uji Kualitas Media & Reagensia, Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta, 2009.

Page

25

Sri Harjati S dkk., 2008, Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi


dan Rumah Sakit, PT. Merck Tbk. (PT. Multazam Mitra Prima), Jakarta.

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

STANDAR OPERASIONAL RUANG MEDIA


L A B O RA T O R I U M K E S E H A TA N P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Lampiran

Page

26

----------------------------------------------------------------

Radita

Ning

Anggraeny

Written by:
S., S.Si
2009

Anda mungkin juga menyukai