126 - Spesifikasi Teknis PDF
126 - Spesifikasi Teknis PDF
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 1
LAPANGAN PEKERJAAN
Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada saat penawaran, termasuk segala sesuatu yang
berada di lapangan, diserahkan tanggungjawabnya kepada Kontraktor dengan Berita
Acara Serah Terima.
PASAL 2
LINGKUP UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1.
Pada intinya pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah meliputi
semua jenis pekerjaan yang secara tersendiri ataupun bersama-sama tercantum
dalam : Dokumen Kontrak Pelaksanaan.
2.2.
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Plafond
Pekerjaan Listrik
Pekerjaan Cat
VI - 1
menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan dengan baik, sempurna dan lengkap sesuai
dengan gambar rencana, dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi.
Untuk keperluan persiapan dan perlengkapan guna pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor
berkewajiban :
a) Membersihkan lokasi pekerjaan.
b) Pengadaan sumber air kerja yang memenuhi syarat.
c) Mengadakan hal-hal lain yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor wajib mentaati dan melaksanakan pekerjaan persiapan yang menjadi tanggung
jawabnya berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
PASAL 4
PEMBERSIHAN LAPANGAN
4.1 Sebelum pengukuran dan dimulainya pelaksanaan pekerjaan, tapak proyek/lokasi
harus dibersihkan dari segala sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu
jalannya pekerjaan.
4.2
Semua benda yang tercantum dalam pasal 4 ayat 1 diatas harus dikeluarkan dari
tapak proyek/lokasi proyek ke tempat yang telah disetujui Direksi atau Konsultan
Pengawas, selambat-lambatnya sebelum pekerjaan dimulai.
PASAL 5
PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 2
Pasal 6
PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
6.1. Standar
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971 - NI 8), terkecuali bila dinyatakan atau
diinstruksikan lain oleh Pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam
Peraturan tadi, maka ketentuan ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih
dahulu memberitahu dan memintakan ijin dari Pengawas. Adapun ketentuanketentuan tadi adalah sebagai berikut :
and
Plain
Reinforcing
Bars
for
6.2. Semen
Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas, semen yang digunakan adalah semen Tipe
II , khusus untuk beton pondasi menggunakan semen Tipe I sesuai ASTM C 150,
dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71. Semen yang
digunakan harus merupakan produk dari satu pabrik yang telah mendapat
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas terlebih dahulu.
Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari Produsen untuk setiap pengiriman
semen, yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi sesuatu test
standard yang lazim digunakan untuk material itu.
Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau
menolak semen-semen tersebut.
Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada tempattempat yang baik sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak, teutama sekali lantai tempat
penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
Dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter.
Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat
dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus
diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang
kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 3
Bila terdapat keraguan kwalitas semen maka dapat dilakukan pengujian, bila
ternyata hasil test dari semen-semen yang sudah berada dilapangan menunjukkan
hasil yang tidak memenuhi syarat, Kontraktor harus dengan segera menyingkirkan
semen-semen yang ditolak tadi keluar areal kerja dan areal penyimpanan dengan
biayanya sendiri.
6.3.
6.4.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 4
c) Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis,
bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat
substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%.
d) Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan
persyaratan pada PBI 71.
6.5.
6.6.
6.7.
Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 (PBI 71), dengan mutu U-41 (tegangan leleh karakteristik =
4000 kg/cm2) untuk diameter lebih besar dari 12 mm; sedangkan untuk
diameter yang lebih kecil digunakan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik
= 2400 kg/cm2). Berat besi dapat diperhitungkan dengan menggunakan
nominal diameter. Bila menggunakan Wire-mesh, maka harus digunakan tipe
dengan electrically welded wire-mesh, dan memenuhi ketentuan-ketentuan
dalam ASTM A 185.
b) Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut : Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak
bercacat seperti retak dll.
c) Untuk mutu U-41 harus digunakan profil baja tulangan deformed (deformed
bar).
d) Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu baja beton yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk dari Pengawas. Batang percobaan diambil dengan
disaksikan Pengawas sejumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 5
g) Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari
karat, kotoran, lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada
besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara
beton dan besi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses
pengecoran beton.
h) Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi
sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh Kontraktor
dan disetujui Konsultan Pengawas. Semua proses pembengkokkan harus
dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung
pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam PBI 71.
Pembengkokkan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila telah
mendapat ijin dari Pengawas.
i)
Besi tulangan tidak boleh dibengkokkan dengan cara yang dapat menyebabkan
kerusakan pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau
dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan dipakai.
j)
k) Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan
harus dijaga agar jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan
tebal selimut beton (beton deking) minimal 2.50 cm sebagaimana pada
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 6
m) Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain
dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh
Pengawas. Sambungan ini tidak diperkenankan diletakkan pada lokasi
tegangan yang maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya
bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered). Bilamana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari batang
tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan
panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam PBI 71, terkecuali
ditentukan lain.
n) Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya
sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak
kurang dari yang diisyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk
penyimpangan terhadap bidang horizontalnya adalah 4 mm.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 7
6.8.
6.9.
Perbandingan Adukan
a) Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya,
dan harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai
yang diminta dalam Spesifikasi.
b) Sedikitnya 3 (tiga) minggu sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton,
Kontraktor harus mengajukan usulan komposisi adukan yang akan
digunakannya kepada Pengawas. Asal-usul dan gradasi dari agregat,
komposisi adukan, metoda pengadukan yang dipakai, metoda pengecoran,
harus turut diberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah itu
Kontraktor harus mengadakan trial test (percobaan pendahuluan), dengan
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 8
Pada penggunaan adukan beton ready mix, Kontraktor harus mendapat ijin
lebih dahulu dari Pengawas, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama
dan alamat supplier untuk beton ready mix tadi. Dalam hal ini Kontraktor
tetap bertanggung jawab penuh bahwa adukan yang disupply benar-benar
memenuhi syarat-syarat dalam spesifikasi ini serta menjamin homogenitas dan
kwalitas yang kontiniu pada setiap pengiriman. Segala test kubus yang harus
dilakukan dilapangan harus tetap dijalankan, dan Pengawas akan menolak
supply beton ready mix bilamana diragukan kwalitasnya. Semua risiko dan
biaya sebagai akibat dari hal tersebut diatas, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab kontraktor.
6.10. Testing
Testing mutu beton harus dilakukan Kontraktor dengan diawasi Pengawas.
Kontraktor harus menyiapkan segalanya agar semua proses pengawasan dan
pengambilan sample dapat diawasi Pengawas selama periode proyek. Pengambilan
sample harus sesuai dan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam P.B.I.'71. Benda uji
yang dipergunakan dapat berupa kubus 15 X 15 X 15 cm3 atau slinder 20 cm
dimana cetakan untuk benda uji ini harus terbuat dari besi sehingga bisa didapat
benda uji yang sempurna.
Evaluasi dari kwalitas beton akan dilakukan oleh Pengawas untuk dapat
dinyatakan suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi Spesifikasi, dan juga
untuk menolak pekerjaan beton yang sudah dilakukan, dan termasuk menentukan
perlu atau tidaknya merubah komposisi adukan beton
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 9
Penggujian beton yang dilakukan adalah meliputi test kekuatan (crushing test) dan
slump test. Kesemua test ini dapat mengikuti ketentuan dalam PBI 1971 atau PBI
1989. Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan kubus test, selain
mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PB.I 71 atau PBI 89, juga dapat dilakukan
bila dianggap perlu oleh Pengawas demi pertimbangan kondisi pelaksanaan.
Semua hasil pemeriksaan kubus (crushing test) harus sesegera mungkin
disampaikan kepada Pengawas.
Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran, dan
dilakukan sebagaimana ditentukan dalam PBI 71. Toleransi dalam kekentalan
adukan harus dalam batas-batas sbb :
10 mm dari batas-batas nilai slump yang diijinkan Nilai Slump yang disebutkan
dalam bagian terdahulu harus dicapai
dalam pelaksanaan sesungguhnya
dipelaksanaan pengecoran.
a) Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu yang
disyaratkan, maka Pengawas berhak untuk memerintahkan hal-hal sbb. :
Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.
Memperlama proses penjagaan dalam masa pengerasan beton.
Non-destructive testing.Core drilling.Test-test lain yang dianggap relevan
dengan masalahnya.
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam PBI
71 harus tetap diikuti.
Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas,
dan ternyata mutu beton memang tetap tidak dapat memenuhi Spesifikasi,
maka Pengawas berhak memerintahkan pembongkaran beton yang dinyatakan
tidak memenuhi syarat tadi sesegera mungkin.
b) Semua biaya pengambilan sample, pemeriksaan, pembongkaran, pekerjaan
perbaikan, dan pekerjaan pembuatan kembali konstruksi beton yang
dibongkar tadi, sepenuhnya menjadi beban Kontraktor.
6.11. Pengadukan
Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk
mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik; sehingga
dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap bagian dari komposisi
adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan kedalam alat
pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat atau volume.
Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai
kapasitas minimum 0.2 m3 dengan waktu tidak kurang dari 1 menit setelah
semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat
dimasukkan sebagian lebih dahulu. Pengawas berhak untuk memerintahkan
memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil adukan yang ada gagal
menunjukkan beton yang homogen seluruhnya, dan kekentalannya tidak merata.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 10
Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus mempunyai
komposisi dan kekentalan yang merata untuk keseluruhannya.
Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu
pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses
pengeluaran dari adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur. Penam-bahan air
yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang disyaratkan,
tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil yang tidak
memuaskan, harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang baik lainnya. Pada
alat pengaduk yang ditempatkan secara sentral, atau pada mixing plants,
Kontraktor harus menyediakan sarana agar proses pengadukan dapat diawasi
dengan baik dari tempat yang tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan
pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh digunakan untuk mengaduk adukan
dengan volume yang melebihi kapasitasnya, kecuali diinstruksikan Pengawas.
Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data dari
pabriknya. Gross volume dari ruang pengaduk, Maximum kecepatan pengadukan,
Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai data-data tentang
ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.
Alat pengaduk (beton mollen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum diisi
bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih setelah selesai
mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan yang pertama pada
suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah bersih, pengadukan yang
pertama harus mengandung koral dengan jumlah perbandingan separuh dari
jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga adanya material halus dan semen
yang tertinggal melekat pada bagian dalam beton mollen. Juga lama pengadukan
dengan kondisi pertama ini harus dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih
lama dari waktu pengadukan normal. Untuk mendapatkan campuran beton yang
baik dan merata Pemborong harus memakai mesin pengaduk yang baik. Mesin
pengaduk harus cukup untuk melayani volume pekerjaan yang direncanakan.
Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari pengotoran
minyak, sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk dalam pengaduk
sehingga merata/homogen dan waktu pengadukan minimum adalah 2 menit untuk
setiap kali mencampur.
Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk
suatu jumlah yang kecil sekali dan hal inipun diperkenankan setelah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pengadukan dengan manual ini (hand
mixing) ini harus dilakukan pada suatu platform yang mempunyai tepi-tepi
penghalang. Pada proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan diaduk harus
diaduk dulu secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan, untuk
kemudian air pencampurnya disemprotkan dengan selang air, dan setelah itu
dilakukan pengadukan kembali dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan sampai
didapat suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam pengadukan kembali ini
kekentalannya dapat dinaikkan dengan 10 persen, serta tidak diperkenankan
melakukan pengadukan dengan cara ini untuk suatu jumlah yang lebih dari 1/2 m3
diaduk sekaligus.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 11
6.12. Transportasi
a) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ketempat
pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodanya harus
mendapat persetujuan Pengawas terlebih dahulu. Metoda yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya, dan harus dapat menjaga
tidak timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun
berubahnya kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera
dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan
akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut, serta pula penuangan
adukan tidak diperkenankan dengan menjatuh bebaskan adukan dengan tinggi
jatuh lebih dari satu meter.
b) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari
metal, permukaannya halus dan kedap air.
c) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar-benar
merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang diambil
pada saat adukan dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati batas-batas
toleransi yang ditentukan.
6.13. Pengecoran
Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari
bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala macam
kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian
dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
Juga air yang tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan
harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor,
harus dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan metoda lain
yang disetujui Pengawas, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor
menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicorkan,
kondisi permukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan
juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Setelah diperiksa dan disetujui Pengawas, maka pekerjaan yang dapat
dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya
pengecoran beton pada daerah yang telah disetujui, terkecuali dengan seijin
Pengawas.
Bilamana perlu, Pemborong dapat menggunakan concrete pump, gerobak-gerobak
dorong untuk mengangkut adukan ketempat yang akan dicor. Pengangkutan beton
tidak diperkenankan dengan ember-ember.
Pada tiap pengecoran, Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga
pelaksananya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksa-na ini
harus hadir, mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran.
Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 12
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 13
Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu
akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton
yang sudah dicor harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui
Pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan
melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses
pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini
bisa dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam
keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus
mendapat persetujuan Pengawas. Selama waktu pengerasan, beton harus
dilindungi dengan air bersih atau ditutup dengan karung-karung yang seniantiasa
dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran.
Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas tetap menghendaki agar
pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus menyediakan
alat pelindung/terpal yang cukup untuk melindungi tempat yang sudah/akan
dicor.Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara naik
diatas 32 C.
Untuk setiap jumlah 5 m3 pengecoran, Pemborong diwajibkan membuat minimal 1
(satu) buah sample kubus/silinder untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton,
pemeriksaan slump test, dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam PBI
1971/PB 89 (SK-SNI 91).
Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 10-12 cm dan faktor
air semen maksimum 0,4. Pengambilan-pengambilan contoh diatas dilakukan atas
petunjuk Pengawas. Kubus-kubus/silinder yang telah diambil harus dijaga dapat
mengeras dengan baik. Demikian pula kubus/silinder beton yang diambil selama
pengecoran harus diuji kuat tekannya di laboratorium yang telah disetujui
Pengawas dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Pengawas untuk
dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton kurang dari K-175
untuk beton pondasi dan untuk bagian struktur lainnya sesuai yang direncanakan,
Pemborong diwajibkan untuk mengajukan rencana perbaikan/penanggulangan
kepada Pengawas dan mengadakan perkuatan/penyempurnaan konstruksi dengan
biaya Pemborong apabila hal tersebut dipandang perlu oleh Pengawas.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai K
(kuat tekan karakteristik) yang diisyaratkan, Pemborong harus mengambil cubesample dari bagian-bagian konstruksi yang diragukan. Jumlah cube-sample untuk
tiap pemeriksaan adalah 3 buah, dan selanjutnya akan diperiksa di Laboratorium
dengan petunjuk Pengawas. Hasilnya akan dievaluasi Pengawas dan apabila
ternyata nilai yang diperoleh membahayakan konstruksi, Pemborong harus
melakukan perbaikan bagian konstruksi tersebut atas biaya Pemborong.
Bila dirasa perlu untuk mengurangi kadar air beton, Pemborong dapat
menambahkan bahan-bahan kimia sebagai additive, seperti penggunaan Puzzilith
R-300 misalnya dengan jumlah 125-150 cc tiap zak semen @ 40 kg. Sebelum
pelaksanaan, Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu kepada Pengawas
buku petunjuk pemakaiannya dari pabrik pembuat. Additive lain dapat pula
dipergunakan sepanjang tidak menyebabkan kelainan - kelainan pada beton dan
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 14
untuk itu harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas. Semua biaya
yang timbul akibat penggunaan bahan-bahan tambahan (additive) menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
6.14. Mutu Beton
a)
Mutu beton yang dilaksanakan harus mempunyai kokoh kubus pada umur 28
hari sebesar 175kg/cm2.
b) Hal tersebut diatas harus dibuktikan dengan contoh-contoh kubus beton sesuai
menurut PBI 1971 Bab 4.7 dan SKSNI T - 15 - 1991 - 03.
c)
ditetapkan memakai
Jika dianggap perlu Direksi bisa meminta pemeriksaan kubus untuk suatu
pekerjaan.
VI - 15
c) Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan
dan permukaan cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah
dibongkarnya beton tadi untuk kemudian dilakukan pembersihan dan
pengecoran ulang. Batas-batas daerah yang harus dibongkar tadi akan
ditentukan oleh pihak Pengawas; begitu juga langkah pengecoran dan material
yang akan digunakan.
6.17. Joints
a. Lokasi dan tipe dari construction joints harus sesuai dengan pada gambar
rencana atau sebagaimana ditentukan Pengawas. Penambahan construction
joints yang dikehendaki Kontraktor demi pertimbangan pelaksanaan, harus
mendapat persetujuan Pengawas terlebih dahulu. Penentuan letak joints tadi
harus memperhatikan pola gaya-gaya yang bekerja ataupun untuk
menghindari terjadinya retak.
b. Pengecoran beton harus dilakukan secara menerus tanpa berhenti. Bila terjadi
penghentian dalam pengecoran pada suatu lokasi dimana pada pengecoran
nantinya, beton baru tidak akan dapat tercampur dengan beton lama, maka
batas tadi harus diperlakukan seperti construction joints, dimana permukaan
construction joints harus dikasarkan, dibersihkan dengan air hingga bersih.
Penghentian pengecoran bila tidak memungkinkan untuk pengecoran
menerus, harus diperhitungkan pada tempat-tempat yang aman dan
sebelumnya sudah mendapat persetujuan Pengawas. Pemborong harus sudah
mempersiapkan segala sesuatunya untuk pengamanan, pelindung dan lain-lain
yang dapat menjamin kontinuitas pengecoran.
6.18. Bekisting (Acuan Beton)
a) Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas semua perhitungan dan
gambar rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta
Pengawas, sebelum pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini,
walaupun Pengawas telah menyetujui untuk digunakannya suatu rencana
bekisting dari Kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting
tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b) Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau material lain yang
disetujui Pengawas. Kesemua tipe material tadi bila digunakan tetap harus
memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kwalitas dan kekuatan, sehingga
didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai dimensi yang direncanakan.
c) Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam
adukan beton tidak hilang atau berkurang. Pengerjakan bekisting harus
sedemikian rupa sehingga hubungan papan bekisting terjamin rapat dan tidak
akan menimbulkan kebocoran. Konstruksi bekisting harus cukup kaku,
dengan pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah
terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya
yang mungkin bekerja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian
bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan
kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan horizontal
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 16
Bila dipakai bekisting multiplek atau tripleks maka permukaan harus cukup
rata dan tebal yang dipakai minimal adalah 12 mm dengan perkuatan balok
kayu 5/7 cm dengan jarak maksimal 40 cm dan pemakaiannya maksimum 3
kali. Kayu yang dipakai adalah kayu kelas II yang sesuai dengan persyaratan
PPKI 1970 atau kayu lokal yang setaraf. Semua pekerjaan sudut-sudut beton,
bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar harus ditakik 25 mm.
Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus
dibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.
j)
Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari
kotoran dan kering dari air.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 17
perbaikan tadi harus sesegera mungkin, dan dilanjutkan dengan langkahlangkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing).
b) Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai
umur sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton
mengeras untuk menahan gaya-gaya yang akan ditahannya. Pembongkaran
bekisting harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya
kerusakan pada beton. Bilamana timbul kerusakan pada beton pada saat
pembongkaran bekisting, maka langkah perbaikannya harus sesegera mungkin
dilakukan. Pembongkaran bekisting beton tidak boleh dilakukan sebelum
waktu pengerasan menurut PBI 1971 dipenuhi, dan juga harus mengikuti
daftar berikut mengenai ketentuan diperkenankannya pembukaan suatu
bekisting bila diihitung sejak selesai pengecoran :
Sisi-sisi balok yang tidak dibebani
3 hari
7 hari
21 hari
28 hari
28 hari
Dalam segala kemungkinan, beban yang akan bekerja serta umur beton yang
terbebani harus ditinjau dan penyangganya harus dengan persetujuan
Pengawas.
6.20.
Volume Pembayaran
a) Volume untuk pembayaran dinyatakan dalam meter kubik yang diukur
berdasar gambar rencana atau yang disetujui Pengawas, untuk semua bagian
beton dalam Bill of Quantities.
b) Pembayaran didasarkan pada harga satuan yang tercantum pada Bill of
Quantities untuk beton yang tertera dalam gambar rencana, dan harga tadi
harus sudah mencakup semua biaya untuk mengadakan bahan-bahan,
pengecoran, pemadatan, curing, perbaikan dan memfinish permukaan beton.
c) Secara umum harga satuan tadi harus sudah mencakup supply dan
penyimpanan semen, pasir, koral, air untuk adukan, bahan campuran
(admixtures), pengadaan, pemasangan, dan pembongkaran bekisting, tenaga
kerja untuk pengadukan; persiapan permukaan bidang yang akan dicor,
pengangkutan adukan, pemadatan, finishing dan curing, construction joints;
perbaikan beton untuk kondisi yang tidak memenuhi spesifikasi, dewatering
areal kerja, pengerjaan pada construction joints sesuai yang tertera pada
gambar rencana atau sesuai yang diinstruksikan Pengawas.
d)
Harga satuan beton juga harus sudah mencakup biaya-biaya test untuk
material dan kubus beton yang secara periodik harus dilakukan sesuai PBI 71
atau sebagaimana diinstruksikan Pengawas. Juga harus mencakup biaya yang
harus dikeluarkan kontraktor yang diakibatkan pekerjaan perbaikan atau
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 18
e)
f)
PASAL 7
PEKERJAAN PASANGAN BATA.
7.1. Umum
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan serta material
bantu lainnya demi terlaksananya pekerjaan dengan hasil yang sempurna.
B. Pekerjaan Lain Yang Terkait
Mutu beton balok/kolom praktis, pada pekerjaan beton bertulang
Kualitas angkur besi, pada pekerjaan besi
Plesteran dan acian, pada pekerjaan plesteran
C. Referensi PUBBI SII
D. Submittal
E.
1.
2.
Penanganan Bahan
Perhatikan skedule pemasangan, sediakan bahan secukupnya agar tidak
terjadi keterlambatan pekerjaan atau terhentinya pekerjaan. Simpanan
bahan-bahan ditempat yang tidak bersinggungan dengan tanah langsung dan
pengaruh alam seperti hujan dan panas.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 19
2.
Bahan batu bata diambil dari satu sumber yang memiliki karakteristik
dan mutu bahan yang sejenis. Batu bata dengan daya serap air lebih dari
20% berat sendiri setelah pembenaman dalam air selama 24 jam tidak
dapat dipakai.
3.
Adukan
Seperti yang dijelaskan pada spesifikasi pekerjaan adukan pasangan dan
plesteran adalah campuran 1 Ps : 4 Psr untuk pasangan batu dan untuk
Pasangan Batu Trasram mengunakan Campuran 1 Ps : 2 Psr .
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 20
D. Pemasangan
1. Batu Bata
Dipasang batu bata yang utuh, tidak retak atau cacat lainnya untuk
membuat dinding pasangan sesuai dengan yang direncanakan.
Tidak diperkenankan mempergunakan bahan yang patah, hanya keadaan
tertentu seperti pada sudut atau perpotongan dengan bahan/pekerjaan lain
batu diijinkan mempergunakan bata yang patas tetapi tidak melebihi 50%.
Sebelum dipasangkan batu bata harus direndam di air sampai jenuh,
demikian pula bidang yang akan menerima pekerjaan/pemasangan harus
terlebih dahulu dibasahi agar dapat dihindari penyerapan air semen dari
adukan secara berlebihan.
Sebelum menambahkan/melanjutkan pasangan baru di atas pasangan
lama, yang terhenti sekurang-kurangnya selama 12 jam, maka pasangan
lama harus dibersihkan dahulu, kedudukan bata yang longgar/lepas harus
diganti dan mortar yang lepas agar ditambal.
Spesi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk spesi datar dan 1,5 cm
untuk spesi tegak, kecuali jika ditentukan lain.
Mortar/spesi datar dan tegak harus penuh dan padat. Lakukan koordinasi
dan sediakan tempat atau lubang-lubang untuk pekerjaan koordinasi
lainnya yang belum dilaksanakan.
Tera/Leveling, bata harus ditera datar dan tegaknya agar didapat kekuatan
pasangan yang sama dan merata disetiap tempat.
Setiap tahap pemasangan bata tidak boleh lebih tinggi dari 1,50 m.
2. Plesteran
Lakukan seperti yang telah dijelaskan pada spesifikasi pekerjaan
plesteran.
3. Pemasangan Angkur
Pasangkan angkur pada permukaan perletakan pasangan, kolom atau
balok dengan cara ditanamkan atau dibautkan. Buatkan setiap jarak 60 cm
untuk arah vertikal dan 100 cm untuk arah horizontal dengan panjang
angkur efektif 20 cm.
Tentukan posisi atau tempat-tempat angkur ini terkoordinasi dengan tera
siar datar dan tegak.
4. Balok/Kolom Praktis
Laksanakan pekerjaan balok dan kolom praktis ini seperti yang
disyaratkan dalam spesifikasi pekerjaan beton cetak di tempat.
Pengecoran beton ini baru dapat dilaksanakan jika pekerjaan koordinasi
lainnya yang bersinggungan langsung sudah dipastikan kedudukannya.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 21
E.
9.1.
Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan plesteran untuk pasangan biasa dan pasangan trasram.
9.2.
Bahan
PC, pasir daan air harus memenuhi persyaratan sesuai dengan pasal 8 ayat 1,2,3,
dan 4 PBI 1971.
9.3.
Perbandingan.
Adukan 1 pc : 4 ps untuk pelesteran biasa, 1pc : 2 ps untuk pleseteran trasram,.
Semua pasangan harus ditambah bahan anti penyusutan (anti shrinkage).
9.4.
Persiapan permukaan.
Permukaan yang akan diplester harus bersih. Untuk mencegah mengeringnya
plesteran sebelum waktunya permukaan yang telah disiapkan harus dibasahi.
9.5.
Pelaksanaan.
Tebal plesteran rata-rata 1,5 cm, minimal 1 cm dan harus menghasilkan
permukaan yang rata atau sesuai dengan persetujuan Direksi. Harus dipasang
adukan-adukan patokan untuk mendapatkan permukaan yang rata. Plesteran harus
diratakan dengan menggunakan alat kayu yang lurus, minimal sepanjang 1 m
(satu meter). Plesteran harus dibasahi untuk mencegah cacat-cacat. Pada keadaan
cuaca kering dan panas plesteran harus dilindunginterhadap pengeringan yang
tidak merata atau berlebihan.
9.6.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 22
PASAL 9
PEKERJAAN KERAMIK
9.1.
Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan serta material
bantu lainnya demi terlaksananya pekerjaan dengan hasil yang sempurna.
9.2.
Bahan
1. Keramik
Harus mempunyai kwalitas baik, produksi dalam negeri dan memenuhi
standard SII. Warna akan disesuaikan berdasarkan petunjuk dari Direksi.
Ketebalan minimal 4 mm, dengan ukuran seperti yang tertera dalam gambar,
antara lain :
Untuk lantai ruangan
:
40 x 40 cm dan 60 x 60 cm
Untuk lantai KM/WC
:
20 x 20 cm
Untuk dinding KM/WC
:
20 x 25 cm
2. Sebelum bahan bahan di datangkan di lokasi, Kontraktor wajib memberikan
contoh secukupnya dan mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
9.3.
Item Pekerjaan
1. Lantai dipasang dari pasangan keramik uk. 40 x 40 cm dan 60 x 60 cm.
2. Pekerjaan pelapisan dinding meliputi pekerjaan plesteran dan pemasangan
keramik pada dinding keramik uk. 20 x 25 cm pada KM/WC.
3. Lantai KM/WC, bak air dan bak lainnya dipasang keramik uk. 20 x 20 cm
serta tempat lain yang telah ditentukan dalam gambar.
9.4.
Pelaksanaan Pekerjaan.
1. Sebelum pemasangan keramik dilakukan, terlebih dahulu ditimbun dengan
tanah, dipadatkan kemudian dilapis beton tumbuk dengan campuran 1:3:6.
2. Pekerjaan lantai keramik dipasang dengan adukan 1 Pc : 4 Ps, tebal adukan
minimal 5 cm.
3. Celah (nut) antara lain lebarnya lebih kurang 2 mm, setelah pemasangan telah
cukup kering disiram pasta semen (warna disesuaikan), kemudian dibersihkan.
4. Keramik yang cacat atau pecah tidak boleh dipasang.
5. Pada prinsipnya pemotongan harus dihindari, bila terpaksa harus dipotong,
maka potongan tersebut tidak boleh dari ukurannya. Pemotongan harus
dilaksanakan dengan hati hati dan rapi.
6. Sebelum pekerjaan lantai dikerjakan, Kontraktor harus mengadakan persiapan
yang baik, terutama ketika pemadatan tanah dan pelapisan beton tumbuk.
Semua saluran pipa dan saluran dibawah lantai harus diatur dan ditempatkan
dengan baik agar pada saat pekerjaan lantai dilaksanakan tidak mengganggu
kepada saluran pipa yang ada.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 23
PASAL 10
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
Lingkup pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :
1.1. Penyediaan alat bantu untuk pengangkutan, penyimpanan dan pelaksanaan.
1.2. Pemesanan dan penyimpanan bahan-bahan.
Contoh :
Kecuali ditentukan lain, maka semua contoh harus disertakan dan contoh extrusion
tidak kurang dari 30 x 30 cm, dengan ketebalan seperti yang ditentukan untuk proyek
tersebut.
Contoh (Mock Up) harus dengan ukuran 1:1.
Persyaratan Bahan
1. Kozen pintu berbahan kayu, dipakai kayu damar laut yang cukup kering dan baik,
sedangkan Daun pintu dari calsiboard yang bermutu baik.
2. Ukuran kozen dan daun pintu disesuaikan dengan gambar rencana dan merupakan
ukuran yang sudah diserut / jadi.
3. Semua kozen yang berbahan kayu dan besi akan dicat dengan cat minyak dimana
terlebih dahulu dicat dasar / di dempul dan disetujui oleh Direksi.
4. Bidang bidang kozen kayu yang menyentuh adukan plesteran harus dipulas
dengan bahan cat menie sebanyak 2 x cat.
5. Lubang lubang bekas paku atau lubang lubang yang terdapat dipermukaan
kayu, harus terlebih dahulu di dempul sebelum dicat.
6. Pintu dan dinding teralis yang dibuat/dipasang dari bahan baja harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam peraturan ataupun standar yang berlaku di Indonesia,
dalam hal ini mengikuti peraturan-peraturan tersebut dibawah ini sesuai edisi yang
terakhir :
a. PPBBI Peraturan Perencanaan Baja Bangunan Indonesia
b. PUBI-1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
c. AISC Specification for Design, Fabrication and Erection of Structural
Steel for Buildings
d. AWS Structural Welding Code, dll
7. Sebelum pekerjaan tersebut dimulai terlebih dahulu mendapat persetujuan
Direksi.
PASAL 11
PEKERJAAN ALAT ALAT SANITASI.
Yang dimaksud dengan pekerjaan sanitary adalah :
1. Pengadaan dan pemasangan kran kran, closet duduk, urinoir, wastafel dan floor
drain sesuai dengan gambar rencana.
2. Mutu pipa, kran dan semua bahan yang dipakai harus bermutu baik dan
mempunyai standard SNI serta mendapat persetujuan dari direksi/pengawas.
Jumlah kebutuhan dari pemasangan instalasi air bersih dan air kotor disesuaikan
dengan gambar rencana dan daftar quantity.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 24
PASAL 12
PEKERJAAN PLAFOND
1. Bahan penutup langit-langit dipergunakan bahan gypsum board, ukuran
sesuai dengan gambar rencana. Untuk rangka langit-langit dipakai Rangka
Boral.
2. Pada langit-langit bagian tengah dibuat list dan pada pertemuan dengan
tembok bata dipasang list propil seperti gambar rencana.
3. Hasil bidang-bidang yang tidak rata, melendut, retak-retak atau
menunjukkan cacat lainnya harus segera diperbaiki dan hal tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor.
4. Rencana pasangan langit-langit dapat dilihat pada gambar rencana.
Kontraktor berkewajiban untuk membuat gambar detail kerja (Shop Drawing) dari
rangka penggantung untuk disetujui Konsultan Pengawas/ Direksi.
PASAL 13
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK.
Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi listrik / elektrikal adalah pemasangan
seluruh instalasi penerangan dan stop kontak, system operasi perangkat lunak,
panel, saklar dan kabel pada bangunan sehingga dapat diuji dengan seksama, tidak
termasuk penyediaan aliran listrik dari PLN.
Pekerjaan instalasi listrik / elektrikal meliputi :
1
2
Stop kontak, saklar , panel listrik dipakai yang berkualitas baik dan sebelum
dipasang harus mendapat persetujuan dari Direksi.
Jumlah kebutuhan dari pemasangan instalasi listrik disesuaikan dengan gambar
rencana dan daftar quantity.
PASAL 14
PEKERJAAN CAT
1. Bahan-bahan/persyaratan khusus cat tembok, cat kayu dan cat besi
a. Cat besi : Besi harus dicat sebanyak 2 (dua) lapis dengan menie besi,
kemudian baru dilanjutkan dengan 2 (dua) lapis finishing cat dengan cat
minyak.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 25
b. Cat tembok bagian luar (Exterior Wall) ,dengan 1 (satu) lapis Wall Siller
dilanjutkan dengan 2 (dua) lapis finishing cat tembok.
Cat tembok bagian dalam (Interior Wall) adalah setara Vinilex, dengan 1
(satu) lapis Wall Siller dilanjutkan dengan 2 (dua) lapis finishing cat
tembok.
Cat kozen/ pintu : Cat kayu dipakai dengan jenis cat minyak , dengan 2
(dua) lapis cat minyak.
c. Daftar bahan
Secepatnya setelah penandatangan Kontrak, tetapi paling lambat 2
minggu sebelum pekerjaan cat, Kontraktor wajib menyerahkan kepada
Direksi daftar bahan yang akan dipergunakan untuk pengecatan. Semua
bahan yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi.
d. Pilihan warna
Semua jenis warna yang akan dipakai harus terlebih dahulu dipilih dan
disetujui oleh Direksi/ Pemberi Tugas.
e. Persiapan
Bidang yang sudah pernah dicat harus dikupas kembali dan diampelas
sehingga bebas dari kemungkinan lepasnya laburan cat yang baru. Sebelum
pengecatan dimulai, lantai-lantai harus dicuci serta debu-debu sedapat
mungkin dicegah menempel pada bidang yang akan dan telah di cat.
Semua permukaan yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai dengan
persyaratan tertulis dari pabrik. Harus disediakan kain pembersih debu
dengan secukupnya untuk mencapai tujuan tersebut di atas.
f. Pekerjaan permulaan/ cat dasar besi
Segera setelah besi dibersihkan, permukaan besi diberi cat dasar menie
sebanyak 2 lapis dengan tebal 30-35 micron. Besi yang telah diberi cat
dasar sebelum pengiriman harus diperiksa terhadap cacat. Cat dasar yang
tidak memenuhi syarat harus dibersihkan dengan sikat baja dan segera
diberi cat dasar baru. Apabila dipergunakan besi yang telah dicat maka
harus dicuci bersih.
g. Persiapan/ dasar plesteran
Plesteran harus diberi kesempatan yang maksimum untuk mengering
sebelum pengecatan dimulai. Semua plesteran atau dasar semen yang
cacat harus dibuang dan diperbaiki lebih dahulu dengan plesteran yang
sejenis. Sebelum permukaan diberi satu lapisan cat dasar (tahan alkali),
semua lumut/ kerak pada permukaan tersebut harus dibersihkan dengan
kain kasar yang dibasahi dengan air bersih, permukaan dibiarkan
mengering.
h. Untuk kayu demikian maka permukaannya harus diampelas sampai licin
dan bebas dari cacat semua debu dihilangkan sebelum pengecatan dimulai.
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 26
PASAL 15
PENUTUP
1.
Semua item pekerjaan harus diselesaikan secara baik dan disesuaikan dengan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Pekerjaan yang tidak rapi, harus
diperbaiki sampai diperoleh hasil yang memenuhi syarat (maksimal).
2.
Segala jenis pekerjaan yang belum tercantum secara jelas dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS), pelaksanaannya harus mendapat persetujuan/petunjuk
dari Direksi Lapangan.
3.
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) maka halaman (lokasi) pekerjaan harus dibersihkan dari sisasisa bahan dan diratakan sebaik mungkin.
4.
Dibuat oleh :
CV. ARISPA UTAMA
Benny Nainggolan
NIP. 197612121997031001
Disetujui :
Pejabat Pembuat Komitmen Balai
Diklat Keuangan Medan
SPESIFIKASI TEKNIK
VI - 27