Anda di halaman 1dari 117

ISSN 1978-869X

MAJALAH / JURNAL

GENERASI KAMPUS
VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013

DITERBITKAN OLEH :
PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN,
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2013

MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS

ISSN 1978-869X

(CAMPUS GENERATION)
VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013 APRIL 2011

Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan
hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang
dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus .
Pelindung

Rektor Unimed (Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si.)

Pengarah

: *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Dr.Khairil Ansari,


M.Pd). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi,
M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin
Sibarani, M.Pd)

Penanggung jawab :

Pembantu Rektor III Unimed


(Prof. Dr. Biner ambarita, M.Pd.)

Ketua Penyunting

Pardomuan N. J. M. Sinambela, S.Pd M.Pd

Sekretaris Penyunting

Tappil Rambe, S.Pd, M.Si

Penyunting Pelaksana
: *Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr.
Bornok Sinaga, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T., M.M. *Lamhot
Basani Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Dr. Paningkat Siburian, M.Pd *Dr.
Sukarman Purba *Syamsul Gutom SKM, M.Kes. * PD 3 FIP, *PD 3 FBS, *PD 3
FT, *PD 3, *PD 3 FIS *PD 3 FIK, dan *PD 3 FE
Penyunting Ahli
:
Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan)
Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang)
Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta)
Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor)
Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala
Darussalam B. Aceh)
Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya)
Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung)
Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman)
Kontributor
: *Samrah, S.Pd. *Nurhaida, SH, M.Kn. *Surbita, SH. *Dra.
Hayati Tamba. *Dra. Susiarni. *Nusawati BA. *Drs. Idrus.
*Dra.Nismawarni Harahap. *
Pelaksana Tata Usaha
Alamat

Bani Ismail; Dewita Rita

Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan


Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar
V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061)
6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319.

e-mail : kemahasiswaanunimed@gmail.com

Penyunting

menerima

sumbangan

tulisan

yang

belum

pernalh

diterbitkan
media

dalam
cetak

lain.

Naskah diketik dengan


spasi 1,5 pada kertas
A4

dengan

jumlah

halaman 10-15. (lebih


jelas

baca

petunjuk

bagi

penulis

pada

sampul

dalam

belakang).

Naskah

yang masuk di evaluasi


oleh

penyunting

ahli.

Penyunting

dapat

melakukan

perubahan

pada

tulisan

yang

SURAT DARI REDAKSI

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas Rahmat dan
PetunjukNya, sehingga Jurnal Generasi Kampus Volume 6 Nomor 2 September tahun 2013 dapat
terbit sesuaidengan harapan kita bersama. Jurnal merupakan salah satu media ilmiah yang
menyuguhkan artikel hasil penelitian dan artikel non hasil penelitian (kajian teori) yang
menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikan maupun non pendidikan.
Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada para penulis, penyunting
pelaksana, dan para penyunting ahli yang telah membantu dalam rangka penyusunan artikel pada
jurnal ilmiah ini. Dalam jurnal Volume 6 Nomor 2 September 2013 ini akan disuguhkan beberapa
artikel diantaranya adalah : 1) Profesionalisme, Esensi Kepemimpinan, dan Manajemen
Organisasi, 2) Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran, 3) Peningkatan
Komitmen Organisasi Kepala Sekolah Efektif pada Era Globalisasi, 4) Peningkatan Kualitas
Bernalar Mahasiswa dalam Penulisan Karya Ilmiah, 5) Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VII, 6) Suatu Pendekatan Strategi dan Metode Pendidikan Seni Melalui Kegiatan Bernyanyi
sebagai Aspek-Aspek Pengembangan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini, 7)
Menghentikan Kebiasaan Merokok dengan Behaviour Therapy, 8) Suatu Upaya dalam
Pelaksanaan Pengajaran dan Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa di Sekolah-Sekolah Maupun Lembaga-Lembaga Pendidikan di Indonesia, 9)
Upaya Pembentukan Karakter Melalui Olahraga Permainan Kecil pada Siswa SD, 10) Penekanan
Unsur Dekoratif melalui Aplikasi Ornamen Ulos Batak Toba pada Perancangan Busana, 11)

Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik melalui Media Pembelajaran.


Kiranya Jurnal Generasi Kampus Volume 6 Nomor 2 September 2013 dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka pemberdayaan dunia pendidikan

Medan,

September 2013

Penanggungjawab Pembantu Rektor


Bidang Kemahasiswaan UNIMED,

Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd.


NIP. 19570515 198403 1 004

ISSN 1978-869X
MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS
(CAMPUS GENERATION)
V VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2008
IL 2008

VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013


Daftar Isi
Biner Ambarita
Pardomuan Nauli Josip Mario
Sinambela
Paningkat Siburian
Wanapri Pangaribuan
Jongga Manullang
Yasifati Hia
Lamhot Basani Sihombing

Syamsul Gultom
Danny Ivanno Ritonga

Dewi Endriani
Indah Verawati
Yetti Pangaribuan
Johannes Jefria Gultom

Profesionalisme,
Esensi
Kepemimpinan,
dan
Manajemen Organisasi
Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam
Pembelajaran
Peningkatan Komitmen Organisasi Kepala Sekolah
Efektif pada Era Globalisasi
Peningkatan Kualitas Bernalar Mahasiswa dalam
Penulisan Karya Ilmiah
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VII
Suatu Pendekatan Strategi Dan Metode Pendidikan
Seni Melalui Kegiatan Bernyanyi Sebagai AspekASpek Pengembangan Pendidikan Karakter pada Anak
Usia Dini
Menghentikan Kebiasaan Merokok dengan Behaviour
Therapy
Suatu Upaya dalam Pelaksanaan Pengajaran dan
Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Berbasis
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di SekolahSekolah Maupun Lembaga-Lembaga Pendidikan di
Indonesia
Upaya Pembentukan Karakter Melalui Olahraga
Permainan Kecil pada Siswa SD
Penekanan Unsur Dekoratif melalui Aplikasi Ornamen
Ulos Batak Toba pada Perancangan Busana

Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik


melalui Media Pembelajaran

ii

1-16
17-29
30-40
41-50
51-62

63-74
75-81

82-98

99-104
105-111
112-121

1
PEMIMPINAN DAN
PROFESIONALISME, ESENSI KEPEMIMPINAN, DAN
MANAJEMEN ORGANISASI
Biner Ambarita
Abstrak
Wujud pembangunan generasi muda Indonesia agar insan yang professional adalah (a)
pemberdayaan pemuda untuk membangkitkan potensi pemuda untuk berperan serta dalam
pembangunan. (2) Pengembangan pemuda untuk menumbuhkembangkan potensi manajerial,
kewirausahaan dan kepeloporan pemuda, dan (3) perlindungan pemuda menolong pemuda
dalam menghadapi demoralisasi, degradasi nasionalisme, tindakan destruktif, regenerasi dan
perlindungan hak dan kewajiban pemuda. Jadi dengan demikian diharapkan di masa depan
akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa dari generasi muda yang berwawasan kebangsaan,
cinta tanah air, yaitu pemuda yang memiliki sikap intelektualitas, dan perilaku yang luhur
Kata Kunci: Profesionalisme, Kepemimpinan, Pemuda.
A. PENDAHULUAN
Era

globalisasi

yang

penuh

menyertakan

pemuda

baik

diminta

persaingan ini, kekuatan ekonomi suatu

maupun secara sukarela aktif di dalamnya.

negara

dari

Bahkan sering sekali pada kesempatan

kemampuan teknologi dan inovasi yang

penting pemuda Indonesia lahir ide,

dimiliki bangsa tersebut. Terkait dengan

semangat dan kepemimpinan berpikir

hal tersebut untuk mendorong akselerasi

jernih dan bebas dalam menuangkan

kemakmuran

segala bentuk ide serta gagasannya dalam

sesungguhnya

bangsa,

berakar

maka

kekuatan

IPTEKS dan inovasi bangsa tersebut perlu


ditempatkan

menjadi

utama

Pemuda sebagai agen perubahan

ekonomi. Pemuda yang dipelopori para

akan mampu melakukan inovasi yang

mahasiswa, harus dapat mengambil peran

signifikan berupa sistem atau perangkat-

penting dalam perkembangan IPTEKS di

perangkat pendukung. Organisasi adalah

masa mendatang, Negara dan bangsa

sarana paling efektif untuk menginisiasi

memerlukan orang-orang yang berkualitas

dan melakukan perubahan tersebut. Terkait

untuk

dan

dengan hal tersebut peran organisasi yang

melanjutkan cita-cita perjuangan mencapai

konsisten tentu saja sangat mendukung

tujuan nasional.

perubahan atau inovasi yang diharapkan

membangun

Pemuda

kekuatan

membangun bangasa dan negara.

bangsa

Indonesia

adalah

masyarakat.

kelompok usia yang memiliki nilai serta

Deklarasi Pemuda yang pernah

posisi yang strategis dalam masyarakat.

dicetuskan pada tanggal 23 Juli 1973

Sejarah perjalanan bangsa Indonesia selalu

antara lain menyebutkan bahwa, selaku

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

2
generasi muda masa kini adalah keharusan

merupakan salah satu faktor penggerak

menyatukan tenaga dan pikiran untuk ikut

sesuatu yang lebih berarti untuk mencapai

serta mengisi kemerdekaan dengan lebih

cita-cita bangsa Indonesia, menuju jenjang

segera mempercepat pembangunan dan

yang lebih tinggi bermartabat, berkarakter,

kemajuan masyarakat.

jujur dan berkeadilan sosial.

Pemuda

menyadari

sepenuhnya

akan panggilan sebagai kaum muda yang


B. PROFESIONALISME PEMUDA
Profesionalisme berasal dari kata
profesional yang mempunyai makna yaitu
berhubungan

dengan

profesi

sesuai bidang tugasnya dan mendapat gaji


sesuai kebutuhan hidupnya.

dan

Profesionalisme

adalah

sebutan

memerlukan kepandaian khusus untuk

yang mengacu kepada sikap mental dalam

menjalankannya, (KBBI,1994).Sedangkan

bentuk komitmen dari para anggota suatu

profesionalisme

profesi untuk senantiasa mewujudkan dan

adalah

tingkah

laku,

keahlian atau kualitas dan seseorang yang

meningkatkan

professional.

dapat

Seorang yang memiliki profesionalisme

didefinisikan sebagai mutu, kualitas, dan

yang tinggi, akan tercermin dalam sikap

tindak tanduk yang merupakan ciri suatu

mental

profesi atau ciri orang yang professional.

perwujudan

Terkait dengan definisi di atas kata

professional melalui berbagai cara dan

profesional sendiri berarti bersifat profesi,

strategi. Hal ini selalu mengembangkan

memiliki
karena

Profesionalisme

kualitas

serta

profesionalnya.

komitmenya

dan

peningkatan

terhadap
kualitas

keahlian

dan

keterampilan

dirinya

pendidikan

dan

latihan,

perkembangan

zaman

sehingga

keberadaannya

senantiasa

memberikan

dan

mendapat bayaran karena keahliannya.


Berdasarkan definisi di atas dapat
disimpulkan

bahwa

sesuai

dengan

tuntutan

makna profesional.

profesionalisme

Organisasi adalah sebuah sistem

memiliki dua kriteria pokok, yaitu: (1)

yang hidup. Organisasi tidak hidup dalam

keahlian dan (2) pendapatan . Kedua hal

ruang

itu merupakan satu kesatuan yang saling

dalamnya

berhubungan. Artinya seseorang dapat

ditopang dengan sarana dan prasarana

dikatakan memiliki profesionalisme ketika

yang dibutuhkan dan harus dikendalikan

memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu;

karena

keahlian

komputer setelah diinstal program dapat

(kompetensi)

dan

kelayakan

kosong.
ada

manusia

dan

sistem

entitas

bukan

yang

manusia

mesin

di

yang

atau

berjalan sendiri dan tidak terpengaruh


Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

3
dengan sistem luar, manusia dianugerahi

untuk: (1) menanamkan rasa cinta pada

dengan akal manusia tidak dapat hidup

Tuhan dan kebenaran, (2) menumbuhkan

dengan model kacamata kuda yang hanya

sikap

melihat satu arah, tetapi manusia akan

mandiri, (3) menumbuhkan sikap amanah

terpengaruhi oleh sistem luar meski sudah

dan kejujuran, (4) menumbuhkan rasa

bertekad hanya melihat satu arah.

hormat

tanggung

dan

jawab,

sopan

disiplin

santun,

dan

(5)

pemuda

menumbuhkan sikap kasih sayang, peduli

Indonesia agar profesionalisme pemuda

dan kerja sama, (6) mengembangkan rasa

dapat berkembang dapat dilakukan dengan

percaya

cara: (1) membangun moral dan budi

menyerah, (7) membangun sikap adil dan

pekerti luhur dan suci, (2) membangun

kepemimpinan, (8) menumbuhkan sikap

sarana prasarana fisik dan nonfisik dengan

rendah hati dan (9) membangun sikap

mengedepankan kepentingan bangsa dan

toleransi dan cinta damai.

Strategi

negara

di

pembangunan

atas

kepentingan

pribadi,

diri,

kreatif

dan

pantang

Mencermati wawasan kebangsaan

kelompok atau golongan, (3) membangun

dari pemuda yang merupakan

sumber daya manusia dengan keteladanan,

pandang pemuda

solidaritas, gotong royong, sopan santun,

dirinya yang bersifat dinamis, senantiasa

ramah tamah, saling menghormati, dan

mengikuti

saling

selalu berinteraksi dengan seluruh dimensi

menghargai,

dan

memelihara

cara

terhadap eksistensi

perkembangan

zaman

kepekaan sosial, (4) membangun semangat

kehidupan

juang dan cinta tanah air, dan (5)

kebangsaan Indonesia adalah cara pandang

membangun future mapping sebagai blue

yang harus dimiliki oleh setiap pribadi

print for nation character building.

warga negara Indonesia yang berjiwa

Prioritas

pembangunan

masyarakat.

dan

Wawasan

pancasila.

kepemudaan Indonesia menuju pemuda

US Development health and human

yang mempunyai profesionalisme meliputi

service, (2000), di mana Competency

dua hal yaitu: (1) Character building atau

improvement

pembangunan watak pemuda Indonesia.

pengembangan pemuda agar memiliki (1)


kecerdasan intelektual, (2) kemampuan

pemuda

membaca, (3) kemampuan matematika, (4)

Indonesia agar memiliki daya saing di

bisa dipercaya dan disiplin, (5) mampu

tingkat nasional dan global.

bekerja sama, (6) mampu menerima dan

pengembangan

Character

Improvement

upaya

atau

(2)

Competency

merupakan

kemampuan

building

merupakan

upaya pengembangan perilaku karakter

melaksanakan kewajiban, (7) memiliki


motivasi

kuat,

(8)

kemampuan

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

4
komunikasi, (9) mandiri, dan (10) mampu

generasi muda Indonesia menjadi generasi

menyelesaikan masalah dalam profesinya.

penerus

Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan

professional dan didukung oleh etika

pemuda dari dua sisi tersebut diharapkan

moral yang terpuji.

pembangunan

bangsa

yang

C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PEMUDA INDONESIA


Sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan

teknologi

dan

seni

permasalahn yang kita hadapi dalam


konteks

character

(2008)

mengatakan

materialisme

building
(1)

Sakhyan

adanya

dan

arus

para pemuda adalah: (1) meningkatnya


kekarasan

di

ketidakjujuran

kalangan
yang

remaja,

(2)

merajalela,

(3)

menurunnya rasa hormat kepada orang tua,


guru

dan

pemimpin,

(4)

tindakan

hedonisme

kekerasan, (5) meningkatnya rasa saling

nasionalisme

curiga dan kebencian, (6) penurunan etos

para pemuda sehingga menurunkan rasa

kerja, (7) menurunkan rasa tanggungjawab

persaudaraan

tajamnya

sebagai individu dan warga negara, (8)

individualisme. (2) ketidakmampuan para

perilaku merusak diri dengan narkoba, dan

pemuda dalam menyesuaikan diri dengan

seks bebas, dan (9) semakin kaburnya

peluang partisipasi politik yang makin

pedoman moral. Sedangkan dari perspektif

terbuka

ekonomi, permasalah pemuda sekarang ini

mengakibatkan

di

redupnya
dan

era

menimbulkan

semakin

reformasi,

sehingga

anarkhisme,

tindak

adalah:

(1)

adanya

ledakan

jumlah

kekerasan, dan liberalisme. (3) banyaknya

penduduk yang tidak seimbang dengan

rintangan untuk menjadi pelaku ekonomi

lapangan

yang mandiri sehingga menurunkan etos

pengangguran

kerja pemuda.

meningkatnya angka kemiskinan yang

Hal senada juga disampaikan


oleh Lickona (1992) yang mengemukakan

kerja,

sehingga
tinggi,

angka

dan

(2)

mencapai angka hingga 40% dari jumlah


penduduk.

bahwa permasalahan umum yang dihadapi


D. TANTANGAN YANG DIHADAPI PEMUDA DALAM PERUBAHAN
KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI
Pemuda
merupakan
generasi
sosial dalam masyarakat, tetapi pemuda
agent

of

change

(agen

penerus suatu bangsa, bila pemuda lemah

merupakan

maka bangsa itu sendiri akan lemah.

perubah) dan agent of social control (agen

Pemuda

terhadap

kontrol sosial). Perlu kita cermati dalam

kelangsungan suatu bangsa. Sesungguhnya

perjuangan bangsa Indonesia, pemuda

pemuda bukan sekedar bagian dari lapisan

selalu menempati peran yang sangat

sangat

berpengaruh

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

5
strategis dari setiap peristiwa penting yang

berkembangan

terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa

pembangunan bangsa dan negara.

pemuda menjadi tulang punggung dari


keutuhan

perjuangan

berbagai

sektor.

bangsa

dalam

Sejarah

telah

dalam

Perkembangan

mengisi

IPTEKS

telah

banyak membantu meningkatkan kualitas


dan

kesejahteraan

kehidupan

umat

membuktikan, bahwa diberbagai belahan

manusia di dunia. Namun bersamaan

dunia,

dengan

perubahan

sosial

politik

hal

tersebut,

penerapan

dan

menempatkan pemuda di garda depan.

pemanfaatan

Peranannya menyeluruh, tidak hanya mata

IPTEKS yang pesat selama ini, telah

air, tapi juga hulu, hilir sampai muara,

melahirkan tuntutan dan kesadaran baru

bahkan pemuda sebagai sumber energi

akan

perubahan. Bahkan Bung Karno (Presiden

dimensi spiritualitas serta moralitas dalam

RI Pertama) mengungkapkan Beri aku

pengalaman

sepuluh

negara maju. Kemajuan IPTEKS yang

pemuda,

maka

akan

kuguncangkan dunia

pesat

Sejak era reformasi bergulir tahun

hasil-hasil

pentingnya

perkembangan

landasan

etika

pembangunan

tersebut, juga

dibanyak

ditandai

global yang glamour.

peran luar biasa. Banyak orang kecewa

Sejarah

membuktikan,

bahwa
dan

karena reformasi tidak berjalan sesuai

penguasaan,

pengembangan

dengan

pendayagunaan

IPTEKS

pencerahan

proses

tidak

didasari moralitas, etika spiritualitas, akan

Sekarang

dapat membawa manusia atau suatu

pemuda lebih cenderung berperan sebagai

bangsa menuju penderitaan, kesengsaraan

kelompok politik, dan sedikit sekali yang

dan kehancuran. Harapan kita semua para

melakukan peranan sebagai kelompok

pemuda Indonesia harus senantiasa berada

sosial, intelektual, dan pencerahan dalam

di dalam jalur nilai-nilai kemanusiaan,

peningkatan

keagamaan, serta berkarakter.

belum

berbangsa

yang

dan

bernegara,

kehidupan

dan

dengan

berkembangnya sikap dan gaya hidup

1998, di mana pemuda juga mempunyai

yang diharapkan

dan

terwujud.

keilmuan,

sehingga

kemandirian pemuda saat ini sangat sulit


E. ESENSI DAN URGENSI KEPEMIMPINAN PEMUDA
Kepemimpinan pemuda merupakan

dalam

perspektifnya

serta

melakukan

modal dasar yang sangat penting untuk

kepemimpinan partisipasif sejauh mana

menjalankan fungsi dan usaha untuk

pemimpin

mengkaji berbagai masalah kepemimpinan

mengambil keputusan bersama dengan

membagi

kekuasaan

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

dan

6
para anggota (pengikut) sehingga kedua

Kepemimpinan

pemuda
jiwa

zaman

belah pihak antara pemimpin dan anggota

disesuaikan

dapat memahami implikasi-implikasi yang

mengingat sekarang ini kita hidup sebagai

ada

sehingga

keefektifitan

kita

pada

pemuda pada zaman modern yang realita

besar

bagi

kehidupan makin kompleks, dan penuh

menghantar
yang

lebih

dengan

harus

resiko. Hal ini sejalan dengan pendapat

organisasi.
Kita ketahui bahwa pemuda saat ini

Giddens Modernity is a risk culture.

adalah pemimpin masa depan. Bahkan

Modernitas memang mengurangi resiko

Presiden RI pertama Soekarno pernah

baru pada sendi sendi kehidupan dan cara

mengatakan beri aku 10 pemuda maka

hidup, tetapi membawa parameter resiko

akan aku goncangkan dunia. Terkait

yang baru yang tidak dikenal pada era

dengan hal tersebut, keberadaan kaum

sebelumnya,

muda

mengawal

ketangguhan, baik mental maupun fisik,

keberlanjutan suatu negara, dan peluang

dan pemuda harus mampu mengambil

ini harus dimanfaatkan pemuda saat ini.

jalan yang penuh resiko. Kepemimpinan

Peluang ini mempertemukan berakhirnya

boleh berada di depan, boleh di tengah,

umur generasi tua untuk menyambut

dan boleh di belakang, seperti ungkapan

pergantian

ing ngarso sung tulodo,ing madyo mangun

sangat

vital

generasi

dalam

muda

menjaga

perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran

untuk

itu

diperlukan

karso, dan tut wuri handayani.

prestasi baru.

F. KEPEMIMPINAN PEMUDA
Secara konseptual, kepemimpinan
dapat dikatakan kemampuan seseorang
(pemimpin)

untuk

mempengaruhi,

dalam mendukung tercapainya visi, misi


dan tujuan organisasi.
Pertama, seorang pemimpin harus

mengarahkan dan memotivasi orang lain

mampu

(bawahan),

mau

terutama para bawahanya, baik melalui

yang

unsur perintah maupun tindakan. Namun

diharapkan atau diinginkan oleh pemimpin

demikian, perlu dipahami bahwa derajat

sesuai dengan visi, misi dan tujuan

keterpengaruhan pihak lain atau para

organisasi. Konsep tersebut mengandung

bawahan

sejumlah makna yang sangat substantif

ditentukan oleh wibawa dan keteladanan

mengikuti

sehingga
dan

mereka

melakukan

apa

mempengaruhi

tersebut

pihak

lain,

sesungguhnya akan

seorang pemimpin. Jadi, kita jangan terlalu


Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

7
berharap seorang pemimpin akan diikuti

memberikan

kehendak dan keinginannya, kalau tidak

pemimpin untuk dapat mendorong dan

menampilkan

merangsang

bawahannya,

sehingga

wibawa terhadap bawahannya. Bawahan

mereka

melaksanakan

tugasnya

akan mengikuti kehendak dan keinginan

dengan baik. Lantas mengapa faktor

pemimpinnya karena merasa terpaksa

kepemimpinan menjadi faktor esensial

sosok

keteladanan

dan

penguatan

mau

bagi

seorang

Kedua, seorang pemimpin harus

bagi seorang pemuda?. Adakah benang

mampu mengarahkan bawahan pada saat

merah antara tugas pokok seorang pemuda

melaksanakan

dengan

pekerjaannya.

Perlu

aspek-aspek

kepemimpinan?.

dicermati dan dipahami bahwa tidak

Sementara asumsi umum yang tampak

semua

melaksanakan

dipermukaan, bahwa seorang pemuda

Dibutuhkan

lebih banyak bersentuhan dengan tugas-

bawahan

tugasnya

dapat

secara

mandiri.

arahan dan bimbingan dari

pemimpin

tugas

yang

bersifat

administratif

sehingga mereka melaksanakan tugasnya

ketimbang

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Setidaknya ada dua argumentasi yang

Kalau semua pegawai (bawahan) sudah

dapat

memiliki tingkat kemandirian yang tinggi,

kemudian seorang pemuda membutuhkan

seorang pemimpin juga harus mencermati

aspek-apek leadership dalam menjalankan

apakah

tugasuya.

mereka

memiliki

persamaan

tugas-tugas

dijadikan

manajerial.

landasan,

mengapa

Pertama, tugas seorang pemuda

persepsi serta mampu melakukan kerja

ikut

mencerdaskan

kehidupan

sama dan koordinasi sehingga terbangun

adalah

sinergitas dalam mencapai visi, misi, dan

bangsa

tujuan organisasi ?

melalui berbagai aksi nyata, seperti: (1)

Ketiga, seorang pemimpin dituntut

yang

dapat

dimanifestasikan

disiplin tinggi, (2) bertanggung jawab , (3)

motivasi

membantu dan membina anak-anak, atau

kepada bawahan, agar mereka terdorong

kaum miskin, (4) memiliki prilaku yang

dan

dilandasi jiwa sapta marga.

untuk

mampu

memberikan

terangsang

energinya

dalam

Kedua, seorang pemuda dituntut

mendukung tercapainya visi, misi, dan


tujuan

organisasi.

Secara

psikologis,

untuk

mampu

melakukan

berbagai

seseorang dapat termotivasi ada dua hal,

terobosan dalam bidang IPTEKS dan

yang perlu diberikan motivasi dalam

mendukung

bentuk materi penghargaan bentuk lain.

manusia anggaran dari fasilitas, misalnya

Sinergitas
rangsangan

inilah

kedua

bentuk

yang

biasanya

membangun,

penguatan

sumber

mengembangkan

daya
atau

akselerasi pola kerja sama dengan berbagai

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

8
institusi, baik pemerintah maupun swasta

dibutuhkan pemuda yang berkarakter, dan

yang diterjemahkan melalui program hibah

pemimpin masa depan bangsa.

atau

bantuan

kalau

Kualitas kepemimpinan seorang

memungkinkan, membangun kerja sama

pemuda, antara lain dapat dicermati dari

dengan

enam karakteristik, sebagai berikut (1)

pihak

lainnya. Bahkan
luar

negeri.

Kedua

argumentasi inilah yang sesungguhnya

visioner,

mengilhami urgensi peningkatan kualitas

intelektual & emosional, (3) memiliki

kepemimpinan di lingkungan pemuda.

kecerdasan enterpreneur, (4) memiliki

Karakteristik kepemimpinan pemuda yang

cerdasan dalam mengambil keputusan, (5)

berkualitas harus mampu menterjemahkan

memiliki integritas & moralitas, dan (6)

.Tugas besar yang akan diemban pemuda

tangguh & konsisten.

(2)

memiliki

kecerdasan

sebagaimana dipaparkan di atas dan


Kepemimpinan pemuda dapat dicermati pada gambar berikut ini :

Gambar.1. Kepemimpinan Pemuda


Bagian bagian kepemimpinan pemuda dalam gambar di atas untuk membangun
kebangsaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.

Bersifat Visioner

harus

Seorang pemuda yang berkualitas

perubahan, yang dimanifestasikan melalui

memiliki

upaya

karakteristik

visioner,

penataan,

pengembangan

dan

artinya memiliki jangkauan pemikiran jauh

penyempurnaan. Bahkan dalam konteks

ke depan dan cermat mempertimbangkan

tertentu harus berani untuk mengganti atau

berbagai potensi yang dimiliki, tantangan,

mengubah

kendala yang dihadapi serta peluang yang

sebuah tatanan, sistem atau model internal

mungkin dapat diraih.

maupun

Pemuda

yang

visioner

secara
eksternal

mendasar
kalau

terhadap

dibutuhkan.

harus

Terkait dengan uraian di atas mungkin

tangguh dan mampu melakukan berbagai

akan berseberangan dengan pihak-pihak

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

9
yang merasa tidak nyaman dengan adanya

cukup besar, baik dalam bentuk alienasi,

perubahan

hal

cemoohan

bahkan

harus

perbaikan

organisasi

tersebut

tersebut,

tetapi

meningkatkan

kalau

kualitas

ancaman,
atau

demi

lembaga.

berani menghadapi sejumlah resiko yang


2.

Memiliki Kecerdasan Intelektual & Emosional


Kecerdasan intelektual merupakan

pemikiran yang bersifat intelegensia, maka

kemampuan

berfikir

seseorang

yang

bertujuan

untuk

mencapai

dan

mengasah kepekaan hati, agar dapat

memperjuangkan suatu tujuan. Semakin

membaca situasi dan kondisi serta mampu

cerdas seorang pemimpin, akan semakin

mengendalikan diri. Pemuda harus mampu

mudah menetapkan dan mewujudkan visi,

mencerna dan memaknai setiap fenomena

misi, dan tujuan.

yang bersentuhan dengan masalah emosi

Pemuda, dituntut untuk memiliki


kecerdasan

emosional.

seorang

pemuda

hendaknya

mampu

dan perasaan, baik perasaan diri sendiri,

Kecerdasan

seperti takut, marah, iri, dan jengkel

emosional, Semiawan (1984) mengatakan

maupun perasaan orang lain. Melalui

kemampuan membaca pikiran sendiri dan

kecerdasan emosional ini, seorang pemuda

pikiran

dapat

akan lebih memiliki sensitivitas yang

menempatkan diri dalam situasi orang lain

tinggi terhadap perasaan dan perhatian

dan sekaligus dapat mengendalikan dirinya

orang lain serta dapat mengadaptasi

sendiri.

perspektif

orang

lain,

sehingga

Berdasarkan pengertian tersebut


bahwa kecerdasan emosional esensinya

mereka,

mengapresiasikan

berbagai perbedaan cara pandang orang


dalam mencermati sesuatu.

lebih menekankan perasaan hati ketimbang


3.

Memiliki Kecerdasan Enterpreneur


Kecerdasan

dimaknai

sebagai

mengubah

nasib

enterpreneur

dapat

adalah

(a)

kemampuan

untuk

diinginkan,

sendiri,

dengan

mengetahui
memiliki

apa

cita-cita

yang
secara

realistis, (b) teliti, kreatif dan berimajinasi

membangun diri sendiri, melalui usaha-

positif,

usaha

dan

kesempatan, siap dan mampu berkompetisi

melakukan perbaikan serta perubahan ke

serta memiliki gairah kerja yang tinggi, (d)

arah

hal

mampu memotivasi diri dan mampu

(1974),

menciptakan inisiatif secara realistis, (e)

yang

bersifat

kemajuan.

tersebut

simultan

Sejalan

Sumahamijaya

dengan

mengemukakan ciri-ciri pemimpin yang


memiliki

karakteristik

enterpreneur,

memiliki

(c)

mampu

disiplin

yang

menciptakan

tinggi

&

mensyukuri kondisi yang ada, (f) mampu

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

10
menolong diri sendiri dan orang lain, (g)

pihak lain, (j) Tekun atau ulet dalam

bersedia bekerja keras, hidup hemat dan

melaksanakan pekerjaan, (k) memiliki

mau serta mampu menarik pelajaran dari

kepribadian

sebuah kesalahan, (h) berani mengambil

memelihara kesehatan diri. (i) memiliki

resiko, (i) memiliki kepercayaan diri yang

sikap mental yang baik.

yang baik

serta

mampu

tinggi seraya membina kerja sama dengan


4.

Memiliki Kecerdasan dalam Mengambil Keputusan


Pengambilan keputusan dimaknai

upaya untuk memilih atau menentukan

pemimpin dalam melakukan interaksi atau


hubungan dengan lingkungannya.

sesuatu dari beberapa alternatif yang ada.

Kearifan seorang pemimpin akan

Jadi, dalam perspektif teori organisasi,

diuji, apakah keputusan yang diambil

pengambilan keputusan dianggap sebagai

memiliki akseptabilitas atau tidak. Melalui

inti dari kepemimpinan.

kecerdasan sosial ini, seorang pemuda atau


konteks

pemimpin diharapkan mampu melahirkan

pengambilan keputusan dituntut, tidak

suatu keputusan yang dapat diterima oleh

hanya memiliki kecerdasan intelektual dan

lingkungan atau pihak-pihak yang terkait

emosional saja tetapi harus memiliki

untuk menerima dampak dari keputusan

kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial yang

tersebut.

Pemimpin

dalam

dimaksud adalah kemampuan seorang


5.

Memiliki Integritas dan Moralitas


Seorang pemuda yang berkualitas

baik norma atau aturan yang ditetapkan

dituntut untuk memiliki integritas atau

oleh kelembagaan pemerintah maupun

kepribadian serta moralitas yang baik. Jadi

lembaga lain persoalan integritas dan

dalam konteks kepemimpinan, kedua hal

moralitas, tidak hanya berdampak pada

tersebut sangat penting karena persoalan

kredibilitas pemuda secara individu, tetapi

integritas dan moralitas akan bersentuhan

akan

dengan perilaku, norma-norma dan aturan,

institusi kepemudaan secara kelembagaan.

6.

berimplikasi

pada

kredibilitas

Tangguh dan Konsisten


Pemuda yang berkualitas harus

memiliki

karakter

tangguh,

artinya

yang menanti di hadapan pemuda tidak


mungkin dapat diwujudkan begitu saja.

memiliki ketahanan fisik maupun mental,

Perjuangan

menanti

sehingga yang bersangkutan tidak cepat

menterjemahkan visi, misi, dan tujuan

menyerah, putus asa, atau prustrasi, Harus

yang dihiasi dengan sejumlah tantangan,

disadari sepenuhnya bahwa, tugas besar

kendala bahkan ancaman yang tidak

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

untuk

11
ringan. Ketangguhan seorang pemuda

pandangannya

mutlak

rasional

diperlukan.

konsisten

dalam

Pemuda

menjaga

pandangannya,

sejauh

harus

sikap
sikap

tersebut

benar-benar

dan

dapat

dan

dipertanggungjawabkan, dan diharapkan

dan

selalu

berpihak

kepada yang lemah.

G. PERANAN PEMUDA DALAM ORGANISASI


Pemuda adalah harapan dan tulang

Pemuda berperan secara alamiah,

punggung negara yang dapat melakukan

yakni

peran

kepemimpinan

dan

komitmennya

tanggung
menjaga

jawab

dalam

persatuan

dan

dalam

masyarakat.

dan keberpihakan kepada masyarakat.

memfokuskan

Terkait

penyusunan

pemuda

untuk

dan

menggerakkan

potensi dan sumber daya yang ada pada

kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen,


dengan hal tersebut

kepeloporan

Kalau

kita

ingin

pembicaraan,
strategi

dan

mengenai

peran

pembangunan,

maka

sebagai agen perubahan (Agent of Change)

pemuda

dan agen kontrol sosial (Agent of Social

konteksnya

Control), agar hal ini terealisasi dapat

kepemimpinan. Jadi, untuk meningkatkan

dilakukan melalui ormas sarana dan arena

peran

belajar,bereksperimen

berlatih

pemuda harus membangun kepeloporan

menjadi

Agent of Change dan Agent of

dan kepemimpinannya. Terkait dengan hal

Social

Control.

dengan

tersebut beberapa pengertian yang perlu

demikian, para pemuda sebagai generasi

mendapat perhatian ada tiga aspek yaitu

penerus harus aktif dan mau terlibat dalam

membangun

organisasi kepemudaan, organisasi profesi,

kemampuannya,

organisasi fungsional, hal ini wadah yang

Kepeloporan dan kepemimpinan berarti

tepat untuk membangun kepeloporan dan

berada di depan untuk diteladani oleh yang

kepemimpinan yang diharapkan.

dipimpinnya

Pemuda

dan
Sehingga

memiliki

kepeloporan

dalam

adalah

pemuda

masyarakat.

kepeloporan

dalam

dan

pembangunan,

semangatnya,
dan

atau

pengalamannya.

panutan

bagi

Kepeloporan

jelas

yang tinggi, hal ini sesuai dengan apa yang

menunjukkan

diungkapkan Benedict Anderson, seorang

membuka jalan, dan memulai sesuatu,

Indonesianist bahwa sejarah Indonesia

untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan,

adalah sejarah pemudanya. Pernyataan

dipikirkan dicermati untuk dikerjakan

Anderson ini tidak salah apabila dikaitkan

bersama dalam mencapai tujuan.

dengan sejarah panjang bangsa Indonesia,

sikap

Kepeloporan

terpuji,

merintis,

ada

unsur

di mana pemuda menjadi aktor dari setiap

menghadapi risiko, kesanggupan untuk

langkah perjalanan bangsa Indonesia.

memikul risiko hal ini penting dalam

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

12
setiap perjuangan, pembangunan, dan

tertentu, tetapi juga membawa parameter

tidak ada perjuangan yang tidak ada

risiko baru yang tidak dikenal pada era

resiko. Jadi dalam zaman modern ini,

sebelumnya,

semua sektor dan kehidupan sudah makin

ketangguhan, baik mental maupun fisik,

kompleks, makin penuh resiko. Hal ini

dan harus berani, serta mampu mengambil

sesuai dengan yang dikemukakan Giddens

keputusan walaupun penuh resiko. Sifat-

Modernity is a risk culture.

sifat itu harus tertanam dalam diri pemuda,

Modernisasi

dapat

dikatakan

mengurangi risiko pada bidang-bidang

untuk

itulah

diperlukan

karena tugas yang diembannya penuh


tantangan dan resiko.

H. Peningkatan Kualitas Kinerja Pemuda


Apa

sesungguhnya

yang

akan

secara kualitas maupun kuantitas sesuai

diraih oleh lembaga kepemudaan, ketika

dengan

aspek-aspek manajerial sudah mampu

dicanangkan,

dimanifestasikan melalui kepemimpinan

bersifat administratif, teknis, terutama

pemuda apakah sudah berkualitas?. Secara

manajerialnya.

kelembagaan upaya membangun kualitas


kepemimpinan

pemuda,

sesungguhnya

diproyeksikan

meningkatkan

program

kerja

termasuk

Kedua

yang

telah

kontrol

yang

berinisiatif,

hal

ini

mencerminkan bahwa seorang pemuda

kinerja

yang berkinerja tinggi harus memiliki

pemuda agar berkualitas. Persoalannya,

inisiatif dalam menyampaikan ide-ide

peningkatan kinerja seperti apakah yang

cerdas

diharapkan dari seorang Pemuda?. Sudah

pengembangan, penyempurnaan bahkan

barang tentu membutuhkan argumentasi

perubahan perubahan yang mungkin dapat

dan penjelasan secara komprehensip.

dilakukan. Pemuda harus cermat dan

Beberapa

parameter

untuk

terkait

dengan

penataan,

bersikap proaktif dalam memperjuangkan

mengukur peningkatan kinerja yang diraih

peningkatan

oleh seorang pemuda, antara lain, (1)

kepemudaan secara menyeluruh.

produktif, (2) berinisiatif, (3) mandiri, (4)

kinerja

Ketiga mandiri, kinerja seorang

disiplin, (5) mampu bekerja secara efektif,

pemuda

(6) responsif dan (7) akuntabel.

kemandiriannya

Pertama

produktif.,

organisasi

dapat

dicermati.
dalam

dari

melaksanakan

seorang

pekerjaan, tidak tergantung kepada orang

pemuda yang berkinerja tinggi memiliki

lain, tetapi harus mampu menterjemahkan

produktivitas kerja yang tinggi, artinya

setiap

mampu menghasilkan pekerjaan, baik

sebelumnya.

program

yang

dicanangkan

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

13
Keempat disiplin, seorang pemuda

dilayani, baik secara internal maupun

yang berkinerja tinggi akan tercermin dari

eksternal. Pemuda yang berkinerja tinggi

sikapnya dan disiplinnya. Disiplin yang

akan tercermin dari sejauh mana ia mampu

dimaksud tidak hanya terkait dengan

memberikan respon yang positif terhadap

persoalan kehadiran dalam bekerja, tetapi

berbagai

disiplin dalam melaksanakan pekerjaan,

kebutuhan pihak lain yang dilayani.

membuat laporan serta mengevaluasi hasil


pekerjaan yang telah dilakukan.
Kelima,

mampu

keluhan,

Ketujuh
mengandung

bekerja

kepentingan

akuntabel,
makna

dan

hal

bahwa

ini

seorang

sama

pemuda yang berkinerja tinggi, akan

secara efektif, hal ini dapat dilihat dari

mampu menyelaraskan antara program

kemampuannya ketika melakukan kerja

yang telah dicanangkan, dengan kebutuhan

sama dengan pihak lain, baik secara

pihak

internal maupun eksternal.

pertanggungjawaban yang dilaporkan.

Keenam responsif, responsivitas


yang

dimaksud

lain

yang

dilayani

serta

Parameter di atas, tentunya masih

adalah

kemampuan

sangat debatable, namun sebagai bahan

dalam

menangkap

diskusi kiranya dapat dijadikan bahan

seorang

pemuda

berbagai

kebutuhan

pihak

lain

dan

kontemplasi.

I. KEPEMIMPINAN DALAM SEBUAH ORGANISASI


Pemimpin

dan

kepemimpinan

dan

Crutchfield

memandang

bahwa

merupakan suatu kesatuan kata yang tidak

dengan kebaikan dari posisinya yang

dapat dipisahkan secara struktural maupun

khusus dalam kelompok ia berperan

fungsional. Banyak muncul pengertian-

sebagai agen primer untuk penentuan

pengertian

dan

struktur kelompok, suasana kelompok,

kepemimpinan, antara lain (1) pemimpin

tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan

adalah figur sentral yang mempersatukan

aktivitas kelompok. (4) kepemimpinan

kelompok, (2)

sebagai suatu kemampuan menghandel

keunggulan

mengenai

pemimpin

kepemimpinan adalah

seseorang

atau

beberapa

orang lain untuk memperoleh hasil yang

individu dalam kelompok, dalam proses

maksimal dengan friksi sesedikit mungkin

mengontrol gejala-gejala sosial, (3) Brown

dan

(1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak

kepemimpinan

dapat dipisahkan dari kelompok, tetapi

semangat/moral yang kreatif dan terarah

boleh dipandang sebagai suatu posisi

(5)

dengan potensi tinggi di lapangan. Krech

memiliki program/rencana dan bersama

kerja

pemimpin

sama

yang

merupakan
adalah

besar,
kekuatan

individu

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

yang

14
anggota

kelompok

bergerak

Sondang

untuk

mencapai tujuan dengan cara yang pasti.

(1994)

menyimpulkan

bahwa seseorang hanya akan menjadi

yang

seorang pemimpin yang efektif apabila (1)

menjadi perdebatan mengenai pemimpin,

seseorang secara genetika telah memiliki

(1) Apakah seorang pemimpin dilahirkan

bakat-bakat kepemimpinan , (2) bakat-

atau ditempa?, (2) Apakah efektivitas

bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan

kepemimpinan seseorang dapat dialihkan

melalui kesempatan untuk menduduki

dari satu organisasi ke organisasi yang lain

jabatan kepemimpinannya, (3) ditopang

oleh seorang pemimpin yang sama? Jadi

oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh

pertanyaan pertama

melalui pendidikan dan latihan, baik yang

tersebut perrhatikan beberapa pendapat

bersifat umum maupun yang menyangkut

berikut : (1) ada yang berpendapat bahwa

teori kepemimpinan.

Muncul

untuk

dua

menjawab

pertanyaan

pemimpin itu dilahirkan dengan bakat-

Menjawab pertanyaan kedua dapat

bakat kepemimpinannya. (2) kubu yang

dirumuskan dua kategori yang harus dikaji

menyatakan bahwa pemimpin dibentuk

lebih jauh lagi: (1) keberhasilan seseorang

dan

bahwa

memimpin

satu

organisasi

dengan

efektivitas kepemimpinan seseorang dapat

sendirinya

dapat

dialihkan

kepada

dibentuk dan ditempa dengan memberikan

kepemimpinan oleh orang yang sama di

kesempatan

organisasi lain, (2) keberhasilan seseorang

ditempa

berpendapat

luas

kepada

yang

bersangkutan untuk menumbuhkan dan

memimpin

satu

mengembangkan

merupakan

jaminan

efektivitas

kepemimpinannya.

memimpin

organisasi

tidak

keberhasilannya

organisasi

lain.

J. PERANAN PEMUDA DALAM ORMAS


Kodrat Pemuda adalah melakukan
peran

dan

komitmennya

tanggung
menjaga

jawab
persatuan

dalam
dan

masyarakat intelektual dan ormas sebagai


sarana tempat belajar, bereksperimen, dan
berlatih menjadi

Agent of Change Dan

kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen,

Agent of Social Control. Sehingga dengan

dan keberpihakan kepada masyarakat.

demikian, pemuda harus aktif dan mau

Terkait dengan hal tersebut predikat yang

terlibat

diberikan dan yang disandang pemuda

organisasi kemasyarakatan (Ormas) untuk

sebagai agen perubahan (Agent of Change)

membangun

dan agen kontrol sosial (Agent of Social

kepemimpinan

Control),

kepentingan masyarakat.

maka

pemuda

bagian

dari

untuk

dibina

di

Organisasi-

kepeloporan
yang

berpihak

dan
kepada

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

15
Perkembangan ilmu pengetahuan

mental maupun fisik. Kalau kita cermati

teknologi dan seni serta perkembangan

tidak semua pemimpin berani mengambil

modernitas memang mengurangi resiko

resiko, tetapi pada diri pemuda harus

pada

terpatri

bidang-bidang

tertentu,

tetapi

daya

juang,

nasionalisme,

membawa parameter risiko baru yang

keteladanan, jujur, dan lain-lain, untuk

tidak dikenal pada era sebelumnya, dengan

menjalankan pembangunan yang berpihak

demikian diperlukan ketangguhan, baik

kepada masyarakat.

K. PENUTUP
Pada

prinsipnya

faktor

menghadapi

perkembangan

IPTEKS,

kepemimpinan merupakan inti dari proses

sangat penting bagi pemuda Indonesia

pengelolaan (manajemen) dalam suatu

untuk meningkatkan kualitasnya, baik dari

organisasi,

segi iman dan takwa

termasuk

di

lingkungan

maupun IPTEKS

organisasi kepemudaan. Jadi upaya untuk

dengan berpegang teguh pada nilai-nilai

meningkatkan

budaya bangsa maupun agama.

kualitas

kepemimpinan

(leadership) di lingkungan kepemudaan


tidak dapat diabaikan. Komitmen untuk
meningkatkan

kualitas

kepemimpinan

Disadari atau tidak penguasaan,


pengembangan

dan

pendayagunaan

pemuda dapat dimanifestasikan melalui

IPTEKS yang tidak dilandasi, kejujuran,

tindakan nyata, sehingga kinerja pemuda

moralitas, etika, spiritualitas, dan lain-lain

dapat terwujud.

akan dapat membawa manusia atau suatu

Selanjutnya,

bahwa

bangsa menuju penderitaan, kesengsaraan

perkembangan IPTEKS banyak membantu

dan kehancuran. Mengatasi hal tersebut

meningkatkan kualitas dan kesejahteraan

para pemuda Indonesia harus senantiasa

kehidupan umat manusia di dunia. Namun

berada

bersamaan dengan hal tersebut penerapan

kemanusian dan keagamaan yang luhur,

dan pemanfaatan hasil-hasil perkembangan

meningkatkan pengetahuan tentang ilmu,

IPTEKS telah melahirkan tuntutan dan

teknologi,

kesadaran baru akan pentingnya landasan

menumbuhkembangkan jiwa kepeloporan,

etika

serta

daya pikir, inovasi, kreativitas dalam

suatu

mempersiapkan diri menjadi pemimpin

ditandai

masa depan dan melahirkan generasi yang

dengan berkembangnya sikap dan gaya

profesionalis dalam rangka pembangunan

dan

moralitas
negara.

disadari

dimensi

spiritualitas

dalam

pembangunan

Kemajuan

IPTEKS

di

dalam

dan

jalur

nilai-nilai

seni

hidup global yang glamour. Maka untuk


Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

dan

16
bangsa dan negara yang berkualitas di

berbagai sektor.

DAFTAR PUSTAKA
Bronovsky, J. 1972. The Ascent of Mean.
Boston : Little Brown.
Dick, W and Lou, Carey. (1990). The
systematic design of instruction.
Florida : Harper Collins.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,
Departement Pendidikan Nasional.
Fishbein, M dan Ajzan, Icek. (1990).
Belief, attitude, intention, and
behavior. New York : McGraw Hill
Sumberdaya
Habibie B. J. 2012.
Manusia
Andalan
Masyarakat
Madani. Makalah disampaikan pada
Konvensi
Nasional
Penddikan
Indonesia VII 2012 di Yogayakarta.
Hadari, Nawawi, 2005. Manajemen
Strategik, Yogyakarta : Gadjah Mada
Pers.
Parkhe Arvind. 1991. Interfirm Diversity,
Organizational
Learning,
and
Longevity in Global Strategic
Alliances.
Indiana:
Indiana
University.
(www://jstor.org/discover)

Gerakan Menyongsong
Seratus
Tahun
Indonesia
Merdeka.
Makalah
Disampaiakan
pada
Konvensi
Nasional
Penddikan
Indonesia VII 2012 di Yogayakarta
Semiawan, Conny, dkk. 1984. Memupuk
Bakat dan Kreativitas Siswa
Sekolah Menengah. Jakarta : PT.
Gramedia.
Slamet, Margono. 2003. Filosofi Mutu dan
Penerapan
Prinsip-prinsip
Manajemen Mutu Terpadu di
Perguruan Tinggi. Makalah. Jakarta :
Depdikbud.
Slocum, John W., Jr. dan Hellriegel, Don,
2009. Principles of Organizational
Behavior, 12th Edition. Cina: SouthWestern Cengage Learning.
Sutarno. 2012. Pendidikan Multikultural.
Jakarta: Gramedia.
Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan dalam
Pembangunan
Nasional
Menyongsong Abad XXI. Jakarta :
Balai Pustaka.
Wiles,

Raka I Dewa Gede. 2012. Pendidikan


Karakter untuk 250 Juta Orang:

Kimball. 1983. Democratic


Supervision. New York: McGrawHill Book Company

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

17
KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela
Abstrak
Kurikulum 2013 menuntut agar dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diberi kebebasan
berpikir memahami masalah, membangun strategi penyelesaian masalah, mengajukan ide-ide
secara bebas dan terbuka. Kegiatan guru dalam pembelajaran adalah melatih dan
membimbing siswa berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Guru harus
berupaya untuk mengorganisasikan kerjasama dalam kelompok belajar, melatih siswa
berkomunikasi menggunakan grafik, diagram, skema, dan variabel. Diharapkan seluruh hasil
kerja selalu dipresentasikan di depan kelas untuk menemukan berbagai konsep, hasil
penyelesaian masalah, aturan serta prinsip yang ditemukan melalui proses pembelajaran.
Pembelajaran tidak hanya ditekankan pada satu aspek saja tetapi keseimbangan pada aspek
afektif, aspek psikomotorik, dan aspek kognitif.
Kata Kunci : kurikulum 2013, guru, siswa, afektif, psikomotorik, kognitif
A. PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 merupakan suatu

afektif, dan aspek psikomotor secara

kebijakan baru pemerintah dalam bidang

berimbang, sehingga pembelajaran yang

pendidikan yang diharapkan mampu untuk

terjadi diharapkan dapat berjalan dengan

menjawab tantangan dan persoalan yang

menyeimbangkan ketiga aspek tersebut,

akan dihadapi oleh bangsa Indonesia ke

tidak seperti yang selama ini terjadi

depan.

dimana pembelajaran lebih cenderung

Perubahan yang mendasar pada

kurikulum

2013

dibanding

dengan

mengutamakan aspek kognitif saja. Akibat

kurikulum-kurikulum sebelumnya adalah

dari konsep kurikulum 2013 itu, maka

perubahan

penilaian dalam pembelajaran tentunya

pada

pendidikannya

tingkat

dimana

satuan

implementasi

harus

disesuaikan

dengan

konsep

kurikulum ini dilakukan pada tingkat

kurikulum itu sendiri, sehingga penilaian

satuan pendidikan mulai dari sekolah

juga harus didasarkan pada ketiga aspek

dasar, sekolah menengah pertama, dan

tersebut

sekolah menengah atas atau sekolah

kognitifnya, menilai aspek afektifnya, dan

menengah kejuruan. Perubahan yang lain

menilai aspek psikomotoriknya. Selain itu

dapat dilihat dari konsep kurikulum 2013

kurikulum 2013 juga membawa perubahan

itu sendiri.

besar dalam pelaksanaannya.

Kurikulum
diharapkan
keseimbangan

dalam

dapat
aspek

hal

ini

memberikan
kognitif,

aspek

yaitu

Hal

ini

harus

menilai

ditunjukkan

aspek

dengan

disediakannya buku ajar yang disusun


sesuai dengan tuntutan kurikulum itu

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

18
sendiri. Artinya kurikulum 2013 itu tidak

menata

sekedar

seharusnya

hanya

dokumen

sebuah

semata

implementasinya,

konsep

tetapi

kurikulum

dan
dalam

bagaimana

dan

dilakukan

apa
guru

yang
dalam

melaksanakan pembelajarannya.

2013 itu

B. PEMBAHASAN
1. Pola Pikir Kurikulum 2013
Seperti

yang

diungkapkan

sebelumnya jelas sekali terlihat adanya

sebelumnya bahwa pada kurikulum 2013

pemisahan

pembelajaran itu tidak hanya menekankan

membentuk aspek afektif, membentuk

pada aspek kognitif saja, tetapi harus

aspek psikomotorik, dan pembentukan

meliputi ketiga aspek. Pola pikir yang

aspek

menjadi rumusan dalam pembentukan

menurunkan

kurikulum itu adalah memandang bahwa

kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta

standar kompetensi lulusan diturunkan dari

didik, sementara kurikulum 2004 dan

kebutuhan.

Berbeda

kurikulum

sebelumnya

mata

kognitif.

pelajaran

untuk

Kurikulum

mata

2013

pelajaran

dari

halnya

dengan

KTSP 2006 menurunkan kompetensi dari

yaitu

standar

mata pelajaran.

kompetensi diturnkan dari standar isi.

Perbedaan pandangan ini akhirnya

Pada kurikulum KBK 2004 dan

yang tadinya mata pelajaran yang saling

KTSP 2006 dijelaskan bahwa standar isi

lepas satu dengan yang lainnya, yaitu

dirumuskan

mata

seperti sekumpulan mata pelajaran yang

pelajaran yang di dalamnya merupakan

terpisah dan tidak tertata irisan dari tiap

paparan standar kompetensi lulusan mata

mata pelajaran menjadi mengikat semua

pelajaran

mata pelajaran oleh suatu kompetensi yaitu

berdasarkan

dirinci

tujuan

menjadi

standar

kompetensi dasar mata pelajaran. Pada

kompetensi inti dari tiap tingkatan kelas.

kurikulum 2013, standar isi diturunkan

Pembelajaran yang terjadi akibat

dari standar kompetensi lulusan melalui

implementasi dari kurikulum 2013 ini

kompetensi inti yang tidak terikat pada

adalah adalah Pembelajaran tidak lagi

mata pelajaran. Pola pikir lainnya dalam

berpusat pada guru, tetapi pembelajaran

kurikulum 2013 memandang bahwa semua

lebih banyak berpusat pada aktivitas siswa.

mata

Karena

pelajaran

harus

berkontribusi

pembelajaran

lebih

banyak

terhadap pembentukan aspek afektif, aspek

berpusat

psikomotorik, dan aspek kognitif pada

pembelajaran tidak lagi menjadi satu arah

peserta didik. Padahal pada kurikulum

tetapi lebih bersifat interaktif. Kurikulum

pada

siswa

akibatnya

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

19
2013

juga

menuntut

agar

dalam

memahami bagaimana menggunakan alat

pembelajaran terjadi aktivitas aktif dan

multimedia

menyeldidiki dan diharapkan juga guru

teknologi

sebagai fasilitator dalam pembelajaran

mengorganisakan siswa dalam belajarnya.

dapat merancang pembelajaran agar siswa

Satu hal yang sangat menarik tentang

mampu

kurikulum

menyelesaikan

permasalahan-

yaitu

berbagai

pendidikan

2013

peralatan

yang

yaitu

mampu

siswa

dalam

permasalahan yang kontekstual dan nyata.

belajarnya memperoleh dokumen belajar

Pembelajaran yang selama ini terjadi yaitu

sesuai

pembelajaran yang terlalu luas yang

potensinya dalam belajar, sehingga tidak

mengakibatkan

materi

lagi siswa yang dalam tingkatan yang

materi

sama harus diberikan dokumen belajar

diajarkan.

terlalu

banyak

Penyampaian

dengan

ketertarikannya

dan

pengetahuan hanya merupakan sebuah

yang

kegiatan transfer ilmu belaka yang artinya

pembagian jurusan di sekolah menengah

guru hanya memindahkan pengetahuan

atas yang selama ini dilakukan pada waktu

saja kepada siswa tanpa memperhatikan

siswa naik ke kelas XI, akan tetapi

apakah

tidak

pembelajaran dan dokumen belajar siswa

tersebut.

akan diperoleh siswa pada waktu siswa

Berbeda halnya dengan kurikulm 2013,

tersebut duduk pertama sekali di bangku

kurikulum

sekolah menengah atas. Pembelajaran

siswa

pengetahuan

memahami

yang
ini

atau

diberikan

memaksa

guru

agar

sama.

Hal

ini

menggugurkan

mengerti betul karakteristik dari siswanya.

yang

Materi pengetahuan yang disampaikan

pengetahuan akhirnya menuntut terjadinya

guru harus mampu menunjukkan perilaku

pertukaran

yang khas yang mampu memberdayakan

dengan guru lainnya, guru dengan siswa,

kaidah keterkaitan antar materi.

dan siswa dengan siswa lainnya.

tadinya

hanya

transfer

pengetahuan

antara

ilmu
guru

Pembelajaran pada kurikulum 2013


juga

mengharapkan agar guru dapat

2. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


Berdasarkan pola pikir kurikulum

pendekatan

yang

dalam

pendekatan

ilmiah.

implementasi kurikulum juga mengalami

pendekatan

perubahan. Perubahan ini mengakibatkan

aspek antara lain: 1) Materi pembelajaran

pendekatan pembelajaran yang digunakan

berbasis pada fakta atau fenomena yang

adalah

dapat

2013,

maka

pembelajaran

pendekatan

saintifik

yaitu

ini

dijelaskan

menggunakan
Kriteria

menekankan

dalam
beberapa

dengan logika atau

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

20
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,

aspek

khayalan, legenda, atau dongeng semata;

substansi atau materi ajar agar siswa tahu

2) Penjelasan guru, respon siswa, dan

mengapa..

interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari

menggamit transformasi substansi atau

prasangka yang serta-merta, pemikiran

materi ajar agar siswa tahu bagaimana.

subjektif,

yang

Aspek Kognitif menggamit transformasi

menyimpang dari alur berpikir logis; 3)

substansi atau materi ajar agar siswa tahu

Mendorong

apa..

atau

penalaran

dan

menginspirasi

siswa

sikap

menggamit

transformasi

Aspek

Hasil

psikomotorik

akhir

dari

kegiatan

berpikir secara kritis, analistis, dan tepat

pembelajaran

dalam

memahami,

peningkatan dan keseimbangan antara

dan

kemampuan untuk menjadi manusia yang

mengidentifikasi,

memecahkan

masalah,

mengaplikasikan
Mendorong

materi

dan

pembelajaran.

menginspirasi

siswa

baik

adalah

diharapkannya

(soft skills) dan manusia yang

memiliki

kecakapan dan

pengetahuan

mampu berpikir hipotetik dalam melihat

untuk hidup secara layak (hard skills) dari

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu

siswa yang meliputi aspek kompetensi

sama lain dari materi pembelajaran; 4)

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Mendorong
mampu

dan

menginspirasi

memahami, menerapkan,

mengembangkan

pola

berpikir

siswa

Dimensi paedagogik modern yang

dan

diterapkan pada kurikulum 2013 adalah

yang

pendekatan

ilmiah.

rasional dan objektif dalam merespon

pembelajaran

materi pembelajaran; 5) Berbasis pada

pendekatan

konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

observing

dipertanggungjawabkan;
pembelajaran

yang
ini

Langkah-langkah
dilakukan

dalam

adalah.

1)

kegiatan

(mengamati);

2)

kegiatan

6)

Tujuan

questioning(menanya);

3)

kegiatan

dirumuskan

secara

associating(menalar);

4)

kegiatan

sederhana dan jelas, namun menarik

experimenting (mencoba); dan 5) kegiatan

sistem penyajiannya.

networking(membentuk

Berdasarkan

penjelasan

sebelumnya yaitu, ada tiga aspek penting

jejaring

atau

menyimpulkan.
Pembelajaran

yang

diterapkan

dalam

mengakibatkan ilmu pengetahuan sebagai

pembelajaran yaitu aspek afektif, aspek

penggerak pembelajaran untuk semua

psikomotorik,

kognitif.

mata pelajaran. Kegiatan siswa lebih

setiap

cenderung untuk mencari tahu tentang

pembelajaran tidak boleh terlepas dari

prinsip dan konsep ilmu pengetahuan

ketiga aspek tersebut. Pada pembelajaran

tersebut bukan menunggu dibberikan oleh

yang

Sehingga

harus

diperhatikan
dan

aspek

langkah-langkah

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

21
guru, pembelajaran ini disebut dengan

merubah kegiatan belajar mengajar yang

discovery learning. Discovery Learning

teacher oriented menjadi student oriented.

adalah teori belajar yang didefinisikan

Dalam Discovery Learning, hendaknya

sebagai proses pembelajaran yang terjadi

guru

bila siswa tidak disajikan dengan materi

muridnya untuk menjadi seorang problem

pelajaran

solver, seorang ilmuwan, ahli sejarah, atau

dalam

bentuk

utuh,

tetapi

harus

memberikan

kesempatan

diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

ahli

Dalam mengaplikasikan metode Discovery

disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa

guru

Learning
pembimbing

berperan

dengan

matematika.

sebagai

dituntut

memberikan

kegiatan

untuk

Bahan

ajar

melakukan

menghimpun

tidak

berbagai
informasi,

kesempatan kepada siswa untuk belajar

membandingkan,

mengkategorikan,

secara aktif, sebagaimana pendapat guru

menganalisis,

mengintegrasikan,

harus

mereorganisasikan bahan serta membuat

dapat

membimbing

dan

mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai

kesimpulan-kesimpulan.

dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin


3. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Discovery Learning
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Tahap awal dalam pembelajaran ini

pertanyaan, anjuran membaca buku, dan

siswa dihadapkan pada sesuatu yang

aktivitas belajar lainnya yang mengarah

menimbulkan kebingungannya, kemudian

pada

dilanjutkan

memberi

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk

generalisasi, agar timbul keinginan dari

menyediakan kondisi interaksi belajar

siswa untuk menyelidiki sendiri. Selain itu

yang

guru

membantu siswa dalam mengeksplorasi

untuk

sebagai

pembelajarannya

tidak

fasilitator
dengan

memulai
mengajukan

persiapan

dapat

pemecahan

masalah.

mengembangkan

dan

bahan.

b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)


Tahap kedua dari pembelajaran ini

kemudian

adalah guru memberi kesempatan kepada

dirumuskan

siswa untuk mengidentifikasi sebanyak

(jawaban

mungkin kejadian-kejadian dari masalah

masalah)

salah

satunya

dalam
sementara

dipilih

bentuk
atas

dan

hipotesis
pertanyaan

yang relevan dengan bahan pelajaran,

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

22
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Pada tahap ini berfungsi untuk

relevan,

membaca

sumber

belajar,

menjawab pertanyaan atau membuktikan

mengamati objek, wawancara dengan nara

benar

sumber, melakukan uji coba sendiri dan

tidaknya

hipotesis,

dengan

demikian siswa diberi kesempatan untuk

kegiatan lainnya yang relevan.

mengumpulkan berbagai informasi yang


d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut
pengolahan

Syah

data

(2004:244)

merupakan

kegiatan

bacaan,

wawancara,

sebagainya,

observasi,

semuanya diolah,

dan

diacak,

mengolah data dan informasi yang telah

diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila

diperoleh

perlu dihitung dengan cara tertentu serta

para

siswa

baik

melalui

wawancara, observasi, dan sebagainya,

ditafsirkan

lalu ditafsirkan. Semua informai hasil

tertentu

pada

tingkat

kepercayaan

e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan
pemeriksaan

secara

membuktikan

benar

cermat

menurut Bruner, bertujuan agar proses

untuk

belajar akan berjalan dengan baik dan

tidaknya

kreatif jika guru memberikan kesempatan

hipotesis yang ditetapkan sebelumnya

kepada siswa untuk menemukan suatu

dengan beberapa fenomena yang sudah

konsep, teori, aturan atau pemahaman

diketahui, dihubungkan dengan hasil data

melalui contoh-contoh yang ia jumpai

processing (Syah, 2004:244). Verification

dalam kehidupannya.

atau

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)


Tahap

menarik

memperhatikan hasil verifikasi (Syah,

kesimpulan adalah proses menarik sebuah

2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip

maka

umum dan berlaku untuk semua kejadian

mendasari

atau

masalah

generalisasi/

yang

sama,

dirumuskan prinsip-prinsip yang


generalisasi

dengan

4. Model-Model Pembelajaran Pendukung Kurikulum 2013


Beberapa

model pembelajaran

pembelajaran itu bukan paku mati model

yang sesuai dengan kurikulum 2013 antara

yang

lain 1) Model Pembelajaran Berdasarkan

pembelajaran yang mengimplementasikan

Masalah dan 2) Model Pembelajaran

kurikulum

Berbasis

pembelajaran lain juga dapat digunakan

Proyek.

Kedua

model

harus

dilaksanakan
2013.

dalam

Model-model

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

23
dengan catatan bahwa model pembelajaran

tersebut menganut paham konstruktivisme.

a. Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Pembelajaran berdasarkan masalah

berdasarkan

masalah,

guru

harus

adalah suatu pembelajaran yang lebih

mengupayakan siswa agar dapat dengan

menekankan pada aspek kognitif siswa dan

sendirinya mengkonstruk konsep maupun

pembelajarannya berpusat kepada siswa.

prinsip-prinsip

Fokus pengajaran tidak begitu banyak

Pembelajaran yang akan dilakukan harus

pada apa yang dilakukan siswa melainkan

terlebih dahulu dirancang oleh guru, dan

kepada apa yang mereka pikirkan pada

guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan

saat melakukan pembelajaran tersebut.

pembimbing.

Peran

guru

Dalam

ilmu

pengetahuan.

model

pembelajaran

dalam

pembelajaran

ini

melibatkan

presentasi

dan

berdasarkan

penjelasan sesuatu hal kepada siswa,

instruction)

ditekankan

bahwa

namun pada intinya dalam pembelajaran

pembelajaran

dikendalikan

dengan

berdasarkan

masalah. Oleh karena itu, pembelajaran

terkadang

sebagai

masalah

pembimbing

guru

berperan

dan

fasilitator

berdasarkan

masalah

masalah

(problem-based

dimulai

dengan

sehingga siswa belajar untuk berpikir dan

memecahkan masalah, dan masalah yang

memecahkan masalah dengan cara mereka

diajukan kepada siswa harus mampu

sendiri.

memberikan informasi (pengetahuan) baru


Model pembelajaran berdasarkan

sehingga siswa memperoleh pengetahuan

lebih

baru sebelum mereka dapat memecahkan

menekankan pada aspek kognitif siswa.

masalah itu. Dalam pembelajaran yang

Pembelajaran diawali dengan memberikan

dilakukan tujuannya bukan hanya mencari

masalah. Masalah yang diajukan dalam

jawaban tunggal yang benar, tapi lebih dari

pembelajaran

masalah

itu siswa harus dapat menginterpretasikan

haruslah bersifat top-down artinya diawali

masalah yang diberikan, mengumpulkan

dengan

informasi yang penting, mengidentifikasi

masalah,

pembelajarannya

berdasarkan

masalah

yang

kompleks,

dilanjutkan dengan masalah-masalah yang

kemungkinan

spesifik dengan maksud mencari solusi

mengevaluasi

masalah

kesimpulan.

kompleks

tersebut.

Dalam

pemecahan
pilihan,

dan

masalah,
menarik

pembelajaran dengan model pembelajaran


b. Peran guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah
Dalam
konsep

dan

mengajarkan
prinsip-prinsip

konsepmateri

pelajaran, guru harus mengilustrasikannya


dalam

beberapa

cara.

Dalam

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

24
penyampaiannya dimulai dari ilustrasi

lebih kritis dibanding kelas tradisional

masalah

dengan

yang berpusat pada guru. Disamping

kehidupan siswa, memilih kata-kata dalam

menyajikan pengetahuan bagi siswa, guru

percakapan

dipahami,

dalam pembelajaran berdasarkan masalah

memilih simbol-simbol, gambar-gambar,

harus melibatkan siswa dalam menyusun

atau objek nyata. Hal lain yang perlu

informasi dan penggunaan pengetahuan

dilakukan adalah memberi kesempatan

mereka dalam pemecahan masalah

nyata

yang

yang

dekat

mudah

pada siswa memikirkan, menelaah apa saja


yang

terkandung

dalam

konsep

dan

Guru

dalam

pembelajaran

berdasarkan masalah harus merancang dan

prinsip. Gardner (dalam James Hiebert,

mengatur

1992: 66) menyatakan, karena kerja

pemahaman ilmu pengetahuan siswa yang

mental tidaklah tampak, mendiskusikan

memungkinkan

bagaimana gagasan/informasi disusun di

siswa dalam menerapkan pengetahuan

dalam

tingkat

pada berbagai situasi masalah. Guru harus

berpikir yang tinggi. Dugaan representase

memiliki kemampuan ilmu pengetahuan

mental adalah suatu gagasan inti yang

yang dalam/luas agar dapat melakukan hal

membawa bersama-sama bekerja pada

tersebut. Guru dengan kemampuan ilmu

pengamatan

pengetahuan

otak

didasarkan

dari

pada

berbagai

bidang,

pembelajaran
guru untuk

yang

terhadap
memandu

dangkal

dalam

mencakup psikologi, ilmu pengetahuan,

pembelajaran

linguistik, dan banyak hal.

kemungkinan akan dapat membawa siswa

Dalam pembelajaran berdasarkan


masalah, kemampuan guru mengajar harus

berdasarkan

masalah,

pada kegagalan dalam mempelajari konsep


dan prinsip ilmu pengtahuan tersebut.

c. Tahapan-tahapan pembelajaran berdasarkan masalah


Dalam membuat suatu rencana

benar-benar dapat merangsang rasa ingin

pembelajaran perlu dibuat tahapan-tahapan

tahu siswa serta memotivasi siswa untuk

yang akan digunakan dalam pembelajaran,

dapat menjadi pebelajar yang mandiri,

tujuannya adalah agar pembelajaran yang

sehingga memudahkan dalam pelaksanaan

akan dilaksanakan benar-benar terlaksana

berbagai

dengan baik dan memperoleh hasil yang

pembelajaran berdasarkan masalah dan

diinginkan.

pencapaian

tahap

pembelajaran

model

tujuan pembelajaran yang

Pembelajaran berdasarkan masalah

diinginkan. Dalam pembelajaran ini guru

adalah pembelajaran yang berpusat pada

harus terlebih dahulu menetapkan tujuan

siswa. Oleh karena itu guru harus dapat

pembelajaran sehingga tujuan itu dapat

merancang rencana pembelajaran yang

dikomunikasikan dengan jelas kepada

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

25
siswa. Setelah guru menetapkan tujuan

konsisten dengan tujuan kurikulum.

kemudian guru harus merancang situasi

Ibrahim

dan

Nur

(2000:

13)

masalah yang sesuai dengan materi.

mengemukakan tahapan-tahapan dalam

Situasi masalah yang baik seharusnya

pembelajaran

autentik, mengandung teka-teki, dan tidak

(problem-based instruction)

terdefinisikan dengan ketat, memungkinan

berikut :

berdasarkan

masalah
pada tabel

kerja sama, bermakna bagi siswa, dan


Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
Tahap-1
Orientasi siswa kepada
masalah
Tahap-2
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Tahap-3
Membimbing penyelidikan
individual maupun
kelompok
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Tahap-5
Menganalisis dan meng
evaluasi proses pemecahan
masalah
Berdasarkan

Tingkah Laku Guru


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan

tahapan-tahapan

pembelajaran berdasarkan masalah yang

pembelajaran berdasarkan masalah di atas

melibatkan

jelaslah bahwa pembelajaran berdasarkan

pilihan

masalah menuntut siswa

menginterpretasikan

lebih aktif.

siswa

sendiri,

dalam

penyelidikan

memungkinkan
dan

siswa

menjelaskan

Karena dalam pembelajaran berdasarkan

fenomena dunia nyata dan membangun

masalah siswa dilibatkan secara langsung

pemahamannya tentang fenomena itu.

dalam

Karena pembelajaran berdasarkan masalah

penyelidikan

dan

menemukan

penyelesaian masalah, sehingga

pada

terlebih dahulu memberikan masalah yang

akhirnya siswa terbantu menjadi pebelajar

kompleks

yang otonom yang mampu membantu diri

pembelajaran

mereka sendiri, di dalam memecahkan

pembelajaran top-down maksudnya adalah

permasalahan yang dihadapinya. Selain itu

pembelajaran diawali dengan pemberian

kepada
ini

siswa

maka,

tergolong

kepada

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

26
masalah

yang

kompleks,

selanjutnya

dalam memecahkan masalah diperoleh


masalah-masalah

yang

lebih

dengan

maksud

mencari

solusi

dari

masalah tersebut.

spesifik

d. Pembelajaran Berbasis Proyek


Proyek

mendalam tentang sebuah topik dunia

(Project Based Learning=PjBL) adalah

nyata, hal ini akan berharga bagi atensi

metoda pembelajaran yang menggunakan

dan usaha peserta didik.

Pembelajaran

Berbasis

Pembelajaran

proyek/kegiatan sebagai media. siswa

Berbasis

Proyek

penilaian,

memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)

interpretasi, sintesis, dan informasi untuk

siswa membuat keputusan tentang sebuah

menghasilkan

hasil

kerangka kerja; 2) Adanya permasalahan

belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek

atau tantangan yang diajukan kepada

merupakan

peserta didik; 3) siswa mendesain proses

melakukan

eksplorasi,
berbagai
metode

bentuk
belajar

yang

menggunakan masalah sebagai langkah

untuk

awal

permasalahan

dalam

atau

solusi

atas

tantangan

yang

mengumpulkan

dan

pengetahuan

baru

diajukan; 4) siswa secara kolaboratif

dalam

bertanggungjawab untuk mengakses dan

mengintegrasikan
berdasarkan

menentukan

pengalamannya

mengelola informasi untuk memecahkan

beraktifitas secara nyata.


Pembelajaran

Berbasis

Proyek

permasalahan;

5)

Proses

evaluasi

pada

dijalankan secara kontinu; 6) siswa secara

permasalahan komplek yang diperlukan

berkala melakukan refleksi atas aktivitas

siswa dalam melakukan insvestigasi dan

yang sudah dijalankan; 7) Produk akhir

dirancang

untuk

digunakan

proses

aktivitas belajar akan dievaluasi secara

inquiry dimulai dengan memunculkan

kualitatif; dan 8) Situasi pembelajaran

pertanyaan penuntun (a guiding question)

sangat toleran terhadap kesalahan dan

dan membimbing siswa dalam sebuah

perubahan.

memahaminya.

Melalui

PjBL,

proyek kolaboratif yang mengintegrasikan

Peran guru dalam pembelajaran

berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.

berbasis

Pada saat pertanyaan terjawab, secara

fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara

langsung siswa dapat melihat berbagai

untuk mendapatkan hasil yang optimal

elemen utama sekaligus berbagai prinsip

sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan

dalam

inovasi dari siswa.

sebuah

disiplin

yang

sedang

proyek

sebaiknya

sebagai

dikajinya. PjBL merupakan investigasi


e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

27
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start

proyek, (3) membawa siswa agar


merencanakan cara yang baru, (4)

With the Essential Question).


dengan

membimbing siswa ketika mereka

pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan

membuat cara yang tidak berhubungan

yang dapat memberi penugasan siswa

dengan proyek, dan (5) meminta siswa

dalam

untuk membuat penjelasan (alasan)

Pembelajaran

dimulai

melakukan

suatu

aktivitas.

Mengambil topik yang sesuai dengan


realitas dunia nyata

dan dimulai

tentang pemilihan suatu cara.


4. Memonitor

siswa

dan

kemajuan

dengan sebuah investigasi mendalam.

proyek (Monitor the Students and the

Pengajar berusaha agar topik yang

Progress of the Project)

diangkat relevan untuk para peserta

Guru

didik.

melakukan monitor terhadap aktivitas

2. Mendesain

Perencanaan

Proyek

dilakukan

untuk

siswa selama menyelesaikan proyek.


Monitoring dilakukan dengan cara

(Design a Plan for the Project.


Perencanaan

bertanggungjawab

secara

menfasilitasi siswa pada setiap roses.

kolaboratif antara pengajar dan peserta

Dengan kata lain pengajar berperan

didik.

siswa

menjadi mentor bagi aktivitas peserta

diharapkan akan merasa memiliki

didik. Agar mempermudah proses

atas proyek tersebut. Perencanaan

monitoring, dibuat sebuah rubrik yang

berisi tentang aturan main, pemilihan

dapat merekam keseluruhan aktivitas

aktivitas

yang penting.

Dengan

yang

emikian

dapat

mendukung

dalam menjawab pertanyaan esensial,


dengan

cara

mengintegrasikan

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)


Penilaian dilakukan untuk membantu

berbagai subjek yang mungkin, serta

pengajar

dalam

mengetahui alat dan bahan yang dapat

ketercapaian standar, berperan dalam

diakses untuk membantu penyelesaian

mengevaluasi

proyek.

masing peserta didik, memberi umpan

kemajuan

mengukur
masing-

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

balik tentang tingkat pemahaman yang

Pengajar dan siswa secara kolaboratif

sudah dicapai peserta didik, membantu

menyusun

pengajar dalam menyusun strategi

jadwal

aktivitas

dalam

menyelesaikan proyek. Aktivitas pada


tahap ini antara lain: (1) membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek,

pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate
the Experience)

(2) membuat deadline penyelesaian


Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

28
Pada

akhir

proses

pembelajaran,

menyelesaikan proyek. Pengajar dan

pengajar dan siswa melakukan refleksi

siswa mengembangkan diskusi dalam

terhadap aktivitas dan hasil proyek

rangka memperbaiki kinerja selama

yang sudah dijalankan. Proses refleksi

proses pembelajaran, sehingga pada

dilakukan

individu

akhirnya ditemukan suatu temuan baru

maupun kelompok. Pada tahap ini

untuk menjawab permasalahan yang

siswa diminta untuk mengungkapkan

diajukan

perasaan dan pengalamanya selama

pembelajaran.

baik

secara

pada

tahap

pertama

C. PENUTUP
Kompetensi yang dituntut oleh
kurikulum

2013

tergambar

pada

alat las untuk menyambung pipa, dan


sebagainya.

kompetensi inti dan kompetensi dasar yang


digariskan

dalam

menteri.

dicapai melalui latihan berulang-ulang.

Dalam pembelajaran keseimbangan aspek

Dalam hal ini guru perlu merancang

afektif yaitu aspek sikap. Sikap merupakan

pembelajaran

pembawaan yang dapat dipelajari, dan

aspek

dapat mempengaruhi perilaku seseorang

diharapkan

terhadap suatu objek. Sikap merupakan

keseluruhan keterampilan siswa tersebut.

kecenderungan untuk merespons suatu

Aspek yang terakhir yang tidak dapat

stimulus berdasarkan penilaian terhadap

dilupakan adalah aspek kognitif. Aspek ini

stimulus tersebut. Respons tersebut dapat

meliputi kecakapan untuk mengelola dan

bersifat positif dapat pula bersifat negatif.

mengembangkan proses berpikir dengan

Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat

cara merekam, membuat analisis dan

menumbuhkan

respons

dalam

sintesis. Pengaturan pada proses-proses

pembentukan

sikap

Aspek

yang mengaktifkan dan memodifikasi

keterampilan

proses belajar sangat diharapkan dapat

motorik yang tidak hanya mencakup

diatur guru dan dilaksanakan guru dalam

kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga

pembelajaran.

psikomotorik

positif
siswa.

merupakan

kegiatan-kegiatan
digabungkan

peraturan

Keterampilan motorik paling baik

motorik
dengan

yang

psikomotorik
dapat

dapat

membentuk

siswa

sehingga

memperbaiki

yang

keterampilan

intelektual, misal dapat menulis, membaca,


menggunakan

mikroskop

untuk

mengamati bakteri tertentu, menggunakan


Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

29
DAFTAR PUSTAKA
Badan

Pengembangan Sumber Daya


Manusia
Pendidikan
dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(2013). Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013,
Jakarta, kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Bornok Sinaga, dkk (2013). Buku


Petunjuk Guru untuk Kelas X
SMA,
Jakarta,
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Hiebert, James (1992). Instruction and
Teaching With Understanding.
Macmillan, Publishing Company.
Ibrahim, Muslimin dan Nur, Mohamad,
(2003). Pengajaran Berdasarkan
Masalah,
Surabaya,
UnesaUniversity Press
Sinambela, Pardomuan (2006) Keefektifan
Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
(Problem-Based
Instruction) dalam Pembelajaran
Matematika untuk Pokok Bahasan
Sistem Persamaan Linear dan
Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2
Rantau Selatan, Sumatera Utara
Tesis:
Magister
Pendidikan.
Surabaya: PPs Universitas Negeri
Surabaya.
Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan
Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 54 tahun 2013 tentang
Standar
Kompetensi
Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 65 tahun 2013 tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar


dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 66 tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 67 tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum
Sekolah
Dasar/Madrasah Intidaiyah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 68 tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 69 tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 70 tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah
Aliyah
Kejuruan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 71 tahun 2013 tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Pedoman
Guru untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 32 tahun 2013 tentanng
Perubahan
atas
Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan.

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013

30
PENINGKATAN KOMITMEN ORGANISASI KEPALA SEKOLAH EFEKTIF
PADA ERA GLOBALISASI
Paningkat Siburian
Abstrak
Komitmen organisasi kepala Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sikap yang merefleksikan
loyalitas pada organisasi yang dipimpinnya perlu ditingkatkan secara terus menerus agar
mereka mau melaksanakan setiap program pendidikan dengan sebaik baiknya, sehingga
tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien. Model Integrasi Perilaku Organisasi
menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
komitmen organisasi. Peningkatan komitmen organisasi kepala SMK dapat dilakukan melalui
pengabadian budaya organisasi. Pengabadian budaya organisasi terdiri atas dua proses, yaitu:
sosialisasi dan internalisasi. Jadi, kedua proses pengabadian budaya organisasi tersebut sangat
diperlukan untuk menjadikan kepala SMK memiliki komitmen organisasi yang diperlukan
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Kata Kunci : Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Kepala Sekolah.
A. PENDAHULUAN
Implementasi Kurikulum

2013

dalam

memimpin

guru

melakukan

yang diharapkan dapat memberikan bekal

pembelajaran yang dapat menumbuhkan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi

kemampuan peserta didik berpikir kritis,

peserta didik ditentukan oleh berbagai

kreatif, dan inovatif, sehingga memiliki

faktor, baik faktor sosial maupun faktor

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

nonsosisal.

dibutuhkan dalam pembangunan nasional.

Menteri

Sehubungan

Pendidikan

dengan

dan

itu,

Kebudayaan

Hechinger

dalam

Direktorat

Tenaga

(http://www.poskotanews.com/2013/09/01

Kependidikan (2007: 6) mengemukakan

/mendikbud-optimis-bisa-laksanakan-

bahwa naik atau turunnya kualitas sekolah

kurikulum-2013) mengemukakan bahwa

sangat tergantung kepada kualitas kepala

untuk

sekolahnya.

menyukseskan

Kurikulum
berbagai
kualitas

2013
faktor,

guru,

pendukung,
sekolah

sangat
seperti

sarana

penguatan

serta

implementasi

peran

dan

Jadi,

kepala

sekolah

ditentukan

merupakan orang kunci dalam menentukan

peningkatan

keberhasilan sekolah, sehingga mereka

prasarana

manajemen
pemerintah

di
dan

kalangan peduli dunia pendidikan.


Kepala sekolah sebagai manajer
memiliki peran yang sangat penting di

harus

profesional

serta

memiliki

komitmen organisasi yang tinggi terhadap


organisasi yang dipimpinnya.
Komitmen

organisasi

kepala

sekolah sebagai sikap yang merefleksikan


loyalitas

pada

organisasi

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

yang

31
dipimpinnya perlu ditingkatkan secara

bahwa komitmen organisasi merupakan

terus

tantangan utama pada abad XXI.

menerus

agar

mereka

mau

melaksanakan setiap program pendidikan

Oleh karena itu, dalam rangka

dengan sebaik baiknya, sehingga tujuan

memberhasilkan

pendidikan tercapai

secara efektif dan

nasional di Sekolah Menengah Kejuruan

efisien. Sehubungan dengan itu, Peneliti

(SMK), perlu dilakukan kajian tentang

dalam Luthans (2006: 248) memandang

peningkatan komitmen organisasi kepala


sekolah

efektif

program

pada

era

pendidikan

globalisasi.

B. PEMBAHASAN
Sekolah

Menengah

Kejuruan

bertanggung jawab. Secara khusus, dapat

adalah sebuah lembaga pendidikan yang

dikemukakan bahwa SMK

diharapkan dapat menghasilkan tenaga

untuk menyiapkan peserta didik agar

kerja yang dapat diandalkan sebagai faktor

menjadi

manusia

produktif,

keunggulan kompetitif dalam menghadapi

mampu

bekerja

mandiri,

persaingan global. Sehubugan dengan itu,

lowongan pekerjaan yang ada di dunia

dilakukan pengembangan kurikulum SMK

usaha dan dunia industri sebagai tenaga

yang disebut dengan Kurikulum

2013

kerja terampil tingkat menengah serta

potensi,

mampu mengembangkan diri di kemudian

dan

hari, baik secara mandiri maupun melalui

serta

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

yang

berpusat

pada

perkembangan,
kepentingan

kebutuhan,
peserta

didik

lingkungannya.

bertujuan
kreatif,
mengisi

Sehubungan dengan itu, Basuki (2005: 21)

Kementerian

dan

mengemukakan bahwa tujuan pendidikan

Kebudayaan (2012: 2) menjelaskan bahwa

kejuruan adalah menyiapkan peserta didik

kurikulum

dikembangkan

memasuki dunia kerja dan melanjutkan

berbasis kompetensi merupakan instrumen

pendidikan ke jenjang pendidikan yang

untuk mengarahkan peserta didik menjadi:

lebih tinggi. Pernyataan Basuki tersebut

(1) manusia berkualitas yang mampu dan

mengacu pada fungsi pendidikan kejuruan,

proaktif menjawab tantangan zaman yang

yakni menyiapkan siswa menguasai ilmu

selalu berubah; (2) manusia terdidik yang

pengetahuan

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

sehingga mampu mengikuti, menguasai,

Maha

sehat,

dan menyesuaikan diri dengan kemajuan

berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3)

Iptek, dan memiliki kemampuan dasar

warga

2013

Esa,
negara

Pendidikan

yang

berakhlak
yang

mulia,
demokratis

dan

teknologi

(Iptek),

dan

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

32
untuk dapat mengembangkan diri secara

terencana

berkelanjutan.

pendidikan agar dapat berkembang dan


maju

Bachtiar
(Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPTK/JUR.

untuk
sesuai

meningkatkan
dengan

mutu

kebutuhan

pembangunan dan perkembangan zaman.


Peningkatan

_PEND.TEKNIK_ELEKTRO/195512041
981031BACHTIAR_HASAN/PENDIDIK

kepala

AN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.Pdf)

mewujudkan kepala sekolah efektif, yang

mengemukakan untuk dapat melakukan

mampu melakukan pekerjaan yang benar

fungsi

penyelenggaraan

dengan cara yang benar. Sehubungan

pendidikan kejuruan harus berlandaskan

dengan kepala sekolah efektif, Direktorat

filsafat pendidikan kejuruan sebagaimana

Tenaga

dalam teori Prosser yang menjelaskan

menjelaskan

bahwa sekolah kejuruan akan efektif hanya

sekolah layak dinyatakan sebagai kepala

jika diperkenalkan dengan situasi nyata

sekolah efektif, jika menguasai jawaban

untuk berpikir, berperasaan, berperilaku

atas pertanyaan: (1) mengapa pendidikan

seperti halnya pekerja di industri, di mana

yang baik diperlukan di sekolah; (2) apa

siswa akan bekerja setelah lulus.

yang diperlukan untuk meningkatkan mutu

tersebut,

Penyelenggaraan

pendidikan

kejuruan membutuhkan kepala sekolah

sekolah

profesionalisme
dilakukan

Kependidikan
bahwa

(2007:

seseorang

untuk

10)
kepala

sekolah; dan (3) bagaimana mengelola


sekolah untuk mencapai prestasi terbaik.

profesional yang memiliki kepemimpinan

Peranan kepala sekolah sangat

efektif dan komitmen organisasi yang

dominan dalam menetukan keberhasilan

tinggi agar tujuannya dapat tercapai secara

sekolah, sehingga kepala sekolah dituntut

efektif dan efisien. Bubb dan Earley (2007:

memiliki visi dan wawasan yang luas

13)

professional

tentang sekolah, dan kemampuan yang

development is crucial for organizational

baik serta memiliki komitmen organisasi

growth and school improvement. Sesuai

yang

dengan pernyataan Bubb dan Earley dapat

kepemimpinan yang efektif. Indonesia

dikemukakan

Australia

menyatakan

profesional

bahwa

bahwa
sangat

pengembangan
penting

untuk

tinggi

dalam

Technical

and

melakukan
Vocational

Education Project (1995: 1) menetapkan

pertumbuhan organisasi dan perbaikan

bahwa

sekolah.

83)

Kejuruan (SMK) yang baik harus memiliki

peningkatan

kemampuan yang tinggi dan bekerja secara

Mulyasa

mengemukakan
profesionalisme

bahwa
kepala

(2009:
sekolah

Kepala

Sekolah

Menengah

perlu

penuh waktu dalam perannya sebagai: (1)

dilaksanakan secara terus - menerus dan

Manajer; (2) Pemimpin; (3) Administrator;

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

33
(4) Wiraswastawan; (5) Penyelia; (6)

Wiyata Mandala, yakni cara memandang

Pencipta

sekolah sebagai lingkungan pendidikan

iklim kerja; dan (7) Pendidik.

Sehubungan

dengan

itu,

Direktorat

dan pembelajaran, dan bertanggung jawab

Pendidikan Menengah Kejuruan (1995: 4

penuh

10) menjelaskan indikator keberhasilan

pendidikan.

terhadap

kepala Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu:


(1)

sebagai

manajer

harus

mampu

penyelenggaraan

Sesuai dengan penjelasan di atas,


dapat

dikemukakan

bahwa

seseorang

mengelola sumber daya manusia, fasilitas,

kepala sekolah mau bekerja secara penuh

dan dana untuk melaksanakan misi dan

waktu

mencapai tujuan sekolah; (2) sebagai

terhadap penyelenggaraan pendidikan, jika

pemimpin harus mampu meyakinkan dan

memiliki komitmen organisasi yang tinggi

menggerakkan orang lain (staf, siswa, dan

terhadap

masyarakat) untuk mencapai tujuan sesuai

Komitmen organisasi menunjuk pada janji

target; (3) sebagai administrator harus

atau tanggung jawab seseorang terhadap

memahami

organisasinya untuk bekerja keras sesuai

dan

penyelenggaraan

mengkoordinasikan
administrasi

sekolah

dan bertanggung jawab penuh

lembaga

yang

keinginan organisasi

dipimpinnya.

guna mencapai

sesuai pedoman pengelolaan administrasi

tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

sekolah,

Menurut Colquitt, LePine, dan Wesson

dan

memberikan

pelayanan

bahwa

organizational

administrasi yang lancar dan tepat waktu;

(2009:

(4) sebagai wiraswastawan harus mampu

commitment is defined as desire on the

menganalisis

memanfaatkan

part an employee to remain a member of

peluang, serta menciptakan keunggulan

organization. Berdasarkan penjelasan Colquitt,

kompetitif; (5) sebagai penyelia harus

LePine, dan Wesson di atas dapat didefinisikan

mampu

bahwa

peluang,

mengkomunikasikan

penyeliaan,

program

melaksanakan,

menindaklanjuti hasil penyeliaan;

67)

komitmen organisasi menunjuk pada

dan

keinginan seorang karyawan untuk tetap

(6)

menjadi

anggota

organisasi.

Jadi,

sebagai pencipta iklim kerja harus mampu

seseorang kepala sekolah yang memiliki

meyakinkan dan menggerakkan seluruh

komitmen organisasi yang tinggi terhadap

tenaga kependidikan dan siswa untuk

organisasi sekolah yang dipimpinnya,

menciptakan

keindahan,

tidak berkehendak meninggalkan sekolah

ketertiban, keamanan, kerindangan, serta

tersebut, karena merasa bahwa tujuan

keakraban dan kekeluargaan; dan

organisasi sesuai dengan tujuannya. Secara

sebagai

kebersihan,

pendidik

harus

(7)

memiliki

pemahaman yang baik terhadap Wawasan

rinci,

Colquitt,

Lepine,

dan

Wesson

mengemukakan tiga tipe komitmen yang

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

34
membentuk komitmen secara keseluruhan

berikut

ini.

sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1

Gambar 1. Drivers of Overall Organizational


Sumber: Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson. 2009. Organizational

Behaviour.
McGraw-Hill. p. 64

Improving Perfomance and Commitment in the Workplace. New York:

commitment, defined as a desire to


remain
a member of an
organizations due to a feeling of
obligation.

Sehubungan dengan tipe-tipe komitmen


organisasi, Colquitt, LePine, dan Wesson
(2009: 68 69) menjelaskannya sebagai
berikut:
These sorts of emotional reasons
create
affective
commitment,
defined as a desire to remain a
member of an organizations due to
an emotional attachment to, and
involvement
with,
that
organization. These sorts of
reasons
create
continuance
commitment, defined as a desire to
remain
a member of an
organizations because of an
awareness of the costs associated
with leaving it. These sorts of
reasons
create
normative

Berdasarkan penjelasan di atas


dapat dikemukakan definisi

komitmen

afektif sebagai keinginan untuk tetap


menjadi anggota dalam organisasi karena
keterikatan emosional dan keterlibatan
dengan

organisasi,

definisi

komitmen

kelanjutan sebagai keinginan untuk tetap


menjadi anggota dari sebuah organisasi
karena adanya kesadaran akan biaya yang
terkait

dengan

meninggalkannya,

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

dan

35
definisi

komitmen

normatif

sebagai

Jadi,

kepala

sekolah

yang

keinginan untuk tetap menjadi anggota

memiliki kemampuan yang baik untuk

dari

memimpin

sebuah

organisasi

karena

rasa

harus

dibarengi komitmen

kewajiban. Selanjutnya, Prayitno (2009:

organisasi yang kuat untuk berusaha keras

219) mengemukakan bahwa komitmen

sesuai

dapat

untuk

mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah

sunguh-

yang dipimpinnya. Sehubungan dengan

249)

pentingnya komitmen organisasi kepala

diartikan

sebagai

melakukan

sesuatu

sungguh.

Luthans

janji

dengan
(2006:

mengemukakan

bahwa

komitmen

organisasi

sering

didefinisikan

paling

keinginan

sekolah

organisasi

dalam

pendidikan,

dalam

memberhasilkan

Direktur

Tenaga

sebagai (1) keinginan kuat untuk tetap

Kependidikan (2008: 6) mengemukakan

sebagai anggota organisasi tertentu; (2)

bahwa komitmen kepala sekolah terhadap

keinginan untuk berusaha keras sesuai

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya

keinginan organisasi; dan

merupakan

(3)

refleksi

dari

kompetensi

keyakinan tertentu, serta penerimaan nilai

kepribadian dan kompetensi sosial yang

dan tujuan organisasi. Sesuai dengan

harus dimiliki kepala sekolah.

hakikat komitmen organisasi sebagaimana

Komitmen organisasi dipengaruhi oleh

diuraikan di atas, komitmen organisasi

berbagai faktor, baik faktor dalam diri

kepala SMK yang ideal menunjuk kepada

individu maupun faktor lingkungannya.

keyakinan tertentu, serta penerimaan nilai

Secara rinci, Colquitt, LePine, dan Wesson

dan tujuan organisasi; keinginan yang kuat

menjelaskan faktor yang mempengaruhi

untuk tetap sebagai anggota organisasi;

komitmen organisasi, baik secara langsung

dan keinginan untuk berusaha keras sesuai

maupun

keinginan

dibuat

organisasi

sekolah

yang

tidak
pada

langsung
Gambar

sebagaimana
berikut

dipimpinnya.

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

ini.

36

Gambar 2. Model Integrasi Perilaku Organisasi


Sumber:

dapat

Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson.


2009.
Organizational Behaviour. Improving Perfomance and Commitment in the Workplace.
New York : McGraw-Hill. p. 8

Berdasarkan Gambar 2 di atas

individual yang meliputi kepuasan kerja,

diketahui

mekanisme

stres, motivasi, kepercayaan, keadilan,

budaya

etika, pembelajaran, dan pengambilan

organisasi

yang

organisasi,

dan

bahwa
meliputi
struktur

organisasi;

keputusan,

mekanisme kelompok yang meliputi gaya

individual

dan perilaku kepemimpinan, kuasa dan

mempengaruhi hasil-hasil individual yang

pengaruh

meliputi kinerja dan komitmen organisasi.

kepemimpinan,

karakteristik

tim;

dan

proses

tim,

karakteristik

Jadi,

selanjutnya
tersebut

Model

mekanisme

secara

Integrasi

langsung

Perilaku

individual yang meliputi kepribadian dan

Organisasi menjelaskan bahwa budaya

nilai budaya, dan kemampuan secara

organisasi adalah salah satu faktor yang

langsung

dapat mempengaruhi komitmen organisasi.

mempengaruhi

mekanisme

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

37
Gibson,

refleksi asumsi-asumsi yang mendasari

Ivancevich, dan Donnelly (1996: 77)

tentang cara kerja terbentuk, apa yang

menyatakan bahwa budaya organisasi

dapat diterima dan tidak dapat diterima;

mengandung

dan apa perilaku dan tindakan yang

Sehubungan

dengan

itu,

gabungan

nilai-nilai,

kepercayaan, asumsi, persepsi, norma,

didorong dan dianjurkan.


Penjelasan Lussier dan Mullins di

kekhasan dan pola perilaku dalam suatu


organisasi. Lunenburg dan Ornstein (2000:

atas

60) menyatakan bahwa the culture of an

organisasi

organization is all the beliefs, feelings,

bagaimana anggota organisasi seharusnya

behaviors,

are

bersikap, apa yang dapat diterima dan

characteristic of an organization. Sesuai

tidak dapat diterima, dan perilaku yang

dengan

dan

dianjurkan dalam bekerja. Jadi, budaya

Ornstein di atas dapat diketahui bahwa

organisasi dapat merupakan pedoman yang

budaya

semua

berisi asumsi, nilai, dan norma yang akan

dan

menuntun anggota organisasi di dalam

simbol yang merupakan karakteristik dari

berpikir, bersikap, dan bertindak guna

sebuah organisasi. Kedua pernyataan di

mencapai tujuan organisasi secara efektif

atas menjelaskan aspek-aspek budaya yang

dan efisien.

and

symbols

pernyataan

Lunenburd

organisasi

kepercayaan,

that

perasaan,

adalah
perilaku,

menunjukkan

hakikat

yang

dapat

Budaya

meliputi nilai-nilai, kepercayaan, asumsi,

budaya
menuntun

organisasi

perlu

persepsi, perasaan, perilaku, norma, dan

diabadikan agar anggota organisasi dapat

simbol yang merupakan ciri khas dari

bekerja dengan baik mencapai tujuan

suatu organisasi. Lussier (1997: 255)

organisasi. Pengabadian budaya organisasi

mengemukakan

organizational

adalah proses yang dilakukan secara sadar

culture consists of the shared values,

atau tidak sadar untuk menanamkan

beliefs, and assumptions of how its

budaya

members should behave. Mullins (2005:

organisasi agar budaya organisasi dapat

891)

bahwa

terus hidup dan berkembang sepanjang

organisational culture as reflecting the

kehidupan organisasi. Pengabadian budaya

underlying assumptions about the way

organisasi terdiri atas dua proses, yaitu

work is formed ; what is acceptable and

proses

not acceptable; and what behavior and

menanamkan budaya organisasi kepada

actions are encouraged and discouraged.

anggotanya

(sosialisasi)

Berdasarkan penjelasan Mullins dapat

internalisasi

budaya

diketahui bahwa budaya organisasi adalah

anggota organisasi untuk menyamakan

bahwa

mengemukakan

organisasi

upaya

kepada

anggota

organisasi
dan

organisasi

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

untuk
proses
oleh

38
nilai-nilai,

norma,

dan

kepercayaan

sikap dan perilaku yang diperlukan dalam

individu (anggota organisasi) dengan nilai-

pencapaian

nilai, norma, dan kepercayaan organisasi.

pengabadian

Jadi, kedua proses pengabadian budaya

lembaga

organisasi tersebut sangat diperlukan untuk

dengan tahapan seperti pada Gambar 3

menjadikan anggota organisasi memiliki

berikut ini.

Mulai

Seleksi calon anggota


organisasi baru

Cuci otak dan prakondisi


membuka Ya
jalan penerimaan
budaya organisasi baru

tujuan
budaya

pendidikan

organisasi.
organisasi
dapat

Proses
pada

dilakukan

Observasi, tes, ujian,


praktik, sanksi dan
sebagainya

Observasi, tes, ujian,


praktik, sanksi dan
sebagainya

Lulus?

Tidak

Tidak

Calon ditolak

Lulus ?

Ya

Seremoni, wisuda,
sumpah, baiat jadi
anggota organisasi baru

Selesai

Penguatan melalui
pemberian imbalan dan
hukuman

Gambar 3 Proses Pengabadian Budaya Organisasi


Sumber: Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Teori Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: Salemba Empat. p. 31.

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

39
Sesuai dengan Gambar 3 dapat
dijelaskan

bahwa

pengabadian

diberi sanksi bagi yang gagal. Bagi calon

budaya organisasi diawali seleksi para

yang lulus diadakan seremoni penerimaan

calon anggota organisasi baru untuk

anggota organisasi baru yang meliputi

mendapatkan

yang

pengucapan sumpah dan pelantikan, dan

memenuhi persyaratan norma, nilai, kode

mereka mempunyai hak dan kewajiaban

etik, dan harapan dari budaya organisasi.

sebagai

Calon tidak lulus ditolak, sedang calon

memperkuat dan melanggengkan budaya

lulus diterima memasuki kegiatan lanjutan

organisasi, bagi anggota organisasi yang

mencuci otak agar meninggalkan pola

berperilaku sesuai dengan norma, nilai,

pikir, norma, dan nilai-nilai yang ada

dan asumsi serta berjasa bagi organisasi

dalam dirinya. Selanjutnya, dilakukan

diberi

sosialisasi dan difusi budaya organisasi, di

sedangkan bagi anggota organisasi yang

mana calon anggota baru diperkenalkan,

perilakunya tidak sesuai, diberi hukuman.

dijelaskan,

proses

indoktrinasi, dan pelatihan dievaluasi, dan

calon

dan

anggota

dirembesi

budaya

anggota

organisasi.

penghargaan

dan

Untuk

imbalan,

Berdasarkan kajian teori dapat

organisasi melalui orientasi, indoktrinasi,

dikemukakan

dan pelatihan. Selain itu, calon anggota

komitmen organisasi kepala SMK dapat

baru

dan

dilakukan

melalui

berperilaku serta manfaatnya bagi dirinya

organisasi

atau

dan

organisasi.

diajari

bagaimana

organisasi.

berpikir

Hasil

orientasi,

bahwa

peningkatan

penguatan

budaya

pengabadian

budaya

C. PENUTUP
Komitmen

organisasi

kepala

untuk mencapai tujuan pendidikan secara

SMK adalah salah satu faktor yang dapat

efektif dan efisien. Oleh karena itu, upaya

memberhasilkan

peningkatan komitmen organisasi kepala

pencapaian

tujuan

sekolah melalui implementasi Kurikulum

SMK

2013. Kepala SMK sebagai manajer harus

memberhasilkan program pendidikan agar

memiliki komitmen organisasi yang tinggi

lulusan lembaga tersebut dapat menjadi

agar mau bekerja secara penuh waktu dan

tenaga

bertanggungjawab

sebagai

penyelenggaraan

penuh

terhadap

pendidikan

sangat

kerja
faktor

diperlukan

yang

dalam

dapat

diandalkan

keunggulan

kompetitif

yang

dalam menghadapi persaingan global.

dilakukan melalui proses perencanaan,

Peningkatan komitmen organisasi dapat

pengorganisasian,

dilakukan melalui kegiatan penguatan

pengarahan,

dan

pengendalian sumber daya pendidikan

budaya

organisasi

kepala

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

SMK

40
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar Hasan. 2009. Arti dan Tujuan
Pendidikan
Teknologi
dan
Kejuruan.
Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPT
K/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKT
RO/195512041981031BACHTIAR_HASAN/PENDIDIK
AN_KEJURUAN_DI_INDONESI
A.Pdf), p.5 diakses 27 Maret 2012
Basuki

Wibawa. 2005. Pendidikan


Teknologi
dan
Kejuruan
.Manajemen dan Implementasinya
di Era Otonomi . Surabaya: Kerta
Jaya Duta Media

Bubb, Sara and Peter Earley. 2007.


Leading and Managing Continuing
Professional
Development
.
London: Paul Chapman Publishing
Colquitt, Jason A., Jeffery A.Le Pine, dan
Michael
J.Wesson.
2009.
Organizational
Behavior.
Improving
Performance
And
Comitment In the Workplace. New
York: McGraw-Hill International
Edition
Direktorat
Pendidikan
Kejuruan. 1995.
Keberhasilan Kepala
Menengah
Kejuruan
Direktorat Pendidikan
Kejuruan

Menengah
Indikator
Sekolah
. Jakarta:
Menengah

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2007.


Kepemimpinan
Pendidikan
Persekolahan yang Efektif .
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Direktur Tenaga Kependidikan 2008.
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional

Yuwono,
ANDI

et.

al.,

Yogyakarta:

Gibson, James L., John. M. Ivancevich,


dan James H. Donnelly, 1996.
Organisasi. Terj. Nunuk Adiarni .
Jakarta: Binarupa Aksara
Indonesia Australia Technical and
Vocational Education Project.
1995. Profil Kepala Sekolah
Menengah
Kejuruan . Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, 1995), p. 1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2012. Dokumen Kurikulum 2013.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Lunenburg, Fred C dan Allan C. Ornstein
2000. Educational Administration.
Concepts and Practices . Belmont:
Wadsworth
Lussier, Robert N. 1997. Management.
Concepts.
Applications.
Skill
Development . Ohio: SouthWestern College Publishing
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
2013. Mendikbud Optimis, Bisa
Laksanakan Kurukulum 2013.
http://www.poskotanews.com/2013
/09/01/mendikbud-optimis-bisalaksanakan-kurikulum-2013/
diakses tanggal 5 September 2013).
Mullins, Laurie J. 2005. Management and
Organisational Behaviour. London:
Prentice Hall
Mulyasa,
E. 2009. Menjadi Kepala
Sekolah Profesional . Bandung:
Remaja Rosdakarya
Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis
Pendidikan. Jakarta: Gramedia

Fred Luthans . 2006. Perilaku Organisasi.


Terjemahan
Vivin
Andhika

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan

41
PENINGKATAN KUALITAS BERNALAR MAHASISWA
DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
Wanapri Pangaribuan
Jongga Manullang
Abstrak
Kualitas bernalar mahasiswa dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya berdasarkan teori
pembelajaran Piaget, Bruner, Bloom, Gagne, dan Marzano. Kemampuan bernalar tingkat
tinggi sangat menentukan kualitas karya ilmiah mahasiswa, khususnya karya ilmiah dalam
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Kata Kunci: Kualitas Bernalar, Karya Ilmiah
A. Pendahuluan
Penerapan
baru

dalam

teknologi

ilmu

industri

menyebabkan

penemuan-penemuan
pengetahuan
dalam

terjadinya

perubahan-perubahan

dan

yang sangat ketat, tidak ada pilihan lain,


kecuali

menyolok

akselerasi

memasuki revolusi industri I, II, III, dan ke

dalam

banyak

ketertinggalan

yang

mampu

IV (Alisyahbana, 1986: 14).


Indonesia
pengalaman

melanjutkan

penjajahan

pada

tahun

sebelum diplokamirkannya kemerdekaan

yang

RI tahun 1945. Teknologi maju yang

melipatgandakan kemampuan otot belum

ditawarkan negara maju dengan berbagai

selesai bahkan belum dimulai di satu

kecanggihan

daerah, namun di daerah-daerah lain

Indonesia yang konsumtif, tergantung dan

seperti di daerah yang berada di negara

tidak reatif maupun inovatif (Habibie,

maju telah terjadi revolusi industri II yang

2012: 2-3). Lebih lanjut dikatakan bahwa

melipatgandakan kemampuan otak, dan

dengan diimpornya berbagai produk dari

juga telah mempersiapkan diri untuk

negara maju, terselubung jam kerja yang

memasuki

dibiayai

Revolusi

revolusi

daerah

masyarakat

bahkan

negara.

di

turut

membentuk

nyata

mengakibatkan

berpartisipasi

kehidupan

kehidupan manusia. Akselerasi perubahan


tersebut

harus

industri

industri III

yang

menjadikan

rakyat

masyarakat

Indonesia

untuk

melipatgandakan kemampuan informasi

mengembangkan

(Pangaribuan, 1989:1-2).

teknologi, proses pendidikan, dan proses

Indonesia
ketertingalan
terjaminnya

tersebut,

mengalami
namun

kesejahteraan

ilmu

pengetahuan,

pembudayaan masyarakat lain. Masyarakat

demi

lain terus berkembang tetapi masyarakat

rakyat

Indonesia tidak mendapatkan kesempatan

Indonesia dalam kompetisi ekonomi dunia


1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

42
untuk

berkembang

karena

tidak

memperoleh pembinaan yang dibutuhkan.


Indonesia

harus

memegang

peran

penting

dalam

persaingan global.
Kebijaksanaan

membangun

dibangun

dari

sumber daya manusia yang handal, yaitu

kemampuan bernalar yang tinggi dan baik

manusia

kemampuan

serta karakter yang kokoh. Tuntutan era

berpikir tinggi, keratif, inovatif, dan

globalisasi pada masyarakat persekolahan

bermental

Perkembangan

tidak cukup hanya memiliki pengetahuan,

mentalitas sangat menentukan kemajuan

keterampilan dan teknologi akan tetapi

sumber daya manusia suatu negara (Raka,

yang sangat mendasar adalah kemampuan

2012:4).

harus

bernalar yang tinggi dan berkarakter.

disiapkan sehingga hidup menantang di

Kemampuan bernalar yang tinggi dan

dalam knowledge based society yaitu

berkarakter membangun manusia yang

masyarakat berbasis pengetahuan pada

hidup dengan bijaksana. Kehidupan yang

abad ke-21 (Tilaar, 2012:3). Masyarakat

bijaksana membangun keberuntungan dan

dunia saat ini memasuki era kebijaksanaan

kemudahan-kemudahan

(Covey,

kesejahteraan. Orang yang bijaksana hidup

yang

memiliki

yang

baik.

Manusia

Indonesia

2005:22-23).

Kebijaksanaan

dengan

pola

serta

berpikir

tingkat

tinggi.

B. Hakikat Penalaran
Segala sesuatu yang terjadi di

hakiki (Timpe, 1987: 1-5). Penalaran

alam ini adalah mengikuti hukum sebab-

adalah proses berpikir yang bersifat logis,

akibat. Fenomena alam selalu disebabkan

sistematis, dan dapat diuji secara logika.

oleh sejumlah faktor fenomena alam

Penalaran terdiri dari penalaran deduksi,

lainnya. Alam merupakan sistem yang

penalaran

membangun

yang

Penalaran deduksi terdiri dari silogisme

saling berpangaruh yang mengikuti hukum

dan entimen; sedangkan penalaran induktif

sebab-akibat

terdiri dari generalisasi dan analogi.

fenomena-fenomena
tersebut.

Pemahaman

terhadap fenomena didasari oleh penalaran


yang baik.

induksi

(Wildan,

2012).

Penalaran deduksi bertolak dari


proposisi atau fenomena umum menjadi

Penalaran

harus

dipicu

oleh

proposisi atau fenomena khusus dan

khayalan,

khayalan

diproses

secara

sistematis

dengan

proses

yang

Penalaran induksi bertolak dari proposisi

berkelanjutan berbasis hubungan sebab

atau fenomena khusus menuju proposisi

selanjutnya

menarik

kesimpulan.

akibat dari semua para meter objek yang


1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

43
(fenomena)

umum

dan

selanjutnya

menarik kesimpulan.
penarikan kesimpulan secara deduktif.
disusun

dan

sebuah

konklusi

(kesimpulan). Silogisme adalah rangkaian

Silogisme adalah suatu proses


Silogisme

(pernyataan)

dari

dua

tiga buah pendapat, yang terdiri dari dua


pendapat dan satu kesimpulan.

proposi

Contoh (Sinambela, 2012: 17):


Premis I: Kalau kakeknya datang dari kampung, Orlando sangat senang.
Premis II: Dari kampung kakeknya datang dan menginap di rumah Orlando.
Konklusi: Orlando senang.
Entimen adalah penalaran deduksi

khusus dari beberapa pendapat khusus

secara langsung. Dan dapat dikatakan pula

yang lain, dengan cara membandingkan

silogisme premisnya dihilangkan atau

situasi yang satu dengan yang sebelumnya.

tidak diucapkan karena sudah sama-sama

Kesamaan

diketahui. Contohnya: kelelawar adalah

diimplmentasikan pada persoalan yang

binatang bersayap yang mencari makan

secara sepintas tidak mungkin dilakukan

pada malam hari. Keimpulannya adalah

akan tetapi sebenarnya dapat dilakukan.

bahwa kelelawar beristirahat pada siang


hari.

tersebut

dapat

Satu persoalan sebagai contoh.


Kerupuk

lebar

yang

renyah

akan

Generalisasi adalah pernyataan

dimasukkan ke sebuah botol yang akan

yang berlaku umum untuk semua atau

dikirim ke satu tempat dengan harapan

sebagian

kerupuk

besar

gejala

yang

diminati

tetap

lebar

dan

renyah.

generalisasi mencakup ciri ciri esensial,

Permasalahan adalah kerupuk tersebut jika

bukan rincian. Pengembangan karangan,

dimasukkan ke dalam botol akan hancur

generalisasi

fakta,

karena mulut botol terlalu kecil dibanding

karakteristik-

dengan lebar kerupuk. Dapatkah dilakukan

kecenderungan

?. Dengan menggunakan analogis dapat

contoh,

dibuktikan

data

karakteristik
khusus,

statistik,
khusus,

fenomena

dengan

khusus.

Contoh

dilakukan. Seandainya kerupuk tersebut

generalisasi: Orang yang ditinggal kekasih

elastis seperti daun talas, maka kerupuk

yang sangat disayangi pasti bersedih.

tidak akan hancur dan tetap dapat dikirim

Analogi adalah membandingkan


dua

hal

yang

banyak

ke tujuan dengan kondisi yang diharapkan.

persamaanya.

(Analoginya adalah elastisitas daun talas).

Kesimpulan yang diambil dengan jalan

Langkah selanjutnya adalah bagaimana

analogi, yakni kesimpulan dari pendapat


membuat kerupak yang elastis ketika
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

44
dimasukkan

ke

dalam

botol

hingga

berkelanjutan.

Pada

gambar

berikut

dikeluarkan dan akan mengeras renyah

ditampilkan penalaran deduktif dan relasi

setelah beberapa saat dikeluarkan dari

yang

botol.

kesimpulan

menjadi

tren

dalam

penarikan
sementara.

Penalaran deduksi dan induksi


dapat

dilakukan

berurutan

dan

preposisi

Konsep

Konsep

teori
Variabel

Variabe
l

hipotesis

Defenisi
Operasional
Penarikan

Defenisi
Operasiona
kesimpulan

analisis data menyimpulkan ada tidaknya

adalah

pengaruh

berdasarkan hasil analisis data. Hasil

fenomena

berdasarkan

gambar

di

atas

atau

hubungan

antara

dua

(variabel).

Pengambilan kesimpulan dari dua atu lebih preposisi dapat bersyarat. Misalkan,
Premis I: Yang disebut mahasiswa Unimed adalah mahasiswa yang terdaftar di buku
induk mahasiswa.
Premis II: Yang disebut mahasiswa Unimed adalah mahasiswa yang masih aktif
kuliah.
Premis III: Setiap mahasiswa wajib mengikuti peraturan dan tata tertib Unimed.
Premis IV: Budi adalah mahasiswa.
Konklusi: Budi terdaftar di buku induk dan masih aktif kuliah serta mengikuti
peraturan dan tata tertib Unimed.
C. Penalaran berbasis Taxonomi Bloom dan Taxonomi Anderson
Penalaran berada dalam ranah

Anderson

kognitif. Penalaran dalam ranah kognitif

memahami,

menurut

menganalisis,

Bloom

menyangkut

ingatan,

pemahaman, palikasi, analisis, sintesa dan

terdiri

dari

mengingat,

mengaplikasikan,
mengevaluasi,

dan

mengkreasikan. Penalaran tingkat tinggi

berdasarkan taxonomi Bloom meliputi


evaluasi, sedangkan penalaran menurut
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

45
analisis, sintesa, dan evaluasi. Penalaran
tingkat

tinggi

berdasarkan

taxonomi

Bloom memberikan kata kerja


operasional

dan

pertanyaan

dalam

Anderson meliputi analisis, evaluasi, dan

penalaran tingkat rendah dan tingkat tinggi

kreasi.

sebagai berikut: (Kristinandjerry, 2012).

Level 1, Knowledge

8. Complete the solution for .

1. What is the definition for ?

9. Use the technique of to solve the

2. Trace the pattern .

problem.

3. Review the facts .

Level 4, Analysis

4. Name the characteristics of .

1. What are the component parts of ?

5. List the steps for .

2. Which steps are important in the process

Level 2, Comprehension

of ?

1. Tell why these ideas are similar.

3. If , then .

2. In your own words retell the story of .

4. What other conclusions can you reach

3. Classify these concepts.

about that have not been mentioned?

4. Relate how these ideas are different.

5. The difference between the fact and the

5. What happened after ?

hypothesis is .

6. Tell some examples.

6. The solution would be to .

7. Make a model of .

7. What is the relationship between and ?

8. Take notes on .

8. What is the pattern of ?

9. Draw a picture to .

9. How would you make a ?

10. Give the proper sequence for .

10. Which material is the most valuable in

11. If A is related to B, then X is related to

enabling to ?

Level 5, Synthesis

12. Act out what happened .

1. Create a model that shows your new

Level 3, Application

ideas.

1. Graph the data.

2. Devise an original plan or experiment

2. Demonstrate the way to .

for.

3. Which one is most like ?

3. Finish the incomplete.

4. Practice .

4. Make a hypothesis about.

5. Act out the way a person would .

5. Change so that it will.

6. Use whatever means necessary to .

6. Propose a method to.

7. Calculate the .
7. Prescribe a new way to.
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

46
8. Give a book a new title.

3. Grade or rank the .

9. Speculate on questions that experts in

4. What do you think will be the outcome

the field need to answer to solve the

problem of

5. What solution do you favor and why?

Level 6, Evaluation

6. Which systems are best? Worst?

1. In your opinion.

7. Rate the relative value of these ideas to .

2. Appraise the chances for .


D. Upaya Peningkatan Kualitas Penalaran
Peningkatan
penting

penalaran

dilakukan

bagi

sangat

memanipulasi simbol secara sistematis.

gnerasi

Bruner mengatakan bahwa peningkatan

muda. Kemampuan bernalar berbanding

bernalar

lurus secara signifikan dengan prestasi

melakukan inkuiri dan discoveri, penalaran

belajar fisika (Panggabean, 2011:67-76).

induktif, dan motivasi intrinsik.

Semakin

bernalar

mengatakan peningkatan penalaran dapat

semakin tinggi prestasi belajar. Berbagai

dilakukan dengan pelatihan berpikir dari

teori

hal-hal yang sederhana ke hal yang

tinggi

dalam

kemampuan

peningkatan

kemampuan

dilakukan

melalui

keaktivan
Gagne

berpikir diantaranya teori Piaget, Bruner,

kompleks

Bloom, Gagne, dan Marzano (King, 2012:

mengungkap

19-21).

sebagai mana ditampilkan pada tabel

Gagne

mengatakan

melatih

berpikir operasional, berpikir logis, dan

berikut

dan

abtrak.

dimensi-dimensi
(King,

Marzano
beripir

2012:

22):

Tabel : Dimensi, Konsep, dan Elemen Berpikir


Dimension
Metacognition

Concept
Knowledge and self

Element
Commitment, attitudes, attention

control
Knowledge and control

Types of knowledge inportant in metacognition,

process

declarative, procedural, conditional.

Executive control of

Evaluation, planning, regulation

behavior
Critical and

Critical thinking

Goals, disposition

creative thinking

Creative thinking

Intense desire and preparation, internal rather than


eksternal locus of evaluation, reframing ideas,

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

47
Dimension

Concept

Element
getting away from intensive engagement to allow
free-flowing throught..

Critical and creative

Application.

thinking
Thinking

Concept formation

Lebels, levels

processes

Principle formation

Cause-and-effect, correlational, probability,


axiomatic, and fundamental principle

Comprehension

Processes, strategies

Problem solving

Processes, strategies

Decision making

Models, processes

Research

Describing phenomena, testing hypotheses

Composition

Planning, translating, reviewing

Oral discourse

Process, application

Relationships between
processes and skills
Core thingking

Focusing

Defining problems, setting goals

skill

Information gathering

Observing, formulating questions

Remembering

Encoding, recalling

Organizing

Comparing, classifying, ordering, representing

analyzing

Identifying attributes and components, relationships


and patterns, main ideas, errors

Generating

Inferring, predicting, elaborating

Integreting

Summarizing, restructing

evaluating

Establishing criteria: a philosophical perspective.

Relationship of

Content areas as schema

Types of schema

content area

dependent

knowledge to

Content areas as models

thinking

and metaphors

Tasks, systems

Content areas as changing

Fromsimple to complex and divers, hierarchical

bodies of knowledge

heterarchical, mechanical to holographic,


determinate to indeterminate,linier to mutual
causality, assembly to morphonenesis, objective
perspective.

Content areas as special

Conditions needed

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

48
Dimension

Concept

Element

approaches to
investigation

E. Karya Ilmiah dalam Program Kreativitas Mahasiswa


Program kreativitas mahasiswa

berkualitas didanai oleh negara, sehingga

(PKM) adalah program yang menfasilitasi

dapat menjadi motivasi bagai mahasiswa.

mahasiswa untuk berkarya dalam karya

Jenis PKM dan tujuannya dapat dilihat

ilmiah. Karya ilmiah mahasiswa yang

pada

Jenis PKM

tabel

berikut.

Penjelasan umum

PKM

merupakan program penelitian yang bertujuan antara lain: untuk

Penelitian

mengidentifikasi faktor penentu mutu produk, menemukan hubungan

(PKM-P)

sebab-akibat antara dua atau lebih faktor, menguji cobakan sebuah


bentuk atau peralatan, merumuskan metode pembelajaran, melakukan
inventarisasi sumber daya, memodifikasi produk eksisting, mengidentifikasi
senyawa kimia di dalam tanaman, menguji khasiat ekstrak tanaman,
merumuskan teknik pemasaran, survei kesehatan anak jalanan, metode
pembelajaran aksara Bali di siswa sekolah dasar, laju pertumbuhan
ekonomi di sentra kerajinan Kasongan, faktor penyebab tahayul yang
mewarnai perilaku masyarakat Jawa dan lain-lain kegiatan yang memiliki
tujuan semacam itu.

PKM

berwirausaha dan berorientasi pada profit. Komoditas usaha yang

Kewirausahaan dihasilkan dapat berupa barang atau jasa yang selanjutnya merupakan
salah satu modal dasar mahasiswa berwirausaha dan memasuki pasar.
Jadi pemeran utama berwirausaha dalam hal ini adalah mahasiswa, bukan
masyarakat, ataupun mitra lainnya.
PKM

merupakan program bantuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam

Pengabdian

upaya peningkatan kinerja, membangun keterampilan usaha, penataan

Masyarakat

dan perbaikan lingkungan, penguatan kelembagaan masyarakat,

(PKM-M)

sosialisasi penggunaan obat secara rasional, pengenalan dan pemahaman


aspek hukum adat, upaya penyembuhan buta aksara dan lain-lain bagi

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

49
Jenis PKM

Penjelasan umum
masyarakat baik formal maupun non-formal, yang sementara ini dinilai
kurang produktif. Disyaratkan dalam usulan program ini adanya komitmen
bekerjasama secara tertulis dari komponen masyarakat yang akan
dibantu/menjadi khalayak sasaran.

PKM

merupakan program bantuan teknologi (mutu bahan baku, prototipe,

Penerapan

model, peralatan atau proses produksi, pengolahan limbah, sistem

Teknologi

jaminan mutu dan lain-lain) atau manajemen (pemasaran, pembukuan,

(PKM-T)

status usaha dan lain-lain) atau lainnya bagi industri berskala mikro atau
kecil (industri rumahan, pedagang kecil atau koperasi) dan menengah
yang menyangkut kepentingan masyarakat luas dan sesuai dengan
kebutuhan calon mitra program. Mitra program yang dimaksud dalam hal
ini adalah kelompok masyarakat yang dinilai produktif.
PKM-T mewajibkan mahasiswa bertukar pikiran dengan mitra terlebih
dahulu, karena produk PKM-T merupakan solusi atas persoalan prioritas
mitra. Dengan demikian, di dalam usul program harus dilampirkan Surat
Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra.

PKM-Karsa

merupakan program penciptaan yang didasari atas karsa dan nalar

Cipta

mahasiswa, bersifat konstruktif serta menghasilkan suatu sistem, desain,

(PKM-KC)

model/barang atau prototipe dan sejenisnya. Karya cipta tersebut mungkin


belum memberikan nilai kemanfaatan langsung bagi pihak lain.

PKM Artikel

merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari suatu

Ilmiah (PKM-

kegiatan mahasiswa dalam bidang pendidikan, penelitian atau pengabdian

AI)

kepada masyarakat yang telah dilakukannya sendiri (misalnya studi kasus,


praktek lapang, KKN, PKM, magang, dan lain-lain).

PKM Gagasan

merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari ide atau

Tertulis

gagasan kelompok mahasiswa. Gagasan yang dituliskan mengacu kepada

(PKM-GT)

isu aktual yang ada di masyarakat dan memerlukan solusi hasil karya pikir
yang cerdas dan realistik.

F. PENUTUP

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

50
Peningkatan kualitas penalaran

mengharapkan

melalui pelatihan berbasis berbagai teori

kemampuan

terkait dengan kemampuan menulis karya

kemampuan

dan

membutuhkan

berpikir,
berpikir

tingkat

terutama
tinggi.

ilmiah. Karya ilmiah berupa PKM sangat


DAFTAR PUSTAKA
Alisyahbana Iskandar. 1986. Penerapan
ETI
dalam
Pembangunan.
Majalah Populer Komunikasi
dalam Pembangunan (Komonika)
No.1 Tahun VII
Covey Stephen R., (Alih bahasa Wandi S
Brata). 2005. The 8th Habit.
Melampaui
Efektivitas,
Menggapai Keunggulan. Jakarta:
P.T. Gramedia
Habibie B.J. 2012. Sumber Daya Manusia
Andalam Masyarakat Madani.
Pidato Kunci Konvensi Nasional
Pendidikan Indonesia (Konaspi)
VII . Yogyakarta: UNY
King F.J., Ludwika Goodson, Faranak
Rohani. 2012. Higher Order
Thinking
Skills.
www.cala.fsu.edu.
Diunduh
tanggal 12 November 2012.
Kristinandjerrry.http://kritinandjerry.name
/jerry_teaching/general_info/Bloo
ms%20Higher
%20Order%20Thinking%20Verb
s.pdf. Diunduh tanggal 21
November 2012.
Pangaribuan Wanapri. 1989. Hubungan
antara
Kesiapan
Kerja,
Penguasaan
Informasi
Kewiraswastaan, dan Motivasi
Kerja
dengan
Minat
Berwiraswasta dari Siswa Kelas
III Jurusan Listrik STM Negeri III
Medan. Tesis. Medan: IKIP
Medan.

Panggabean Jonny H. Konstribusi


Penalaran dan Kreativitas Siswa
terhadap Prestasi belajar Fisika
pada Pokok Bahasan Listrik
Statik Kelas XI Semester I MAN
2
Medan.
Majalah/Jurnal
Generasi kampus Vol.4 No. 2
September 2011.
Raka I Dewa Gede. 2012. Pendidikan
Karakter untuk 250 Juta Orang:
Gerakan
Menyongsong
Seratus Tahun Merdeka.
Makalah.
Konaspi
VII
.
Yogyakarta: UNY
Sinambela Pardomuan N.J.M. Penarikan
Kesimpulan
dengan
Metode
Deduktif.
Majalah/Jurnal
Generasi kampus, Vol 5, No. 1.
2012.
Tilaar H. A. R. 2012. Memantapkan
Karakter
Bangsa
Menuju
Generasi
2045).
Makalah.
Konaspi VII. Yogyakarta: UNY.
Timpe A. Dale. (Alih bahasa Sofian
Cikmat).
1987.
Kreativitas.
Jakarta: P.T. Gramedia
Wildan M Arhamul. Metode Penalaran
Deduktif
dan
Induktif.
Arhamulwildan.
blogspot.com.
diunduh tanggal 12 November
2012.

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW


UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
Yasifati Hia
Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar
matematika siswa, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian agar dapat teratasi permasalahan
tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti
Kab. Langkat T.A 2012/2013 dengan objek aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi
bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Dalam
penelitian ini terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP.
Kata kunci: aktvitas belajar, hasil belajar.
A. Pendahuluan
suatu

Slavin yang dikutip Trianto, 2009:30)

kumpulan konsep konsep abstrak yang

bahwa perkembangan kognitif sebagian

berhubungan

besar bergantung kepada seberapa jauh

Matematika
dengan

adalah
sistem

deduktif

dimana dasar komunikasinya dimulai dari

anak

unsur unsur yang tak terdefinisikan.

berinteraksi

Pelaksanaan pembelajaran selama ini,

Untuk

lebih

sedangkan

siswa perlu didesain pembelajaran dengan

peranan siswa masih sedikit. Trianto

menggunakan model pembelajaran yang

(2009:5-6) proses pembelajaran hingga

melibatkan aktivitas siswa dan disesuaikan

dewasa ini masih memberikan dominasi

dengan materi yang akan disampaikan.

terpusat

pada

guru

aktif

memanipulasi
dengan

meningkatkan

Permasalahan

guru dan tidak memberikan akses bagi

dan

aktif

lingkungannya.
aktivitas

ini

belajar

diharapkan

anak didik untuk berkembang secara

dapat diperbaiki melalui penerapan model

mandiri melalui penemuan dalam proses

pembelajaran

yang

mengikutsertakan

berpikirnya. Meskipun demikian, guru

peran

siswa.

Banyak

lebih suka menerapkan model tersebut,

pembelajaran

sebab tidak memerlukan alat dan bahan

diantaranya adalah Model Pembelajaran

praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep

Kooperatif. Eggen and Kauchak (dalam

yang ada pada buku ajar atau referensi

Trianto 2009:58) pembelajaran kooperatif

lain

merupakan
Hal ini bertolak belakang dengan

apa yang dikemukakan Piaget (dalam

aktif

yang

sebuah

dapat

model

digunakan,

kelompok

strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja


secara

berkolaborasi

untuk

mencapai

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

52
tujuan bersama. Model pembelajaran

antara lain: (1) meningkatkan kerjasama

kooperatif memiliki banyak tipe, salah

antar siswa (2) Melatih tanggung jawab

satunya

siswa (3) meningkatkan peran aktif siswa

adalah

kooperatif

model

pembelajaran

tipe

Jigsaw.

Model

(4) melatih siswa untuk mau berpikir (5)

ini

menerapkan

sistem

melatih

pembelajaran

keberanian

siswa

untuk

belajar berkelompok yang membagi materi

menyampaikan pendapat kepada orang

ajar

lain.

menjadi

kemudian

beberapa

setiap

bagian

anggota

dan

kelompok

Berdasarkan

batasan

masalah

menjadi ahli untuk satu bagian materi

maka disusunlah rumusan masalah dalam

tertentu, setelah bagian materi dikuasai

penelitian ini : Apakah ada peningkatan

mereka saling berbagi pengetahuan pada

aktivitas dan hasil belajar siswa setelah

teman sekelompok.

diterapkan model pembelajaran kooperatif

Beberapa

keuntungan

menggunakan model pembelajaran ini

tipe Jigsaw pada materi bangun ruang sisi


datar

di

kelas

VIII

SMP.

B. PEMBAHASAN
1. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan suatu
kegiatan

yang

dilakukan

untuk

Oral activities, (3). Listening activities,


(4). Writing

activities, (5).

Drawing

menghasilkan

perubahan

pengetahuan-

activities, (6).

pengetahuan,

nilai-nilai

sikap,

dan

Mental activities, (8). Emosional activities.

keterampilan pada siswa sebagai latihan

Dalam Penelitian ini, aktivitas siswa yang

yang

akan diteliti hanya pada : Visual activities,

dilaksanakan

Menurut

Paul

B.

secara

sengaja.

Diedrich

(dalam

Oral

activities,

Motor activities, (7).

Listening

activities,

Sardiman 2011:101) ada 8 jenis aktivitas

Writing activities, Mental activities dan

belajar yaitu: (1). Visual activities, (2).

Emosional

activities.

2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan

tujuan belajar telah ditetapkan oleh guru.

yang diperoleh siswa setelah melalui

Proses belajar mencapai puncaknya pada

kegiatan belajar. Abdurrahman (2003:37)

hasil belajar. Anak yang berhasil dalam

hasil belajar adalah kemampuan yang

belajar

diperoleh anak setelah melalui kegiatan

pembelajaran

belajar yang terprogram dan terkontrol

Hasil

yang disebut kegiatan pembelajaran dan

mencapai
belajar

tujuan-tujuan
merupakan

kemampuan yang diperoleh siswa berupa

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

53
pengetahuan, sikap, keterampilan setelah

hasil belajar akan dicapai melalui usaha

melalui

yang dilakukan dalam belajar itu sendiri.

kegiatan

belajar

yang

menyebabkan perubahan tingkah laku

Hasil

dalam diri siswa tersebut, dengan tujuan

penelitian ini adalah hasil belajar siswa

mendapatkan hasil yang baik. Hal ini

yang diukur melalui tes essay setelah

berarti belajar dan hasil belajar adalah dua

mengikuti

belajar

yang

dimaksud

proses

dalam

pembelajaran.

hal yang tidak dapat dipisahkan, karena


3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Model pemebelajaran kooperatif

ditugaskan

untuk

mempelajari

dan

tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar

mendalami

topik

yang

dan

kooperatif yang menitikberatkan kepada

menyelesaikan

kerja kelompok siswa dalam bentuk

berhubungan

kelompok kecil , seperti yang diungkapkan

kemudian

Trianto (2009 : 73) : pembelajaran

kelompok asal.

sama

tugas-tugas
dengan

dijelaskan

yang

topiknya
kepada

untuk
anggota

kooperatif tipe Jigsaw merupakan model

Trianto

(2009:73),

belajar kooperatif dengan cara siswa

mengemukakan

langkah-langkah

belajar dalam kelompok kecil yang terdiri

kooperatif model Jigsaw sebagai berikut:

atas lima sampai dengan enam orang

1.

secara heterogen dan siswa bekerja sama


saling

ketergantungan

positif

dan

bertanggung jawab secara mandiri.


Pada

model

2.
3.

pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok


asal dan kelompok ahli. Kelompok asal
yaitu

kelompok

induk

siswa

4.

yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan,


asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam.

Kelompok

asal

5.

merupakan

gabungan dari beberapa ahli. Kelompok


ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari

6.

Siswa dibagi atas beberapa kelompok


(tiap kelompok anggotanya 5-6 orang)
Materi pelajaran diberikan kepada
siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa subbab
Setiap anggota kelompok membaca
subbab yang telah ditugaskan dan
bertanggung
jawab
untuk
mempelajarinya.
Anggota dari kelompok lain yang
telah mempelajari subbab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok
ahli untuk mendiskusikannya
Setiap anggota kelompok ahli setelah
kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya
Pada
pertemuan
dan
diskusi
kelompok asal, siswa-siswa dikenai
tagihan
berupa
kuis
individu

anggota kelompok asal yang berbeda yang

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

54
C. METODE PENELITIAN
Jenis

adalah

yaitu penelitian tindakan kelas, maka

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

penelitian ini memiliki beberapa tahap

Action Reserch) yaitu penelitian yang

yang merupakan suatu siklus. Tiap siklus

dimaksudkan untuk memberikan informasi

dilaksanakan sesuai dengan perubahan

bagaimana tindakan yang tepat untuk

yang akan dicapai. Arikunto (2008:75) :

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

tidak ada ketentuan berapa kali siklus

matematika siswa, sehingga penelitian ini

harus

difokuskan

tergantung dari kepuasan peneliti sendiri,

sebagai

penelitian

kepada

usaha

ini

tindakan-tindakan

untuk

meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar matematika

dilakukan.

Banyaknya

siklus

namun ada saran, sebaiknya tidak kurang


dari dua siklus.

siswa. Sesuai dengan jenis penelitian ini


1. Alat Pengumpulan Data dan Analisis
Alat pengumpulan data adalah tes, dan

Setelah dilakukan observasi oleh observer,

lembar observasi (Observasi terhadap

maka data dianalisis dengan menggunakan

proses pembelajaran dan aktivitas siswa).

rumus:

Pi

jumlah nilai dari seluruh aspek yang diamati


banyaknya aspek yang diamati

Dimana Pi = hasil pengamatan pada pertemuan ke-i


Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran
Skor

Kriteria Proses Belajar Mengajar

3,6 4,0

Sangat baik

2,6 3,5

Baik

1,6 2,5

Kurang

1,0 1,5

Sangat kurang

2. Menganalisis Aktivitas Belajar Siswa


Hasil observasi aktivitas siswa
dianalisis

secara

menggunakan

deskriptif
persentase

dengan

Untuk melihat presentase aktivitas siswa


digunakan

rumus

secara

kuantitatif.

Persentase aktivitas siswa ( PAS )

skor yang diperoleh siswa


100%
skor maksimum

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

55
Adapun kriteria penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
PAS<60%

: Aktivitas siswa kurang aktif

60% PAS<70%

: Aktivitas siswa cukup aktif

70% PAS<85%

: Aktivitas siswa aktif

PAS 85%

: Aktivitas siswa sangat aktif

3. Menganalisis Hasil Belajar Siswa


Hasil
kemudian

tes

yang

dianalisis

diperoleh

menyelesaikan soal-soal bangun ruang sisi

melihat

datar serta upaya apa yang harus dilakukan

untuk

keberhasilan siswa dalam belajar, kesulitan

untuk

apa

selanjutnya.

yang

dialami

siswa

dalam

perbaikan

pada

tindakan

Tingkat penguasaan siswa


Tingkat Penguasaaan

Kriteria Kemampuan

90% - 100%

Sangat tinggi

80% - 89%

Tinggi

65% - 79%

Sedang

55% - 64%

Rendah

0% - 54%

Sangat Rendah

Terdapat dua hal yang akan diukur melalui hasil dari setiap tes yang diberikan
kepada siswa, yaitu:
1. Ketuntasan belajar individu
Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara perorangan digunakan rumus:
KB

T
x 100 %
Ti

(dalam Trianto, 2009:241)

Dimana :
KB

: Ketuntasan belajar

: Jumlah skor yang diperoleh siswa

Ti

: Jumlah skor total

Kriteria:
0 % KB < 65%

Siswa belum tuntas dalam belajar

65% KB 100%

Siswa telah tuntas dalam belajar

Seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika KB siswa tersebut mencapai skor 65%
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

56
2. Ketuntasan belajar secara klasikal
Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus:

PKK

jumlah siswa yang memperoleh KB 65%


100%
jumlah seluruh siswa

Keterangan :
PKK

: Persentase Ketuntasan Klasikal

Indikator Penarikan Kesimpulan


Aktivitas

b) Semakin

banyak

siswa

yang

hasil

belajar

apabila

ada

mencapai kategori aktif atau sangat

pertambahan nilai, skor ataupun persentase

aktif dan paling sedikit terdapat

pada setiap aspek yang dinilai. Adapun

75%

indikator penarikan kesimpulan dalam

kategori tersebut.

dikatakan

dan

meningkat

penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Peningkatan aktivitas belajar siswa

siswa

yang

memperoleh

2. Peningkatan hasil belajar matematika


siswa

dikatakan

tercapai

apabila

dikatakan tercapai apabila memenuhi

memenuhi kedua kriteria berikut:

kedua kriteria berikut:

a) Lebih banyak siswa yang tuntas


dengan

belajar secara individu pada siklus

menerapkan model pembelajaran

dua dibandingkan dengan pada

kooperatif tipe jigsaw sekurang-

siklus satu, dengan KB

a) Proses

pembelajaran

kurangnya berada pada kategori


baik, dimana skor

b) Ada penambahan nilai rata-rata


kelas dari siklus satu ke siklus dua.

4. Hasil Penelitian
Hasil

analisis

tes

diagnostik

2) Siswa sulit mengidentifikasi unsur-

terdapat 3 jenis kesulitan siswa:

unsur dalam bangun ruang sisi datar

1) Siswa mengalami kesulitan untuk

jika hanya melihat gambar

membedakan bangun ruang balok dan


kubus jika hanya melihat gambar

3) Siswa

tidak

mampu

menentukan

jaring-jaring dari bangun ruang sisi


datar

5. Alternatif Pemecahan dan Tindakan

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

57
Alternatif
yang

juga

pemecahan

merupakan

masalah

3. Mempersiapkan instrumen penelitian,

perencanaan

yaitu

tindakan, yaitu:
1. Merancang
yang

untuk

menguji

kemampuan/hasil belajar siswa dan


skenario

berisikan

pembelajaran

lembar

langkah-langkah

bahan

sarana

ajar

untuk

melihat

siswa

dalam

proses

pembelajaran

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


2. Mempersiapkan

observasi

aktivitas

kegiatan yang sesuai dengan model

yaitu

tes

4. Mempersiapkan lembar pengamatan

pendukung,

untuk mengamati situasi dan kondisi

yang dirancang

kegiatan pembelajaran.

menjadi beberapa subbab dan alat


peraga yang sesuai dengan materi ajar
Hasil Observasi terhadap Proses Pembelajaran I
Pertemuan

Rata-rata Skor

Pada Siklus I

Hasil Observasi

Kategori

Pertemuan I

2,875

Baik

Pertemuan II

Baik

Pertemuan III

3,125

Baik

Dari keenam jenis aktivitas siswa (Visual, Oral, Listening, Writing, Mental dan
Emosional) yang diamati, diperoleh hasil sebagai berikut:
Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Siklus I
Persentase
Aktivitas Siswa

Jumlah Siswa
Kategori

(PAS)

Pert I

Pert II

Pert III

SIKLUS I

PAS<60%

Kurang Aktif

18

10

60%PAS<70%

Cukup Aktif

11

12

70%PAS<85%

Aktif

10

19

23

18

PAS85%

Sangat Aktif

Terdapat 24 dari 41 orang siswa atau 58,54% yang termasuk ikut berperan aktif
(PAS70%) selama Siklus I berlangsung.
Dari Tes Hasil Belajar yang telah diberikan setelah siklus I diperoleh:
Tingkat Penguasaan Siswa Siklus I
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

58
Persentase
Penguasaan
90% - 100%
80% - 89%
65% - 79%
55% - 64%
0% - 54%

Tingkat
Kemampuan
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

Banyak
Siswa
0
4
27
5
5
41

Persentase
Jumlah Siswa
0%
9,75%
65,85%
12,20%
12,20%
100%

Rata-rata
Skor kemampuan
66,20%(66%)
Sedang

Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB Siklus I


KB yang Diperoleh

Keterangan

Jumlah Siswa

KB 65%

Tuntas Belajar

31

KB < 65%

Tidak Tuntas Belajar

10

Nilai rata-rata kelas

66,20

Refleksi I
Untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar maka dilanjutkan siklus dua,
dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi.
Pelaksanaan Siklus dua
Kesulitan-kesulitan siswa pada siklus satu adalah:
1. Siswa masih berkesulitan menyelesaikan masalah pada luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi datar.
2. Siswa sulit memahami materi ketika diskusi kelompok asal berlangsung jika terlalu banyak
subbab yang harus dipahami.
3. Siswa tidak berani mengemukakan pendapat.
Alternatif Pemecahan Masalah dan pelaksanaan tindakan
Pada siklus II, pembagian kelompok dibedakan menjadi 4 tim ahli sesuai dengan
materi yang akan dipelajari dan pada saat diskusi ahli, kelompok dengan materi yang sama
dibagi menjadi 2 bagian.
Hasil Observasi Terhadap Proses Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diketahui bahwa kelemahan-kelemahan
yang terdapat pada siklus I mengenai pengelolaan kelas dan efisiensi waktu tidak lagi
ditemukan pada siklus II dan pembelajaran berada pada kategori baik sehingga pembelajaran
tersebut dapat dikatakan berhasil.
Hasil Observasi terhadap Proses Pembelajaran II
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

59
Pertemuan
Pada Siklus II
Pertemuan V
Pertemuan VI
Pertemuan VII

Rata-rata Skor
Hasil Observasi
3,125
3,250
3,250

Kategori
Baik
Baik
Baik

a. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa


Persentase
Aktivitas Siswa
(PAS)
PAS<60%
60%PAS<70%
70%PAS<85%
PAS85%

Jumlah Siswa
Kategori
Kurang Aktif
Cukup Aktif
Aktif
Sangat Aktif

Pert I

Pert II

Pert III

SIKLUS I

2
11
25
3

0
9
27
5

1
8
24
8

1
9
23
8

Dari keenam jenis aktivitas yang

pembelajaran

siklus

II

berlangsung

diobservasi, diperoleh aktivitas belajar

terdapat 31 orang siswa (75,61%) yang

siswa secara keseluruhan. Berdasarkan

termasuk ikut berperan aktif (PAS70%)

tabel di atas, diketahui bahwa saat

selama

Siklus

II

berlangsung.

Hasil Tes Belajar II


Tingkat Penguasaan Siswa Siklus II
Persentase

Tingkat

Banyak

Persentase

Rata-rata

Penguasaan

Kemampuan

Siswa

Jumlah Siswa

Skor kemampuan

90% - 100%

Sangat tinggi

9,76%

80% - 89%

Tinggi

19,51%

65% - 79%

Sedang

24

58,54%

55% - 64%

Rendah

7,32%

0% - 54%

Sangat rendah

4,87%

41

100%

73,54%(74%)
Sedang

Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB Siklus II


KB yang Diperoleh
Keterangan
KB 65%
Tuntas Belajar
KB < 65%
Tidak Tuntas Belajar
Nilai rata-rata kelas

Jumlah Siswa
36
5
73,54

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

60
Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat 36 dari 41 orang siswa yang telah tuntas
belajar (nilainya 65), dengan demikian diperolehlah Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK)
sebesar 87,80 %.
6. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan

hasil

diterapkan model pembelajaran kooperatif

terdapat

tipe Jigsaw pada materi ajar bangun ruang

peningkatan aktivitas dan hasil belajar

sisi datar. Peningkatan aktivitas dan hasil

siswa dari siklus I ke siklus II setelah

belajar siswa pda setiap siklus sbb:

penelitian

data

dan

menunjukkan

Siklus I

Pertemuan

Siklus II

Skor

Kategori

Skor

Kategori

Pertama

2,875

Baik

3,125

Baik

Kedua

Baik

3,250

Baik

Ketiga

3,125

Baik

3,250

Baik

Rata-rata

Baik

3,208

Baik

Peningkatan rata-rata skor

0,208

Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa setiap siklus:


Kriteria PAS
PAS < 60%
60%PAS<70%
70%PAS<85%
PAS85%

Kategori
Kurang Aktif
Cukup Aktif
Aktif
Sangat Aktif

Jumlah siswa
Siklus II
Siklus I
`1
10
9
7
23
18
8
6

Tingkat ketuntasan belajar siswa:


Ketuntasan Belajar
(KB)

Jumlah Siswa

Keterangan

Siklus I

Siklus II

KB 65%

Tuntas Belajar

31

36

KB < 65%

Tidak Tuntas Belajar

10

66,20

73,54

Nilai rata-rata kelas


Dari tabel diatas menunjukkan

pembelajaran

Model

Jigsaw.

Adapun

adanya peningkatan aktivitas dan hasil

penelitian lain yang sejenis adalah: Dwi

belajar

Yunivo

siswa

setelah

diterapkan

(2012)

dengan

menggunakan

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

61
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

15,21%

setelah

diterapkan

model

untuk melihat peningkatan aktivitas belajar

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

siswa. Hasil penelitian yang dilakukannya

pokok bahasan bentuk pangkat dan akar di

berbanding lurus dengan hasil penelitian

kelas X SMA Sultan Iskandar Muda T.A

ini, dimana ia menyatakan bahwa ada

2012/2013.

peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar


7. Hubungan Aktivitas dan Hasil Belajar
Menurut Piaget (dalam Slavin

berkaitan dengan hasil penelitian yang

yang dikutip Trianto, 2009:30) bahwa

diperoleh bahwa semakin aktif seorang

perkembangan kognitif sebagian besar

siswa dalam proses pembelajaran maka

bergantung kepada seberapa jauh anak

semakin

aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi

diperolehnya.

baik

hasil

belajar

yang

dengan lingkungannya. Pernyataan ini


D. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pembahasan, maka diperoleh kesimpulan

pada materi bangun ruang sisi datar

sebagai berikut:

di kelas VIII SMP Swasta Dharma

1.

Pembelajaran

yang

dilaksanakan

pada siklus I berada pada kategori

Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013.


2.

Terdapat 31 dari 41 orang siswa

baik dan terdapat 24 orang siswa

(75,61%) yang telah tuntas belajar

(58,54%)

ikut

secara individu pada THB (Tes Hasil

berperan aktif selama pembelajaran

Belajar) di siklus I dengan nilai rata-

berlangsung.

Pada

II,

rata kelas sebesar 66,20. Pada THB

pembelajaran

yang

dilaksanakan

di siklus II, terdapat 36 dari 41 orang

setelah

yang

tergolong

dianalisis

siklus
berada

pada

siswa (87,80%) yang telah tuntas

kategori baik dan terdapat 31 orang

belajar secara individu dengan nilai

siswa (75,61%) yang tergolong ikut

rata-rata

berperan aktif selama pembelajaran

Sehingga, ada peningkatan hasil

berlangsung.

belajar

Sehingga,

ada

kelas
siswa

sebesar
setelah

73,54.

diterapkan

peningkatan aktivitas belajar siswa

model pembelajaran kooperatif tipe

setelah

jigsaw pada materi bangun ruang sisi

diterapkan

model

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

62
datar di kelas VIII SMP Swasta

sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan

Dharma Bakti Kab. Langkat T.A

hasil belajar siswa. Selain itu agar

2012/2013.

mempersiapkan perencanaan yang benar-

Berdasarkan

dan

benar matang, baik itu dalam pembagian

pembahasan maka penulis menyarankan

materi menjadi beberapa subbab maupun

agar

dalam

guru

hasil

menggunakan

model

pembagian

waktu

agar

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam

pembelajaran tersebut berjalan dengan

proses pembelajaran matematika, sehingga

lebih

baik.

pembelajaran tersebut lebih bervariasi


DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Suwarto, (2011), Penelitian Tindakan


Kelas dan Struktur Penulisannya,
(Diakses Januari 2012)

Arikunto, S., dkk., (2008), Penelitian


Tindakan Kelas, Bumi Aksara,
Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil


Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung.

Dimyati, dan Mudjiono, (2009), Belajar


dan Pembelajaran, Rineka Cipta,
Jakarta.

Suprijono, A., (2010), Cooperative


Learning Teori dan Aplikasi
PAIKEM,
Pustaka
Pelajar,
Yogyakarta.

Fakultas

Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan, (2011), Buku
Pedoman Penulisan Proposal dan
Skripsi Mahasiswa Program Studi
Kependidikan, FMIPA Unimed.

Hamalik, O, (2008), Proses Belajar


Mengajar,
Bumi
Aksara,
Bandung.
Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif
Meningkatkan
Kecerdasan
Komunikasi antar Peserta Didik,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Nuharini, D. dan Wahyuni, T., (2008),
Matematika
Konsep
dan
Aplikasinya: untuk SMP/MTs
kelas VIII, Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.

Syah, M., (2003), Psikologi Pendidikan


dengan Pendekatan Baru, P.T.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Trianto,

(2009), Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Konsep,
Landasan,
dan
Inplementasinya pada Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP), Kencana, Jakarta.

Yunivo, D., (2012), Penerapan Model


Pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw
untuk
Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa pada
Pokok Bahasan Bentuk Pangkat
dan Akar di Kelas X SMA Sultan
Iskandar Muda Tahun Ajaran
2012/2013, FMIPA UNIMED,
Medan.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi


Belajar Mengajar, P.T. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

63

SUATU PENDEKATAN STRATEGI DAN METODE PENDIDIKAN SENI MELALUI


KEGIATAN BERNYANYI SEBAGAI ASPEK - ASPEK PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI
Oleh :
Lamhot Basani SihombinG

Abstrak
Seni bagi anak-anak merupakan kegiatan bermain, berekspresi, dan kreatif yang
menyenangkan. Salah satu kegiatan seni dalam pendidikan untuk anak usia dini adalah
bernyanyi. Pada usia pra sekolah (4-6 tahun) tidak semua anak mampu mengomunikasikan
pikiran dan perasaannya secara verbal atau tertulis, dan pada usia tersebut, daya tangkap
anak masih sangat terbatas. Oleh karenanya, melalui kegiatan bernyanyi diharapkan anak
dapat memahami dan memaknai pesan moral yang disampaikan, yang nantinya dapat
berpengaruh terhadap karakter dan kepribadian serta tingkah laku anak tersebut. Kegiatan
bernyanyi yang sering dilakukan adalah kegiatan bernyanyi aktif. Dimana seluruh aspek
pengembangan masuk di dalamnya, antara lain : (1) Ekspresi dan emosi anak; (2)
Mengembangkan kecakapan hidup; (3) Kemampuan berbahasa; (4) Hubungan sosial.
Kata Kunci : Bernyanyi, Pengembangan Diri, Pendidikan Seni
A. PENDAHULUAN
Tujuan

adanya

struktur

Pendidikan untuk anak sebaiknya

pendidikan guna membentuk seseorang

dimulai sejak usia dini, yaitu umur 0 - 6

agar memiliki kepribadian, berkarakter,

tahun. Pada masa usia 0 - 6 tahun

intelektual,

merupakan masa keemasan (golden age),

mandiri

serta

mampu

bersosialisasi dengan lingkungansekitar.

dimana

Ini sesuai dengan pernyataan Dewantara

aspek perkembangan

(1962 : 14) yang mengemukakan pendapat

untuk tugas perkembangan selanjutnya.

bahwa pendidikan adalah daya upaya

Sejumlah

untuk

perkembangan kecerdasan anak pada masa

memajukan

pertumbuhan

budi

pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran

stimulasi

riset

berperan

menunjukan

seluruh
penting
bahwa

ini mengalami peningkatan.

atau intelektual dari tubuh anak kita agar

Ahli pendidikan di Universitas

anak kita dapat memajukan kesempurnaan

Chicago Amerika Serikat mengemukakan

hidup dan selaras bagi penghidupan yang

bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada

kita didik selaras dengan dunianya.

anak usia 0 - 4 tahun mencapai 50%

hingga usia 8 tahun mencapai 80%.


Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

64
Apabila pada usia tersebut anak tidak

karena seni mengolah kepekaan anak

mendapatkan rangsangan yang maksimal,

terhadap alam sekitar dan hal-hal yang

maka otak anak tidak dapat berkembang

berkaitan

secara optimal.

Dewantoro dalam Kamaril W.S., 1998).

Peran para pendidik baik orang

dengan

keindahan

(K.H

Seni bagi anak usia 4 - 6 tahun

tua, guru, pengasuh maupun orang dewasa

(pra

lainnya sangat dibutuhkan pada masa usia

bermain, berekspresi, dan kreatif yang

dini, dengan menyediakan lingkungan

menyenangkan. Salah satu kegiatan seni

yang kondusif, sehingga anak memiliki

dalam pendidikan untuk anak-anak TK

kesempatan

mengembangkan

adalah bernyanyi. Bernyanyi merupakan

seluruh potensinya. Potensi yang dimaksud

salah satu fungsi seni sebagai media

meliputi seluruh aspek moral dan nilai-

komunikasi atau sarana dan cara untuk

nilai

dan

berhubungan dengan anak. Pada usia pra

berbahasa,

sekolah (4 - 6 tahun) tidak semua anak

kognitif, fisik/motorik, termasuk minat dan

mampu mengomunikasikan pikiran dan

bakat anak dalam bidang seni. Pada masa

perasaannya secara verbal atau tertulis, dan

usia dini yakni usia 4 - 6 tahun, anak

pada usia tersebut, daya tangkap anak

mengalami

dimana

masih sangat terbatas. Oleh karenanya,

seluruh fungsi fisik dan psikis merespons

melalui kegiatan bernyanyi diharapkan

stimulus yang diberikan oleh lingkungan

anak dapat memahami dan memaknai

sekitar.

pesan moral yang disampaikan, yang

untuk

agama,

kemandirian,

sosial,

emosional

kemampuan

masa

Pendidikan

kepekaan,

merupakan

kegiatan

pada

anak

upaya

untuk

karakter dan kepribadian serta tingkah laku

menggali kemampuan dasar dan potensi

anak tersebut. Fenomena inilah yang

anak. Pendidikan seni memiliki banyak

menarik

manfaat

membahas lebih dalam tentang bagaimana

merupakan

salah

yang

seni

sekolah)

satu

dapat

diterima

secara

nantinya

dapat

berpengaruh

perhatian

penulis

terhadap

untuk

langsung maupun tidak langsung oleh

pendidikan

anak. Fungsi yang dapat diterima secara

mengetengahkan pada kegiatan bernyanyi

langsung yakni sebagai media ekspresi

untuk anak usia pra sekolah (4 - 6 tahun),

diri, media komunikasi, media bermain

sangat berpengaruh bagi pengembangan

dan menyalurkan minat dan bakat anak

diri anak baik dari sisi respon afektif,

tersebut (Pekerti, 2008 : 127). Melalui seni

kognitif

seni

dan

yang

lebih

psikomotor.

seorang anak akan dilatih kehalusan budi,


Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

65
B. PEMBAHASAN
Taman Kanak-Kanak merupakan

dimana anak mulai menirukan sesuatu,

wadah pengembangan potensi bagi anak

mengingat dan berpikir, mulai menyadari

usia dini. Berdasarkan kurikulum tahun

bahwa suatu benda tetap ada meskipun

2004,

disembunyikan,

pendidikan

di

Taman

Kanak bertujuan
kemampuan

Kanak-

mengembangkan

fisik,

mulai

bertujuan, tidak hanya refleks. Sedangkan

sosial-

pada usia 2 - 7 tahun, anak mulai

emosional, moral dan nilai agama, kognitif

memasuki periode praoperasional, dimana

serta seni (Kurikulum Pendidikan Usia

anak

Dini 2004 dalam pekerti, 2008 : 145).

menggunakan

Namun seiring perkembangannya, dalam

berpikir operasi satu arah, namun masih

Kurikulum TK berbasis KTSP (Kurikulum

sulit melihat pandangan orang lain (ego

Tingkat

tinggi). Teori ini bisa digunakan untuk

Satuan

bahasa,

gerakan-gerakan

Pendidikan),

bidang

mulai

mampu

berkomunikasi

simbol-simbol,

mampu

pengembangan seni terintegrasi dengan

merancang

bidang-bidang

lainnya,

dilakukan pada proses pembelajaran anak

dengan

usia pra sekolah (4 - 6 tahun) pada

pengembangan

diantaranya

terintegrasi

pendekatan

pengembangan fisik motorik, terintegrasi

umumnya dan

dengan bidang pengembangan kognitif,

khususnya.

bahasa dan juga sosial emosional, serta


moral

dan

nilai-nilai

Anak

yang

akan

pendidikan seni pada


cenderung

menyukai

agama

kegiatan yang menyenangkan bagi dirinya.

(http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/1

Oleh karena itu, guru harus menciptakan

2/pendidikan-seni-untuk-taman-kanak-

suasana

kanak/). Bukan berarti pendidikan seni

pembelajaran untuk anak khususnya anak

ditiadakan, hanya saja aspek dan fokus

usia pra sekolah (4 - 6 tahun) dengan

pengembangannya

strategi,

metode,

menarik

serta

mencakup

semua

aspek-aspek pengembangan lainnya.

menyenangkan

dalam

materi

mudah

proses

dan

media

diikuti

anak.

Pendidikan untuk anak memiliki

Bernyanyi adalah salah satu solusi yang

tahapan-tahapan yang harus disesuaikan

harus diterapkan guru untuk penyampaian

berdasarkan

dan

materi yang berkaitan dengan tujuan

kemampuan anak. Menurut teori Peaget

pengembangan anak. Melalui kegiatan

(Pekerti,

bernyanyi,

tingkatan

2008

3.5),

umur

tahap-tahap

guru

lebih

mudah

perkembangan kognitif anak pada usia 0 -

berkomunikasi dengan anak, dan anak

2 tahun memasuki periode sensori motor,

lebih mudah memahami serta memaknai

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

66
pesan-pesan

yang

disampaikan

guru.

Berdasarkan observasi yang dilakukan,

(http://bintangbangsaku.com/artikel/.berny
anyi).

terdapat respon positif yang ditimbulkan

Kegiatan bernyanyi yang sering

anak dari kegiatan bernyanyi. Hal ini

dilakukan untuk anak usia pra sekolah

membuktikan bahwa kegitan bernyanyi

adalah kegiatan bernyanyi aktif, karena

merupakan suatu pendekatan yang harus

bernyanyi berkaitan dengan ekspresi diri,

dilakukan oleh para pendidik sebagai

pengembangan bahasa dan intelektual,

bagian dari proses pengembangan anak.

hubungan sosial serta kreatifitas, dimana

Hirmaningsih berpendapat bahwa

semua itu menjadi prinsip dari aspek-aspek

terdapat dua bentuk kegiatan bernyanyi

pengembangan dalam diri anak tersebut.

yang dilakukan anak, yang pertama adalah

Sekilas, kegiatan bernyanyi terlihat seperti

bernyanyi

pasif

mendengar

suara

menikmatinya,

anak

hanya

kegiatan olah vokal biasa untuk anak,

nyanyian

dan

namun perlu diketahui bahwa banyak

secara

manfaat yang diperoleh dari kegiatan

dimana
tanpa

terlibat

langsung dalam kegiatan nyanyian, dan

bernyanyi.

yang kedua bernyanyi aktif dimana anak

mengenai

melakukan

secara

langsung

kegiatan

serta respon yang akan ditimbulkan secara

bernyanyi,

baik

bernyanyi

sendiri,

mengikuti,

maupun

berkelompok

nyata

Berikut
aspek-aspek

oleh

pendidikan

analisis

penulis

pengembangan

anak

setelah

menerima

seni

melalui

kegiatan

bernyanyi di TK :
1. Membentuk Ekspresi dan Emosi Anak
Peran bernyanyi bagi anak-anak

(http://www.medicalera.com/index.phpopti

adalah sebagai media ekspresi. Dimana

on=com_myblog&show=10manfaat_berm

anak-anak mencurahkan apa yang ada

ain_alat_musik_bagi_anak-

dalam hatinya, baik itu senang ataupun

anak.html&itemid=314).
Oleh karena itu, menjadi tugas

sedih, secara bebas dan spontan. Melalui


kegiatan

bernyanyi

anak dapat

guru

untuk

memperkenalkan

mengekspresikan apa yang dirasakan,

musik melalui bernyanyi pada anak-anak,

dipikirkan,

pribadi.

serta menempatkan kegiatan bernyanyi

Jolkovski berkata, Musik memberikan

pada waktu dan saat yang tepat. Terlebih

kesenangan dan mengekspresikan nuansa

dahulu guru harus mengerti karakteristik

kehidupan emosional dimana tidak ada

suara anak, serta membimbing anak untuk

kata-kata

bernyanyi agar kegiatan bernyanyi menjadi

diimpikan

di

secara

dalamnya

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

67
suatu kegiatan yang menyenangkan bagi

penuh imajinatif, gembira, interval nada

mereka.

dibagi

yang mudah dicapai anak (misalnya : do -

menjadi dua, yakni suara anak tinggi

mi, mi - do), dan lagu ada unsur

dengan jangkauan dari c - f, dan suara

perulangan.

Wilayah

suara

anak

anak rendah dengan jangkauan nada a -

Agar kegiatan bernyanyi lebih

d. Meskipun suara anak cenderung

menarik perhatian anak, guru juga bisa

melengking, namun jangan terlalu sering

memadukannya dengan gerakan atau tarian

memaksakan

sesuai

anak

dengan

nyanyian

dengan

syair

lagu

yang

bernada tinggi, hal itu akan menimbulkan

dinyanyikan. Bernyanyi dan menari tidak

ketidaknyamanan anak tersebut dalam

dapat dipisahkan dari anak-anak. Gerak

bernyanyi.

merupakan hal yang menyenangkan bagi

Pemilihan tema lagu yang akan


dinyanyikan

baik

anak, seperti : melompat, berputar, berlari.

secara

Ekspresi diri anak juga bisa ditimbulkan

berkelompok ataupun individu tentunya

dari gerakan dalam bernyanyi. Anak bisa

harus disesuaikan dengan kondisi dan

mengungkapkan perasaan gembira dengan

kemampuan anak, dan dapat menarik

gerak ritmik yang cepat dan bersemangat,

minat anak untuk merespon pesan-pesan

melakukan gerakan yang makin lama

yang akan disampaikan dari lirik lagu.

makin cepat sesuai dengan pengalaman

Pada usia anak 4 - 6 tahun, mereka

anak sehari-hari dan lain sebagainya.

memiliki kecenderungan akan semua hal

Melalui gerak anak dapat menunjukan

yang menyenangkan baginya, dan itulah

pemahaman yang mereka miliki. Melalui

yang menjadi perhatian anak-anak. Oleh

gerak ritmik

karena itu, untuk menarik minat dan

bernyanyi, maka hal ini akan melatih

perhatian anak-anak, guru harus pandai

emosional

dalam pemilihan lagu, tentunya harus

kesabaran dalam mengikuti ritmik yang

sesuai dengan karakter lagu untuk anak,

ditentukan

antara lain melodi nada yang dinyanyikan

ditimbulkan

harus mudah diingat, memiliki tema atau

anak dapat

cerita sehingga mudah dicerna dan diingat

gerakannya. Contoh lagu yang melibatkan

anak dan dapat lebih mudah diekspresikan

aktifitas

yang
anak
dan

dipadukan
mengenai
rasa

karena

aman

seluruh

diungkapkan
gerak

dan

dengan
ketukan,
yang
ekspresi
melalui

bernyanyi

anak, sesuai dengan dunia anak yang lucu,


Tangan ke atas, tangan ke depan
Tangan dilipat, duduk yang manis
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

68

Kutipan lagu ini berisi tentang


perintah

guru

kepada

anak-anak

bernyanyi bukan sekedar bagian dari


kecerdasan seni yang dimiliki oleh anak,

untuk tertib, disertai dengan ungkapan

melainkan

gerak. Namun kegiatan bernyanyi yang

sosio-emosi anak sebab bernyanyi harus

dipadukan dengan aktifitas gerak tidak

menyajikan

bisa dilakukan terlalu lama pada anak-

ekspresi yang tepat sesuai isi lagu. Dari

anak, karena menyebabkan kelelahan pada

sisi kesehatan menyanyi dapat melatih otot

anak.

kepala dan leher serta melatih organ


Respon yang didapat oleh anak

juga

mengasah

lagu

dengan

kecerdasan
emosi

dan

pendengarannya

melalui kegiatan bernyanyi, anak bisa

(http://bintangbangsaku.com/artikel/.berny

membedakan

sedih,

anyi). Dengan kata lain, bernyanyi dan

gembira, riang, dan anak dengan penuh

gerak adalah suatu media untuk melatih

rasa

motorik kasar dan motorik halus anak.

perasaan

puas

dan

senang,
spontan

bisa

mengungkapkan apa yang dia rasakan,

Meskipun

pikirkan dan inginkan. Menambah rasa

pertumbuhan

fisiknya

mengalami

percaya diri pada anak, hal ini bisa dilihat

perlambatan,

namun

ketrampilan

dari sikap anak saat bernyanyi dengan

ketrampilan motorik kasar dan motorik

ekspresi suara yang lantang, riang dan

halus

ekspresi

(Desmita, 2008 : 127).

gerak

Hirmaningsih

yang

bersemangat.

berpendapat

selama

justru

masa

anak-anak

yang berkembang

pesat

bahwa

2. Pengembangan Life Skill Anak


Pepatah mengatakan belajar di

perkembangan selanjutnya. Sesuai dengan

waktu kecil bagai mengukir di atas pasir,

standart kompetensi TK, pada usia ini

belajar

adalah

sesudah

dewasa,

bagaikan

waktu

yang

pembentukan

masa kanak-kanak adalah masa yang

pembiasaan yang meliputi nilai-nilai moral

paling baik untuk memahatkan segala

agama dan tingkah laku yang diharapkan

bentuk pada diri anak. Pada masa anak-

kelak menciptakan ketaqwaan terhadap

anak usia 0 - 6 tahun (usia dini) merupakan

Tuhan

masa keemasan (golden age), dimana

keadilan, kepercayaan, rasa hormat, dan

stimulasi

tanggung jawab.

berperan

seluruh
penting

aspek perkembangan
untuk

Maha

anak

untuk

mengukir di atas air yang artinya bahwa

Yang

perilaku

tepat

Esa,

melalui

kejujuran,

tugas

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

69
Kegiatan

bernyanyi

memiliki

yang ada di SD, SMP dan SMA. Pada usia

peran yang sangat besar dalam hal

tersebut anak belum mampu mencerna

pengembangan kecakapan hidup seorang

komunikasi secara mendalam, oleh karena

anak, mengingat tantangan globalisasi

itu proses pengembangannya harus diolah

yang menuntut kualitas sumber daya

oleh guru agar lebih mudah diterima dan

manusia yang prima dan unggul, oleh

dipahami

karena itu potensi anak harus digali sejak

bernyanyi, pesan-pesan yang berkaitan

dini agar siap menghadapi perannya di

dengan pengembangan kecakapan hidup

masa mendatang. Aspek kecakapan hidup

atau general skill dapat dengan mudah

pertama yang harus ditanamkan pada anak

dicerna dan diterima oleh anak.

anak.

Melalui

kegiatan

TK yaitu kecakapan dasar atau general

Seorang guru memiliki peran

skill, yang mencakup dua sub kecakapan

yang besar dalam kegiatan pengembangan

yaitu personal skill yakni kecakapan

kecakapan hidup atau general skill melalui

memelihara

dan

kegiatan bernyanyi. Syair lagu yang

memelihara raga, serta social skill yakni

digunakan dalam kegiatan bernyanyi harus

kecakapan memelihara hubungan dengan

mengandung nilai-nilai moral dan tingkah

masyarakat umum dan masyarakat khusus.

laku tentang mana yag baik dan buruk

Dengan demikian, diharapkan anak kelak

untuk dilakukan.

memiliki

dirinya

mengandung unsur nilai moral tetapi juga

sebagai makhluk Tuhan dan menunjukan

nilai-nilai kehidupan, antara lain kasih

sikap rajin beribadah, disiplin dan bekerja

sayang antar sesama, kepada orang tua,

keras. Anak juga diharapkan menyadari

teman, guru, dan lain sebagainya. Salah

potensi dirinya sehingga dapat memilih

satu contoh lagu yang bisa menimbulkan

bidang yang sesuai dengan keinginan dan

rasa tanggung jawab anak terhadap diri

kemampuannya,

akademik

sendiri adalah lagu Bangun Tidur. Pada

makhluk

syairnya terlihat jelas mengandung nilai

maupun

sukma

atau

kesadaran

terhadap

baik

akademik.

roh,

non

Menjadi

Tidak

hanya

sosial yang saling menghormati, gotong-

moral

royong serta menjadi makhluk lingkungan

untuk membiasakan setelah bangun tidur

yang

haruslah

dapat

memelihara

alam

dan

memanfaatkan dengan arif dan bijaksana.

tanggung
mandi,

jawab
menggosok

anak,
gigi,

menolong ibu membersihkan tempat tidur.

Pengembangan kecakapan hidup

Adapun pengertian dari tanggung jawab di

yang diterapkan kepada anak TK tidak

sini adalah kesadaran dalam diri anak,

dapat disamakan dengan pengembangan

bahwa

setiap

tindakannya

akan

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

70
mempunyai pengaruh bagi orang lain

adanya bimbingan, perhatian dan arahan

maupun bagi dirinya sendiri. Menamkan

orang tua untuk mengembangkan seluruh

rasa

anak

potensi yang ada dalam diri anak. Karakter

sebaiknya dilakukan dengan memberi

merupakan watak dasar seseorang, yang

contoh kongkrit dari orang tua maupun

perkembangannya sangat dipengaruhi oleh

guru,

sama

banyak faktor mulai dari keluarga, sekolah

membersihkan tempat tidur dan anak ikut

dan masyarakat. Oleh karena itu menjadi

membantu, ataupun membuang sampah

tugas seorang pendidik untuk membantu

pada tempatnya, dengan begitu anak akan

tugas orang tua dalam hal pembentukan

meniru perbuatan orang tua, karena orang

karakter

tua adalah cermin bagi anak dan contoh

berkarakter

paling dekat untuk ditiru. Anak kecil

sikap yang baik dan terpuji.

tanggung

jawab

misalnya

kepada

bersama

tumbuh dalam jiwa yang kosong dari

diri

anak.

baik,

Seseorang

yang

cenderung memiliki

Menanamkan

nilai-nilai

moral

cukup

dengan

semua lukisan dan gambaran. Jiwanya siap

pada

menerima semua ukiran. Jika jiwanya

menyampaikan kata-kata dan nasihat serta

dibiasakan dengan akhlak yang baik, maka

teguran-teguran apabila anak melakukan

jiwanya

berdasarkan

kesalahan. Pada usia anak 0 - 6 tahun daya

kebiasaan yang baik (Ghazali dalam

tangkap dan daya ingatan anak terhadap

Najati, 2002 : 253).

perkataan masih sangat lemah, sehingga

akan

Apabila

tumbuh

nilai-nilai

anak,

tidak

moral

salah satu solusi penyampaiannya melalui

ditanamkan kepada anak sejak dini, maka

lagu atau nyanyian. Contoh lagu yang

besar kemungkinan anak tersebut akan

terdapat nilai-nilai moral untuk dilakukan

menjadi seseorang yang berguna bagi

anak antara lain :

bangsa dan negara. Oleh karena itu perlu


Anak TK tak boleh ngompol, Anak TK tak boleh cengeng
Anak TK haruslah cerdas, agar disayang semua...
ini,

aku sayang Ibu, dua-dua juga sayang

menyampaikan pesan moral tanggung

Ayah, tiga-tiga sayang Adik Kakak, satu

jawab dan disiplin anak, serta dapat

dua tiga sayang semuanya. Lagu ini

memotivasi anak untuk melakukannya

mengajarkan

dalam kehidupan sehari-hari sesuai syair.

menyayangi

Contoh lain adalah syair lagu Satu-satu

keluarga dan sesama. Tentunya melodi

Dari

sebait

lirik

anak
dan

untuk

menghormati

saling
dalam

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

71
nada yang digunakan mudah diingat oleh

problema hidup dan kehidupan dengan

anak, dan jangkauan intervalnya sesuai

wajar tanpa merasa tertekan kemudian

dengan kemampuan anak, sehingga anak

secara aktif dan proaktif mencari serta

dapat dengan mudah menyanyikan dan

menemukan

mengingatnya.

mengatasinya. Melalui kegiatan bernyanyi

solusi

sehingga

mampu

untuk

di TK maka bagi anak yang memiliki

secara

bakat dan kemampuan bernyanyi baik,

alamiah kegiatan bernyanyi juga melatih

secara tidak langsung kemampuan tersebut

kekreatifitasan

media

dilatih. Dan apabila bakat dan potensi

pengembangan bakat dalam diri anak.

bernyanyi anak dikembangkan sejak dini,

Sesuai dengan pengertian life skill itu

maka

sendiri yaitu kecakapan yang dimiliki

menjadi suatu prestasi bagi anak di masa

seseorang

yang akan datang.

Selain
pengembangan

digunakan
general

untuk

anak

berani

skill,
dan

menghadapi

besar

kemungkinan

bernyanyi

3. Kemampuan Berbahasa Anak


Bernyanyi tentu saja tidak bisa

berjudul Nama-Nama Hari. Pada lagu ini

lepas dari kata atau kalimat yang harus

anak diajarkan untuk mengingat nama hari

diucapkan. Pada usia 0 - 6 tahun

sesuai dengan urutannya. Agar anak bisa

perbendaharaan kata anak masih sangat

memahami, guru bertugas menuliskan

sedikit. Melalui kegiatan bernyanyi secara

nama-nama

hari

tidak langsung anak menambah kosa

Smilansky

dalam

katanya, selain itu anak lebih fasih dalam

menemukan tiga fungsi utama bahasa pada

berbahasa Indonesia. Guru tidak harus

anak (Yeni Rachmawati dan Kurniati,

memberikan lagu dengan syair berbahasa

2006 : 65), yaitu :

Indonesia saja. Pengetahuan anak terhadap

a) Meniru ucapan orang dewasa

bahasa lain selain Indonesia juga sangat

b) Membayangkan

penting,

dengan

begitu

anak

bisa

menguasai berbagai macam bahasa di

sesuai

urutannya.

Beaty

(1994)

situasi(terutama

dialog)
c) Mengatur permainan.

dunia meskipun hanya berupa kata-kata


sederhana.

Pada kegiatan bernyanyi, fungsi

Bahasa yang disampaikan kepada

bahasa yang paling sering dilakukan anak

anak ialah berupa simbol-simbol, bisa

adalah menirukan ucapan orang dewasa

berupa

lain

terutama guru di kelas. Pada saat guru

sebagainya. Seperti contoh lagu yang

menyanyikan nama-nama hari tersebut,

gambar,

tulisan

dan

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

72
secara alamiah anak akan menirukan apa

Mengenalkan anak pada bahasa

yang diucapkan atau dinyanyikan guru,

asing, seperti bahasa Ingris juga penting.

dan

mudah

Untuk menanamkan pemahaman pada diri

tersebut

anak, bahwa di dunia ini banyak beragam

mengandung unsur pengulangan. Dengan

suku, ras, bahasa dan kebudayaan. Berikut

demikian kemampuan bahasa anak akan

salah

meningkat dan daya ingat anak terhadap

komunikasi dengan anak melalui lagu dan

materi juga semakin tajam.

simbol dengan bahasa Inggris :

anak

juga

mengingatnya

akan

apabila

lebih
lagu

satu

contoh

penyampaian

Kucing cat, anjing dog, gajah itu elephant


Semut ant, burung bird, tikus itu mouse
Bernyanyi dengan menggunakan

mengekspresikan dirinya. Selain itu, dapat

bahasa Inggris dan menyebutkan nama-

mengembangkan

nama hewan, dapat menarik minat dan

anak untuk dapat mengolah perolehan

keingintahuan anak. Untuk mempermudah

belajarnya, dapat menemukan bermacam-

penyampaian

bisa

macam alternatif pemecahan masalah,

menyediakan gambar hewan-hewan yang

membantu anak untuk mengembangkan

akan dinyanyikan, dan menunjuk ke

kemampuan logika matematiknya dan

gambar

mengarahkan

pengetahuan akan ruang dan waktu serta

perhatian anak. Apabila perbendaharaan

mempunyai kemampuan untuk memilah-

kata anak sudah tercukupi, maka hal

milah,

tersebut akan berdampak positif terhadap

mempersiapkan

perkembangan berbicara anak. Anak akan

kemampuan

materi,

tersebut

untuk

guru

kemampuan

mengelompokkan

berpikir

serta

pengembangan
berpikir

secara

teliti.

lebih percaya diri, dan kreatif dalam


4. Hubungan Sosial
Kegiatan bernyanyi juga memiliki

sebelum dan sesudah malakukan kegiatan,

penting

pengembangan

mengucapkan salam bila bertemu dengan

hubungan sosial anak. Baik hubungan

orang lain, tolong menolong, dan tenggang

sosial anak dengan orang tua, guru

rasa. Semua aspek pengembangan perilaku

maupun teman sebaya. Melalui kegiatan

sosial anak bisa disampaikan melalui

bernyanyi

kegiatan bernyanyi baik dari syair lagu,

peran

anak

bagi

dikenalkan

dengan

perilaku yang baik, seperti contoh berdoa


Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

73
maupun dari pembiasaan yang dilakukan

kepekaan yang ditunjukan anak dalam

sebelum proses belajar di kelas dimulai.

berhubungan sosial dan berkomunikasi

Melalui kegiatan bernyanyi anak


akan

dikenalkan

menghargai

dengan

sesama,

dengan orang lain.

bagaimana

Realitas

lainnya

yang

sering

bagaimana

ditemukan pada saat guru memberikan

menempatkan diri di suatu lingkungan

lagu kepada anak, anak akan menanyakan

baru, serta melatih kemampuan anak

tentang sesuatu yang tidak dimengerti

dalam berkomunikasi. Anak juga dilatih

dalam syair lagu tersebut, misalnya lagu

untuk bersosialisasi

berinteraksi

yang menyebutkan tentang nama binatang,

dengan kelompoknya, dan lingkungan

secara spontan anak menanyakan kepada

sekitar sekolah. Contoh kongkrit kegiatan

guru bagaimana bentuk binatang dan apa

bernyanyi

makanannya.

dan

membantu

anak mengembangkan

kemampuan

Melalui hubungan sosial inilah

sosialnya dengan orang lain, pada saat

semua respon anak ditunjukan, setelah

bernyanyi secara bersamaan, guru bisa

mengikuti kegiatan bernyanyi. Apabila ada

menerapkan gerak bergandengan tangan

anak

dengan teman sebayanya, dan melakukan

hubungan sosialnya dengan orang lain,

gerak langkah ke kanan atau ke kiri.

maka anak tersebut perlu mendapatkan

Apabila ada salah satu teman yang

perhatian khusus dari orang tua ataupun

melakukan kesalahan secara spontan anak

guru.

yang

dirasa

masih

pasif dalam

akan saling mengingatkan, inilah respon


C. PENUTUP
Kegiatan bernyanyi merupakan

rasa senang ataupun sedih, anak juga

aktifitas yang menyenangkan bagi anak

dilatih untuk berperilaku sesuai dengan

yang bisa dimanfaatkan oleh para pendidik

nilai-nilai norma agama, kedisiplinan,

untuk

menyampaikan

materi.

Melalui

keadilan dan tanggung jawab terhadap diri

lebih

mudah

sendiri dan orang lain, anak juga dilatih

memahami dan memaknai pesan-pesan

untuk berkomunikasi dan bersosialisasi

yang ingin disampaikan oleh guru. Dengan

dengan orang disekitarnya.

nyanyian

bernyanyi

anak

anak

akan

juga

untuk mengekspresikan

diberi
apa

wadah

yang

Secara keseluruhan, pendidikan

ada

seni melalui kegiatan bernyanyi membawa

dalam dirinya, apa yang dirasakan, baik itu

banyak manfaat dan respon positif yang

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

74
diterima oleh anak. Baik perkembangan

pembangunan negara ini dimasa yang akan

afektif,

datang.

kognif

serta

psikomotor.

Tugas orang tua adalah tetap

Pendidikan hanya memiliki satu tujuan,

melakukan bimbingan terarah agar anak

yakni

penerus

tetap pada jalan yang benar serta menjadi

bangsa yang dapat diandalkan untuk

anak yang berguna di masa depan kelak.

membangun

generasi

DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan.
Bandung : Rosda.
http://bintangbangsaku.com/artikel/.bernya
nyi
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/12
/pendidikan-seni-untuk-tamankanak-kanak
http://www.medicalera.com/index.phpopti
on=com_myblog&show=10manf
aat_bermain_alat_musik_bagi_an
ak-anak.html&itemid=314
Shepard, Philip. 2007. Peran Musik Dalam
Perkembangan Anak. Jakarta :
PT. Gramedia Pusataka Utama.

Sudjiono, Yuliani, Nurani. 2005. Metode


Pengembangan Kognitif. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni.
Bandung : ITB.
Pekerti,

Widia. dkk. 2008. Metode


Pengembangan Seni. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Rachmawati, Yeni dan Kurniati. 2010.


Strategi
Pengembangan
Kreatifitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak. Jakarta :
Kencana.

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.

75
MENGHENTIKANKEBIASAAN MEROKOK DENGAN BEHAVIOUR THERAPY
Syamsul Gultom
Abstrak
Merokok merupakan masalah besar yang harus kita tangani bersama karena rokok telah
menyebar di seluruh lapisan masyarakat sampai ke kalangan anak-anak dan remaja. Apalagi
rokok merupakan pintu masuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Salah satu cara menghentikan kebiasaan merokok adalah dengan behavior therapy.
Kata Kunci: kebiasaan merokok, behavior therapy, cara menghentikan
A. PENDAHULUAN
Merokok merupakan suatu masalah
sosial bukan hanya di Indonesia tetapi juga

Indonesia menghabiskan 215 milyar batang


rokok (Jawa Pos, 2005).

diseluruh dunia. Dewasa ini, Indonesia telah

Data diatas menunjukkan bahwa

menjadi salah satu produsen dan sekaligus

prilaku merokok sudah meluas disemua

konsumen

didunia.Data

lapisan masyarakat Indonesia dan cenderung

Depertemen Kesehatan menyatakan bahwa

untuk terus meningkat setiap tahunnya. Hal

konsumen rokok di Indonesia meningkat

ini memberi makna bahwa masalah merokok

secara konsisten sejak tahun 1970an. Data

merupakan masalah serius untuk ditangani

ini

merokok

bersama. Mengingat rokok memberikan

penduduk dewasa usia 15 tahun keatas

dampak dan resiko timbulnya berbagai

meningkat dari 26,9 persen pada tahun 1995

penyakit,

menjadi 33 persen pada tahun 2003.

kematian. Johnson (2005) dalam Jawa Pos

Peningkatan

oleh

(2005) menyatakan bahwa rokok merupakan

peningkatan jumlah perokok laki-laki yaitu

salah satu penyebab kematian terbesar

53, 4 persen menjadi 62,2 persen selama

didunia. Diduga hingga menjelang tahun

periode tersebut. Data WHO menjelaskan

2030,

lebih jauh, 59 persen laki-laki dan 3,7 persen

mencapai 10 juta orang pertahun. Dan pada

perempuan adalah perokok. Jika mengingat

tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari

jumlah penduduk Indonesia 218, 7 juta

70 persen kematian yang disebabkan oleh

maka ada 72 juta perokok di Indonesia. Data

rokok akan terjadi di negara berkembang.

rokok

menyebutkan

terbesar

prevalensi

tersebut

dipicu

WHO pada tahun 2002 menyebutkan bahwa

gangguan

kematian

kesehatan

akibat

bahkan

merokok

akan

Hal ini diperkuat dengan data Tim

Indonesia negara kelima pengkonsumsi

Penanggulangan

Masalah

Tembakau

rokok terbesar didunia. Setiap tahunnya

Departemen Kesehatan RI (2008) yang

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan

76
menyatakan pada tahun 2001 sebanyak 9,2

pertama karena sukses belajar merokok dan

persen dari 3320 kematian di Indonesia

kedua

disebabkan karena penyakit yang berkaitan

Sukses belajar merokok dimulai ketika

dengan

pertama kali menghisap rokok, asap rokok

rokok.

Secara

global

rokok

karena

pelampiasan

merupakan 8,8 persen penyebab dari semua

bukanlah

kematian pada tahun 2002. Konsumsi rokok

individu

membunuh satu orang setiap 10 detik. Selain

membiasakan diri dengan rasa asap rokok

itu

diperkirakan

yang pahit. Banyak orang menjadi perokok

menyebabkan kematian sekitar 2 persen

karena pada masa remaja mereka percaya

kasus stroke di Indonesia.

bahwa merokok adalah tanda kejantanan,

penggunaan

Selain

rokok

itu

rokok

juga

dapat

kenikmatan.

emosional.

merasa

Namun

harus

bisa

karena
merokok,

keberanian, kedewasaan atau identitas lelaki

menyebabkan penyakit seperti penyakit

sejati.

saluran pernapasan kronik, jantung, kanker

program pikiran ini. Individu tidak mau

dan lainnya. Sekitar 56-80 persen penyakit

dikatakan banci oleh teman-teman apabila

saluran

disebabkan

tidak berani merokok. Perusahan rokok

karena rokok termasuk bronkhitis kronis dan

(dengan sengaja atau tidak) juga telah

emfisema. Secara global, rokok bertanggung

menanamkan persepsi bahwa "rokok itu

jawab terjadinya 22 persen penyakit jantung

jantan" melalui berbagai iklan rokok yang

dan pembuluh darah. Serta menyebabkan

dibuat sangat bagus. Sifat remaja yang tidak

terjadinya 90 persen kanker paru pada laki-

mau diremehkan dan ingin dihargai adalah

laki dan 70 persen pada perempuan. Dan

faktor pendorong utama mengapa seseorang

bukan hanya merugikan bagi orang yang

belajar merokok.

pernapasan

kronik

Lingkungan

kita

menanamkan

juga

Prilaku merokok ini semakin kuat,

berbahaya bagi kesehatan orang lain yang

karena pikiran bawah sadar secara otomatis

menghirupnya.

rokok

menghubungkan berbagai aspek kehidupan

mengandung sesedikitnya 30 jenis polutan.

dengan aktivitas merokok. Individu sudah

dan

terbiasa merokok setelah makan, sambil

mengkonsumsinya,

sekitar

tetapi

Karena
60

zat

rokok
asap

penyebab

kanker

minum kopi, sambil bekerja, sambil nonton

(Sulistyowati, 2008).
(2008)

televisi, sambil ngobrol, sampai urusan

menyebutkan bahwa penyebab utama yang

pribadi di toilet pun rasanya tidak lengkap

membuat seseorang menjadi perokok adalah

tanpa rokok. Sampai tahap ini, rokok sudah

Hipnosis

Center

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan

77
menjadi bagian dari hidup. Lingkungan juga

menghabiskan rokok lebih banyak ketika

memperkuat

Melihat

sedang stress. Pelampiasan ini juga terjadi

banyak sekali perokok di sekitar individu

pada pencandu narkoba dan alkoholis.

yang juga melakukan hal serupa. Semua itu

Selain alasan ingin mendapatkan ketenangan

mendukung individu untuk terus merokok

dari

dan

mencoba narkoba, dan meminum minuman

prilaku

seolah-olah

merokok

mendapat

pembenaran

rokok,

individu

mulai

merokok,

Dengan

keras karena ingin merusak diri sendiri

penguatan lingkungan itu, maka individu

sebagai aksi protes terhadap masalah yang

merasa bahwa merokok adalah bagian dari

dihadapi.

bahwa

merokok

itu

wajar.

Dewasa ini upaya-upaya untuk

kehidupan yang wajar. Bahkan kebanyakan


pria

merasa

bahwa

merokok

adalah

mengurangi

permasalahan

rokok

telah

keharusan, karena jika tidak merokok dia

banyak dilakukan oleh pihak pemerintah

bukan pria. Menjadi perokok adalah hasil

tetapi

dari belajar membiasakan diri dengan rokok.

masyarakat.

Dan seseorang mau membiasakan diri

Indonesia juga telah menyatakan bahwa

dengan rokok karena dia terprogram oleh

rokok haram (terlarang) dikonsumsi, tetapi

lingkungan

kenyataannya masih banyak masyarakat

yang

menganggap

perokok

sebagai "orang hebat". Setelah tumbuh

hasilnya

belum

Bahkan,

tampak
Mejelis

oleh
Ulama

yang tidak mengindahkan fatwa tersebut.


Shubinsky

dewasa dengan prilaku merokok, perokok

(2006)

menyatakan

umumnya menyadari bahwa rokok sudah

bahwa ada 5 cara untuk menghentikan

memperbudaknya

prilaku

selama

ini.

Namun

merokok

yaitu;

Pertama

Cold

kebanyakan dari mereka merasa sudah

Turkey; merupakan metode yang digunakan

terlambat untuk berhenti merokok. Mereka

untuk mengubah diri, individu berhenti

merasa

tanpa menggunakan nicotine replecment

tidak

mungkin

bisa

berhenti

merokok.

seperti permen karet atau lainnya. Hasil riset

Penyebab kedua adalah karena


pelampiasan
kecendrungan

emosi.
untuk

Manusia

punya

mencurahkan

mengatakan bahwa metode ini merupakan


proses spontan yang membutuhkan motivasi

yang kuat untuk dapat mengubah prilaku.

melampiaskan emosi negatifnya kepada

KeduaNicotine Supplements; metode ini

seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa

menggunakan penggantian nicotine dalam

menenangkan

rokok melalui kulit (transdermal nicotine),

dirinya.

Perokok

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan

78
mukosa nasal (nicotine nasal spray) atau

pada perokok sangat membantu. Kelima

buccal mucosa (nicotine chewing gum),

terapi alternatif atau complementary yaitu

tujuannya

menurunkan

membantu merubah pikiran dan keyakinan

keinginan dan gejala withdrawal, tetapi

hidup dan belajar bagaimana mengatasi

harganya

adalah

untuk

mahal.

Ketiga

Penggunaan

stress tanpa rokok atau penggunaan zat

dan

Varenicline

terlarang lainnya. Contoh: akupunture, tai

Bupropion

(Zyban)

(Chantix);

Bupropion

digunakan

untuk

chi, yoga, hipnosis dan lainnya.

menurunkan keinginan untuk merokok. Juga

Shubinski (2006) menyatakan bahwa

menurunkan gejala depresi pada pasien,

salah satu intervensi yang dapat dilakukan

tetapi obat ini tidak direkomendasikan pada

untuk

individu dengan riwayat kejang atau eating

adalah behaviour therapy. Menurut Mallin

disorder.

yang

(2002), 70 persen perokok mengatakan akan

diresepkan dan berdampak pada otak dan

berhenti, tetapi hanya 7.9 persen yang dapat

mempunyai cara kerja yang sama dengan

melakukannya tanpa pertolongan terapi,

nicotine.

sedangkan 10.2 persen dengan pertolongan

Chantix

adalah

obat

Keempat, program stop merokok,

terapi

menghilangkan

kombinasi

prilaku

penggunaan

merokok

nicotine

tujuan program ini adalah untuk memotivasi

replacement, bupropion (Zyban) dan sosial

dan memberikan penguatan pada individu

dan

tentang

kombinasi

penghentian

konsumsi

rokok,

behavior
ini

therapy.

Penggunaan

menghilangkan

prilaku

dengan menggunakan cognitif behaviour

merokok pasien sampai 35 persen. Leshner

therapy.

tidak

(2002) juga menyebutkan bahwa behaviour

mendapatkan sukses yang tinggi karena

intervention merupakan bagian integral dari

pasien hanya berhenti merokok hanya

treatment

dengan

menghentikan

Tetapi

program

ini

mengkombinasikannya

dengan

medikasi. Akan tetapi behaviour therapy

yang

dilakukan

ketagihan

nikotine

untuk
pada

individu.

B. PEMBAHASAN
terapi

Behaviour therapy adalah suatu

Laraia, 2005). Terapi ini merupakan suatu

yang

bentuk

diberikan

untuk

merubah

intervensi

keperawatan

untuk

perilaku klien yang menyimpang sehingga

meningkatkan prilaku yang diharapkan atau

menjadi perilaku yang adaptif (Stuart &

menghilangkan

prilaku

yang

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan

tidak

79
diinginkan

dari

Behaviour

Cara mengubahkebiasaan merokok

therapy merupakan program yang paling

(1) Delaying tactics: coba berhenti untuk 1

efektif

hari.

dalam

seseorang.
menghentikan

prilaku

(2)

Fading
jumlah

techniques:
nikotin

coba

merokok

menurunkan

dengan

(http://www.chantixhome.com/smoking_ces

menggunakan permen karet atau dengan

sation.html).

menurunkan kadar nicotine atau tar atau

Menurut Shubinsky (2006), strategi

ubah jenis rokok yang sering dikonsumsi.

behavior therapy yang digunakan untuk

(3) subsitusi satu prilaku dengan prilaku

menghentikan prilaku merokok adalah (1)

lainnya yaitu permen karet, cereal, tusuk

Mencari faktor lingkungan yang menjadi

gigi, batang wortel dan exercise. Untuk

factor

predisposisi

terjadinya

prilaku

membuat sesuatu menjadi prilaku, maka

adalah

dengan

harus dilakukan. Kalau bisa melakukan beri

menghilangkan trigger dan benda-benda

tanda bintang. (4) Aversive conditioning;

yang berhubungan dengan prilaku merokok

mengubah stimulus (prilaku atau pikiran)

dari rumah (asbak rokok, korek api dan

negative dengan prilaku yang ingin dirubah.

lainnya) dan buatlah area rumah, tempat

Kebiasan

bekerja dan mobil menjadi kawasan bebas

muntah. Cara ini efektif tetapi harus diulang

rokok dan buatlah cara untuk mendapatkan

sampai pikiran-pikiran merokok menjadi

rokok

Mengidentifikasi

sesuatu yang memuakkan, dan muntah dapat

situasi dan perasaan yang memperkuat

beresiko terjadinya perdarahan dan aspirasi.

kesenangan untuk merokok, seperti prilaku

Fokus merokok diubah dengan memikirkan

merokok dengan teman-teman, sosialisasi

konsekuensi negative seperti masalah mental

dengan teman-teman yang merokok dan

dan fisik, menyebabkan terjadinya cedera

juga pasangan. Identifikasi situasi yang

pada oranglain, dicela oleh lingkungan

beresiko tinggi menyebabkan penggunaan

social, dilabel menjadi orang yang adiksi

rokok seperti penggunaan alcohol, setelah

atau budak, berpikir bahwa rokok adalah

makan, ketika menyetir atau ketika mood

sama

menurun. Monitor dan catat di catatan

contracting: membuat kontrak dengan diri

harian dengan mengidentifikasi hubungan

sendiri

antara trigger, situasi yang beresiko tinggi

pendek menghilangkan prilaku merokok. (5)

dengan prilaku merokok.

Positive Reinforcement; dasarnya adalah

merokok.

Caranya

menjadi

susah.

merokok

dengan
untuk

dihentikan

suicide.

dengan

Contingency

mencapai tujuan jangka

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan

80
pikiran dan prilaku positif dengan prilaku

yang tidak merokok, memberikan tips pada

yang diinginkan. Dengan cara berfokus pada

teman tentang cara penghentian rokok, dan

tujuan; mengidentifikasi dan menuliskan

bayangkan orang-orang akan mengatakan:

insentif pribadi dari penghentian merokok.

wow, bagaimana kamu dapat melakukannya

Berfokus pada reward personal; rencanakan

(6) Meningkatkan konsep diri, koping dan

reward dengan cost saving, pikirkan bahwa

tehnik

pasien dapat melakukan apapun dengan

bagaimana

uang itu, pikirkan tentang keuntungan dari

dirinya,

penghentian rokok terhadap hidup dan

menghadapi stress dan juga akan dilatih

kesehatan atau lainnya. Fokus pada reward

tehnik

sosial; bayangkan bahwa pasien diceritakan

melampiaskan emosinya pada hal-hal yang

oranglain ataun masyarakat sebagai orang

maladaptive.

relaksasi;
cara

koping
relaksasi

individu

diajarkan

meningkatkan
yang
agar

konsep

adaptif

dalam

individu

tidak

C. KESIMPULAN
Masalah rokok merupakan masalah

perlu upaya dari seluruh pihak, baik

yang sangat kompleks yang memerlukan

pemerintah, petugas kesehatan dan juga

upaya penanggulangan secara komprehensif.

masyarakat. Terapi yang efektif dilakukan

Hal ini karena rokok merugikan bagi

untuk

individu, keluarga maupun masyarakat dan

adalah behaviour therapy.

menghilangkan

prilaku

merokok

DAFTAR PUSTAKA
Megan dkk (2004). Strategies for Smoking
Cessation.

Dibuka

pada

http://www.chestnet.org/education/o
nline/pccu/vol15/lessons13_14/lesso
n13.php tanggal
Jam 19.00 WIB

20 Maret 2009

Anonim
(2008).
Smoking
Cessation
Treatments.
Dibuka
pada
http://www.chantixhome.com/smokin
g_cessation.htmltanggal20
Maret
2009 Jam 19.15
WIB
Tim Penanggulangan Masalah Tembakau
(2008). Tembakau: Dampaknya
Yang Merusak Kesehatan.
Dibuka
pada
http://langitan.net/?page_id=111
tanggal 20 Maret 2009 Jam 19.15
WIB
Shubinski (2006). Methods of Smoking
Cessation.
Dibuka
pada

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan

81
Therapies.
Dibuka
pada
http://www.aafp.org/afp/20020315/1
107.pdf tanggal 20 Maret 2009 Jam
20.30 WIB

http://wolfweb.unr.edu/homepage/sh
ubinsk/smokmet1.html tanggal 20
Maret 2009 Jam
19.15 WIB
Sulistyowati (2008). Lingkungan Bebas
Asap Rokok Demi Hak Asasi
Masyarakat.
Dibuka
pada
tanggalhttp://www.madinask.com/in
dex.php?option=com_content&task=
view&id=562&
tanggal
20
Maret 2009 Jam 20.00 WIB
Leshner (2001). Nicotine Addiction. Dibuka
pada
http://www.hooah4health.com/4you/s
toptobaccoshop/docs/nicotinerr.pdf
tanggal 20
Maret 2009 Jam
20.15 WIB
Mallin

(2002).
Smoking
Cessation:
Integration of Behavioral and Drug

Jawa

Pos (2005) . Dibuka pada


http.//www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe
/s1/hotl/2005/jiunkpe-nsf.
tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.45
WIB

Hipnosis Center (2008). Smoking Cessation


and
Hipnosis.
Dibuka
pada
http://www.hypnosis45.com/merokok
.htmtanggal 20 Maret 2009 Jam
21.00 WIB
Stuart & Laraia (2005). Principles and
Practice of Psychiatric Nursing. St:
Louis: Mosby Elsevier

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan

82
SUATU UPAYA DALAM PELAKSANAAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN SENI MUSIK BERBASIS PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER
BANGSA DI SEKOLAH - SEKOLAH MAUPUN LEMBAGA-LEMBAGA
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Danny Ivanno Ritonga
Abstrak
Salah satu bidang pendidikan yang berpotensi untuk mengubah moralitas peserta didik
adalah pendidikan seni. Berdasarkan hasil survei, sekolah-sekolah maupun lembagalembaga pendidikan di Indonesia perlu meningkatkan pengajaran pendidikan seni dengan
menggunakan paradigma sebagai berikut: materi pelajaran berakar dari budaya lokal bukan
dari budaya luar, pelajaran seni musik diajarkan sebagai upaya memberikan pengalaman
estetis bukan usaha mencetak seniman, dan pengajaran materi seni musik diiringi dengan
penanaman nilai atau makna tidak hanya sekedar belajar praktek, sehingga semua materi
seni musik yang diajarkan harus yang mengandung makna, bermakna, dan dibermaknakan.
Kata kunci : pembelajaran seni musik, pengajaran pendidikan seni musik, pendidikan
budaya dan karakter bangsa.
A. PENDAHULUAN
Persoalan karakter bangsa kita
kini menjadi sorotan tajam masyarakat.

hangat di media massa, seminar, dan di


berbagai kesempatan.

Sorotan itu mengenai berbagai aspek

Solusi yang banyak dikemukakan

kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan

untuk

di media cetak, wawancara, dialog, dan

mengurangi

gelar wicara di media elektronik. Selain di

melalui pendidikan. Pendidikan dianggap

media massa, para pemuka masyarakat,

sebagai alternatif yang bersifat preventif

para ahli, dan para pengamat pendidikan,

karena pendidikan membangun generasi

dan pengamat sosial berbicara mengenai

baru bangsa yang lebih baik dalam

persoalan karakter bangsa di berbagai

berbagai aspek yang dapat memperkecil

forum seminar, baik pada tingkat lokal,

dan

nasional,

masalah budaya dan karakter bangsa.

maupun

Persoalan yang
seperti

internasional.

muncul di masyarakat

mengatasi

masalah

mengurangi

Memang

atau

diakui

paling

tidak

tersebut

penyebab
bahwa

yakni

berbagai

hasil

dari

korupsi, kekerasan, kejahatan

pendidikan akan terlihat dampaknya dalam

seksual, perusakan, perkelahian massa,

waktu yang tidak segera, tetapi memiliki

kehidupan

daya tahan dan dampak yang kuat di

ekonomi

yang

konsumtif,

kehidupan politik yang tidak produktif,

masyarakat.

dan sebagainya menjadi topik pembahasan

pendidikan permasalahan karakter anak

Harapannya

melalui

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

83
bangsa bisa teratasi, akan tetapi hal

dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

tersebut tidak semudah membalik kan

Sedangkan penanaman nilai-nilai karakter

telapak tangan tentu banyak hambatan dan

merupakan

rintangan yang membutuhkan komitmen

karakter yang bisa diartikan sebagai usaha

bersama dari berbagai pihak.

sadar dan terencana untuk mewujudkan

Karakter

pendidikan

suasana serta proses pemberdayaan potensi

karakter

dan pembudayaan peserta didik guna

individu-individu yang membentuk bangsa

membangun karakter pribadi dan/atau

itu sendiri. Selama bangsa itu masih ada

kelompok yang unik-baik sebagai warga

maka pembentukan karakter dari individu-

negara, ada

individu tersebut akan terus berlanjut. Hal

karakter yang perlu ditanamkan dalam

ini berarti bahwa pembentukan karakter

proses

dari

bangsa

dari

dapat

dibangun

suatu

bagian

pembentukan

delapan belas

pembelajaran,

nilai-nilai

sebagai

berikut:

bangsa akan berlangsung terus menerus

Delapan belas nilai-nilai karakter

ditumbuhkembangkan melalui pendidikan

tersebut perlu juga ditanamkan sejak dini

pada

mulai

pendidikan

dari

lingkungan

keluarga

dan

masyarakat yang merupakan lingkungan


tumbuh

dan

muda.

Namun,

diharapkan
penggerak

berkembangnya
dunia

dapat
untuk

semua

jenjang

dasar,

mulai

tingkat

menengah,

hingga

pendidikan tinggi secara berkelanjutan.

generasi

Indonesia merupakan negara yang

pendidikan

kaya akan seni dan budayanya. Dari

menjadi

motor

berbagai

macam suku yang ada

di

memfasilitasi

Indonesia muncul beragam kesenian, seni

pembangunan karakter bangsa. Artinya,

tari dan musik, serta beragam budaya

delapan belas nilai-nilai karakter tersebut

daerah. Seni dan Budaya daerah yang ada

dalam pembentukan karakter bangsa dapat

di

Indonesia

mencerminkan

jati

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

diri

84
Bangsa Indonesia. Melalui kesenian dan

Sumatera Utara maupun di daerah lainnya

budaya yang ada di Indonesia orang akan

di Indonesia terancam punah karena tidak

kenal dengan Indonesia. Sebagai contoh,

ada lagi yang memainkannya. Permainan

jika seseorang bicara tentang tari serimpi,

tradisional tersebut sudah tergantikan oleh

pendet, reog ponorogo, tor-tor atau musik

permainan modern seperti video games

kolintang, gondang, gamelan, atau tentang

maupun playstation. Padahal permainan

batik, ulos maka semua orang langsung

tradisional seperti patok lele, congklak,

tahu bahwa seni dan budaya tersebut

galasin dan lain-lain memiliki keunggulan

berasal dari Indonesia. Seni dan Budaya

dibandingkan permainan modern, antara

yang ada di Indonesia tersebut perlu

lain permainan tradisional menimbulkan

diperkenalkan,

inisiatif, kreatif, rasa solidaritas atau

ditanamkan

kepada

generasi penerus bangsa agar tidak punah

kesetiakawanan,

dan muncul rasa cinta dan bangga akan

sesamanya. Sedangkan pada permaianan

budayanya.

modern akan menimbulkan rasa egoisme

Melalui

pendidikan

seni

di

dan

rasa

individualisme

empati

karena

kepada

permainan

sekolah diharapkan peserta didik akan

modern cenderung dimainkan oleh satu

mengenal, mencintai, dan memelihara seni

orang. Terlihat jelas bahwa dari permainan

dan budayanya. Sehingga pada saat seni

akan terbentuk karakter anak. Oleh karena

dan budaya asing masuk ke Indonesia

itu maka perlu dimasukkan permainan

diharapkan nilai-nilai seni dan budaya

tradisional dan seni budaya lainnya ke

Indonesia

dalam kurikulum pendidikan seni dan

tidak

luntur

dan

tetap

dipertahankan. Berbagai jenis permainan

memgimplementasikannya.

anak tradisional yang banyak tersebar di


B. PEMBAHASAN
Seni musik sebagai salah satu

adalah

pemberian

bidang yang diberikan di sekolah-sekolah

pengalaman

maupun lembaga-lembaga di Indonesia

penanaman sikap apresiasi dan ekspresi

merupakan disiplin ilmu berkaitan dengan

peserta didik melalui pendekatan : 1)

penanaman

dan

belajar dengan seni musik; seni musik

pengekspresian karya musik, serta rasa

dapat memberikan kesempatan kepada

berseni (sense of art). Dalam kurikulum

peserta didik mengekspresikan musik dan

yang diadakan saat ini dinyatakan bahwa

mengambil

pembelajaran seni musik pada dasarnya

pengekspresian

sikap

apresiasi

musik

bentuk-bentuk
dalam

pemahaman
musik

dari

rangka

proses
tersebut

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

85
(psikomotor), 2) belajar melalui seni

pembelajaran seni musik yang berbasis

musik; seni musik dapat membantu peserta

pendidikan budaya dan karakter bangsa.

didik penanaman nilai-nilai atau perilaku

Pendidikan budaya dan karakter bangsa

berdasarkan makna atau pesan yang

dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai

terkandung dalam seni musik itu sendiri

atau kebajikan yang menjadi nilai dasar

(afektif)

akan

budaya dan karakter bangsa. Kebajikan

membentuk karakter peserta didik, dan 3)

yang menjadi atribut suatu karakter pada

belajar tentang seni musik; seni musik

dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu

dapat

pada

pendidikan budaya dan karakter bangsa

peserta didik untuk mengetahui unsur-

pada dasarnya adalah pengembangan nilai-

unsur yang terdapat pada seni musik dan

nilai yang berasal dari padangan hidup

bahkan dapat memberikan pengetahuan

atau ideologi bangsa Indonesia, agama,

kepada

budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan

yang

pada

memberikan

peserta

akhirnya

kesempatan

didik

tentang

segala

sesuatu tentang alam (kognitif).

dalam

tujuan

pendidikan

nasional.

Salah satu upaya yang dapat


dilakukan adalah dengan meningkatkan
1.

Fungsi Seni Musik


Pembelajaran seni musik yang

mengungkapkan

ekspresi,

memberikan

dilaksanakan di sekolah-sekolah maupun

tantangan,

lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia

mengenalkan peserta didik pada sejarah

seharusnya sampai pada penanaman nilai-

budaya bangsa mereka sendiri.

melatih

disiplin

dan

nilai atau pengaplikasian sikap-sikap yang

Pembelajaran seni musik dapat

terdapat pada makna atau pesan yang

berfungsi sebagai stimulus bagi peserta

terdapat pada musik itu sendiri. Pendapat

didik untuk dapat peka dengan apa yang

para pakar pendidikan yang menyatakan

terjadi di lingkungan sekitar. Kepekaan

bahwa seni musik mempunyai peranan

yang dimaksudkan, yakni kepekaan untuk

yang penting dalam kehidupan seorang

bagaimana

peserta

yang

mungkin, sehingga tidak ada sesuatu hal

berpartisipasi dalam kegiatan seni musik,

pun yang merasa tidak terperhatikan.

selain dapat mengembangkan kreativitas,

Lewat seni musik peserta didik dapat

musik

merasakan

didik.

juga

Peserta

dapat

didik

membantu

harus

dan

berbuat

membuat

selembut

harmonisasi

perkembangan individu, mengembangkan

dengan lingkungan, baik itu lingkungan

sensitivitas, membangun rasa keindahan,

sosial diantara peserta didik, maupun

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

86
lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan

dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi

bangsa dan negara. Dengan kata lain seni

dan mengekspresikan keindahan serta

musik memberikan pembelajaran untuk

harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi,

menanamkan nilai-nilai kepekaan atau

baik dalam kehidupan individual sehingga

kepedulian antar sesama lewat pemahaman

mampu menikmati dan mensyukuri hidup,

terhadap makna atau pesan yang terdapat

maupun dalam kehidupan kemasyarakatan

pada lagu atau musik. Kepekaan dan

sehingga

kepedualian

kebersamaan yang harmonis.

yang

dimunculkan

dari

pemahaman terhadap makna atau pesan


lagu

yang

dipelajari,

nantinya

akan

mampu

menciptakan

Berdasarkan pendapat di atas,


dapat

simpulkan

bahwa

seni

musik

memberikan pemahaman tentang budaya

memiliki fungsi yang sangat sesuai dengan

dan karakter bangsa.

pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Depdiknas (2006 : 4) menyatakan

Pembelajaran

seni

bahwa seni musik tergabung kepada

keunikannya

dapat

kelompok

estetika

berharmonisasi baik dalam kehidupan

meningkatkan

individu, kehidupan sosial masyarakat,

mata

dimaksudkan

pelajaran

untuk

sensitivitas, kemampuan mengekspresikan

maupun

dan kemampuan mengapresiasi keindahan

bernegara.

2.

kehidupan

musik

dengan

membaur

dan

berbangsa

dan

Tujuan Seni Musik


Depdiknas

611)

menampilkan sikap apresiasi terhadap seni

musik

musik, 3) menampilkan kreativitas melalui

bertujuan agar peserta didik memiliki

seni musik, 4) menampilkan peran serta

kemampuan untuk : 1) memahami konsep

dalam seni musik dalam tingkat lokal,

dan

regional,

mengemukakan

3.

(2006

bahwa

pentingnya

seni

seni

musik,

2)

maupun

global.

Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa


Fungsi Pendidikan Budaya dan

pengembangan potensi peserta didik yang

Karakter Bangsa dapat berupa : 1)

lebih bermartabat, dan 3) penyaring,

pengembangan,

pengembangan potensi

penyaring difungsikan untuk menyaring

peserta didik untuk menjadi pribadi yang

budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa

perbaikan,

lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

berperilaku

baik,

(2)

memperkuat kiprah pendidikan nasional

budaya

untuk

bermartabat.

4.

bertanggung

jawab

dalam

dan

karakter

bangsa

Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

yang

87
Pendidikan Budaya dan Karakter
bangsa

bertujuan

untuk

mengembangkan

1)

potensi

biasanya dimiliki oleh peserta paduan


suara

(ansambel

mengembangkan

musik),

kemampuan

4)
peserta

kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

didik menjadi manusia yang mandiri,

manusia dan warga negara yang memiliki

kreatif, berwawasan kebangsaan. Hal ini

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Hal

dapat dilakukan dengan mempelajari dan

ini

memahami lagu-lagu wajib nasional dan

dapat

dicontohkan

dengan

pengembangan potensi atau minat seni

lagu-lagu

musik yang dimiliki peserta didik sebagai

internasional

media

mengembangkan

peserta didik menjadi mandiri, kreatif, dan

mengembangkan

dapat menjaga kelesatarian budaya bangsa

kebiasaan dan perilaku peserta didik yang

mereka sendiri, dan (5) mengembangkan

terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai

lingkungan kehidupan sekolah sebagai

universal dan tradisi budaya bangsa yang

lingkungan belajar yang aman, jujur,

religius. Hal ini sejalan dengan tujuan dan

penuh kreativitas, dan persahabatan, serta

ruang lingkup pembelajaran seni musik

dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan

yang bertujuan untuk memahami konsep

penuh kekuatan (dignity). Hal ini sejalan

dan pentingnya seni musik, dan dapat

dengan fungsi pembelajaran seni musik

berkiprah dalam pelestarian budaya baik di

yang menjadikan peserta didik sebagai

tingkat

seseorang yang peduli, sensitif/peka, serta

untuk

kepribadiannya,

2)

lokal,

internasional,

3)

regional,

maupun

menanamkan

jiwa

dapat

daerah,
yang

membuat

serta
dapat

lagu-lagu
menjadikan

harmonis

kepemimpinan dan tanggung jawab peserta

kehidupan

individu,

didik sebagai generasi penerus bangsa. Hal

masyarakat,

bahkan

ini dapat ditunjukkan melalui seorang

bernegara,

serta

pemimpin lagu yang memiliki ciri-ciri

kelesatarian

dengan

keluarga,

sosial

berbangsa
dapat

budaya

dan

menjaga
bangsa.

kepemimpinan dan tanggung jawab yang


5.

Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Ke Dalam


Pembelajaran Seni Musik
Selanjutnya

akan

dipaparkan

dengan pembelajaran seni musik, sebagai

secara global perpaduan nilai-nilai yang

berikut:

dikembangkan dalam pendidikan budaya

dan karakter bangsa yang disingkronkan

Religius, dapat dimunculkan pada saat


mengekspresikan lagu-lagu bertema

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

88
agama

dan

toleransi

antar

umat

pemilihan pemimpin lagu, penentuan

Jujur, dapat dimunculkan pada saat

jadwal latihan

mereka mengakui kesalahannya

tentang alat musik, cara bermain

Toleransi, dapat dimunculkan ketika

musik, bernyanyi

Semangat

Kebangsaan,

dapat

secara bersama, peserta didik selalu

dimunculkan

menghargai temannya dalam bermain

bersemangat ketika memainkan atau

musik atau bernyanyi dan berusaha

menyanyikan lagu-lagu wajib nasional

dengan

sikap

Cinta Tanah Air, dapat dimunculkan

Disiplin, dapat dimunculkan ketika

ketika peserta didik memainkan atau

memainkan atau menyanyikan lagu

menyanyikan lagu-lagu wajib nasional

sesuai dengan ketukan, tempo lagu,

dan

dan dinamik lagu, serta peserta didik

menyanyikan lagu wajib menunjukkan

datang tepat waktu

rasa

Kerja Keras, dapat dimunculkan ketika

mengaplikasikannya dalam kehidupan

peserta didik berusaha untuk berlatih

sehari-hari

dengan sungguh-sungguh

Rasa Ingin Tahu, dapat dimunculkan


ketika peserta didik mencari tahu

untuk tidak individual

memainkan atau menyanyikan lagu,

dalam bermain musik atau bernyanyi

Demokratis, dapat dimunculkan ketika

beragama
peserta didik merasa salah dalam

setelah

memainkan

atau

nasionalisme

Menghargai

Prestasi,

dapat

Kreatif, dapat dimunculkan dengan

dimunculkan

adanya inisiatif peserta didik untuk

menemukan temannya yang pintar dan

memperindah

mengembangkan

memberikan sikap apresiasi terhadap

permainan musik atau lagu yang

prestasi teman dengan cara salut dan

dimainkan/dinyanyikan

bertepuk tangan

dan

Mandiri, dapat dimunculkan ketika

ketika

dan

peserta

didik

Bersahabat/Komunikatif,

dapat

peserta didik diberikan kesempatan

dimunculkan

didik

untuk bermain musik atau bernyanyi

berkomunikasi dengan temannya, baik

secara individual, dan tidak tergantung

dalan bermain musik atau bernyanyi.

pada orang lain, serta dapat bermain

Contohnya : tetap mempertahankan

musik atau bernyanyi tanpa dibantu

suaranya menurut pembagian suara

orang lain

masing-masing ketika bernyanyi dalam

ketika

peserta

paduan suara
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

89

Cinta

Damai,

dimunculkan

Tanggung Jawab, dapat dimunculkan

ketika peserta didik berlatih dengan

ketika

baik tanpa mengganggu teman lain

menampilkan

yang sedang latihan

dengan lancar dan benar

peserta

didik berlatih
musik

Penanaman

Gemar Membaca, dapat dimunculkan

atau

dan

nyanyi

nilai-nilai

yang

ketika peserta didik membaca atau

terdapat dalam Pendidikan Budaya dan

menyanyikan teks lagu atau membaca

Karakter

notasi musik/lagu

ditambahkan dan dikurangi sesuai dengan

Peduli Lingkungan, dapat dimunculkan

kebutuhan para pengajar di sekolah-

ketika peserta didik menyanyikan lagu-

sekolah

lagu yang bertema lingkungan dan

pendidikan di Indonesia sebagai satuan

dapat

dalam

pendidikan dan masyarakat sebagai unsur

tetap

penunjang pendidikan, serta sesuai dengan

mengaplikasikan

kehidupan

dapat

sehari-hari

untuk

Bangsa

di

maupun

atas,

dapat

lembaga-lembaga

peduli terhadap lingkungan

hakekat

Peduli

dimunculkan

Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/KD).

ketika peserta didik memainkan atau

Meskipun demikian ada 5 nilai yang

menyanyikan

yang

diharapkan menjadi nilai minimal yang

bertemakan tentang kepedulian sosial,

dikembangkan di setiap sekolah, yaitu

dan mengaplikasikan lagu tersebut

nyaman,

dalam kehidupan sosial mereka

tangguh/kerja

6.

Sosial,

dapat

lagu-lagu

materi

jujur,

peduli,

Standar

cerdas,

dan
keras.

Langkah Pembelajaran Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya dan Karakter


Bangsa
Pelaksanaan pembelajaran seni

perkembangan fisik, daya pikir, dan minat

musik memiliki keunikan, persiapan dan

peserta didik, 2) mampu menjadikan

rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh

peserta didik sebagai media pengungkapan

para

pengajar. Rambu-rambu tersebut

perasaan, pikiran, isi hari peserta didik, 3)

dimaksudkan agar para pengajar tidak

mampu memberikan kesempatan bagi

memaksakan kemampuan peserta didik

perkembangan kreativitas berfikir dan

dalam bermusik/bernyanyi. Rambu-rambu

kreativitas seni, 4) mengakomodir dunia

ini dapat diartikan sebagai karakteristik

peserta didik, 5) ritme dan pola melodinya

bermusik/bernyanyi peserta didik. Secara

pendek, sehingga dapat dengan mudah

umum karakteristik pembelajaran seni

untuk ingat dan dipahami, 6) mengandung

musik

unsur-unsur musik seperti tempo, dinamik,

adalah

1)

sesuai

dengan

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

90
interval, dan ekspresi yang dapat diolah

Pembelajaran,

dan dikuasai oleh peserta didik dan lain-

(tahap kegiatan awal, tahap kegiatan inti,

lain, 7) memberikan kesempatan untuk

dan tahap kegiatan akhir), dan penilaian

bergerak mengikuti musik, 8) pemberian

pembelajaran,

teori berbaur kedalam praktik/pengalaman

pengaplikasian

seni musik dengan perbandingan 30% teori

karakter bangsa. Penanaman nilai-nilai

dan 70% praktik, 9) lebih mengutamakan

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

latihan dan proses.

yang

musik

langkah

pembelajaran

serta

mengakomodir

nilai-nilai

dikembangkan

budaya

dalam

dan

proses

Pelaksanaan pembelajaran seni

pembelajaran seni musik tidak dilakukan

tidak

terpisah, akan tetapi nilai-nilai tersebut

terlepas

dari

perangkat

pembelajaran yang tertuang dalam sebuah

tergabung

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

pembelajaran.

yang

dipaparkan salah satu contoh langkah

berpedoman

pada

Standar

ke

dalam

langkah-langkah

Selanjutnya

akan

Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD)

pembelajaran

yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat

pendidikan budaya dan karakter bangsa,

Satuan Pendidikan (KTSP), Indikator,

sebagai berikut:

seni

musik

berbasis

Tujuan Pembelajaran, Sumber dan Media

No.

1.

Tahap
Pembelajaran
Seni Musik

Kegiatan Pembelajaran Seni Musik

Kegiatan Awal

Pembelajaran dilakukan oleh si pengajar dengan mengecek


kehadiran peserta didik dan kesiapan peserta didik untuk
belajar, menyiapkan ruangan, dan menyiapkan media
pembelajaran.
Pembelajaran dilanjutkan dengan membangkitkan skemata
peserta didik melalui pengalaman bermain musik atau
bernyanyi yang pernah dialami peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Pengajar membuka skemata peserta didik
dengan melakukan tanya jawab dan menggiring serta
mengarahkan peserta didik tentang topik yang akan dipelajari.
Pengajar menyapa peserta didik dan menanyakan keadaan
peserta didik dan setelah itu si pengajar memberikan
pertanyaan yang menggiring peserta didik ke topik pelajaran
yang akan dipelajari
Selanjutnya pengajar berusaha untuk memancing dan
menumbuhkan motivasi peserta didik dengan lagu-lagu lain
yang disukai peserta didik. Sehingga peserta didik gembira
dan menunjukkan semangat dalam bermain musik atau
bernyanyi. Pengajar melanjutkan kegiatan membuka skemata
peserta didik dengan memberikan pertanyaan tentang
pengalaman peserta didik mengenai notasi lagu. Hampir
seluruh peserta didik tahu tentang notasi lagu.
Pengajar melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu.
Pengajar menghidupkan media player (alat pemutar
mp3/DVD/VCD Player) dan serentak perhatian peserta didik
terarah pada lagu yang diperdengarkan seraya menebak judul
lagu yang diperdengarkan dan peserta didik memainkan atau

Nilai-Nilai Pendidikan
Budaya dan Karakter
Bangsa

Disiplin, peduli lingkungan,


kerja keras, dan tanggung
jawab

Rasa ingin tahu

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

91

No.

2.

Tahap
Pembelajaran
Seni Musik

Kegiatan Inti

Kegiatan Pembelajaran Seni Musik


menyanyikan lagu tersebut dengan ekspresi mereka masingmasing. Beberapa peserta didik mengikuti lagu dengan
melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan kemauan mereka.
Pengajar mematikan (turn off) media player dan melakukan
tanya jawab dengan peserta didik tentang lagu yang
dimainkan. Setelah itu si pengajar memusatkan perhatian
peserta didik dan memerintahkan untuk mencatat notasi dan
lagu wajib nasional.
Pembelajaran pada tahap kegiatan inti dilanjutkan pengajar
dengan memajang notasi dan lirik lagu wajib nasional yang
diperdengarkan kepada peserta didik sebagai panduan bagi
peserta didik untuk membaca dan memainkan atau
menyanyikan lagu pada pembelajaran seni musik dan
kemudian si pengajar meminta peserta didik untuk mencatat
notasi dan lirik lagu yang dipajang si pengajar di depan kelas.
Setelah selesai mencatat si pengajar memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memperhatikan dan
mengidentifikasi notasi dan lirik lagu yang di pajang. Peserta
didik memperhatikan notasi dan lirik lagu tersebut. Setelah
beberapa saat, pengajar memberikan pertanyaan seputar notasi
dan lirik lagu. Kemudian pengajar melanjutkan pembelajaran
dengan memberikan pertanyaan yang memandu peserta didik
menemukan unsur-unsur yang terdapat pada lagu tersebut.
Pengajar memberikan penjelasan tentang notasi dan lirik lagu
wajib nasional. Pengajar menjelaskan teori tentang notasi lagu
seperti not-not yang membentuk sebuah lagu, tempo lagu, cara
memainkan atau menyanyikan lagu dengan ekspresi yang
sesuai dengan makna atau isi lagu. Teori juga diberikan di
sela-sela latihan.
Pengajar memimpin diskusi untuk menemukan makna atau
pesan yang terdapat pada lagu. Hal ini dilakukan untuk
memberikan arahan tentang bagaimana cara mengekspresikan
lagu.
Kemudian peserta didik berlatih bermain musik atau
bernyanyi dengan terlebih dahulu melakukan pemanasan
suara, dan selanjutnya membunyikan simbol not secara
bersama sama. Hal ini dilakukan dengan menirukan bunyi
notasi yang dibacakan si pengajar.
Pengajar memodelkan cara memainkan atau menyanyikan
solmisasi di depan kelas dan peserta didik disuruh untuk
mengikuti perlakuan pengajar. Pengajar memandu latihan
sesuai dengan urutan notasi angka (dari do rendah ke do tinggi
dan kembali turun dari do tinggi ke do rendah) secara
berulang-ulang sampai peserta didik dapat menemukan dan
merasakan perbedaan ketinggian masing-masing not seperti 12-3-4-5-6-7-1 (dibaca: do,re, mi, fa, sol, la, si, do) dan turun
kembali dari 1-7-6-5-4-3-2-1 (dibaca: do, si, la, sol, fa, mi, re,
do). Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang, hingga
peserta didik dapat menirukan solmisasi dengan nada yang
tepat.
Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan membaca notasi.
Notasi angka yang dibaca oleh peserta didik, pada awalnya
terdengar tidak kompak dan nadanya banyak yang tidak sesuai
dengan ketinggian nada (pitch) dan mutu suara (vokal) yang
diproduksi oleh peserta didik masih terdengar lengking dan
kurang bulat. Pengajar membantu peserta didik sambil
menyuarakan notasi ini dengan suara yang agak keras dan
jelas. Sehingga peserta didik membunyikan notasi lagu sudah
berangsur-angsur tepat dan menyanyikan lagu dengan suara
yang lantang.
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan latihan membaca
notasi lagu wajib dengan tempo yang sesuai dengan tanda
tempo yang terdapat pada lagu. Peserta didik menirukan

Nilai-Nilai Pendidikan
Budaya dan Karakter
Bangsa

Gemar membaca

Rasa ingin tahu

Demokratis

Kerja keras, dan tanggung


jawab

Disiplin, rasa ingin tahu,


toleransi, kerja keras, dan
tanggung jawab

Disiplin

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

92

No.

Tahap
Pembelajaran
Seni Musik

Kegiatan Pembelajaran Seni Musik


notasi yang dibacakan si pengajar. Pengajar membacakan
notasi lagu yang terdapat di papan tulis, potongan demi
potongan dan pengajar memandu dengan mengetuk-ngetuk
papan tulis dengan rol. Peserta didik menirukan notasi angka
yang dibaca oleh si pengajar. Latihan ini dilakukan secara
bersama-sama dimulai dari awal sampai akhir lagu dan
dilakukan secara berulang-ulang sampai terbentuk efek rasa
musik (sense of music).
Pengajar melakukan pembelajaran dengan menirukan lagu
atau potongan not yang akan dinyanyikan dan setelah itu
peserta didik diminta untuk mengikuti lagu yang dimodelkan
oleh si pengajar.
Pengajar membagi peserta didik menjadi 4 kelompok
berdasarkan urutan banjar meja dan kursi peserta didik.
Peserta didik yang berada pada banjar paling kanan adalah
kelompok 1, peserta didik yang berada di sebelah kiri
kelompok 1 adalah kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4.
Masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang dengan
jenis kelamin yang berbeda. Latihan dilanjutkan dengan
membagi notasi lagu menjadi empat bagian sesuai dengan
jumlah kelompok belajar peserta didik.
Peserta didik ditugaskan untuk melakukan latihan membaca
notasi dan menyanyikan lirik lagu secara berkelompok
berdasarkan notasi dan lirik lagu yang telah dibagi oleh
pengajar. Tugas latihan adalah kelompok 1 membaca dan
menyanyikan lirik lagu yang terdapat pada kalimat ke 1 lagu,
kelompok 2 ditugaskan latihan kalimat ke 2 lagu, kelompok 3
melakukan latihan kalimat ke 3 lagu, dan begitu juga
kelompok 4 melakukan latihan membaca notasi dan
menyanyikan lirik lagu yang terdapat pada kalimat ke 4 lagu.
Latihan membaca notasi dan menyanyikan lirik lagu
dilakukan secara bergantian yang dimulai dari kelompok 1,
kelompok 2, kelompok 3, dan terakhir kelompok 4 dengan
materi, seperti : 1) peserta didik membaca notasi lagu model
secara berulang-ulang. Hingga pada setiap diri peserta didik
mulai terbentuk efek wirasa dan wirama terhadap melodi lagu,
dan 2) setelah itu peserta didik menyanyikan lirik lagu.
Latihan ini juga dilakukan secara berulang-ulang sampai lagu
ini dibawakan dengan tepat dan benar, serta sesuai dengan
tempo lagu.
Ketika proses latihan, suasana kelas menjadi ribut dan
masing-masing kelompok bersaing untuk menyelesaikan
latihan mereka. Kelompok yang satu tidak mau ketinggalan
dengan kelompok yang lain. Dan si pengajar kewalahan untuk
menenangkan peserta didik supaya melakukan latihan dengan
sedikit tenang. Pengajar memberikan bimbingan bagaimana
cara latihan.
Latihan dilakukan dengan bimbingan si pengajar yang
mendatangi kelompok belajar peserta didik. Setiap kelompok
dipandu dalam membaca not dan menyanyikan lirik lagu yang
sesuai dengan tempo lagu. Dan setelah notasi dan lirik lagu
dinyanyikan dengan tepat dan benar dan sesuai dengan tempo
lagu, maka dilanjutkan dengan latihan pada kelompok
berikutnya, hingga semua kelompok melakukan latihan
terhadap potongan notasi dan lirik lagu. Setelah semua
kelompok selesai melakukan latihan, maka dilanjutkan dengan
penampilan masing-masing kelompok untuk uji coba.
Pengajar melakukan uji coba terhadap penampilan masingmasing kelompok dalam 2 tahap, yaitu : 1) uji coba notasi,
dan 2) uji coba lirik. Pengajar membimbing peserta didik
menyanyikan notasi dan lirik lagu yang dimulai dari
kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4 secara
berurutan dan tidak terputus. Setelah penampilan kelompok 1,

Nilai-Nilai Pendidikan
Budaya dan Karakter
Bangsa

Kerjasama

Toleransi, dan cinta damai

Kerjasama

Tanggung jawab,
demokratis

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

93

No.

3.

Tahap
Pembelajaran
Seni Musik

Kegiatan Akhir

Nilai-Nilai Pendidikan
Budaya dan Karakter
Bangsa

Kegiatan Pembelajaran Seni Musik


maka dilanjutkan dengan penampilan kelompok berikutnya.
Setelah selesai melakukan penampilan secara keseluruhan,
dilakukan tanya jawab tentang lagu atau nyanyi yang
ditampilkan dengan panduan si pengajar.
Proses uji coba selesai dilakukan, dilanjutkan dengan
penampilan lagu yang sesungguhnya secara mandiri atau
tanpa bimbingan pengajar. Pengajar memposisikan diri
sebagai dirigen/conductor (pemimpin lagu) yang sebelumnya
diminta kesediaan peserta didik untuk memimpin lagu.
Peserta didik membaca notasi dan memainkan atau
menyanyikan lirik lagu sesuai dengan efek rasa yang
terbentuk dalam diri mereka terhadap lagu yang akan
dimainkan atau dinyanyikan. Penampilan yang dilakukan oleh
masing-masing kelompok dengan cara mengurutkan
penampilan dari kelompok 1 sampai kelompok 4. Notasi yang
dinyanyikan kelompok 1 bersambung ke kelompok 2, ke
kelompok 3, dan berakhir pada kelompok 4. Dengan kata lain
penampilan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok
saling berhubungan sehingga jika didengar hasilnya maka
akan terbentuklah lagu yang utuh.
Pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menanggapi penampilan yang dilakukan secara berurutan
dalam sebuah diskusi. Peserta didik saling mengomentari
penampilan.
Setelah peserta didik selesai melakukan penampilan diskusi, si
pengajar menyuruh peserta didik untuk memperbaiki susunan
bangku seperti sedia kala, dan peserta didik duduk kembali
seperti semula.
Pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan refleksi dengan
bimbingan si pengajar. Pengajar memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengungkapkan hal apa saja yang
telah mereka perdapat dari pembelajaran yang sudah
dilakukan.
Kemudian si pengajar merangkum dan menyimpulkan semua
pendapat yang dikemukakan oleh peserta didik dan sekaligus
si pengajar menyempurnakan pendapat peserta didik. Setelah
diberitahukan kesimpulan pembelajaran, si pengajar
menyuruh peserta didik untuk mencatat kesimpulan
pembelajaran yang dituliskan di papan tulis. Semua peserta
didik mencatat kesimpulan pembelajaran
Sebelum menutup pembelajaran, si pengajar memberikan
tugas kepada peserta didik untuk berlatih di rumah terhadap
cara membaca notasi, menyanyikan lirik lagu yang sesuai
dengan tempo lagu.

Pembelajaran seni musik berbasis

12)

gemar

Demokratis

Jujur, toleransi, disiplin,


kerja keras, cinta tanah air,
bersahabat/ komunikatif,
cinta damai, tanggung
jawab, kreatif, dan mandiri

Jujur, dan demokratis

Demokratis

Kerja keras dan tanggung


jawab

membaca,

13)

peduli

pendidikan budaya dan karakter bangsa di

lingkungan, dan 14) tanggung jawab.

atas

nilai-nilai

Keempat belas nilai tersebut diaplikasikan

pendidikan budaya dan karakter bangsa

pada proses pembelajaran, dan menjadi

yang dikembangkan, yakni : 1) jurur, 2)

sasaran para pengajar di sekolah-sekolah

toleransi, 3) disiplin, 4) kerja keras, 5)

maupun lembaga-lembaga pendidikan di

kreatif, 6) mandiri, 7) demokratis, 8) rasa

Indonesia.

terdapat

empat

belas

ingin tahu, 9) cinta tanah air, 10)


bersahabat/komunikatif, 11) cinta damai,

Dalam

pengajaran

pendidikan

seni musik perlu dilakukan juga upaya

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

94
penggalian

nilai-nilai

atau

pencarian

kemungkinan tujuan pendidikan seni yang

makna. Hal ini bertujuan agar peserta didik

meliputi dua aspek pengembangan yakni

tidak hanya belajar seni musik dari

cerdas secara intelektual dan moral, dapat

cangkang saja, tapi juga dari isi. Tatkala

tercapai dengan baik.

peserta didik dapat mengaitkan isi dari

Ada

tiga

hal

yang

perlu

pendidikan seni musik dengan pengalaman

diperhatikan dalam pengajaran pendidikan

mereka

seni musik di sekolah-sekolah maupun

sendiri,

itu

berarti

mereka

menemukan makna. Menurut Johnson

lembaga-lembaga

(2006 : 35), mampu mengerti makna dari

upaya dalam mencetak peserta didik yang

pengetahuan

melestarikan seni tradisi lokal dan mampu

dan

keterampilan

akan

pendidikan

sebagai

menuntun pada penguasaan pengetahuan

menerapkan

dan

demikian,

mencangkup pemahaman terhadap akar

apabila peserta didik mampu menemukan

budaya lokal, pemahaman pengajaran seni

dan

sebagai

keterampilan.
mengerti

Dengan

makna-makna

yang

nilai-nilai

lokal,

pengalaman

yakni

estetis,

dan

terkandung dalam pendidikan seni melalui

kemampuan

materi-materi pengajaran kesenian yang

menerapkan

diberikan,

menutup

tersembunyi dalam seni tradisi lokal.

Salah satunya merupakan bukti

mengarah pada perbaikan kualitas diri,

dari kegagalan para pengajar atau pendidik

yang diniati sebagai rasa tanggungjawab

seni

cenderung

pribadi untuk menjaga keutuhan budaya

menerapkan seni berbasis luar negeri

sendiri. Karena telah jelas hukumnya,

daripada seni berbasis dalam negeri. Ada

bahwa perubahan itu mesti dimulai dengan

beberapa kemungkinan para pendidik seni

segala

musik tidak mengarahkan peserta didik

apapun resikonya.

1.

maka

tidak

dalam

menemukan

makna-makna

dan
yang

Penguatan Akar Budaya

musik

yang

lebih

usaha

mengubah

diri

sendiri,

kepada pengenalan seni tradisi atau budaya

Kedua, kurangnya minat untuk

setempat. Pertama, kurangnya kompetensi

menularkan seni budaya lokal. Adapun

dalam seni budaya lokal. Persoalan ini

pendidik seni yang mampu dan cukup

telah lama terngiang di lapangan, yang

berkompeten dalam seni budaya lokal,

disayangkan, para pendidik seni musik

namun kehilangan spirit kelokalannya.

yang menyandang predikat ini tidak ada

Tidak

upaya untuk merenovasi diri. Idealnya,

pandidik seni musik yang pada awalnya

mereka

gencar mengamalkan seni tradisi lokal,

melakukan

pergerakan

yang

jarang

penulis

temukan,

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

para

95
kini berubah haluan menjadi misionaris

banyak didemonstrasikan hanya bagian

dalam penyebaran budaya luar. Ada

kulitnya

sesuatu yang hilang pada diri mereka,

lokalnya yang merupakan intisari, atau

antara

sebuah

lain

memudarnya

hubungan

emosional atau ikatan psikologis dengan

saja,

sementara

panduan

way

of

nilai-nilai
live

tetap

terbungkus utuh dalam kemasannya.

seni tradisi setempat. Di sini tampak ada

Dengan situasi dan kondisi seperti

yang terlupakan, bahwa seni budaya lokal

di atas, maka upaya untuk menumbuhkan

itu bagian dari tradisi lokal, dan tradisi

peserta didik yang berbasis budaya lokal

lokal itu melahirkan buah-buah kehidupan

dengan dinaungi kecerdasan dalam hal

yang disebut keluhuran budi atau kearifan.

intelektual dan moral, dapat berbuah

Jadi,

ikatan

kegagalan. Oleh karena itu, satu-satunya

dengan budaya lokal sama saja dengan

cara yang mesti ditempuh oleh para

melepaskan diri dari kearifan lokal.

pendidik

orang

yang

melepaskan

seni

musik

yang

memiliki

Ketiga, kurangnya pendalaman

predikat seperti disebutkan di atas, yakni

terhadap kekayaan nilai-nilai dalam seni

kembali membenahi diri dan menjelma

budaya lokal. Masyarakat Indonesia yang

sebagai penanam benih nilai-nilai lokal,

terdiri dari banyak etnik dengan puspa

untuk melakukan penguatan akar budaya

ragam seni tradisinya tentu menawarkan

pada peserta didik. Karena jika benih yang

kekayaan nilai-nilai lokal yang banyak

ditanam tersebut tumbuh mengakar kuat

pula. Salah satu kelemahan para pendidik

dan pohonnya menjulang tinggi, maka

seni

tidak

tidak menutup kemungkinan akan terlahir

mempelajari seni tradisi secara tuntas.

para generasi penerus yang berbudaya

Yang mereka pelajari kebanyakan bagian

lokal, namun siap berpetualang untuk

luarnya saja, sementara bagian dalamnya

mengarungi samudera kehidupan yang

tetap utuh tidak terjamah. Akibatnya, yang

kian mengglobal.

2.

musik

adalah

terbiasa

Pengalaman Estetis
Kekeliruan

di

pemahaman terhadap arti seniman itu

kalangan pendidik seni musik di sekolah-

sendiri. Pada umumnya, kata seniman

sekolah

memiliki penyempitan makna sehingga

pendidikan

maupun
di

yang

terjadi

lembaga-lembaga

Indonesia,

antara

lain

hanya

dianalogikan

sebagai

seorang

memandang pengajaran seni musik sebagai

tukang saja. Misalnya, seniman gitar

upaya mencetak musisi atau seniman.

dapat berarti tukang petik (pemain gitar),

Sementara itu, tengah terjadi kekeliruan

dan seniman tari dapat berarti tukang nari

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

96
(penari). Akibatnya, peserta didik yang

seseorang secara rasa pada sesuatu. Peserta

sejak dini sengaja diarahkan untuk menjadi

didik yang lebih banyak mendapatkan

seorang seniman, maka pada akhirnya

pengalaman

hanya akan menjadi seorang tukang saja.

kemungkinan akan lebih peka untuk

Lebih parahnya, karena belajar seni identik

memberikan penilaian dan merasakan

dengan

seorang

sesuatu dibandingkan dengan peserta didik

seniman, tidak sedikit orang tua yang

yang kurang mendapatkan pengalaman

melarang anaknya untuk belajar seni

estetis. Dengan demikian, pendidikan seni

khususnya

dalam tataran pendidikan dasar memiliki

banyak

pencalonan

seni

peserta

menuju

musik.

menutup

tugas untuk mengantarkan peserta didik

mendapatkan pengalaman estetis, sehingga

menuju gerbang pengalaman estetis dan

kurang memiliki kehalusan rasa. Padahal

menenggelamkan

pengalaman

membantu

dalamnya, sehingga pada suatu saat nanti

memberikan pengembangan peserta didik

mereka dapat menjadi manusia yang

baik

memiliki

estetis
segi

yang

tidak

kurang

dari

didik

Dampaknya,

estetis

dapat

psikomotor,

kognitif,

maupun afektif.

mereka

kecerdasan

sedalam-

intelektual

keindahan

dan
moral.

Salah satu tujuan dari pengalaman


estetis
3.

adalah

melatih

daya

sentuh

Menggali Makna
Banyak nilai-nilai kearifan yang

yang isi liriknya berkaitan dengan nilaiKedua,

melalui

dapat digali dan dimaknai dari seni tradisi.

nilai

Dalam

di

apresiasi seni. Apresiasi dilakukan untuk

pendidikan dasar, penggalian nilai dapat

mencari makna-makna yang tersembunyi

dilakukan melalui berbagai cara. Pertama,

di balik pertunjukan seni. Hal ini bersifat

melalui pembelajaran teks dan kontekstual.

multi tafsir sehingga tugas pendidik seni

Dalam hal ini, tugas seorang pengajar atau

adalah memaknai kembali pertunjukan

pendidik seni musik adalah menyediakan

seni

konteks. Sasarannya adalah peserta didik

dengan

dapat memahami teks yang dipelajari

mengkomunikasikannya dengan peserta

untuk

didik. Ketiga, melalui pemilihan karya

pendidikan

kemudian

seni

musik

dipahami

dan

kearifan

dengan

lokal.

cara

nilai-nilai

Dalam

hal

menghubungkannya
kearifan,

ini,

kemudian

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

seni.

pendidik

Hal ini dapat disiasati salah satunya

melakukan pemilihan terhadap berbagai

dengan mempelajari lagu daerah setempat

macam genre seni, untuk dicari yang

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

seni

97
sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal.

tahap ini pendidik seni dan peserta didik

Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan

memberikan penilain terhadap semua jenis

peserta

diberi

kesenian, untuk diambil jenis mana yang

melakukan

sesuai dengan norma-norma setempat, 3)

ini

lebih

tahap

dapat

pendidik seni dapat mengimplementasikan

didik,

kesempatan
penilaian.

artinya
untuk

Agar

sistematis,

mereka

ikut

kegiatan

maka

pemilihan

implementasi,
klasifikasi

pada

ini

dilakukan dengan mengambil prosedur

hasil

sebagai berikut : 1) tahap eksplorasi, pada

kepada peserta didik. Dengan cara ini,

tahap ini pendidik seni dan peserta didik

peserta

mengumpulkan informasi berbagai macam

memahami

jenis kesenian, 2) tahap klasifikasi, pada

terkandung dalam berbagai jenis kesenian.

didik

dan

tahap

menerapkannya

diharapkan

tentang

mampu

nilai-nilai

yang

C. PENUTUP
Dari hasil pembahasan di atas,
dapat

disimpulkan

untuk

diberikan dengan pengintegrasian nilai-

meningkatkan pembelajaran seni musik

nilai pendidikan budaya dan karakter

dalam membangun dan mengembangkan

bangsa ke dalam langkah pembelajaran

budaya

seni

dan

diperlukan
pembelajaran

bahwa

mengembangkan kepribadian peserta didik

karakter

peserta

terobosan

atau

yang

berbasis

didik
inovasi

musik

peningkatan

yang

inovatif.

Sehingga

pembelajaran seni

musik

pada

berbasis pendidikan budaya dan karakter

pendidikan budaya dan karakter bangsa

bangsa dapat mengembangkan budaya dan

dengan penanaman dan pengaplikasian

karakter peserta didik. Hal ini sekaligus

nilai-nilai yang dapat mengembangkan

dapat menjadi suatu alternatif dan solusi

budaya dan karakter peserta didik di

untuk memecahkan permasalahan krisis

kehidupan sehari-hari, baik di kehidupan

budaya dan karakter yang mengancam

individu,

bangsa Indonesia.

sekolah,

sosial/masyarakat

maupun di kehidupan berbangsa dan

Sebagai upaya menghasilkan para

bernegara. Untuk itu diperlukan langkah-

peserta didik yang memiliki kecerdasan

langkah pembelajaran yang mengakomodir

intelektual dan keindahan moral, salah

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Hal

satunya

ini

pengajaran pendidikan seni di sekolah-

dapat

diaplikasikan

dengan

pembelajaran yang inovatif.

sekolah

dapat
maupun

dilakukan

melalui

lembaga-lembaga

Pembelajaran seni musik yang

pendidikan di Indonesia dengan berbasis

sarat akan pengaplikasian nilai-nilai untuk

tradisi/budaya lokal. Oleh sebab itu,

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

98
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

mencari atau mengggali nilai dari berbagai

para pengajar atau pendidik seni musik

genre

khususnya

berikut.

pembelajaran teks dan kontekstual, 2)

Pertama, materi pelajaran pendidikan seni

apresiasi seni, dan 3) pemilihan karya seni

musik harus berasal dari budaya lokal

yang dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu:

bukan dari budaya luar. Kedua, pelajaran

tahap eksplorasi, tahap klasifikasi, dan

seni

upaya

tahap implementasi. Dengan demikian,

memberikan pengalaman estetis bukan

diharapkan peserta didik dapat menjadi

usaha untuk mencetak seniman secara

generasi

utuh. Ketiga, pengajaran materi seni musik

menanamkan

harus diiringi dengan penanaman nilai atau

berwawasan global, sehingga siap sedia

makna tidak hanya sekedar belajar praktek

dalam

bermusik. Oleh karena itu, pengajaran seni

perkembangan zaman.

musik

adalah

sebagai

diajarkan

sebagai

seni

melalui

tiga

penerus

yang

kearifan

menghadapi

cara

1)

mampu

lokal

perubahan

dan
atau

musik dapat dilakukan dengan jalan


D. DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Mata
Pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan. Jakarta : Puskur.

Dewantara, Ki Hadjar. (1962). Pendidikan.


Yogyakarta : Taman Siswa.
Johnson, Elaine. B. (2006). Contextual
Teaching and Learning. Bandung
: Mizan Learning Center.

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan

99

UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI OLAHRAGA


PERMAINAN KECIL PADA SISWA SD
Dewi Endriani, Indah Verawati
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan karakter melalui olahraga permainan
kecil pada siswa sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas IV SD
Negeri 101815 Kec. Sibiru-biru, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. Jumlah Subjek yang
terlibat dalam penelitian ini adalah 32 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan Uji-t. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan pembentukan karakter melalui olahraga permainan kecil
dengan F = 1.122 dan p = 0.293 (p>0.05). berdasarkan hal tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini diterima.
Kata Kunci : pembentukan karakter, olahraga permainan kecil
A. PENDAHULUAN
Salah satu indikator kemajuan
dan

kualitas

suatu

bangsa

adalah

dan mendapatkan perhatian khusus di


dalam dunia pendidikan khususnya di

perkembangan moral generasi penerusnya

Indonesia

(Likona,

kasus

perguruan tinggi. Di negara lain, seperti

kenakalan dan isu-isu masalah moral yang

Amerika, China, Jepang, Korea dan Turki

terjadi pada remaja bahkan anak-anak

pendidikan

sangat kompleks

dalam kurikulum sekolah dasar (Eric, LU

1992).

Sekarang

ini

dan meprihatinkan.

Dimulai dari kasus sederhana ketidak

yang

diterapkan

karakter

sudah

dalam

diterapkan

dkk, 2004;Likona, 1994).


Permasalahan adalah bagaimana

jujuran, tawuran hingga kasus penikaman

menumbuhkan pendidikan karakter sejak

yang dilakukan anak sekolah dasar.


penyimpangan

dini diIndonesia dimana Indonesia sendiri

perilaku dari anak-anak maupun anak

belum mengimplementasikan kurikulum

muda menunjukkan lingkungan psikologis

berkarakter

dan sosiologis yang kurang mendukung

Menumbuhkan jiwa yang berkarakter pada

bagi perkembangan karakter anak (Likona,

anak

1992). Selain lingkungan dan keluarga,

pembelajaran sosial dan emosional (SEL)

sekolah adalah salah satu families in terms

yang tidak terlepas dari perkembangan

untuk menumbuhkan pendidikan yang

fisik, mental, dan emosi (Santrock, 2002).

jujur, adil, terbuka, peduli, dan tanggung

Menciptakan

jawab(Halit, 2011; Bohlin dkk, 2001).

learning (SEL)dan character education

Menumbuhkan

yang

(CE) dapat distimulus melalui sebuah

berkarakter merupakan suatu isuhangat

kegiatan atau skenario pembelajaran dalam

Rentannya

pendidikan

salah

di
satunya

social

sekolah
adalah

and

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan

dasar.
dengan

emotional

100
pendidikan

jasmani

(Santrock,

2002).

mengimplementasikan

nilai-nilai

Permainan kecil adalah salah satu bentuk

kejujuran, peduli, kerjasama, tanggung

permainan tidak hanya mengandalkan fisik

jawab,

tetapi dalam permainan kecil, siswa dapat

membangun sosial emosional positif anak.

adil,

terbuka

sehingga

dapat

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan Apakah Melalui Olahraga
Permainan Kecil dapat membentuk Karakter Pada Siswa SD
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Meminimalisir
moral

penyimpangan

ataupun

perilaku

nilai

melalui skenario pembelajaran olahraga

yang

permainan

menyimpang pada siswa sekolah dasar.


2. Menumbuhkan
emosional

yang

terciptanya

jiwa

perilaku

sosial

positif

menuju

berkarakterdengan

social and emotional learning (SEL)

kecilpadasiswa

sekolah

dasar.
3. Menghasilkan

sebuah

pembelajaran

melalui pendidikan jasmani yang dapat


menciptakan

siswa

yang

memiliki

karakter bagi siswa sekolah dasar.

D. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
sekolah dasar kelas IV SD Negeri 101815

tanggal 23 April 2012 sampai dengan


tanggal 07 Juli 2012.

Kec. Sibiru-biru, Kab. Deli Serdang, pada


2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, Metode
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah

metode

Metode

eksperimen

eksperimen

serta

meramalkan

pada

tingkat tertentu.

lapangan.

lapangan

hasil-hasilnya

Dalam penelitian ini dilibatkan

adalah

dua variabel, yakni : (1). Variabel bebas

metode yang hendak menemukan faktor-

adalah Olahraga Permainan Kecil (2).

faktor sebab akibat, mengontrol peristiwa-

Variabel

peristiwa dalam interaksi variabel-variabel

Karakter.

terikat

adalah

Pendidikan

3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara

pendidikan karakter dalam bentuk

bertahap dengan tahapan sebagai berikut;

skala

a. Tahap

penelitian untuk mencari Validitas dan

1.

persiapan

pembuatan

instrument penelitian yang membahas

serta

menguji

Reliabilitas.

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan

Instrumen

101
b. Tahap 2. Merancang bentuk olahraga

d. Tahap

permainan kecil setiap minggunya.

Implementasi

Olahraga

Permainan kecil kepada siswa guna

c. Tahap 3.Melakukan Pre test atau tes


awal.

4.

membangun karakter siswa.


e. Tahap 5. Melakukan Post test atau tes
akhir

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data


Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis uji-t dengan
menggunakan program SPSS 16,00 for windows.
5. Hasil Penelitian
Deskripsi Subjek Penelitian
Jumlah Subjek pada penelitian ini adalah 32 orang, yang terdiri atas 16 orang laki-laki dan 16
orang perempuan
6. Hasil Uji Asumsi
Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan

sebesar 0.181 dengan p = 0.009 (p > 0.05).

dalam penelitian ini adalah uji

Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukan

kolmogorov-smirnov

data berdistribusi normal.

dengan taraf

signifikan = 0.05. Menghasilkan Z K S


Uji Homogenitas
Hasil Uji homogenitas dengan
menggunakan Levenes Test for Equality

dan p = 0.293 (p>0.05). Hal ini


menunjukan bahwa data bersifat homogen.

of Variance menunjukan nilai F = 1.122


Uji Hipotesis
Hasil

Uji

dalam

terhadap pembentukan karakter terbukti

penelitian ini yang berbunyi bahwa ada

dalam penelitian ini yang ditunjukkan oleh

pengaruh

nilai p=0,000 (p,0,05).

olahraga

Hipotesis
permainan

kecil

E. PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan di SD
ini

dengan

metode

karakter yang terbukti secara signifikan.

penelitian

Permainan kecil adalah salah satu bentuk

menunjukan bahwa ada pengaruh olahraga

permainan tidak hanya mengandalkan fisik

eksperimen

menggunakan

permainan kecil terhadap pembentukan

semu,

hasil

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan

102
tetapi dalam permainan kecil, siswa dapat

dapat

mengimplementasikan

positif

nilai-nilai

mengembangkan
dari

kejujuran, peduli, kerjasama, tanggung

kecerdasan

jawab,

emosional.

adil,

terbuka

sehingga

dapat

anak

aspek

dan

kinestetik

pribadi

membangun

dan

kecerdasan

membangun sosial emosional positif anak.

Siswa SD berada pada fase masa

Perilaku sosial emosional yang

kanak-kanak yang merupakan fase yang

positif atau social and emotional learning

penting

anak

melalui

dikarenakan

pendidikan formal dan informal yang

memperoleh

dapat dirancang dan diintegrasikan dalam

keterampilan

skenario

Pembelajaran

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

diterapkan

terciptanya sebuah karakter pada anak

dilingkungan sekolahsalah satunya melalui

salah satunya adalah lingkungan sosial dan

mata

lingkungan psikologis. (Licona, 1992).

dapat

sosial

ditumbuhkan

pembelajaran.
emosional

dapat

pelajaran pendidikan jasmani dan

olahraga (Zins dkk, 2004).

untuk

pembentukan

pada

masa

ini

anak

pengetahuan
dari

dan

lingkungannya.

Menumbuhkan

Pendidikan jasmani tidak hanya

karakter

karakter

ada

baiknya dimulai pada usia anak-anak (age


dari

keluarga

dan

sekolah,

semata mengolah keterampilan fisik saja

school)

namun

keluaraga berperan untuk menumbuhkan

di

terkandung

dalam

kegiatan

nilai-nilai

yang

jasmani
dapat

kondisi

lingkungan

psiklogis

yang

diinternalisasi siswa untuk pengembangan

menyenangkan bagi si anak. Sekolah juga

emosional anak dan karakter anak (Zins

memiliki peran dalam membntuk karakter

dkk, 2004). Pendidikan jasmani dan

anak, bukan hanya dari segi kognitif

olahraga sebagai alat untuk membantu

ataupun orientasi untuk mendapatkan nilai

siswa mengembangkan sosial emosional

tinggi saja tetapi menerapkan pada si anak

dan

bagaimana

akhirnya

dapat

menumbuhkan

mengamalkan

ilmu

Pendidikan

pengetahuan yang ada implementasi ilmu

jasmani pada siswa sekolah dasar melalui

pengetahuan untuk memiliki kesadaran

permainan kecil adalah salah satu upaya

pada bangsa, terhadapa diri sendiri, dan

dalam membangun sosial emosional di

menginternalisasi nilai-nilai luhur, nilai-

antara anak. Melalui permainan kecil,

nilai kebajikan dan membiaskannya dalam

siswa belajar untuk bertanggung jawab,

kehidupan sehari sehingga pendidikan

kerjasama, jujur, disiplin, perduli dengan

berkarakter

lingkungan sekitar dan hal lainnya yang

memfokuskan

karakter

bermutu

lainnya.

lebih

mengarah

kepada

F. KESIMPULAN
1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan

dan

perubahan.

103
Berdasarkan hasil penelitian dan

signifikan Pembentukan Karakter Melalui

analisis variansi data diperoleh kesimpulan

Olahraga Permainan Kecil Pada Siswa SD.

sebagai berikut : Terdapat pengaruh yang


G. SARAN
Berdasarkan

dari

2. Untuk menjadi suatu pertimbangan,

hasil penelitian maka peneliti mengajukan

bahwa tidak hanya di mata pelajaran

saran-saran sebagai berikut :

pendidikan jasmani saja pendidikan

1. Kepada pengajar, selain memperhatikan

karakter diterapkan, tetapi dalam mata

materi

kesimpulan

pembelajaran

harus

pelajaran lainnya juga dapat diterapkan.

perkembangan

3. Kepada peneliti selanjutnya untuk

psikologis anak sehingga pembentukan

meneliti pada ruang lingkup yang lebih

karakter siswa dapat terbentuk dengan

luas

baik ditingkat Sekolah Dasar , Sekolah

pembentukan karakter melalui olahraga

Lanjutan, Perguruan Tinggi dan dalam

permainan kecil, yang diterapkan pada

kehidupan selanjutnya.

waktu, lokasi dan sampel yang berbeda

memperhatikan

juga

dan

mendalam,

mengenai

dengan penambahan variabel bebas.


DAFTAR PUSTAKA
Bohlin, K.E., Farmer, D, & Ryan, K
(2001).Building Character in
Schools: Resource Guide. San
Fransisco. Teaching Exceptional
Children Plus Vol. 2 Issue 1,
September 2005.
Chrisiana, W (2005). Upaya Penerapan
Pendidikan
Karakter
bagi
Mahasiswa:
http://puslit.petra.ac.id/journals/in
dustrial. UKP
Elias, Maurice. (2003). Academic and
Social
Emotional
Learning.
Brussels, Belgium: International
Academy of Education (IAE)
Retrieved December 4, 2003,
from http://www.ibe.enesco.org.
Eric, LU., &Nicholas, S (2004) Character
Education Patnership Defining
and Understanding Character
Education.Diakses
darihttp://www.character.org/reso
urces/qanda/
Haling, A.S., Meerah, T.S.M, (2012) The
Development
of
Character

Education
Curriculum
for
Elementary Schools Students.
International on Social Science
Economics & Art Vol.02 No.04.
Halit, K. (2011) Transfer of Values in the
Turkish and Western Childrens
Literary
Works:
Character
Education in Turkey. Academic
Journals Educational Research
and Reviews Vol.6 pp.472-480,
June 2011.
Josephson, M (2005). Character Counts:
The Basic Primer on Using the
Six Piliiars of Character to Make
Better Decisions and Better
Life.Wes
Hanson.Josephson
Institute
Likona, T. (1992) Educating For
Character: How Our Schools
Cant
Teach
Repect
and
Responsibility.
New
York.
Bantam Book.
Liputan
6
diakses
dari
(http://berita.liputan6.com/read/3

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan

104
77976/polisi-periksa-temanpelaku-penikam-syaiful 2012).
Masngudin
HMS,
Dikutip
dari
http://www.depsos/Puslitbang/
Mark T. Grenberg; Roger P. Weissberg;
Mary Utne OBrien; Joseph E.
Zins; Linda Fredericks dan Hank
Resnik; Maurice J. Elias; (2003)
(Enhancing
School-Based
Prevention
and
Youth
Development
Through
Coordinated Social, Emotional
and Academic Learning. Journal
American
Psychologist
Association Vol. 58 No 6/7 466474.
Munir, Abdullah, 2010. Pendidikan
Karakter: Membangun Karakter
Anak Sejak dari Rumah,
Yogyakarta : Pedagogia.
Santrock,
J.W
(2002)
Life-Span
Development
(Perkembangan
Masa Hidup) Penerbit Erlangga.
Jakarta
Seputar
Indonesia
diakses
dari
http://berita.seputar
indonesia.com/read/377976
Zins, JE,. R.B Michelle,. Weissberg, R.P,.
Walberg,
H.J,.(2004)Building
Academic Succes on Social and
Emotional Learning.Columbia
University New York and
London.Teachers College Press.

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan

105

PENEKANAN UNSUR DEKORATIF MELALUI APLIKASI ORNAMEN ULOS


BATAK TOBA PADA PERANCANGAN BUSANA
Yetty Pangaribuan
Abstrak
Perancangan busana ada beberapa indikator yang menjadi pertimbangan dalam produksi
busana yaitu : 1. unsur struktur 2. Unsur fungsi, 3. Unsur dekoratif. Masing-masing
indikator ini telah menjadi standar yang baku untuk menghasilkan busana yang baik. Suatu
busana yang memiliki tampilan baik mensaratkan pemilihan letak garis struktur dan fungsi
yang tepat, namun hal ini perlu diimbangi dengan aspek dekoratif, sehingga hasil akhir
tampilan suatu busana menjadi lebih baik. Unsur dekoratif berfungsi untuk memperindah
struktur, penekanan unsur dekoratif pada busana ini menggunakan ornamen ulos batak toba.
Yang mana ulos merupakan ciri khas kebudayaan Batak Toba tradisioal yang berwujud
kebudayaan (kongrit) yang ditenun sebagai kerajinan tangan Ragam hias dalam masyarakat
tradisional batak disebut ornamen. Ragam hias yang disebut ornament pada ulos batak
adalah corak yang terdapat pada tenunan ulos . Ulos adalah selembar kain yang ditenun
sebagai kerajinan tangan oleh wanita batak dengan berbagai pola dan aturan-aturan
Kata Kunci : 1 Ornamen 2 Ulos Batak
A. PENDAHULUAN
Beragamnya
Indonesia,

suku

menjadikan

bangsa

beragam

di
pula

Sumatera Utara khususnya batak , para


disainer

sudah

membuatkan

berbagai

pemilikan peninggalan sejarah kebudayaan

model dari

yang

sekarang ini sudah saatnya diperkenalkan

tak

ternilai

artefak

artefak

bahan tenunan

ulos, dan

peninggalan budaya masyarakat batak

disain busana pada bahan tekstil

polos

terdiri atas budaya teraga dan tidak teraga.

dengan ditail

motif

Artefak teraga

corak ulos batak

misalnya

tradisional, patung-patung, dan

bangunan
ukiran,

bersulam

dengan

guna

semakin

memperkenalkan budaya batak.

serta ulos, sedangkan artefak yang tidak

Seperti

yang

dinyatakan

teraga berupa musik, tarian, upacara adat

Djoemena (2000) semakin meningkatnya

dan sebagainya.

peradaban, keahlian,

Meskipun merupakan peniggalan

keterampilan serta

perkembangan teknologi, maka ditemukan

budaya yang memiliki nilai tinggi namun

beraneka

masyarakat

seperti wol, sutra, kapas dan bermacam

batak

melestarikannya

tetap

berupaya

salah satuya adalah

macam

ragam bahan penutup tubuh


bahan

sintetis lainnya

yang

melalui busana. Karena bahan ulos sudah

disebut tekstil, baik yang dibuat melalui

semakin tampil di dunia fashion, selain

alat tenunan mesin maupun

untuk lebih memperkenalkan

bukan

daerah

alat tenan

mesin. Dengan demikian

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

minat

106
masyarakat dalam mengkonsumsi pakaian
menjadi

meningkat

pesat,

hal

ini

Beragam disain yang ditawarkan


oleh butik tersebut diasumsikan begitu

dibuktikan dengan munculnya busana jadi

pesatnya

(busana siap pakai) yang menawarkan

disain dirasakan penting, karena proses

beragam model yang mempunyai hiasan.

disain adalah suatu proses kreatif, tidak

Kenyataan ini ini didukung oleh sejumlah

terkecuali

industry busana seperti garmen maupun

semakin tampil di dunia fashion, selain

butik

untuk lebih memperkenalkan daerah batak

lokal

yang

relatiif

banyak

sehingga

menjadikan

peran

busana dari bahan ulos yang

bermunculan, bila dilihat secara umum

, jenis kain tenunnya

desain yang ditawarkan didominasi oleh

bervariasi mulai dari yang murah sampai

busana beragam aspek dekoratif.

yang mahal, namun corak yang ada pada


tenunan

dan

ulos

harganya

tetap

sama

B. PEMBAHASAN
1. Ornamen Ulos Batak
yang ada pada kain strimin, belacu,

Ornamen
Ornamen berasal dari kata ornare
bahasa Latin

yang berarti hiasan atau

dekorasi

sering

dekoratif

atau

juga

terjadi karena proses penenunan atau cara


pembuatan kain itu sendiri. 2. Ornament
applied

yang

digunakan atau diterapkan pada bahan /

ditambahkan secara sengaja dan diatur

benda yang akan dihias dan berfungsi

letaknya pada kain . Ornamen berfungsi

untuk memperindah penampilan benda

untuk

tersebut

bentuk

hiasan

disain

ini

yaitu

merupakan

disain

disebut

beludru, corduroy dsb. Ornamen

karya

seni

menambah nilai estetis dari bahan

yaitu

diciptakan untuk

Terdapat

empat

macam

pakaian yang masih polos yang akhirnya

ornament applied yaitu : 1) Ornamen

akan menambah nilai financial dari pakain

geometris 2) , Ornamen organs, 3)

tersebut.

ornamen
Ornamen ada dua macam, yaitu

stilasi, dan

4) Ornamen

gabungan ketiganya. yaitu a. Ornamen

(a) ornament structural dan (b) ornament

geometri

applied. Ornamen

pada desain hiasan

motifnya diambil dari bentukbentuk yang

busana dan lenan rumah tangga, dapat

ada dalam ilmu ukur, seperti bentuk

diartikan sebagai berikut :1. Ornament

bulatan, segi empat, segi tiga, segi lima ,

structural

setengah lingkaran dan sebagainya. Dari

yaitu yang terjadi atau ada

padakain itu sendiri,

misalnya tekstur

ialah ornamen

yang bentuk

bentuk bentuk tersebut dapat diperoleh

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

107
motif hias dengan cara :1) Menjejerkan

Ulos adalah selembar kain yang

atau mengelompokkan bentuk tersebut

ditenun sebagai kerajinan oleh wanita

dengan jarak tertentu 2) Membagi atau

dengan berbagai pola dan aturan-aturan.

memecahkan bentuk dan sebagainya. b.

Ulos merupakan ciri

Ornament organis bersifat naturalistis,

Batak Toba

menggambarkan

secara

kebudayaan artefaks (konkrit). Sebelum

alamiah,

misalnya : manusia, binatang,

masuknya agama Kristen pada masyarakat

rumah,

pohon,

Batak Toba, ulos

sebagainya.

bentuk

benda

bunga,

daun

Ornament

dan

organis

diresapi

khas kebudayaan

tradisional

adalah

berwujud

benda yang

oleh suatu kualitas/kekuatan

ragam

magis religius. Oleh karena itu, banyak

hiasnya dari bentuk alam, dimana manusia

larangan dan pantangan yang tidak boleh

sebagai bagian dari alam semesta tidak

diabaikan ketika proses penenunan karena

dapat melepaskan diri dari lingkungan

diberkati

kehidupannya. c. Ornament

stilasi

Panjangnya harus tertentu, jika tidak, dapat

(renggaan) ragam hias jenis ini, dibuat

mambawa maut dan kehancuran pada

dengan mengubah atau menyederhanakan

tondi atau roh sipenerima ulos. akan

bentukbentuk yang diambil dari alam.

tetapi,

Penyederhanaan bisa dalam hal bentuk,

aturan berupa ukuran dan pola tertentu

pewarnaan maupun detailnya. Dalam hal

maka ulos akan dapat dijadikan sebagai

ini sekalipun bentuknya sudah diubah atau

pembimbing dalam kehidupan.(Sirait.B,

disederhanakan, bentuk asalnya masih

1980)

menampilkan

sumber

pokok

dapat dikenali. Benda alam yang banyak


distilasi yaitu : binatang, tumbuhan,
manusia, rumah, dan pemandangan. d.
Ornament gabungan merupakan bentuk
gabungan dari ketiga macam ornament
tersebut di atas. Desain hias ornament

dengan

kekuatan

keramat.

jika ulos dibuat sesuai dengan

Ragam hias dalam masyarakat


tradisional batak yang disebut
ornamen yaitu yang berbentuk
pola atau motif, maka jika hanya
sebagai titik titik, garis garis yang
tidak berbentuk gambar bukanlah
disebut
ornamen tetapi dapat
dikatakan sebagai hiasan saja atau
dekorasi .

gabungan akan memberikan keleluasaan


Ada beberapa jenis pola ragam

untuk memvariasikan jenisjenis ornament


dalam suatau desain hias yang menarik
sesuai dengan tujuan penggunaan desian
hias tersebut.
Ulos Batak

hias yaitu 1. Pola lajur atau tepi 2. Pola


Simetris 3 Pola sudut atau pola pojok 4.
Pola memusat 5. Pola. Memancar 6 Pola
geometris
tersebut

.Dari beberapa jenis pola


pola geometris

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

adalah pola

108
corak ulos batak
batak toba

Dalam kamus budaya

pada ulos besar ragiidup, c) sibolang, ragi

ada macam macam motif

hotang, kebanyakan dipakai pada pinggir

ragam hias antara lain: :a) Hotang-hotang

ulos,

yaitu garis-garis horizontal dan atau

bertolak belakang

vertical dari benang merah atau putih,

biasanya ditempatkan ditengah maupun

corak ini biasanya ditempatkan di pinggir

dipinggir

ulos. b) Gunduk Pahu

motif

yang

ulos

menyerupai

pakis

c) Andor andor,
dan

sebagainya.

yaitu terdapat

Contoh ornament ulos Batak

2. Aspek Dekoratif pada Busana


Aspek dekoratif (desain hiasan)

dengan

strukturnya,

memberikan

pada busana berfungsi untuk memperkaya

kesederhanan, hiasan sesuai dengan hiasan

permukaan desain strukturnya. Jadi setiap

strukturnya.

garis, warna atau bahan-bahan lain yang

Konteks

pembahasan

aspek

dipergunakan pada desain struktur dengan

structural

tujuan untuk lebih mempertinggi mutu.

menggunakan

(Davis, Marian 1980) Suatu benda kadang-

idealnya lebih mempertimbangkan mutu

kadang memerlukan tambahan hiasan,

kualitas bahan, bukan malah sebaliknya

apabila hiasan strukturnya sederhana, baik

banyaknya hiasan justru membuat si

indah dan sesuai dengan fungsinya, tidak

pemakainya

menjadi soal apakah hiasan itu pada vas,

berjalan. Pemilihan ragam hias batak

pakaian, kursi, maupun ruangan, desainnya

adalah suatu cara membuat busana tampil

harus

beda, semakin selektifnya memilih ragam

memenuhi

syarat-syarat;

tidak

berlebihan, letak hiasan harus sesuai

hias,

pada

busana

ornamen

kelihatan

tampilan

busana

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Batak

seperti

akan

dengan
Toba

obor

lebih

109
berbicara. Penggunaan Ornamen ulos

visualisasidari karakter disain modern dan

batak memberikan kesempatan yang lebih

tradisional adalah : Modern terdiri dari

luas untuk berkreasi, mampu menciptakan

Fungsional, Dinamis, Efektif, Efisien dan

busana yang memiliki keunikan heritage.

teknologi, sedangkan Tradisional terdiri

Namun

dari : Ornamental, simbolis, tegas, keras,

tetap

dengan

penuh

syarat

(tradisi).

magis, dan dramatis, dengan demikian


Unsur tradisi inilah yang akan

unsure unsure tradisi inilah yang akan

membentuk identitas dari disain busana .

membentuk identitas dari disain busana.

seperti yang diungkap oleh Davis (1980).


3. Proses Kreatif
Konsep perancangan busana ini

hiasnya

atau

ornament

digunakan

adalah modern dan tradisional. Istilah

warna merah, putih, dan hitam yang

modern

merupakan cirri khas warna tradisi

berarti sekarang, merujuk pada

sesuatu yang baru, sedangkan tradisi


dalam pengertian yang sederhana yaitu

suku batak.
d. Konsep

material,

material

yang

sesuatu yang sejak lama dan menjadi

digunakan adalah bahan tekstil polos

bahagian dari kehidupan suatu kelompok

yang pemeliharaannya dapat dicuci

masyarakat.

dan di setrika , dan benang sulam

Nilai nilai tradisi memiliki peran

sebagai

penerapan

ornamennya

yang sangat penting dalam perkembangan

sehingga benar benar busana tersebut

masyarakat batak dimana yang menjadi

mempunyai unsure dekorat

komponen komponen disainnya terdiri dari

Letak hiasan pada busana adalah

a. konsep bentuk , yang diambil adalah

pada a) Bagian pinggiran busana yaitu

bentuk dari ornament ulos, yaitu

Pola lajur tepi merupakan pola yang

bentuk geometris.

diterapkan dalam menghias salah satu

b. konsep gubahan ,

dari selembar kain

bagian dari tepi busana misalnya bagian

yang dililitkan pada tubuh (pemakaian

tepi kelim . perulangan-perulangan motif

ulos),

yang

akan di jadikan suatu disain

membentuk

untaian

lurus atau

model busana, menjadi busan yang

berombak maksudnya

mewah.

atau pinggiran berada pada batas dimana

c. konsep warna. Warna yang digunakan

batas tersebut berupa

ragam hias tepi


dua garis lurus

terdiri dari arna hitam, merah tua untuk

maupun garis melengkung. Lebar dari

bahan utama busana sesuai dengan

garis batas menentukan lebarnya hiasan

warna ulos, sedangkan untuk ragam

pinggiran. Hiasan harus digambar di dalam

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

110
kedua garis batas dan tak boleh sampai

dengan bentuk garis leher sehingga motif

melebihinya sehingga kesannya

baik.

tersebut lebih memperindah bentuk 5)

Dengan, selesainya motif di didisain, garis

kerah, 6) bagian bawah rok, 7) bagian

batas yang sebetulnya merupakan garis

bawah

pertolongan, yang boleh saja di hapus. b)

sebagainya.. Contoh gambar

Bagian bidang busana terdiri di 1) Letak

yang akan di terapkan.

bagian

pusat,

letak pada tengah pusat

blus,

8)

bagian

lengan

dan

motif ulos

Ornamen sebagai ragam hias

berada disekitar bagian pinggang jika

diterapkan

model gaun, pas dada pada blus , pada

penghias busana juga memiliki nilai

bagian tengah muka memanjang dari atas

simbolis tertentu didalamnya yaitu norma

sampai pinggang bahkansampai bawah

adat,

rok,2) bagian tengah sisi, 3) bagian sudut,

penempatannya pada busana

4)

yaitu motif diletakkan

juga oleh norma norma adat untuk

disekitar garis leher yang mengikuti

menghindari timbulnya salah pengertian

bentuk garis antara lain bulat oval, segi

akan makna atau nilai simbolis yang

empat, segi lima dan sebagainya, karena

terkandung di dalamnya. Contoh gambar

itu kita harus menyesuaikan bentuk motif

model dengan hiasan ornament ulos.

garis leher,

selain

karena

itu

mempunyai

bentuk

Contoh gambar disain busana dengan motif

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

fungsi

motif

dan

ditentukan

111
C. PENUTUP
Suku batak adalah salah satu suku

Untuk

tetap

memperkenalkan

yang tersebar di Negara Indonesia, dengan

daerah batak pada suku suku lain di

kekayaan peninggalan sejarah yang sangat

Indonesia corak uolos batak yang indah

tinggi yaitu berupa artefak teraga dan

dan unik yang disebut ornamen dijadikan

artefak tidak teraga. Ulos termasuk bagian

sebagai unsur dekoratif atau detail pada

artefak teraga

busana

simbolik,
banyak

yang mempunyai

arti

dimana bahan utama busana

Bahan tenunan ulos sudah

adalah bahan katun polos (bukan tenunan

didisain menjadi suatu model

ulos batak) dengan memadukan unsur

busana namun karena bahan tenunan ulos

modern

dan

tradisioal.

yang tidak tahan cuci dan setrika sehingga


penggunaan busana menjadi terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Djoemena (2000) . Dasar dasar Disain.
Jakarta.
Depdikbud
Marian.L.Davis (1980). Visual
Design in Dress, Englewood Cliff
,
New
Jersey
Mary Thomas, 1969. Embroidery
Book. New York.
Gramercy
Muliawan, Porrie . (2002).
Menggambar Mode Busana.
Jakarta : Gunung Mulia

Pangaribuan Yetty (2011). Disain Ragam


Hias. Unimed,
Ritu. 1998. Lates Neck Designs, Delhi,
Nishi
Sirait Baginda (1980) Pengumpulan dan
Dokumentasi Tradisional Di
Sumatra
utara
Pempropsu . Laporan Penelitian
Wasia

Roesbani.1982.Ketrampilan
Menghias Kain.BandungAngkasa.

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

PETUNJUK BAGI PENULIS

1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas
A4 sepanjang 10 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out)
sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.
2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori,
aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.
3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab
dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan
tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada
awal subbab, dicetak miring dan tebal)
4. Artikel hasil penelitian memuat :
a. Judul
b. Nama Penulis
c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil penelitian : 50 80
kata)
d. Kata-kata kunci)
e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, dan
rangkuman kajian teoritik)
f.

Metode penelitian

g. Hasil penelitian
h. Pembahasan
i.

Kesimpulan dan saran

j.

Daftar pustaka

5. Artikel Non Penelitian memuat :


a. Judul
b. Nama Penulis
c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 80 kata)
d. Kata-kata kunci)
e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan tentang hal-hal
pokok yang akan dibahas).
f.

Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)

g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)


h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan)
i.

Penutup ( atau kesimpulan dan saran)

j.

Daftar pustaka

6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan
secara alfabetis, disajikan seperti contoh berikut :
Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.
Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for Learning. New
Jersey :Prentice Hall Inc

ISSN 1978-869X

Anda mungkin juga menyukai