Anda di halaman 1dari 5

Tes alegi uji kulit

Prick Test
Beberapa jenis pemeriksaan penunjang diagnosis penyakit alergi dan imunologi dapat
dilakukan walaupun tidak harus dipenuhi seluruhnya. Tiap jenis pemeriksaan mempunyai sensitivitas
dan spesifitas yang berbeda. Prinsip pemeriksaan uji kulit terhadap alergen ialah adanya reaksi wheal
and flare pada kulit untuk membuktikan adanya IgE spesifik terhadap alergen yang diuji (reaksi tipe
I). Imunoglobulin G4 (IgG4) juga dapat menunjukkan reaksi seperti ini, akan tetapi masa
sensitisasinya lebih pendek hanya beberapa hari, sedangkan IgE mempunyai masa sensitisasi lebih
lama yaitu sampai beberapa minggu. Reaksi maksimal terjadi setelah 15-20 menit, dan dapat diikuti
reaksi lambat setelah 4-8 jam.5
Alergi Tipe 1 (IgE mediated) adalah hasil dari produksi IgE spesifik untuk alergen oleh alergi
individu. Kondisi di mana alergi yang dimediasi IgE dapat memainkan peran utama termasuk rhinitis
alergi, asma, dermatitis atopik, anafilaksis, urticaria dan angioedema akut, alergi makanan, alergi
racun serangga, lateks alergi dan beberapa obat alergi.Tes untuk alergi serum IgE spesifik (juga
disebut sebagai tes RAST) juga berguna dalam situasi tertentu.

Gambar 1 Skin Prick Test


Ada beberapa cara untuk melakukan uji kulit, yaitu cara intradermal, uji tusuk (prick test), sel
uji gores (scratch test) dan pacth test (uji tempel). Uji gores sudah banyak ditinggalkan karena
hasilnya kurang akurat.5
Uji kulit intradermal Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml semprit tuberkulin disuntikkan
secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm gelembung. Dimulai dengan konsentrasi
terendah yang menimbulkan reaksi, kemudian ditingkatkan berangsur masing-masing dengan
konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15 mm. Uji intradermal ini seringkali
digunakan untuk titrasi alergen pada kulit.Tes alergi pengujian injeksi intradermal tidak
direkomendasikan untuk penggunaan rutin untuk aeroallergens dan makanan, tetapi mungkin untuk

mendeteksi racun dan diagnosis alergi obat. Ini membawa resiko lebih besar anafilaksis dan harus
dilakukan dengan tenaga medis yang berkopeten melalui pelatihan spesialis. 5
Uji tusuk Uji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan lebih sesuai untuk anak. Tempat uji
kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter
dari lipat siku dan pergelangan tangan. Setetes ekstrak alergen dalam gliserin (50% gliserol)
diletakkan pada permukaan kulit. Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas memakai
lanset atau jarum yang dimodifikasi, atau dengan menggunakan jarum khusus untuk uji
tusuk.Ekstrak alergen yang digunakan 1.000-10.000 kali lebih pekat daripada yang digunakan untuk
uji intradermal. 5
Dengan menggunakan sekitar 5 ml ekstrak pada kulit, diharapkan risiko terjadinya reaksi
anafilaksis akan sangat rendah. Uji tusuk mempunyai spesifitas lebih tinggi dibandingkan dengan
uji intradermal, tetapi sensitivitasnya lebih rendah pada konsentrasi dan potensi yang lebih
rendah.Kontrol Untuk kontrol positif digunakan 0,01% histamin pada uji intradermal dan 1% pada
uji tusuk. Kontrol negatif dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan reaksi dermografisme
akibat trauma jarum. Untuk kontrol negatif digunakan pelarut gliserin. Antihistamin dapat
mengurangi reaktivitas kulit. Oleh karena itu, obat yang mengandung antihistamin harus dihentikan
paling sedikit 3 hari sebelum uji kulit. 5
Pengobatan kortikosteroid sistemik mempunyai pengaruh yang lebih kecil, cukup
dihentikan 1 hari sebelum uji kulit dilakukan. Obat golongan agonis juga mempunyai pengaruh,
akan tetapi karena pengaruhnya sangat kecil maka dapat diabaikan. Usia pasien juga mempengaruhi
reaktivitas kulit walaupun pada usia yang sama dapat saja terjadi reaksi berbeda. Makin muda usia
biasanya mempunyai reaktivitas yang lebih rendah. Uji kulit terhadap alergen yang paling baik
adalah dilakukan setelah usia 3 tahun. Reaksi terhadap histamin dibaca setelah 10 menit dan
terhadap alergen dibaca setelah 15 menit. Reaksi dikatakan positif bila terdapat rasa gatal dan
eritema yang dikonfirmasi dengan adanya indurasi yang khas yang dapat dilihat dan diraba.
Diameter terbesar (D) dan diameter terkecil (d) diukur dan reaksi dinyatakan ukuran (D+d):2.
Pengukuran dapat dilakukan dengan melingkari indurasi dengan pena dan ditempel pada suatu
kertas kemudian diukur diameternya. Kertas dapat disimpan untuk dokumentasi. 5
Dengan teknik dan interpretasi yang benar, alergen dengan kualitas yang baik maka uji ini
mempunyai spesifitas dan sensitivitas yang tinggi disamping mudah, cepat, murah, aman dan tidak
menyakitkan.
Uji gores kulit (SPT) disarankan sebagai metode utama untuk diagnosis alergi yang
dimediasi IgE dalam sebagian besar penyakit alergi. Memiliki keuntungan relatif sensitivitas dan
spesifisitas, hasil cepat, fleksibilitas, biaya rendah, baik tolerabilitas, dan demonstrasi yang jelas
kepada pasien alergi mereka. Namun akurasinya tergantung pelaksana, pengamatan dan interpretasi
variabilitas. 5

Uji gores kulit (SPT)adalah prosedur yang membawa resiko yang relatif rendah, namun reaksi
alergi sistemik telah dilaporkan. Karena test adalah perkutan, langkah-langkah pengendalian infeksi
sangat penting. 5

Pasien harus benar-benar dan tepat mengenai risiko dan manfaat.

Masing-masing pasien kontraindikasi dan tindakan pencegahan harus diperhatikan.

Uji gores kulit harus dilakukan oleh yang terlatih dan berpengalaman staf medis

dan

paramedis, di pusat-pusat dengan fasilitas yang sesuai untuk mengobati reaksi alergi sistemik
(anafilaksis).

Praktisi medis yang bertanggung jawab harus memesan panel tes untuk setiap pasien secara
individual, dengan mempertimbangkan karakteristik pasien, sejarah dan temuan pemeriksaan,
dan alergi eksposur termasuk faktor-faktor lokal.

Staf teknis perawat dapat melakukan pengujian langsung di bawah pengawasan medis (dokter
yang memerintahkan prosedur harus di lokasi pelatihan yang memadai sangat penting untuk
mengoptimalkan hasil reproduktibilitas.

Kontrol positif dan negatif sangat penting.

Praktisi medis yang bertanggung jawab harus mengamati reaksi dan menginterpretasikan
hasil tes dalam terang sejarah pasien dan tanda-tanda.

Hasil tes harus dicatat dan dikomunikasikan dalam standar yang jelas dan bentuk yang dapat
dipahami oleh praktisi lain.

Konseling dan informasi harus diberikan kepada pasien secara individual, berdasarkan hasil
tes dan karakteristik pasien dan lingkungan setempat. 5
Pengakuan terhadap keterbatasan Uji gores kulit penting, yaitu. terbatasnya kemampuan

dalam prediksi tipe alergi reaksi lambat. positif palsu atau negatif karena karakteristik alergi pasien
atau kualitas. Adanya IgE tanpa gejala klinis dan tes negatif tidak mengecualikan gejala yang
disebabkan oleh non-IgE mediated alergi / intoleransi atau penyebab medis lainnya . 5
Patch test.
Metode lain adalah dengan menerapkan alergi untuk sebuah patch yang kemudian diletakkan
pada kulit. Hal tersebut dapat dilakukan untuk menunjukkan yang memicu dermatitis kontak alergi.
Jika ada alergi antibodi dalam sistem anda, kulit anda akan menjadi jengkel dan mungkin gatal, lebih
mirip gigitan nyamuk. Reaksi ini berarti Anda alergi terhadap zat tersebut 5
Pemeriksaan status imunologik selular dapat dilakukan secara in vivo maupun secara in vitro.
Uji kulit tipe lambat digunakan untuk mengukur reaksi imunologi selular secara in vivo dengan
melihat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat setelah penyuntikan antigen yang sudah dikenal
sebelumnya (recall antigen) pada kulit. 5

Uji ini menggunakan antigen spesifik yang disuntikkan secara intradermal. Antigen yang
digunakan biasanya yang telah berkontak dengan individu normal, misalnya tetanus, difteria,
streptokokus, tuberkulin (OT), Candida albicans, trikofiton, dan proteus. Pada 85% orang dewasa
normal reaksi akan positif dengan paling sedikit pada satu dari antigen tersebut. Pada populasi anak
persentase ini lebih rendah, walaupun terdapat kenaikan persentase dengan bertambahnya umur.
Hanya 1/3 dari anak berumur kurang dari satu tahun yang akan bereaksi dengan kandida, dan akan
mencapai persentase seperti orang dewasa pada usia di atas 5 tahun. 5

Gambar 2 Patch Test


Sebuah aplikator sekali pakai yang berisi semua antigen tersebut dengan larutan gliserin sebagai
kontrol, misalnya seperti Multi-test CMI buatan Merieux Institute sekarang banyak dipakai. Kit ini
mengandung 7 jenis antigen (Candida albicans, toksoid tetanus, toksoid difteri, streptokinase, old
tuberculine, trikofiton, dan proteus) serta kontrol gliserin secara bersamaan sekaligus dapat diuji. 5
Persiapan
Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak pakai, perhatikan cara
penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya Harus diingat bahwa kortikosteroid dan obat imunosupresan
dapat menekan reaksi ini sehingga memberi hasil negatif palsu. Setelah itu lakukan anamnesis tentang
apakah pernah berkontak sebelumnya dengan antigen yang akan digunakan. 5
Melakukan uji
Kalau memungkinkan gunakan aplikator seperti di atas sehingga dapat digunakan banyak antigen
sekaligus. Hati-hati sewaktu melepas penutup antigen, harus dengan posisi menghadap ke atas
sehingga antigen tidak tumpah. Kalau tidak ada aplikator seperti itu dapat digunakan antigen yang
mudah didapat (tetanus, tuberculin, dan sebagainya). Dengan menggunakan alat suntik tuberkulin,
pastikan bahwa sejumlah 0,1 ml antigen masuk secara intrakutan hingga berbentuk gelembung dan
tidak subkutan. Beri tanda dengan lingkaran masing-masing lokasi antigen. 5
Hasil pemeriksaan
Hasil uji dibaca setelah 24-48 jam. Bila setelah 24 jam hasil tes tetap negatif maka cukup aman untuk
memberikan dosis antigen yang lebih kuat. Indurasi yang terjadi harus diraba dengan jari dan ditandai

ujungnya, diukur dalam mm dengan diameter melintang (a) dan memanjang (b). Untuk setiap reaksi
gunakan formula (a+b):2. Suatu reaksi disebut positif bilamana (a+b):2=2 mm atau lebih. 5
Efek samping
Dapat terjadi suatu reaksi kemerahan yang persisten selama 3-10 hari tanpa meninggalkan sikatriks.
Pada orang yang sangat sensitif dapat timbul vesikel dan ulserasi pada lebih dari satu lokasi antigen. 5
Interpretasi
Uji kulit ini saja tidak cukup untuk menyimpulkan status imunologik selular seseorang karena untuk
dapat disimpulkan hasil uji harus disesuaikan dengan anamnesis dan keadaan klinik. Untuk menilai
suatu uji kulit, seperti juga prosedur diagnostik yang lain, sangat tergantung pada pemeriksanya. Bila
disimpulkan bahwa kemungkinan terdapat gangguan pada sistem imunitas selular, maka dapat
dipertimbangkan pemberian imunoterapi. Tetapi untuk memulai terapi sebaiknya pemeriksaan
dilanjutkan dengan pemeriksaan secara in vivo. 5

Anda mungkin juga menyukai