Anda di halaman 1dari 16

SOP TEST ALERGI HASIL KOLABORASI

DISUSUN OLEH :

JUMRIANA (105111102019)

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena


berkat limpahan kesehatan dan kesempan yang telah di berikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah dengan judul “ SOP Test Alergi Hasil Kolaborasi ” di buat untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II Prodi
DIII Keperawatan FKIK Unismuh Makassar Tahun 2021.Makalah ini diharapkan
mampu menambah wawasan bagi penulis maupun orang lain.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Sinjai, 25 November 2021

Jumriana
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Alergi adalah reaksi sistem imun tubuh yang bersifat spesifik terhadap
rangsangan suatu bahan yang pada orang lain biasanya tidak berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Bahan ini disebut sebagai alergen. Reaksi alergi terjadi
akibat respon imun yang salah mengenali alergen sebagai benda asing
dan segera membentuk sejumlah besar antibodi yang disebut imunoglobulin
E.
Imunoglobulin E adalah molekul antibodi pada serum yang dibentuk
oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak
dengan antigen. IgE mudah diikat oleh sel mast, basofil, dan eosinofil yang
memiliki reseptor terhadap IgE (Baratawidjaja & Rengganis, 2014). Interaksi
antara antigen, IgE spesifik, sel mast atau basofil menyebabkan terjadinya
perubahan pada membran sel. IgE dapat dideteksi pada kulit dengan uji cukit
kulit. Uji cukit kulit didasarkan atas reaksi antara antigen dan sel mast yang
tersensitisasi di kulit yang menghasilkan respon berupa bintul dan kemerahan
Penyakit alergi meningkat secara global hingga mencapai 30-40%
populasi dunia. Dimana terdapat satu atau lebih kondisi alergi yang dialami.
Penyakit alergi banyak dialami pada anak-anak. Ketika anak-anak beranjak
remaja, tingkat keparahan penyakit alergi akan meningkat. Sehingga, akan
mengganggu kualitas hidup penderita
B. Tujuan penulisan
a. Menjelaskan pengertian test alergi
b. Menjelaskan tujuan test alergi
c. Menjelaskan indikasi test alergi
d. Menjelaskan jenis jenis test alergi
e. Menjelaskan prosedur test alergi hasil kolaborasi
C. Manfaat penulisan
a. Untuk menjelaskan pengertian test alergi
b. Untuk menjelaskan tujuan test alergi
c. Untuk menjelaskan indikasi test alergi
d. Untuk menjelaskan jenis jenis test alergi
e. Untuk menjelaskan prosedur test alergi hasil kolaborasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian test alergi


Tes alergi adalah prosedur pemeriksaan kulit atau pemeriksaan darah
yang dilakukan untuk menentukan zat yang dapat menyebabkan reaksi alergi
(alergen). Di antara dua jenis tes ini, pemeriksaan kulit lebih sering dilakukan
karena lebih praktis, lebih mudah dilakukan, lebih murah, dan hasilnya lebih
akurat.
Pemeriksaan kulit dilakukan dengan memberikan sejumlah kecil zat yang
diduga alergen pada kulit. Reaksi kulit setelah pemberian zat yang diduga
alergen tersebut akan diteliti untuk menentukan apakah kulit alergi atau tidak.
Zat tersebut dapat diberikan dengan 3 cara: skin prick (tusuk kulit),
intradermal, dan patch (ditempelkan).
B. Tujuan test alergi
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi substansi maupun bahan
tertentu yang bisa memicu alergi di tubuh. Prosedur ini bisa dilakukan
melalui tes darah, tes kulit, maupun diet eliminasi. Tes ini juga dapat
dilakukan untuk membantu diagnosis penyakit, seperti asma dan dermatitis
kontak.
Umumnya, tes alergi sangatlah membantu dalam menentukan rencana
pengobatan alergi serta mendiagnosis kondisi alergi seperti demam alergi,
asma alergi, dermatitis, alergi makanan, alergi penisilin, alergi sengatan
lebah, dan alergi lateks.
C. Indikasi test alergi
Secara umum indikasi pemeriksaan alergi pada seseorang berdasarkan
kondisi yang dialami.
Bersin-bersin , pilek atau hidung tersumbat , mata berair dan gatal,
muntah, batuk, diare, sesak napas. Namun, gejala-gejala ini juga perlu disertai
dengan adanya kecurigaan terhadap alergen tertentu dan adanya riwayat
alergi, asma, dan eksim dalam keluarga
Indikasi untuk pemeriksaan tes alergi:
a. Rhinitis : Gejala tidak dapat dikontrol dengan pemberian medikamentosa
dan diperlukan kepastian untuk mengetahui jenis alergen sehingga
kemudian hari alergen dapat dihindari.
b. Asma : Asma persisten pada pasien yang terpapar alergen di dalam ruang.
c. Dugaan alergi gigitan binatang : Sebelumnya didapatkan dugaan reaksi
sistemik terhadap sengatan binatang
d. Dugaan alergi obat : Sebelumnya didapatkan dugaan reaksi sistemik
terhadap obat dan indikasi klinis untuk obat yang diduga.
e. Dugaan alergi makanan : Sebelumnya didapatkan dugaan reaksi sistemik
terhadap makanan
D. Jenis- jenis test alergi
1. Tes tusuk kulit
Tes tusuk kulit atau skin prick test merupakan jenis tes alergi yang paling
umum dilakukan. Berikut ini adalah tahapan tes alergi melalui tusukan
kulit:
a. Dokter akan menandai kulit berdasarkan jenis alergen yang akan
diteteskan.
b. Dokter akan meneteskan larutan yang telah dicampur dengan alergen
ke kulit pasien. Pada tahap ini, ada 10–12 alergen yang mungkin akan
diteteskan berdasarkan kecurigaan alergi.
c. Dokter akan menusuk area kulit yang telah ditetesi larutan tadi dengan
jarum yang sangat tipis, agar alergen dapat masuk ke bawah
permukaan kulit.
d. Dokter akan mengamati tanda alergi yang mungkin muncul pada kulit.
Jika ada, reaksi alergi umumnya akan muncul dalam 15–20 menit.
2. Tes kulit intradermal
Tes kulit intradermal atau intradermal skin test biasanya dilakukan
jika ada kecurigaan alergi terhadap sengatan lebah atau antibiotik tertentu.
Tes ini juga bisa disarankan jika tes tusuk kulit pasien menunjukkan hasil
negatif, tetapi dokter masih menduga pasien menderita alergi terhadap
suatu alergen.
Pada tes kulit intradermal, dokter akan menyuntikkan sejumlah
kecil alergen persis ke bawah kulit lengan pasien. Setelah itu, dokter akan
melakukan pemantauan selama 15 menit untuk melihat apakah terjadi
reaksi alergi di area bekas suntikan.
3. Tes temple
Tes tempel atau patch testing umumnya dilakukan untuk
mendeteksi alergen yang menyebabkan dermatitis kontak. Alergen
tersebut bisa berupa logam, plastik, karet, atau krim kulit. Berikut adalah
tahapan prosedur patch testing:
a. Dokter akan menempelkan sejumlah tempelan atau perekat ke punggung
pasien. Masing-masing tempelan tersebut telah diberi jenis alergen
tertentu yang dicurigai menyebabkan reaksi alergi pada pasien.
b. Perekat ini harus digunakan selama 2 hari. Selama 2 hari tersebut, pasien
tidak dibolehkan mandi atau melakukan aktivitas yang dapat
mengeluarkan keringat berlebih.
c. Setelah dua hari, pasien harus kembali ke dokter. Dokter akan melepas
perekat dan memeriksa apakah ada iritasi di punggung pasien yang
menandakan reaksi alergi.
4. Tes alergi melalui darah
Prosedur tes alergi melalui darah umumnya berlangsung kurang
dari 5 menit. Tes alergi melalui darah dilakukan dengan terlebih dulu
mengambil sampel darah pasien. Sampel darah tersebut kemudian akan
dibawa ke laboratorium agar kadar imunoglobulin E pasien bisa diperiksa.
Imunoglobulin E (IgE) adalah antibodi yang dihasilkan oleh sistem
kekebalan tubuh untuk melawan zat yang dianggap sebagai ancaman. Saat
tubuh mengalami reaksi alergi, jumlah IgE akan meningkat.
IgE yang diukur bisa merupakan jumlah seluruh antibodi IgE
dalam tubuh (total IgE test) atau jumlah antibodi IgE yang muncul atas
respons terhadap terhadap suatu alergen (specific IgE test).
5. Diet eliminasi
Diet eliminasi dilakukan untuk mendeteksi alergi makanan. Tes
alergi jenis ini dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien di rumah,
namun baiknya tetap dengan anjuran dan pengawasan dokter.\
Prosedur diet eliminasi membutuhkan waktu selama 5–6 minggu,
yang terbagi ke dalam dua fase, yaitu:
a. Fase eliminasi (elimination phase)
Fase ini dilakukan dengan menghindari konsumsi makanan yang
dicurigai memicu gejala alergi, bisa satu jenis makanan atau lebih dari
satu jenis sekaligus. Beberapa jenis makanan yang sering memicu
alergi adalah kacang, jagung, kedelai, susu, telur, gandum, dan
makanan laut.
Pada fase eliminasi, pasien dapat memperhatikan apakah gejala
yang dialami membaik atau tidak ketika makanan yang dicurigai
berhenti dikonsumsi. Umumnya, fase ini berlangsung selama 2–3
minggu. Jika gejala tidak hilang, pasien perlu melaporkannya ke
dokter.
b. Fase pengenalan kembali (reintroduction phase)
Jika selama fase eliminasi gejala alergi hilang, fase pengenalan
kembali bisa mulai dilakukan. Pengenalan kembali makanan harus
dilakukan per setiap jenis makanan, masing-masing dalam waktu 3
hari. Selama 3 hari ini, pasien perlu memperhatikan ada tidaknya
gejala alergi yang muncul, seperti ruam, sesak napas, atau perut
kembung.
E. Prosedur test alergi hasil kolaborasi
IC adalah Suatu kegiatan memasukan obat secara benar dan efektif
untuk menghindari terjadinya alergi obat. Memberikan obat melalui
suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu tindakan membantu
proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau indra
dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis
dan “dermis “ yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit
ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi
pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini
lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena
absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam
kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap
organisme.
Tujuan :
a. Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan
b. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter
c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat
d. Membantu menentukan diagnosaterhadappenyakit tertentu misalnya
(tuberculin test)
e. Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan skin test)
f. Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi terhadap obat-obatan
g. Pemberian vaksinasi.
Lokasi :
a. Lengan bawah bagian atas
b. Dada bagian atas
c. Punggung bagian atas di bawah scapula
d. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam, dan pungguang
bagian
Indikasi :
a. Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test )
b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi
c. Mengalihkan diagnosa penyakit
d. Sebelum memasukkan obat
f. pasien yang tidak sadar
Kontraindikasi :
a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit
b. Pasien dengan kulit terluka
c. Pasien yang sudah dilakukan skin test
d. Pasien yang alergi
Persiapan Alat Dan Bahan :
a. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat
b. Obat daam tempatnya
c. Spuit 1 cc/spuit insuin/sesuai kebutuhan
d. Kapas akohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak steril diapisi kasa steril (tempat spuit)
g. Jarum sesuai kebutuhan
h. Perlak dan alas dan nierbeken/bengkok
i. Handschoen
Pemberian obat/penyuntikkan :
1. Prinsip
a. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa
medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat,
dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar
dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar
pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat
pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat
pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang
berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi
pemakaian obat.
b. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca
setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
c. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
d. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya,
bila ada penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat
mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya
dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga
tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent,
maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab
menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan
therapi.
e. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis
antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai
ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan
menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan
pada pasien hanya 0,1cc.

f. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD di


ambil 0,1 cc dalam spuit, untuk angsung disuntikan pada pasien

2. Prosedur kerja
a. Persiapan
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat
2. Menjaga privasi pasien
3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien.
b. Tindakan
1. Cuci tangan
2. Berdiri di sebelah kanan pasien
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju
lengan panjang , buka dan naikan
4. Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang di suntik
5. Buka obat dengan cara :
6. Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet
dengan kapas alkohol. Apabila sediaan obat dalam flakon
masih berupa bubuk larutkan dengan aquabidest sebanyak
yang tercantum pada petunjuk penggunaan obat
7. Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan.
Tusuk jarum dengan posisi bavel tegak. Suntikkan udara
kedalam flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri memegang
flakon dengan ibu jari dan jari tengah. sedangkan tangan
kanan memegang ujung barrel dan plugger. Jaga ujung jarum
dibawah cairan. Biarkan tekanan udara membantu mengisi
obat dalam keadaan spuit. Setelah selesai, tarik jarum dari
flakon.
8. Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher
ampul dengan tangan menggunakan kain kasa.
9. Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga
ujung jarum berada di bawah cairan setelah selesai tarik jarum
dari ampul
10. Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian masukkan
ke dalam bak injeksi.
11. Desinfeksi dengan kapas akohol pada daerah yang akan
disuntik
12. Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri
13. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas yang
sudutnya 15-20º terhadap permukaan kulit
14. Semprotkan obat hingga menjadi gelembung
15. Tarik spuit dan tidak boleh dilakuan massage
16. Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi.
17. Rapikan pasien.
18. Rapikan alat.
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan.
21. Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan
penandaan pada area penyutikan dengan melingkari area
penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau diameter
2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah
penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor,
dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya
pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
22. Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat
dinilai hasilnya dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila
terdapat rubor dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area
penyuntikan.
23. Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes obat, tanggal,
waktu, dan jenis obat.
24. Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)
c. Evaluasi
1. Evaluasi respon klien terhadap zat uji. Berapa obat yang
digunakan dalam pengujian dapat menyebabkan alergi. Obat
antidot (mis: epinefrin) mungkin perlu diberikan.
2. Evaluasi keadaan lokasi injeksi dalam 24 atau 48 jam,
bergantung pada uji yang dilakukan. Ukur area kemerahan dan
indurasi dalam milimeter pada diameter terlebar dan
dokumentasikan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Alergi adalah reaksi sistem imun tubuh yang bersifat spesifik
terhadap rangsangan suatu bahan yang pada orang lain biasanya tidak
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Bahan ini disebut sebagai alergen. Reaksi
alergi terjadi akibat respon imun yang salah mengenali alergen sebagai
benda asing dan segera membentuk sejumlah besar antibodi yang disebut
imunoglobulin E.
Tes alergi adalah prosedur pemeriksaan kulit atau
pemeriksaan darah yang dilakukan untuk menentukan zat yang dapat
menyebabkan reaksi alergi (alergen). Di antara dua jenis tes ini,
pemeriksaan kulit lebih sering dilakukan karena lebih praktis, lebih mudah
dilakukan, lebih murah, dan hasilnya lebih akurat.
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi substansi maupun
bahan tertentu yang bisa memicu alergi di tubuh. Prosedur ini bisa
dilakukan melalui tes darah, tes kulit, maupun diet eliminasi. Tes ini juga
dapat dilakukan untuk membantu diagnosis penyakit, seperti asma dan
dermatitis kontak.
B. Saran
Saran penulis terhadap penatalaksanaan kasus alergi obat
adalah pentingnya perhatian dokter dan pasien terhadap riwayat alergi obat
yang diderita dan perlunya melakukan skin test terhadap pemberian obat,
terutama obat-obatan beresiko tinggi yang dirasa bisa menimbulkan reaksi
alergi. Hal mengenai skin test ini penting demi menghindarkan reaksi obat
yang tidak diinginkan dan mencegah teIjadinya syok anafilaksis.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/347107815/Makalah-Tes-Alergi-sekti-
Linda-Y-141-0091
https://www.alodokter.com/tes-alergi-ini-yang-harus-anda-ketahui
https://www.docdoc.com/id/info/procedure/uji-alergi

Anda mungkin juga menyukai