type PCC
menggunakan tambahan zat aditif Fly Ash dan Trass dimana terdapat senyawa SiO2 yang
dapat meningkatkan kuat tekan. Selain adanya zat aditif Fly Ash dan Trass. Pada PCC
ditambahkan pula Lime Stone yang berfungsi meningkatkan kuat tekan pada kuat tekan 3
hari saja. Hal ini terjadi karena Lime Stone mempunyai bentuk fisik yang mudah halus,
sehingga dengan nilai kehalusan tersebut, lime stone dapat menutup rongga-rongga yang
terdapat didalam semen sehingga bisa meningkatkan kuat tekan 3 hari saja.
Salah satu sifat fisik semen yang harus diuji menurut sebagai standard adalah kuat
tekan mortarnya (yaitu
pengujiannya dinyatakan sebagai harga kuat tekan mortar atau dengan kata lain untuk
menguji mutu daya ikat semen.
Untuk dapat mengetahui lebih lanjut perbedaan karakteristik tiap jenis semen,
seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh saudara Annissa Rini pada tahun 2006
Tentang hubungan antara penambahan Lime Stone terhadap % residu pada material
semen PCC (Portland Composite Cement) maka perlu diadakan penelitian lanjutan
terhadap adanya pengaruh perbedaan karakteristik type semen Ordinary Portland Cement
dengan type Portland Composite Cement terhadap kuat tekan pada mortar dengan adanya
optimasi penambahan zat aditif Fly Ash dan Trass pada mutu semen PCC (Portland
Composite Cement). Untuk percobaan mortar, penulis membuat benda uji berbentuk
kubus dengan ukuran 5 cm x 5cm x 5cm sebanyak 5 variasi penambahan aditif dengan 3
benda uji pada setiap umur morta dan umur yang dipakai untuk perencanaan adalah 3, 7,
14, 21dan 28 hari.
Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti bahan perekat.
Semen merupakan senyawa/zat pengikat hidrolis yang terdiri dari senyawa C-S-H (
Kalsium Silikat Hidrat ) yang apabila bereaksi dengan air akan dapat mengikat bahanbahan padat lainnya, membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras.
Sejarah penggunaan semen sebenarnya telah dimulai berabad-abad yang lalu,
terbukti dengan banyaknya bangunan atau peninggalan sejarah yang menggunakan semen
yang masih berdiri sampai sekarang, misalnya Piramida dan Sphinx di mesir, Colloseum
dan jaringan jaringan Aquaduct (pengairan) di romawi, serta penggunaan tanah liat
untuk bangunan oleh orang-orang Assyria dan Babilonia di Timur Tengah.
Meskipun penggunaan mineral semen telah dilakukan berabad-abad lamanya,
hanya sedikit yang diketahui tentang susunan kimiawinya. Baru pada akhir abad 17
setelah Revolusi Industri yang bermula dari daratan Eropa, banyak peneliti dan ilmuwan
berusaha mengembangkan proses pembuatan semen dengan metode yang lebih baik. Dari
peneliti-peneliti tersebut, tercatat antara lain John Smeaton (Inggris,1956) yang
ditugaskan untuk membangun sebuah mercu suar di Selat Inggris, menemukan suatu
campuran kapur dan tanah liat yang akan mengeras dibakar ( Hydroulic Lime ) ; Big
Bryan (Inggris,1780) ; james Parker (1797) yang meneliti Roman Cement yang berasal
dari batu kapur
Portland Cement .
Dua puluh tahun setelah hak paten dari Joseph Aspdin, barulah semen mulai
diproduksi dengan kualitas yang dapat diandalkan (Tahun 1850, 4 buah pabrik semen
tanur tegak berdiri di Inggris). Selain itu tercatat nama seorang ilmuwan I.C Johnson
yang berjasa meletakkan dasar-dasar proses kimia pada pembuatan semen.
Sifat Sifat Semen
Sifat fisika dan kimia masing-masing jenis semen memiliki karakteristik yang
berbeda-beda yang harus memenuhi syarat kimia dan fisika. Untuk menjaga tetap
terjaminnya mutu semen Portland maka syarat kimia dan fisika harus terus
diperhatikan.
Syarat mutu tersebut antara lain kandungan senyawa dalam semen Portland,
kehalusan semen, residu, hilang pijar dan lain-lain. Syarat utama kimia dan fisika
Selama periode ini beberapa jam, reaksi dari 3CaO.SiO2 terjadi dan
menghasilkan CSH (3CaO.SiO2 ) semen dan akan mengisi rongga dan
membentuk titik-titik kontak yang menghasilkan kekakuan. Pada tahap
berikutnya terjadi pengikatan konsentrasi
CSH yang akan menghalangi mobilitas partikel partikel semen yang
akhirnya pasta menjadi kaku dan final setting tercapai, lalu proses
pengerasan mulai terjadi.
b)
CaCO3 + H2O
Ca (HCO3)2
2(CaO.SiO2) + 4 H2O
3CaO.Al2 O3.3Ca
c)
Kehalusan
Kehalusan dapat mewakili sifat-sifat fisika lainnya terutama terhadap
kekuatan, bertambahnya kehalusan pada umumnya akan bertambah pula
kekuatan, mempercepat reaksi hidarsi begitu pula waktu pengikatannya
semakin singkat.
d)
utama.
C2 S
memberikan
kontribusi
yang
besar
pada
Panas Hidrasi
Panas hidrasi yaitu panas yang dihasilkan selama semen mengalami
reaksi hidarsi. Reaksi hidarsi atau reaksi hidrolisis sendiri adalah reaksi
yang
terjadi
ketika
mineral-mineral
yang
terkandung
didalam
3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
2(3CaO.SiO2) + 6H2O
3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
Tobermorite
3CaO.Al2 O3 + 6H2O
3CaO.Al2 O3 .6H2O
Kalsium aluminat hidrat
b)
c)
SO3
Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur/memperbaiki sifat
setting time (pengikatan) dari mortar (sebagai retarder) dan juga untuk
kuat tekan. Karena kalau pemberian retarder terlalu banyak akan
menimbulkan kerugian pada sifat expansive dan dapat menurunkan
kekuatan tekan. Sebagai sumber utama SO3 yang sering banyak digunakan
adalah gypsum.
d)
e)
f)
g)
2.5
dikeluarkan oleh PT.ITP Tbk. Semen PCC merupakan turunan oleh semen OPC
(Ordinary Portland Cement) yang bahan baku pembuatannya sama dengan bahan baku
OPC (Ordinary Portland Cement) tetapi pada Type semen PCC ditambahkan pula aditif
selain Gypsum ada Zat Aditif lain yang ditambahkan yang tidak terdapat pada semen
OPC yaitu : Lime stone, Fly Ash dan Trass. Ketiga Aditif tersebut mempunyai kontribusi
yang sangat-sangat penting sehingga semen type PCC (Portland Composite Cement)
mempunyai kualitas yang dihasilkan lebih baik dari semen type OPC (Ordinary Portland
Cement). Kuat tekan merupakan kemampuan semen untuk menahan beban yang
diberikan. Besar kecilnya kuat tekan yang diberikan oleh semen merupakan parameter
terhadap kualitas semen. Ada beberapa factor yang mempengaruhi terhadap kuat tekan
semen yaitu kehalusan, residu, dan senyawa kimia didalam semen.
Analisis terhadap kuat tekan semen dilakukan dengan cara memberikan tekanan
terhadap mortar yang telah dilakukan perendaman sebelumnya dengan air kapur selama 3,
7, 14, 21 dan 28 hari. Pengaruh perendaman adalah untuk mengkondisikan mortar agar
senyawa yang terdapat didalam semen stabil.
Pengaruh kuat tekan dari masing-masing type jenis semen pada tiap-tiap umur
rencana dapat dilihat pada table 5.1 5.5 dibawah ini, secara umum dapat dilihat adanya
perbedaan hasil kuat tekan pada tiap-tiap umur rencana dari masing-masing type jenis
semen dan ini membuktikan bahwa type jenis semen mempunyai karakteristik yang
berbeda dan sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap kualitas, workability, umur
rencana, daya dukung atau kuat tekan dari beton yang dihasilkan dan yang terpenting
adalah aplikasi atau penggunaan dari type jenis semen tersebut yang terkadang konsumen
hanya tinggal menggunakannya saja tanpa memperhatikan type jenis semen tersebut dan
pengaplikasikannya.
Dari hasil table quality Character type semen OPC dan PCC dibawah ini dapat
diketahui data kuantitatif melalui beberapa macam percobaan dengan menggunakan
metode-metode yang sesuai dengan beberapa buku pedoman, sehingga dari kedua semen
diatas ada kelebihan atau keunggulan masing-masing semen tersebut seperti yang terlihat
pada table dibawah.
Kuat tekan kedua semen tersebut memiliki perbedaan dari bahan yang
digunakan seperti air. Air digunakan sebagai mencari data Flow table yang sudah
ditentukan. Flow table berfungsi untuk mencari kelecakan atau penyebaran semen yang
telah dicampur dengan pasir, sehingga flow table sangat penting dalam mencari kuat
tekan pada semen. Kekuatan semen tergantung pada kekuatan mekanik dalam keadaan
kaku (set) dan keras. Kekuatan ini disebabkan oleh kohesi partikel-partikel semen dan
adhesi terhadap pasir atau agregat lain yang dicampur sebagai adukan. Berikut table
Quality character type jenis OPC dan PCC.
Selain kuat tekan juga ada factor lain yang mempengaruhi kuat tekan pada
mortar yaitu setting time. Pengukuran waktu pengikatan (setting time) dibagi menjadi 2
yaitu : waktu pengikatan awal (initial set) dan waktu pengikatan terakhir (final set).
Penambahan gypsum pada semen akan menghambat waktu pengikatan pada proses
pengerasan semen karena gypsum dapat mengatur reaksi antara 3 Cao Al2O3 (C3A)
dengan air agar tidak terlalu cepat mengeras. Jadi waktu pengikatan pada semen type
PCC yaitu pada waktu pengikatan awal (initial set) sebesar 167 menit lebih lama jika
dibandingkan dengan semen OPC yaitu sebesar 145 menit. Tetapi pada waktu pengikatan
terakhir (final set) pada type semen PCC waktu pengikatannya lebih cepat bila
dibandingkan dengan semen type OPC sebesar 285 menit dan 345 menit. Dengan
kebutuhan air setiap sample semen untuk membuat pasat standard (Normal Consistensi /
NC) pada percobaan ini yaitu pada type semen PCC sebesar 25,63 % dan semen Type
OPC sebesar 25,45 dalam hal ini waktu pengikatan awal dan final masih sesuai dengan
syarat yang sudah ditentukan yaitu untuk pengikatan awal minimum selama 45 menit dan
pengikatan awal maksimum selama 375 menit.
Dari hasil analisa data pengujian dalam penelitian ini dan memperhatikan
perkembangan nilai kuat tekan serta pengamatan terhadap karakteristik suatu mortar
dengan penggunaan type jenis semen yang berbeda-beda dalam suatu campuran mortar,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan Zat Aditif seperti
yang terjadi pada type semen PCC (Portland Composite Cement) yang menggunakan
Zat Aditif Fly Ash dan Trass dapat meningkatkan kuat tekan pada semen. Nilai kuat
tekan dari perbandingan Zat Aditif Fly Ash dan Trass (1 : 1) lebih besar nilainya
dibandingkan Zat Aditif Fly Ash dan Trass ( 0:1 ) dan Penambahan Zat Aditif Fly
Ash dan Trass pada semen PCC (Portland Composite Cement) bisa menggantikan
peranannya sebagai klinker dan penambahan klinker pada semen menjadi lebih
sedikit / irit bahan baku. Pada type semen PCC (Portland Composite Cement) untuk
memperlambat terjadinya proses pembekuan semen maka kedalam semen
ditambahkan gypsum sebagai bahan yang akan memperlambat proses pembekuan
awal semen (Initial Set) yang terjadi pada umur 3 hari. Kuat tekan semen juga
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain kehalusan (Blaine), kadar SO3, hilang
pijar (LOI), residu 45 m dan lain-lain.
2. Penambahan Zat Aditif Limestone dapat berfungsi meningkatkan kuat tekan , hal ini
terjadi karena Limestone mempunyai bentuk fisik yang mudah halus, sehingga
dengan nilai kehalusan tersebut Limestone dapat menutup rongga-rongga yang
terdapat didalam semen adapun Semen dengan mutu bagus memiliki residu yang
kecil, artinya partikel tersebut kecil dan nantinya akan berpengaruh terhadap setting.
Jika dalam semen mengandung residu yang tinggi maka ekspansi (pemuaian semen)
dan keretakan akan mudah terjadi.