Anda di halaman 1dari 6

Dhammayatra

Dhammayatra merupakan suatu kegiatan berziarah ke tempattempat yang berhubungan dengan agama Buddha.

1.pengertian Dhammayatra.

harmayatra terdiri dari dua kata,


yaitu : dhamma dan yatra. Dhamma (Pali) atau Dharma
(Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,
ajaran, suci, ide, segala sesuatu, segala keadaan dan sebagainya, dalam
konteks ini Dhamma diartikan suci. Sedangkan yatra (Sanskerta-Pali)
artinya ditempat mana. Jadi secara etimologis dharmayatra atau
dhammayatra berarti di tempat dharma (dhamma).
Dhamayatra dapat diartikan sebagai tempat yang berhubungan
dengan dhamma, yang perlu dikunjungi oleh umat Buddha. Karena
mengunjungi tempat dhamma inilah maka akhirnya dhamma (dharma)
yatra, secara umum berarti mengunjungi tempat-tempat suci yang
berhubungan langsung dengan berbagai peristiwa penting dalam
kehidupan Buddha Gotama.
Penyebutan Dharmayatra, kemudian berkembang bukan hanya
mengunjungi tempat yang berkaitan langsung dengan Buddha Gotama
tapi juga tempat-tempat berkaitan dengan sejarah penyiaran agama
Buddha atau tempat dimana Buddha Dharma berkembang dengan pesat.
Seperti situs peninggalan kerajaan Mataram, Sriwijaya.

2. Tujuan dan Manfaat Dharmayatra

anfaat yang didapat sebagai hasil karma baik karena


berdarmayatra besar sekali. Karena manfaat berdarmayatra ini
akan membantu dan menentukan kelahiran kita pada kehidupan
yang akan datang. Hal ini dapat kita ketahui dari kutipan Mahaparinibbana
sutta.
Ananda, ada empat tempat yang layak di ziarahi oleh umat yang penuh keyakinan
dan menginspirasikan kebangkitan spritual dalam diri mereka. Tempat-tempat
tersebut adalah Lumbini, Bodhgaya, Taman Rusa Isipatana dan Kusinara.
Ananda, bagi mereka yang berkeyakinan kuat melakukan ziarah ke tempat-tempat
itu, maka setelah mereka meninggal dunia, mereka akan terlahir kembali di alam
surga.

Ketika kita berada di tempat dharmayatra sebaiknya kita


merenungkan sifat luhur dari Sang Buddha dan kita berusaha
melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tempat-tempat Dhammayatra
Menjelang Parinibbana, Buddha menguraikan khotbah Mahaparinibbana
Sutta. Di dalam khotbah ini, Buddha menjelaskan tentang tempat-tempat
yang menjadi tujuan Dharmayatra dan manfaat melakukan kegiatan
Dharmayatra tersebut. Tempat-tempat Dharmayatra yang disebutkan
dalam Mahaparinibbana Sutta oleh sang Buddha kepada Bhikkhu Ananda
adalah tempat yang sakral bagi umat Buddha karena keempat tempat ini
adalah tempat-tempat yang berhubungan langsung dengan empat
peristiwa bersejarah yang terjadi dalam kehidupan Buddha Gotama.
Keempat tempat tersebut adalah :

A.Taman Lumbini
Di tempat inilah bakal Buddha Gautama bersuku Sakya ini lahir. Tempat ini
merupakan tempat yang disarankan oleh sangBuddha untuk dikunjungi sebelum
beliau Parinibbana.
Taman Lumbini di Nepal adalah situs di mana Buddha lahir, sehingga tentu
saja sangat populer bagi mereka yang bepergian ke Nepal. Untuk semua umat
Buddha di dunia, Taman Lumbini adalah tempat dimana kisah Buddha dimulai.
Lumbini mungkin adalah kota bersejarah yang paling penting di Nepal.

Hal ini mengejutkan untuk dicatat bahwa Taman Lumbini tidak pernah
mendapat perhatian yang tepat dan perawatan dari orang-orang setelah Buddha
meninggalkan dunia ini. Great India Kaisar, Ashoka, membayar kunjungan ke
Lumbini di abad ke-3 SM, dan dikonversi menjadi sebuah desa yang indah,
membuat sejumlah struktur dalam memori Buddha, termasuk empat stupa dan
pilar batu. Namun, selama berabad-abad kemudian, Taman Lumbini kembali
benar-benar diabaikan oleh dunia. Pada dekade terakhir abad ke-19, Feuhrer,
seorang arkeolog Jerman, menemukan pilar besar Lumbini.
Maya Devi Temple tanggal kembali ke 300 SM, dan ini dinamai ibu Buddha.
Ini adalah struktur tertua di Nepal. Terbuat dari batu bata, Maya Devi Temple

terletak di dalam Taman Suci. Menuju selatan candi terletak Pushkarni, kolam
mandi dihormati, di mana Maya Devi dikatakan telah mengambil mandi sebelum
melahirkan Buddha. Barat candi terletak Pilar Ashoka yang dibuat oleh Raja
Ashoka. Menurut sebuah prasasti di pilar, Raja Ashoka mengunjungi Lumbini
pada tahun 249 SM. Dikatakan bahwa pilar itu pecah menjadi dua bagian selama
abad ke-7 ketika keringanan jatuh di atasnya. Namun, itu diperbaiki kemudian
dengan bantuan band-band metal.

B. Bodhgaya
Bodhgaya atau Buddhagaya adalah tempat yang disarankan oleh
Sang Buddha Sakyamuni untuk dikunjungi, sebab di tempat inilah
Sang Buddha Gautama mencapai penerangan sempurna.
Beliau bermeditasi dengan memperhatikan pernafasan sampai
mencapai penerangan sempurna. Beliau bermeditasi menghadap ke
timur. Kini tempat tersebutmasih dapat di jumpai di Bodhgaya.

Dan juga tempat ini telah pernah di bom. Diduga sebelum


tempat ini di bom, kita dapat melihat kerajaan
kapilavatthu(kapilavastu). Sekarang tinggal reruntuhan dari kerajaan
tersebut. Dan juga terdapat pohon bodhi tempat Sang Buddha
mencapai pencerahan (penerangan sempurna) yang masih berdiri
kokoh.

Meski tempat ini tinggal reruntuhan, kita sebagai umat Buddha asih
arus menjaga nya. Dan mengunjungi, karena dapat menunjukan
kepada diri sendiri akan keyakinan terhadap agama Buddha.

C. Taman rusa isipatana.


Taman rusa isipatana ini adalah tempat pertama kalinya dhamma
dibabarkan oleh yang tercerahkan. Dhamma tersebut dibabarkan
kepada 5 orang pertapa yang melalui jalan ekstrim dengan
penyiksaan diri yang berlebihan.
Taman rusa ini adalah milik anathapindika, seorang hartawan
yang berkeyakinan penuh terhadap sang Buddha. Tanah rusa ini
disumbangkan kepada buddhadhamma.
Pada senja yang sejuk, hari bulan purnama Asalha, 588 S.M,
Sang Bhagava tiba di Migadaya, Taman Rusa di Isipatana. Melihat
Sang Buddha datang dari kejauhan, mereka sepakat untuk tidak
memberi hormat kepadaNya.
Akan tetapi, sebagai bentuk penghormatan sebelumnya,
mereka menyediakan sebuah tempat duduk sehingga Beliau dapat
memutuskan sendiri apakah akan menerimanya atau tidak.
Kemudian, ketika kelima petapa melihat Sang Bhagava semakin
dekat, mereka mulai memperhatikan bahwa Ia tidak tampak seperti
Petapa Gotama yang dulu mereka layani di Hutan Uruvela selama
enam tahun. Mereka melihat bahwa tubuh-Nya bercahaya
cemerlang tiada banding, dan mereka juga mendapatkan kesan
tenteram dan damai dari diri-Nya.

Tak seorang pun di antara mereka yang sadar apa yang


tengah terjadi karena mereka akhirnya tak kuasa menaati
kesepakatan awal mereka yang menolak menghormati-Nya.
Akhirnya mereka mempersilahkan sangbuddha untuh duduk
diatas jerami yang segera mereka persiapkan.

D. Kusinara
Di tempat inilah sangbuddha membabarkan suttanya yang terakhir,
Mahaparinibbana sutta. Sutta ini merupakan sutta terpanjang
diantara sutta sutta lainya.
Di tempat ini merupakan tempat yang sangat berharga,
karena di tempat ini jugalah, sangbuddha menahbiskan bhikkhu
yang terakhir, subbhada.
Dan ada nilaiyang sebenarnya jauh lebih penting yaitu di
tempat ini jugalah sangbuddha parinibbana dan di kremasi.

Dan ada hal unik mengenai peristiwa kremasi, yaitu abu


pembakaran jenazah sangbuddha menjadi sejenis batu permata,
bukan partikel abu semata. Dan partikel batu tersebut dibagikan ke
seluruh vihara besar di dunia.
Adapula kalimat yang diucapkan sangbuddha untuk meningatkan
kita akan ketidakkekalan, yaitu:
Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku
akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku
senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Anda mungkin juga menyukai