2, September 2013
ISSN: 2087-8869
INDUSTRI
INOVATIF
INDUSTRI
Inovatif
Volume : 3
Nomor : 2
Halaman
1 37
Malang
September
2013
ISSN
2087-8869
ISSN: 0852-0000
INDUSTRI
INOVATIF
INDUSTRI
ISSN: 2087-8869
INOVATIF
1,3,4)
2)
Jurusan Teknik Industri D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang
Jurusan Teknik Industri S1, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang
ABSTRAK
Kebutuhan akan kamar mandi sangat diperlukan oleh para penyandang cacat netra untuk mempermudah
aktifitas.Hal ini juga diperkuat dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NOMOR : 30 / PRT /
M / 2006 Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, mengenai
penyediaan fasilitas dan aksesibilitas prasarana dan sarana pada bangunan gedung dan lingkungannya. Sehingga
perlu adanya sebuah desain fasilitas umum yaitu kamar mandi disertai penempatan simbol berbasis huruf Braille
yang khusus dibuat untuk mereka para penyandang cacat fisik kususnya penyandang cacat netra.
Penelitian ini menggunakan prinsip ergonomi sebagai dasar dalam menentukan ukuran simbol berikut
penempatan simbol dan fasilitas kamar mandi. Penggunaan kuesioner bertujuan untuk mengetahui kriteria
display yang diinginkan pengguna, menentukan pembobotan kriteria dengan metode AHP, memperluas ruang
solusi desain dengan peta morfologi, menentukan desain terpilih menggunakan matrik zero-one dan matrik
evaluasi.
Dari hasil penelitian didapatkan sebuah model kamar mandi dengan penggunaan simbol berbasis huruf
braille timbul dan penambahan perangkat mandi berupa tiang. Dengan spesifikasi : ukuran simbol sebesar
panjang 21,40 cm x lebar 16,25 cm. Tinggi peletakan simbol dan tiang dari lantai yaitu sebesar : 142,00 cm.
Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada para instansi terkait di bidang layanan publik maupun segala
pihak yang berkepentingan mendapatkan kemudahan dalam menggunakan fasilitas kamar mandi umum.
Kata kunci : Model, Kamar Mandi, Penyandang Cacat Tunanetra
INDUSTRI INOVATIF
METODE
Sumber data pada penelitian ini
diperoleh dari wawancara dan kuesioner yang
disebarkan kepada 51 responden cacat netra.
Langkah-langkah yang digunakan dalam analisa
dan pengolahan adalah:
1. Pengumpulan dan pengolahan data
Anthropometri untuk menentukan
ukuran desain.
2. Pengujian validitas dan reliabilitas
kuesioner dengan Software SPSS 14.0
for Windows.
3. Pembobotan
kriteria
dengan
menggunakan metode AHP.
4. Peta Morfologi untuk mendapatkan
beberapa alternatif desain sesuai
kriteria dari AHP.
5. Menentukan desain terpilih dari
beberapa alternatif desain dengan
Matrix Zero-One dan Matrik Evaluasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengolahan Data Antropometri
Berdasarkan perhitungan dan pengolahan data
antropometri yang telah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan perhitungan
untuk
menentukan ukuran perancangan simbol dan
model kamar mandi. Berikut adalah data-data
anthropometri
yang
dibutuhkan
dalam
perancangan ini beserta hasil perhitungannya.
A.
95 . 51
100 43
P95 = 139,5 + 3
= 142 cm
B. Tinggi Telapak Tangan
Data
anthropometri
yang
digunakan untuk tinggi telapak tangan
adalah 95 persentil, yang bertujuan untuk
memberi batas atas maksimum untuk
menentukan panjang dan lebar simbol
huruf Braille.
100 48
P95 = 19,5 + 2
= 21,4cm
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan
kepada 51 responden cacat netra di UPT
Rehabilitasi Cacat Netra Malang, untuk
menentukan kriteria apa saja yang diperlukan
dalam perancangan model kamar mandi berikut
penempatan simbol huruf braille kamar mandi,
diperoleh hasil dan kesimpulan bahwa:
1. Kriteria kenyamanan menjadi kriteria
yang penting dalam perancangan model
kamar mandi berikut simbol , diperoleh
persentase sebesar 43%.
2. Kriteria mudah dipahami menjadi kriteria
yang penting dalam perancangan,
diperoleh persentase sebesar 58%.
3. Kriteria praktis menjadi kriteria yang
penting
dalam
perancangan
yang
ergonomis, diperoleh persentase sebesar
42%.
4. Kriteria fungsi menjadi kriteria yang
penting
dalam
perancangan
yang
ergonomis, diperoleh persentase sebesar
49%.
5. Kriteria keamanan menjadi kriteria yang
penting
dalam perancangan
yang
ergonomis, diperoleh persentase sebesar
76%.
Dari data hasil penyebaran kuesioner diatas,
dapat diambil kesimpulan tentang kriteria
model kamar mandi berikut simbol ( petunjuk )
yang diinginkan oleh responden, antara lain:
1. Kenyamanan
2. Mudah Dipahami
3. Praktis
4. Fungsi
5. Keamanan
Pembobotan Kriteria dengan AHP
Dari hasil pengolahan data, didapatkan
kesimpulan bobot untuk masing-masing kriteria
adalah sebagai berikut:
Bobot
0,34
Bobot(%)
34%
Model
0,23
23%
Estetika
0,20
20%
Fungsi
0,12
12%
Keamanan
0,11
11%
Spesifikasi :
Panjang simbol : 21,4 cm
Lebar simbol : 16, 25 cm
Tinggi peletakan simbol dan tiang
diukur dari lantai : 142,00 cm.
Closet : closet dduduk
Bak mandi : oval ( pabrikan )
Ukuran kamar mandi : 1,5m x 2m
Data Arsitek 1
INDUSTRI INOVATIF
KESIMPULAN
Setelah mengetahui bobot kriteria dan sub
kriteria dari masing-masing rancangan model
kamar mandi yang telah dibuat dengan
manggunakan
matriks
perbandingan
berpasangan pada metode AHP, maka akan
diperoleh kesimpulan berupa kriteria model
yang kemudian diolah dengan mengunakan
Matrik Zero-One dan Matrik Evaluasi sehingga
diperoleh rancangan simbol huruf braille dan
model kamar mandi untuk para penyandang
cacat netra dan penempatan simbol berbasis
huruf Braille dengan spesifikasi sebagai
berikut:
1. Model simbol huruf braille kamar mandi
berbentuk persegi dengan siku berbentuk
oval. Dilengkapi dengan simbol wanita/lakilaki, huruf braille dan arah panah menuju
kamar mandi
dengan material dari
alumunium.
Ukuran simbol dengan Panjang : 21,40 cm
x Lebar : 16, 25 cm.
2. Model kamar mandi :1,5m x 2m ( Data
Arsitek 1 ) yang dilengkapi dengan bak
mandi berbentuk oval (pabrikan), closet
duduk dan tiang sebagai fungsi tambahan
berikut penempatan simbol pada dinding
luar kamar mandi. Ukuran
tinggi
penempatan simbol dan tiang dari ujung
lantai sebesar 142,00 cm.
1
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang
Jurusan Teknik Industri S1, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang
ABSTRAK
Depot 29 adalah salah satu rumah makan yang berada di kota Malang dan sering dikunjungi oleh pendatang
dari luar Malang, permasalahan yang terjadi adalah dalam proses pencucian gelas di dapur khususnya gelas yang
berukuran agak panjang dalam proses pembersihannya cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Dilihat
dari segi kesehatan dalam pembersihan gelas tersebut kurang terjamin. Mengabaikan prinsip-prinsip kerja
ergonomis dan tidak produktif kondisi tersebut bisa dilihat dari lamanya waktu proses pengerjaan, terutama
untuk proses pekerjaannya yang masih manual. Dalam perancangan model ini yang perlu dilakukan adalah
mengetahui kekurangan-kekurangan alat pencuci gelas yang telah ada saat ini. Setelah itu mengetahui criteria
alat pencuci gelas yang layak dan sesuai. Kemudian mengembangkan model perancangan alat pencuci gelas
berikut fasilitas-fasilitas yang memudahkan pengguna dan memilih model yang layak serta sesuai. Pendekatan
yang digunakan adalah penelitian untuk mengetahui kekurangan-kekurangan alat pencuci gelas. Kemudian
evaluasi dan pertimbangan ergonomis dalam perancangan alat ini ditujukan dengan diaplikasikannya data
anthropometri dan pengukuran kinerja operator yang bisa dilihat dari waktu/output kerja yang lebih produktif.
Kata Kunci : Alat cuci gelas semi otomatis, depot 29, ergornomi
INDUSTRI INOVATIF
3. Kamera HP, untuk membuat contoh data
yang berupa gambar.
4. Stopwatch atau Timer, untuk mengukur
waktu kerja yang dibutuhkan untuk
proses pencucian gelas secara manual
(tangan) yang akan diteliti selama
penelitian berlangsung.
5. Alat pencuci gelas yang digunakan saat
ini, untuk digunakan sebagai bahan
perbandingan perancangan alat pencuci
gelas yang baru.
Gambar 2. Alternatif II
c. Alternatif III
Kelebihan:
Menggunakan motor berarus DC
Kekurangan:
Bentuk melebar kelihatan kurang
menarik
Warna kurang menarik
Gambar 1. Alternatif I
Gambar 3. Alternatif III
INDUSTRI INOVATIF
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan atau penelitian,
pengukuran dan perancangan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Data anthropometri menunjukkan untuk
tinggi alat menggunakan, untuk lebar alat
menggunakan P5 : 30, untuk tinggi alat juga
menggunakan P5 : 51. Perhitungan beban
torsi menunjukkan bahwa pengoperasian
alat baru lebih ringan daripada alat lama.
2. Perbandingan Wn, Wb, di alat lama dan baru
Tabel 1. Perbandingan Waktu Normal dan
Waktu Baku dari Alat Lama dan Alat Baru
Perbandingan
Waktu Normal
Waktu Baku
Alat Lama
4.1 menit /
gelas
4.5 menit /
gelas
Alat Baru
1.15 menit
/ gelas
0.9 menit /
gelas
SARAN
Saran yang dapat diberikan adalah, diharapkan
setelah membaca laporan ini, nantinya akan ada
penelitian dan perancangan alat yang lebih
besar kapasitasnya dan lebih efektif untuk
Industri Kecil Menengah (IKM).
DAFTAR PUSTAKA
Nurmianto, Eko. 1998. Ergonomi: Konsep
Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya.
Panero, Julius. 2000. Human Factor Dimension
and Interior Space.
Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung:
Tarsito.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi
Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna
Widya.
ABSTRAK
Abstrak, dewasa ini, kebutuhan energi dunia semakin meningkat sementara persediaan energi dari bahan
bakar fosil yang selama ini diandalkan jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, diperlukan sumber energi alternatif
yang mampu mengatasi krisis energi tersebut. Salah satu sumber energi alternatif yang sedang dikembangkan
adalah bioetanol. Bioetanol dapat diproduksi dengan cara fermentasi glukosa menggunakan ragi Saccharomyces
cerevisiae. Produksi etanol dalam penelitian ini menggunakan bahan dasar sabut kelapa yang memiliki kadar
selulosa 43,44%. Sebelum proses fermentasi, terlebih dahulu dilakukan beberapa proses pendahuluan antara lain
pemurnian selulosa dan hidrolisis selulosa hingga didapat larutan yang mengandung gula (glukosa). Larutan
hasil hidrolisis yang mengandung glukosa kemudian difermentasi selama selang waktu tertentu menggunakan
ragi Saccharomyces cerevisiae dengan penambahan nutrisi berupa (NH4)2HPO4.
Kata kunci: Sabut kelapa, ragi tape, ligninselulosa. Etanol
NaOH
Selulosa
INDUSTRI INOVATIF
(C6H10O5)n + n H2O
n(C6H12O6)
3. Tahap Fermentasi
(C6H12O6)
2CO2
S. cerevisiae
2C2H5OH +
(Jeoh, 1998 )
Pada penelitian terdahulu (Wahyudi,
2002) untuk pemurnian selulosa dilakukan
pretreatment basa menggunakan NaOH dengan
perbandingan larutan pemasak dengan bahan 1 :
4 dan dipanaskan selama 2 jam dengan suhu
100oC dan menurut Suharty lignin lebih larut
dalam NaOH dibanding dengan Alk-benzen, air
panas dan air dingin. NaOH 1% dapat
melarutkan sekitar 34,78% lignin sabut kelapa.
Dan pembuatan bioetanol dari sabut buah
siwalan diperoleh waktu fermentasi terbaik
adalah 240 jam dengan penambahan nutrisi
(NH4)2HPO4 9 gram dan ragi tape 1 gram.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
memanfaatkan limbah sabut kelapa sebagai
bahan baku pembuatan bioetanol.
METODE
Pada penelitian pembuatan pembuatan
bioetanol dari limbah sabut kelapa dengan
metode hidrolisis asam dan fermentasi dengan
menggunakan ragi tape, menggunakan bahan
dan alat sebagai berikut :
Pada penelitian ini menggunakan variable tetap
antara lain:
Berat sabut kelapa
: 100 gram
Volume air tambahan : 1000 mL
Konsentrasi NaOH
: 1%
Waktu hidrolisis
: 4 jam
Suhu hidrolisis
: 100oC
pH hidrolisis
: 2,3
Berat ragi
: 1 gram
Suhu Fermentasi
: 30oC
pH fermentasi
:5
Berat (NH4)2HPO4
: 9 gram
Sedangkan variable berubahnya yaitu:
Konsentrasi HCl : 10, 20, dan 30%
Waktu fermentasi : 7, 8, 9, 10, 11 hari
Bahan Dan Alat
Berikut alat-alat yang digunakan:
Alat yang digunakan yaitu, autoclaf,
beakerglass, botol sampel, erlenmeyer, gas
LPG, gelas arloji, gelas pengaduk, incubator,
10
Keterangan : S : Selulosa
L : Lignin
11
INDUSTRI INOVATIF
Pengaruh Waktu Fermentasi
Kadar Etanol yang dihasilkan
1.
2.
12
3.
SARAN
1.
Untuk penelitian selanjutnya perlu
dilakukan penentuan ukuran sampel
sabut kelapa, pengovenan sampai berat
konstan untuk sampel awal dan
melakukan analisa kadar hemiselulosa.
2.
Perlu diadadakan peninjauan ulang
tentang hubungan konsentrasi HCl
dengan pH hidrolisis.
3.
Perlu diadakan penelitian lebih
lanjut untuk lama waktu fermentasi guna
mendapatkan hasil yang lebih optimal.
4.
Untuk penelitian selanjutnya perlu
dilakukan
modifikasi
alat
yang
digunakan pada proses fermentasi
sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Budidaya Kelapa. (Online),
(http://Ic.bppt.go.id./itpek/index.php?,
diakses tanggal 7 Mei 2012)
Anonymus. Komoditi Kelapa. (Online),
(http://disbunjatim.go.id/komoditi_kelapa.
php diakses tanggal 10 Oktober 2012)
Ansory, Rahman. 1992. Teknologi Fermentasi.
Jakarta: Arcan
Gumbira, Said E. 1987. Bioindustri Penerapan.
Teknologi Fermentasi. Ed 1. Mediatama
Sarana Perkasa.
Hermiati E, Mangunwidjaja D, Sunarti CT,
Suparno O, Prasetya B. 2010. Pemanfaatan
Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu
Untuk Produksi Bioetanol. Jurnal Litbang
Pertanian.
13
INDUSTRI INOVATIF
Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang
ABSTRAK
Perkembangan teknologi untuk membangun Sistem Basis Data yang semakin cepat memberikan solusi
tersendiri dalam pemecahan masalah khususnya yang berhubungan dengan data spasial. Internet adalah salah
satu media untuk memenuhi kebutuhan informasi dan aplikasinya yang dapat diakses secara cepat dalam
jangkauan yang luas. Akses yang cepat dan mudah memberikan kemudahan tersendiri bagi penggunaan
informasi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Untuk itu dikembangkan suatu aplikasi Sistem Basis
data berbasis Web yang merupakan suatu sistem yang memberikan informasi berupa data spasial yang
menampilakan daerah- daerah yang memiliki potensi bencana alam. Aplikasi sistem basis data ini sangat
bermanfaat baik untuk pemerintahan maupun masyarakat. Pemerintah dapat memanfaatkan aplikasi sistem
basis data untuk memonitor kawasan bencana alam. Bagi masyarakat luas dengan mengakses aplikasi ini maka
mereka akan memperoleh banyak informasi mengenai kawasan-kawasan yang memiliki potensi bencana yang
mungkin akan terjadi disekitarnya. Dengan demikian pemerintah maupun masyarakat dapat meminimalisir
kerugian bencana alam baik dari segi materi maupun non materi termasuk korban jiwa. Hasil Akhir berupa
Sistem Basis data untuk membantu memonitor adanya kawasan rawan bencana alam.
Kata kunci: Sistem Bisis Data, Potensi Bencana.
Perkembangan
teknologi
untuk
mengembangkan sistem basis data semakin
cepat yang akan memberikan solusi tersendiri
dalam pemecahan masalah khususnya data
spasial yang akan memberikan informasi
mengenai wilayah-wilayah yang rawan
terhadap bencana alam. Internet adalah salah
satu media untuk memenuhi kebutuhan
informasi dan aplikasinya yang dapat diakses
secara cepat dalam jangkauan yang luas. Akses
yang cepat akan mudah memberikan informasi
yang
dibutuhkan.
Untuk
itu
dalam
mengembangkan aplikasi sistem basis data
berbasis web akan dapat memberikan informasi
data spasial yang menginformasikan kawasankawasan rawan bencana alam. Karena
keberadaan suatu kawasan tidak bisa terlepas
dari adanya potensi rawan bencana alam,
sehingga pemerintah dan masyarakat harus
selalu siap untuk menghadapai segala
kemungkinan yang akan timbul terutama
terhadap rawan bencana alam.
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana membangun suatu sistem
basis data spasial untuk membantu memonitor
kawasan-kawasan yang rawan terhadap bencana
alam.
14
METODE
Membangun Program Basis data WEB
Membangun program untuk basis data
yang berbasis web di fokuskan diri pada sisi
server. Untuk mengetahui alir program dapat
dilihat pada Gambar 1.
Back End
MySQL
Front End
Middle End
Home
Peta
Panduan
Query
MapServer
Bentuk Map File (*.map)
dan File PHP (*.php)
Galeri
15
INDUSTRI INOVATIF
16
17
INDUSTRI INOVATIF
Mujiono
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang
ABSTRAK
Pembuatan kotak kardus dengan bahan kardus merupakan yang bisa dijadikan usaha rumahan yang
berprospek cerah namun pada umumnya saat ini cara potongannya masih banyak yang menggunakan cara
manual yaitu memakai pisau cutter dan mal kotak kardus, dimana alat ini mempunyai banyak kekurangan, antara
lain hasil potongan dan kapasitasnya sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumen memerlukan
banyak waktu dan tenaga (19,5 menit untuk pembuatan kotak kardus 42 pcs )
Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan adalah melakukan pengamatan dan
penelitian sekaligus wawancara untuk mengetahui apa yang dibutuhkan operator terhadap alat kerja pembuatan
kotak kardus. Data yang dibutuhkan oleh penelitian ini meliputi data antropometri yang digunakan dalam
penelitian yaitu, tinggi siku berdiri yang digunakan untuk menentukan tinggi kerangka alat pembuat kotak
kardus dengan persentil 5 % , jangkauan tangan kedepan yang digunakan untuk menentukan lebar dari kerangka
alat pembuat kotak kardus dengan persentil 5 % , jangkauan tangan kesamping digunakan untuk menentukan
panjang kerangka alat pembuat kotak kardus dengan persentil 5 %. Selain itu juga dilakukan analisa aktifitas,
analisa ergonomi, analisa estetika, dan analisa teknis.
Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan waktu proses pembuatan kotak kardus dari 27,17 menit
menjadi 12,11 menit sehingga prosentase pengerjaan yang lebih cepat daripada dengan cara lama 124,4 %
dengan output standart cara kerja lama 2,2 ikat/menit menjadi 4,92 ikat/menit Sehingga prosentase kenaikan
output standart 123,6 %
Kata kunci : Anropometri,Perancangan,Ergonomis
Di
era
globalisasi
ini
banyak
bermunculan produk- produk baru yang
mempunyai bentuk dan desain yang selama ini
belum pernah ada ( inovasi ) itu semua
diakibatkan karena ketatnya persaingan antar
industri kecil atau industri rumahan dan
diantara salah satu banyak produk tersebut tentu
memerlukan wadah atau pembungkus yang
pada umumnya menggunakan kotak kardus.
Dari sekian banyak produk dari industri
kecil rumahan bergantung pada wadah atau
pembungkus kotak kardus, namun pada saat ini
industri kecil pembuatan kotak kardus masih
menggunakan cara manual dalam penggunaan
alat. Pada dasarnya untuk pembuatan kotak
kardus menggunakan cutter, pisau potong tekan
atau pisau silet, mal kotak kardus dan mal kotak
kardus dibedakan jadi dua sisi, sisi kanan dan
sisi kiri kemudian kedua sisi tersebut dilem
pakai lem kayu dan pembuatan kotak kardus ini
dengan posisi berdiri dan agak membungkuk,
sehingga
untuk
memenuhi
kebutuhan
konsumen memerlukan banyak waktu dan
tenaga, selain itu ukuranya tidak seragam,
bagian kotak kardus tersebut ada yang
terpotong dan tidak terpotong, sehingga terjadi
keterlambatan kebutuhan konsumen untuk
18
kotak kardus
sehingga dikatakan kurang
ergonomis.
Berdasarkan kekurangan- kekurangan
diatas maka di butuhkan sebuah alat kerja
pembuatan kotak kardus yang menggunakan
kaidah ergonomi sehingga dapat memperlambat
proses kelelahan pada tubuh, mempersingkat
waktu kerja, dan pada akhirnya akan dapat
meningkatkan output standart saat ini , yang
pada
akhirnya
dapat
meningkatkan
produktifitas.
Perancangan
fasilitas
kerja
pada
perusahaan yang dapat saat memenuhi syarat
saat dioperasikan harus memiliki penampilan
yang baik, memenuhi standart performance
yang ditetapkan, tingkat keandalan yang cukup
tinggi,
sedang
optimal
penggunaanya
tergantung pada aktifitas tenaga kerja untuk
memanfaatkan rancangan fasilitas kerja
tersebut.
Dua prinsip konsep Human Integrated
Design yang digunakan dalam merancang
fasilitas kerja yaitu:
1. Seorang perancang fasilitas kerja harus
menyadari benar bahwa faktor manusia
akan menjadi kunci kesuksesan dalam
penggunaan perancangan fasilitas kerja.
19
INDUSTRI INOVATIF
20
Jenis
data
Tinggi
siku
Jangkau
an
samping
Jangkau
an
depan
BKA~B
KB
Kesimpul
an
30
107,
1
3, 113,5~10
2 0,7
Data
Seragam
30
86,3
3, 92,6~78,
2 9
Data
Seragam
30
72,6
3,
3
Data
Seragam
84,2~71,
3
N'
Kesimpulan
Tinggi siku
30
1,5
Data cukup
30
2,2
Data cukup
30
2,8
Data cukup
Jangkauan
samping
Jangkauan
depan
1
Ws
1
=
27,17
Os =
= 0,03
Jadi untuk menghitung output standart yang
dilakukan selama 1 jam ( 60 menit) sebagai
berikut :
Qs ( selama 1 jam )
= Qs x lama jam kerja
= 0,03 x 60 menit
= 2,2 ikat / menit untuk 42 pcs kotak
B. Hasil Rancangan
5%
50 %
Tinggi siku
102,25
cm
106,64
cm
85,75
cm
77,89
cm
Jangkauan
samping
Jangkauan
depan
80,5 cm
72,1 cm
95 %
112,5 cm
91,1 cm
82,9 cm
100%
100% % allowance
100%
= 22,83 x
100% 16%
= 27,17 menit
21
INDUSTRI INOVATIF
Perhitungan
Waktu
Menggunakan Alat Baru
Kerja
Dengan
100%
100% Allowance (%)
100%
10,3 x
100% 15%
12,11 menit saja
1
12,11
1
Ws
=
=
Ws
Ws(lama) Ws (baru )
100%
Ws(baru )
27,17 12,11
100% = 124,4 %
=
12,11
Os(baru ) Os(lama )
100%
Os(lama)
4,92 2,2
100%
=
2,2
Os =
= 123,6 %
22
DAFTAR PUSTAKA
Darmaprawira W.A, Sulasmi. 2002. Warna,
Teori Dan Kreatifitas Penggunanya,
Edisi Kedua.Bandung : ITB.
Iftikar, Z Sutalaksana, DKK.1979 Teknik Tata
Cara Kerja Bandung : Departemen
Teknik Industri ITB.
Julius dan Martin. 1979. Dimensi manusia Dan
Ruang Interior. Jakarta : Erlangga
Nurmianto, Eko. Ergonomi Studi Gerak dan
Waktu, 1996 ITS Guna Widya Surabaya
Sularso Kiyokatsu Suga. 1997. Dasar
Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta : Pradnya Paramitha.
Wigjosoebroto, Sritomo. 2000. Ergonomi, Studi
Gerak Dan Waktu, Edisi Kedua.
Surabaya : Guna Widya
23
INDUSTRI INOVATIF
1)
2)
Mahasiswa S2 Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang
Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK
Accelerated Failure Time (AFT) adalah metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar peubah yang
mempengaruhi waktu survival. Metode ini diperluas dengan menggunakan model cure rate. Model cure rate
digunakan apabila data survival terbagi menjadi dua kelompok pasien yaitu susceptible dan immune. Pasien
dikatakan susceptible apabila pasien mengalami kejadian yang diamati (kematian) dan dikatakan immune apabila
pasien tersebut masih hidup pada akhir penelitian. Model AFT dengan penambahan model cure rate diterapkan
dalam 3 sebaran yakni sebaran Eksponensial, Weibull dan Log Logistik kemudian diaplikasikan untuk
mengetahui hubungan antara usia pasien (Y1) dan waktu menunggu hingga memperoleh donor (Y2) terhadap
waktu survival pasien penerima sumsum tulang belakang (X). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
kesimpulan bahwa model AFT parametrik dapat digabungkan dengan model cure rate dengan terlebih dahulu
membentuk fungsi survival dari model AFT parametrik. Model AFT parametrik dengan penambahan model cure
rate hanya dapat digunakan apabila waktu survival terbagi menjadi dua kelompok pasien, yakni susceptible dan
immune. Penambahan model cure rate memberikan tambahan informasi, yakni dapat diketahui pula proporsi
individu yang masih hidup (tersensor) dalam kasus ini. Informasi ini dapat berguna untuk mengetahui
keefektifan dari pengobatan yang telah dilakukan.
Kata kunci: Accelerated Failure Time, model cure rate, eksponensial, Weibull, Log - Logistik
24
25
INDUSTRI INOVATIF
Eksponensial
Weibull
Log Logistik
Tabel 2 Model AFT Parametrik dengan Penambahan Model Cure Rate setelah Dilakukan
Pendugaan Parameter pada Kasus Transplantasi Sumsum Tulang
Waktu survival
dianggap
mengikuti
sebaran:
Eksponensial
Weibull
Log logistik
Pembahasan
Pada kasus ini, jumlah pasien meninggal
lebih banyak daripada jumlah pasien yang
masih hidup dengan nilai
.
Sehingga apabila terdapat 100 pasien yang
menerima transplantasi sumsum tulang, hanya
39 pasien yang akan mengalami kesembuhan.
Oleh karena itu perlu dikembangkan metode
penyembuhan
yang
lainnya
untuk
meningkatkan jumlah pasien yang hidup setelah
pengobatan dilakukan.
Nilai
bernilai negatif artinya,
bertambahnya usia pasien akan membuat waktu
survival pasien semakin menurun. Hal ini
disebabkan oleh semakin menurunnya stamina
dan ketahanan hidup pasien pada usia lanjut.
Sementara itu nilai
bernilai positif, artinya
waktu survival pasien dipengaruhi oleh waktu
26
menunggu
hingga
memperoleh
meskipun pengaruhnya sangat kecil.
donor,
KESIMPULAN
Model
AFT
parametrik
dapat
digabungkan dengan model cure rate. Hal ini
dilakukan dengan terlebih dahulu membentuk
fungsi survival dari model AFT parametrik.
Fungsi survival tersebut kemudian menjadi
fungsi survival awal pada model cure rate.
Model AFT parametrik dengan penambahan
model cure rate hanya dapat digunakan apabila
waktu survival terbagi menjadi dua kelompok
pasien, yakni susceptible dan immune. Model
AFT parametrik dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh peubah penjelas (dalam
kasus ini adalah usia pasien dan waktu
menunggu hingga memperoleh donor) terhadap
waktu survival pasien penerima transplantasi
DAFTAR PUSTAKA
Collet, D. 2003. Modelling Survival Data In
Medical Research. Chapman & Hill.
London.
Iachine, I. 2007. Basic Survival Analysis.
Biostatistik-Basale Begreber.
http://www.biostat.sdu.dk/courses/e02/ba
salebegreber/bbsure01sm.pdf
Tanggal akses: 11 November 2012.
Jenkins, S.P. 2005. Survival Analysis.
http://www.chestnut.org/li/downloads/tra
ining_memos/survivalanalysis.pdf
Tanggal akses: 10 November 2012.
Kannan, N., Debasi, K., Nair,P. dan Tripatih,
R.C. 2010. The Generalized Exponential
Cure Rate Model with Covariates.
Journal of Applied Statistics 37 (2): 1625
1636.
Klein, J. P. 1995.Survival Analysis: Techniques
for Censored and Truncated Data.
Springer-Verlag. New York.
Kleinbaum, D.G. dan Klein, M. 2005. Survival
Analysis: A Self-Learning Text. SpringerVerlag. New York.
Lee, E.T. dan Wang, J.W. 2003. Statistical
Methods for Survival
Data Analysis.
John Wiley and Sons, Inc. New Jersey.
Qi, J. 2009. Comparison of Proportional
Hazards and Accelerated Failure Time
Models.
Thesis.
Department
of
Mathematics and Statistics University of
Saskatchewan.
Venkatesan, P. dan Ramon T.T. 2012.
Accelerated Failure Time Frailty Model
in Survival Analysis. International
Journal of Science and Technology 2 (2).
27
INDUSTRI INOVATIF
Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang
ABSTRAK
Ruang terbuka hijau memberi banyak manfaat, selain sebagai penyerap air hujan, dan penahan angin,
ruang terbuka hijau juga dapat berfungsi sebagai produsen atau penghasil oksigen, yang mana oksigen
merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Perkembangan Kota Malang yang mementingkan pembangunan akan
menyebabkan semakin berkurangnya ketersediaan ruang terbuka hijau sebagai penghasil oksigen yang berakibat
pada meningkatnya suhu di perkotaan dan berkurangnya produksi oksigen untuk proses pernapasan makhluk
hidup khususnya manusia . Dengan adanya Sistem Informasi Geografis dapat di lakukan sebuah analisa untuk
mengetahui kesesuaian kebutuhan konsumsi oksigen di perkotaan dengan cara melakukan analisa terhadap luas
ruang terbuka hijau yang ada di masing-masing kecamatan yang berada di Kota sehingga bisa diketahui berapa
produksi oksigen yang di hasilkan dan akan dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi oksigen 1 orang
penduduk di suatu Kota perharinya, Dari hasil analisis diperoleh informasi tentang kebutuhan konsumsi oksigen
di Kota Malang yaitu bahwa dari 5 kecamatan yang ada di kota Malang 1 di antaranya memiliki konsumsi
oksigen yang kurang sesuai yaitu kecamatan Klojen. Sedangkan 4 kecamatan lainnya yaitu kecamatan
Kedungkandang, kecamatan Lowokwaru, kecamatan Sukun dan kecamatan Blimbing memenuhi kebutuhan
konsumsi oksigen, sehingga masuk kebutuhan konsumsi oksigen ideal yaitu 0,864 kg/hari per orang.
Kata kunci: Sistem Informasi Geografis (SIG), Oksigen, Lahan Hijau dan jumlah Penduduk.
28
kesesuain kebutuhan
konsumsi Oksigen di ukur
dengan kriteria:
- Jumlah oksigen yang di
produksi
- Jumlah konsumsi
Oksigen
- Jumlah penduduk
METODE
Dalam pelaksanaan penelitian Analisis
kesesuaian kebutuhan konsumsi oksigen
dimana untuk mengetahui gambaran penelitian
dapat di lihat pada gambar 2.
Persiapan:
- Pengumpulan Data
- Klasifikasi Data
Data Spasial:
Data Atribut:
- Peta Administrasi
- Peta Tata guna lahan
Pemilihan dan
pengelompokan data
atribut
Membangun topologi
OK)
Penyimpanan data
atribut
Topologi
(OK)
Penyimpanan Data
Spasial
29
INDUSTRI INOVATIF
30
2. Kecamatan Sukun
Kecamatan sukun memiliki luas RTH
7.667.238 m dari luas keseluruhan seluas
21.192.688 m, dan memiliki jumlah
penduduk sebanyak 191.255 jiwa. Mampu
memproduksi oksigen sebanyak 460.034
kg/hari untuk mencukupi kebutuhan
konsumsi oksigen penduduk berjumlah
191.255 jiwa untuk perharinya, yang mana 1
orang penduduk membutuhkan oksigen
untuk di konsumsi sebanyak 0,864 kg/hari
(Herliani 2007,dalam niti sesanti, Eddy
Basuki dan Mustika Anggraini 2011) atau
dengan total keseluruhan sebesar 165.244
kg/hari, sehingga dapat di simpulkan bahwa
kebutuhan konsumsi oksigen di kecamatan
Sukun di nyatakan sesuai.
3. Kecamatan Klojen
Kecamatan klojen memiliki luas RTH
394.977 m dari luas area keseluruhan
Kecamatan Klojen yaitu 8.893.291 m, dan
memiliki jumlah penduduk sebanyak
110.700 jiwa. Mampu memproduksi oksigen
sebanyak 23.698 kg/hari untuk mencukupi
kebutuhan konsumsi oksigen penduduk
berjumlah 110.700 jiwa, yang mana 1 orang
penduduk membutuhkan oksigen untuk di
konsumsi sebanyak 0,864 kg/hari atau
dengan total keseluruhan sebesar 95.644
kg/hari, sehingga dapat di simpulkan bahwa
kebutuhan konsumsi oksigen di kecamatan
Klojen di nyatakan kurang sesuai.
4. Kecamatan Lowokwaru
Kecamatan Lowokwaru memiliki luas RTH
7.677.810 m
dari luas keseluruhan
23.201.038 m, dan memiliki jumlah
penduduk sebanyak 161.204 jiwa. Mampu
memproduksi oksigen sebanyak 460.668
kg/hari untuk mencukupi kebutuhan
konsumsi oksigen penduduk berjumlah
161.204 jiwa, yang mana 1 orang penduduk
membutuhkan oksigen untuk di konsumsi
31
INDUSTRI INOVATIF
Addy Utomo
ABSTRAK
Englishis an important language to communicate for any levels of students. Unfortunetely, although the
students get this language from early, they still cannot master it well. They are not good in passing many skills of
English, just like the speakingskill, writingskill, readingskill, and also listening skill. As a matter of the fact
above, it makes the teachers have an additional duty to give a better method in teaching them in order that they
can accept the lesson well and get a better result at the end. That is why the researcher is interested in
conducting a method, reading instruction, to be implemented in EngineeringDepartment of ITN Malang in the
first semester.Here, the researcher faces a problem, thatis how can reading instructionincrease students
comprehension inunderstanding EnglishEngineering. This study is intended to see how the reading
instructioncan increase students comprehension in understanding English Engineering. The researcher uses two
types of reading instruction, those are: direct and indirect instruction.Getting the data, the researcher uses a class
action research because he takes the data by himself. He teaches the students by the help of a collaborator. To
get the data, the researcher uses an interview, observation, test, questionnaire, and also documentation as the
instruments. Here, the researcher conducts two cycles, in which every cycle consists of four steps, those are:
planning, acting, observing and evaluating, and also reflecting. During the two cycles conducted, the students get
improvement. At the first cycle, the students get a mean as 77.75. Meanwhile at the second cycle, they get the
mean as 88.67. From this result, it is shown that the method is successful. Some suggestions are extended for the
other researchers. The other researchers are suggested to apply this method to other skill of English, just like at
speaking subject or take the different subject of the study for the next research.
Key words: English engineering, reading instruction.
32
33
INDUSTRI INOVATIF
Analysis
Discovery
Cause
Implementing
Doing the process of
Observing
Collecting the data about
implementing the strategy
(conducting reading
Conclusion and
report
Planning
Preparing the teaching
plans (the objectives,
media, and assessment
procedure)
Analyzing and
Reflecting
Work
ed
Failed
FINDING
After conducting the research, the
researcher found that reading instruction can
help increasing students comprehension in
understanding English Engineering.At the
preliminary study, from all students as the
subject of the study, they were almost found did
not understand the text they had read as the test.
They also had no any good motivation in trying
to understand the reading text. In this study, the
researcher used 2 cycles, in which there were 4
steps on each. The first cycle consisted of 8
meetings. The first until the forth meeting was
used for giving direct instruction. And the fifth
until the eighth meeting was used for indirect
instruction. After that, the students were tested
to read a selected text which had the same level
as the text given at preliminary study. They
were given some questions about the text and
were asked to retell the content of it. The result
showed improvement. It students got a mean
77.75. After that, the researcher tried to do the
same step at the second cycle. And it shows a
higher result. The students got a mean 88.67.
34
CONCLUSION
Before conducting the reading instruction
method, the students ITN Malang has a lack of
comprehension in understanding Engineering
English. It makes them hard to understand the
content of the text they have read before. The
students get some difficulties in retelling the
content of the reading text. It proved when the
researcher conducted the pre-observation; he
saw
that
mostly
the
studentswere
notinterestedin English class. Further, when the
researcher conducted the trial test, he found that
even in one reading text that consists of 500
words, most of them could not catch the content
of the text.That is really bad result. After that,
the researcher implemented reading instruction
as a method in reading class. This method is
implemented in the research in two cycles
which have 8 meetings for each. During joining
the method, the students looked interested.
There were some improvements that appeared
in the class. The students were actively
following the reading class. This method was
created to stimulate the students to be active in
reading. Thatmethod worked well. It can be
shown by the students' result. They were
passing
the
researcher's
target
in
comprehending the reading text through reading
instruction.
REFERENCES
Ary, Donald. 1979. Introduction to Research in
Education. United Sates of America:
Northern Illions University.
Hill, L.A. 1985. Word Power.Hongkong:
Oxford University Press.
Stern, H.H. 1986. Fundamentals concepts of
Language Teaching. Hongkong: Oxford
University Press.
Lado, Roberts, 1961. Language Teaching. New
York: McGraw Hill Inc.
Pietro,
R.
J.
D.
1987.
Strategic
Interaction.Learning Through Scenarios.
Cambridge: Cambridge University Press.
Rivers, W.M. 1987. Interactive Language
Teaching. Cambridge: Cambridge
University Press.
www.jstor.org/discover/.
willapabay.org/~thelewis5/section3.
grammar.about.com/od/rs/g/readingterm.
Abstrak, untuk naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan jenis
Times New Roman, ukuran 10 pt, spasi tunggal, dan satu kolom. Isi abstrak terdiri dari
judul, ringkasan permasalahan, tujuan , metode, hasil dan pembahasan. Abstrak sebaiknya
tidak menyertakan rujukan, dan jumlah kata 150 kata. Dengan margin kanan dan margin
kiri masing-masing 0,5 inci
Kata kunci adalah istilah yang mewakili ide-ide atau konsep dasar terkait dengan ranah
permasalahan yang diteliti.maksimum 5 kata kunci yang digunakan (1 spasi dari abstrak)
Artikel
1. Penulisan Gambar
Gambar ditempatkan lurus kiri dalam kolom
berjarak satu spasi tunggal dari paragraf.
Gambar dapat diletakkan setelah atau
sebelun penunjukkan dalam naskah.
Gambar diberi nomor dan diurut dengan
angka. Nama gambar diletakkan dibawah
gambar dan berjarak satu spasi tunggal dari
gambar. Bila menggunakan keterangan,
maka digunakan huruf lebih kecil. Gambar
hasil pustaka harus disertai sumber pustaka
(Sumber: nama pengarang, tahun). Gambar
harus dapat dicetak dengan kualitas baik.
(Sumber: Pranamuda,2007)
3. Sumber Pustaka
Sumber pustaka dituliskan dalam bentuk
uraian hanya terdiri dari nama penulis
dan tahun penerbitan. Nama penulis
tersebut harus tepat sama dengan nama
yang tertulis dalam daftar pustaka.
INDUSTRI INOVATIF
ISSN: 2087-8869