Anda di halaman 1dari 25

I.

Judul Praktikum
Alat Indera

II.

Tujuan Praktikum
1. Pengecap
a. Menentukan kecermatan pengecapan pada penggunaan beberapa bahan
b. Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer,
berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan.
c. Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap sensasi primer.
2. Pembau
a. Mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan seseorang.
3. Hubungan pembau dengan pengecap
a. Mengetahui pentingnya bau terhadap kesan pengecapan.
4. Pengaruh dingin terhadap rasa sakit
a. Mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa sakit/nyeri
5. Kepekaan Sentuhan
a. Mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit.
b. Melatih kepekaan terhadap sentuhan
6. Bintik buta
a. Mengetahui jarak benda yang bayangnnya jatuh pada bintik buta.
7. Reflek pupil terhadap intensitas cahaya
a. Mengetahui reflek pupil ketika ada cahaya yang masuk
8. Reflek pupil terhadap akomodasi mata
a. Mengetahui reflek pupil terhadap akomodasi mata

III.

Dasar Teori
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai
fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan
adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi
dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Indera berperan sebagai
reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsang.
Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar
untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar
tubuh dapat ditangkap oleh reseptor dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama
indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah.

A. Reseptor
Menurut Guyton (1988) macam reseptor berdasarkan jenis rangsang adalah:
1. Kemoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa bahan kimia.
contoh: bau.
2. Mekanoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa deformasi
mekanik. Contoh: sentuhan dan suara.
3. Termoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa suhu (baik
itu suhu panas maupun suhu dingin). Contoh: ketika terkena api dan memegang
es.
4. Fotoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa cahaya.
Contoh: cahaya matahari.
5. Elektroreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa listrik.
Misalnya dimiliki oleh hewan aquatik, yaitu belut listrik. Digunakan sebagai alat
untuk mempertahankan diri.
6. Magnetoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa medan
magnet. Contoh: medan magnet bumi (navigasi arah utara dan selatan), misalnya
dimiliki oleh lebah madu yang digunakan untuk menemukan makanan.
B. Alat Indera
Alat indera merupakan organ-organ tertentu yang dispesialisasikan untuk
menerima jenis rangsangan dengan perantara serabut saraf yang membawa kesan
tertentu dari organ indera menuju otak yang akhirnya akan ditafsirkan. Kesan
tertentu itu seperti sentuhan, pengecap, penglihatan, penciuman dan suara. Indera
manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang sangat peka terhadap rangsangan
tertentu. Ada lima macam indera pada manusia, yaitu indera pembau, indera peraba,
indera penglihatan, indera peraba, serta indera pendengar.
1) Indera Pengecap
Lidah adalah kumpulan otot rangka yang terdapat pada bagian lantai mulut
berguna untuk membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan.
Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas
pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara. Sebagian besar, lidah
tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah
dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu
otot ekstrinsik dan intrinsik.

Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut
papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu: papila filiformis berbentuk seperti benang
halus, papila sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang
lidah, papila fungiformis berbentuk seperti jamur.

Gambar 1. Struktur papilla pada lidah. (Sumber: http://www.sentraedukasi.com/2011/08/indra-pengecap.html)


Papila berfungsi sebagai indera pengecap yang memiliki bagian bagian
tertentu pada lidah untuk mengecap rasa. Tiap rasa yang masuk ke dalam
rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda. Rasa manis
dapat dirasakan pada lidah bagian depan. Rasa asin terletak di kedua sisi tepi
bagian depan lidah. Rasa asam dapat dirasakan pada kedua sisi lidah bagian tepi
belakang. Rasa pahit terletak di daerah lidah bagian tengah belakang.

Gambar

2.

Daerah

perasa

pada

lidah

(Sumber:

http://www.sentra-

edukasi.com/2011/08/indra- pengecap.html)

a. Rasa Manis
Rasa manis biasanya berasal dari zat non ionik, seperti gula, aldehida, ikatan
nitro, beberapa khlorida alifatis (misalnya khloroform), sulfida, benzoik

(saccharine). Zat zat ionik yang mempunyai rasa manis sangat terbatas,
misalnya pada garam timbel (Pb) dan garam berilium (Be). Meskipun zat-zat
tersebut menimbulkan rasa manis, tidak semuanya digunakan sebagai bahan
pemanis makanan. Ada dua golongan bahan pemanis makanan (sweeteners),
yaitu golongan pemanis bergizi dan golongan pemanis tidak bergizi. Golongan
pertama disebut golongan gula sedangkan golongan kedua termasuk: antara lain
sakharin dan siklamat. Rasa manis biasanya dinyatakan dengan gula (sukrosa),
dengan nilai 100. Tingkat kemanisan zat-zat lain diukur berdasarkan rasa manis
gula pasir.
b. Rasa Asam
Rasa asam sebenarnya hanya berasal dari ion hidrogen (H+) yaitu zat yang
dapat berionisasi dan melepaskan ion hidrogen yang hanya dapat menghasilkan
rasa asam. Ion H+ selalu diimbangi dengan adanya anion. Jika anion yang
mengimbanginya adalah OH- maka akan netral, karena ion H+ akan segera
membentuk HO dan diturunkan konsentrasinya menjadi tinggal 10 (Jati, 2007).
Agar konsentrasi H+ tetap tinggi, kation tersebut harus diimbangi dengan anion
lain.
Berdasarkan jenis anionnya dapat digolongkan menjadi asam organik dan
asam anorganik. Asam organik ialah jika anionnya zat organik (asetat, sitrat)
dan asam anorganik jika anionnya anorganik (Cl-, SO4-, NO3-).
Intensitas rasa masam disebabkan oleh kecepatan penetrasi asam ke sel.
Meskipun demikian tidak dapat mengkorelasikan penetrasi dengan keasaman
(acidity). Umumnya stimulasi rasa asam berhubungan dengan kenaikan
solubilitas lipoid, dengan bertambahnya panjang rantai serta gugus-gugus
fungional tertentu yang mengurangi solubilitas air. Masuknya gugus-gugus
polar ke asam-asan organik mengurangi daya penetrasinya dan kemasamannya.
Rasa asam jauh lebih rumit dalam cairan-cairan biologis yang komplek daripada
dalam larutan murni yang sederhana.
c. Rasa Asin
Rasa asin berasal dari zat-zat ionik yaitu anionik dan kationik. Beberapa zat
yang ternasuk anionik adalah Cl -, F -, CO2, SO4-. Sedangkan yang termasuk zatzat kationik adalah Na+, K+, Ca++, Mg++, dan NH 4+. Rasa asin yang biasa
digunakan untuk makanan adalah yang berasal dari garam dapur, NaCl. Rasa
asin dibentuk oleh garam terionisasi yang kualitas rasanya berbeda-beda antara

garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa
lain selain rasa asin. Garam akan menimbulkan rasa ketika ion natrium (Na+)
masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal (atas), selain masuk lewat
kanal pada lateral (sisi) sel rasa.
d. Rasa Pahit
Rasa pahit berasal dari zat-zat non ionik yaitu pada alkohol, caffein,
strychnine, brucine, quinin, beberapa glucasida linamarin dan beberapa ikatan
polynitro seperti asam piktrat. Rasa pahit pada umumnya tidak dikehendaki.
Tetapi untuk beberapa makanan atau minuman diperlukan sedikit rasa pahit,
seperti bir, rokok, kopi dan teh.

2) Mekanisme Kerja Alat Pengecap


Zat kimia dalam bentuk larutan yang sampai ke puting pengecap di lidah,
menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu masuknya Na+ dan keluarnya K+ dari sel
reseptor. Depolarisasi berlanjut menyebabkan terbentuknya potensial aksi yang
dihantarkan oleh saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke otak untuk diolah
sehingga timbul sensasi rasa. Kombinasi dari rasa-rasa ini berhubungan dengan
tekstur, temperatur, bau busuk dan sensasi dari sense kimia umum yang
memproduksi sebuah rasa sehingga kita dapat tahu rasa dari makanan yang kita
makan.
1) Indera Pembau
Rongga hidung dikenal sebagai indera pembau. Rongga hidung (nasal cavity)
berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke tenggorokan menuju paru paru.
Rongga hidung ini dihubungkan dengan bagian belakang tenggorokan dan
dipisahkan oleh langit-langit mulut kita yang di sebut dengan Palate.
Hidung manusia dibagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang di
sebut dengan nostril. Dinding pemisah disebut septum, terbuat dari tulang yang
sangat tipis. Rongga hidung dilapisi dengan rambut dan membran yang
mensekresi lendir. Mucous membrane berfungsi mengahangatkan udara dan
melembabkannya. Bagian ini membuat mucus (lendir atau ingus) berguna untuk
menangkap debu, bakteri, dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak
paru-paru.
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang
disebut epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-

sel penyokong. Sel reseptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamenfilamen seperti rambut pada permukaannya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju
bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi oleh selsel penunjang yang berupa sebaris sel-sel epitel silindris berlapis banyak semu.

Gambar 3. Sel reseptor olfaktori (Sumber: Guyton, 1988)


2) Mekanisme Kerja Pembau
Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di
udara. Pada bagian atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat
sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian
pendeteksi bau (smell receptors). Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor,
sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Gas yang masuk
ke dalam hidung larut dalam lendir hidung di bagian atas rongga hidung. Gas ini
akan merangsang ujung saraf pembau dan menyebabkan terjadinya depolarisasi
yaitu Na+ masuk dan K+ keluar dari reseptor (ujung saraf). Depolarisasi dapat
menyebabkan terjadinya potensial aksi dan dihantarkan dalam bentuk impuls ke
otak untuk diolah. Kemudian pada otak akan memproses bau apakah yang telah
tercium oleh hidung kita.
3) Fungsi hidung
a. Alat Penciuman
Nervus olfaktorius atau saraf kranial melayani ujung organ pencium.
Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung yang
dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung. Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel
yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan

serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius adalah bagian yang


berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di atas
lempeng kribiformis tulang ethmoid. Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak
melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung,
hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus
temporalis otak, dimana perasaan itu ditafsirkan (Pearce, 2002).
b. Saluran Pernapasan
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir semua sinus
yang mempunyai lubang masuk ke rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi
dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel
cangkir atau sel lendir. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan
berlendir. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epithelium
pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat
memperbesar permukaan selaput lendir tersebut.

Sewaktu udara melalui

hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, arena
kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya membuat udara menjadi
hangat kemudian melalui penguapan air udara menjadi lembab. (Pearce, 2002).
c. Resonator
Merupakan ruang atas rongga untuk resonansi suara yang dihasilkan
laring, agar memenuhi keinginan menjadi suara hidung yang diperlukan. Bila
ada gangguan resonansi, maka udara menjadi sengau yang disebut nasolalia
(Bambang, 1991).
d. Regulator atau Pengatur
Konka adalah bangunan di rongga hidung yang berfungsi untuk mengatur
udara yang masuk, suhu udara dan kelembaban udara.
e. Protektor Atau Perlindungan
Hidung untuk perlindungan dan pencegahan (terutama partikel debu) yang
ditangkap oleh rambut untuk partikel yang lebih kecil, bakteri dan lain-lain
melekat pada mukosa (Bambang, 1991).

C. HUBUNGAN PEMBAU DAN PENGECAP


Organ yang khusus kaitannya dengan indera pengecap adalah lidah. Lidah terdiri
atas dua kelompok otot yaitu otot intrinsik digunakan untuk gerakan halus dan otot

ekstrinsik digunakan untuk gerakan-gerakan kasar. Lidah terletak pada dasar mulut
(Pearce, 2002).

Gambar 4. Bagian - bagian Lidah (Pearce, 2002)


Menurut Syaifuddin (2009), terdapat empat letak rasa pada lidah yaitu asam, asim,
manis, dan pahit, namun terkadang seseorang dapat merasakan beraratus-ratus rasa yang
diduga merupakan gabungan dari empat kesan primer tersebut dengan komposisi yang
berbeda-beda.
Indera penciuman atau pembau adalah alat dalam rongga badan yang erat
hubungannya dengan indera perasa. Sebagian rasa makanan merupakan kombinasi dari
indera perasa dan pembau. Pada manusia, bau memiliki muatan afeksi yang bisa
menyenangkan atau membangkitkan rasa penolakan atau nafsu makan. Hidung merupakan
organ indera penciuman. Hidung memiliki bentuk dan struktur menyerupai kerucut.
Olfaktory bulb adalah organ pendeteksi bau yang berasal dari makanan. Reseptor
olfaktorius berada pada bagian khusus mukosa hidung dan berpigmen kekuningan. Pada
setiap reseptor olfaktorius merupakan satu neuron (Syaifuddin, 2009).

Gambar 5. Anatomi Hidung (Wasida, 2010)

Gambar 6. Reseptor pada organ pembau (Wasida, 2010)


Pembau dan pengecap saling bekerja sama sebab rangsangan bau dari makanan
dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori.
Keadaan ini akan terganggu saat seseorang menderita influenza dimana hubungan antara
rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makann dari makanan di mulut
tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya.
1. Indera Peraba
Indera peraba terdapat di kulit dan sering disebut tangoreseptor. Indera peraba
merupakan eksteroreseptor, yaitu reseptor yang mampu menerima rangsangan dari luar.
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan
dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun
atas empat lapis sel antara lain stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di
sebelah atasnya, stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit
menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya

menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna


kulit, kehitaman, atau kecoklatan, stratum lusidum dan stratum korneum.
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang,
sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai
rangsangan, sebagai alat ekskresi, serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan
fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Ujung
saraf reseptor peraba ini bermacam-macam. Ada yang berupa ujung saraf bebas, ada yang
berkelompok dan berselubung disebut ujung saraf korpuskel (puting peraba) masingmasing akan cocok untuk satu tipe rangsang saja. Ujung saraf peraba yang penting adalah
sebagai berikut:
1) Ujung saraf Paccini merupakan sraf peraba tekanan
2) Ujung saraf sekeliling akar rambut merupakan saraf peraba
3) Ujung saraf Ruffini merupakan saraf perasa panas
4) Ujung saraf Krausse merupakan respon terhadap lingkungan dingin
5) Ujung saraf tanpa selaput merupakan saraf perasa nyeri
6) Ujung saraf Meissner, merupakan mekanoreseptor sentuhan ringan

Gambar 7. Penampang Kulit (Sumber: http://kidsgen.blogspot.com/2010/07/saraf-perabadan- perasa-pada-kulit-2.html)

Mekanisme kerja kulit


Kulit meraba suatu benda kemudian rangsangan diterima oleh ujung-ujung syaraf
peraba, rangsang diteruskan ke otak, otak memproses sehingga kita dapat merasakan
kasar, halus, panas atau dingin suatu benda.
2. Indera Penglihatan
Mata memiliki reseptor penglihatan dan sistem pembiasan yang memfokuskan sinar
pada reseptor yang terdapat di retina sehingga mampu mengenali benda-benda yang ada

di sekitarnya dengan cepat. Mata juga meiliki reseptor khusus yang mampu mengenali
perubahan warna dan sinar yang datang. Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di
retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus
humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata
normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling
peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel
batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen
ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang
terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi
kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang
yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel batang makin
berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.

Gambar

8.

Struktur

bola

mata

(Sumber:

http://id.shvoong.com/medicine-and-

health/medicine- history/2077833-reseptor-yang-juga-memiliki-fungsi/)

a. Mekanisme Kerja Indera Penglihatan


Sinar dari luar masuk ke mata melalui kornea, pupil, aqueous humor,
lensa,viterous humor dan sampai ke retina. Sinar yang sampai ke retina akan
menyebabkan perubahan potensial listrik di sel reseptor yang disebabkan oleh
masuknya ion Na+ dan keluarnya ion K+. Perubahan potensial listrik ini disebut
dengan depolarisasi. Depolarisasi di reseptor menyebabkan potensial reseptor.
Potensial reseptor yang mencapai ambang letup dapat mencetuskan potensial aksi.
Potensial aksi akan dihantarkan oleh sel saraf dalam membentuk impuls listrik ke

otak bagian oskipitalis (otak besar bagian kepala belakang) untuk diolah. Dari mata
kanan dihantarkan ke lobus kiri, sebaliknya mata kiri ke otak lobuskanan.
Di bagian belakang adalah kholoroid yang banyak mengandung pembuluh
darah. Fungsi pembuluh darah ini adalah menyuplai makanan dan oksigen ke selsel mata. Pada bagian depan kholoroid terbuka membentuk lubang bundar yang
disebut pupil terletak di belakang kornea. Kholoroid mengandung pigmen.
Kholoroid yang terletak di sekitar pupil disebut dengan iris. Fungsi iris adalah
mengatur banyak sedikitnya sinar yang datang, sedangkan kholoroid adalah
menyerap sinar yang datang sehingga tidak memantul kembali ke retina. Pada
bagian belakang pupil terdapat lensa yang jernih dan transparan sebab tersusun
oleh protein kistalin. Lensa mata dapat berubah kecembungannya. Perubahan
kecembungan ini disebut dengan akomodasi. Kemampuan akomodasi mata diatur
oleh otot yang disebut dengan muskulus siliaris. Ruangan diantara kornea dan
lensa terisi cairan yang encer yang disebut dengan aqueous humor, sedangkan di
bagian dalam mata terisi oleh cairan yang pekat dan transparan yang biasa disebut
dengan vitreous humor.
D. PUPIL TERHADAP INTENSITAS CAHAYA
Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris. Pupil mata tergantung dari iris
atau semacam otot kecil. Sifat-sifat iris:
a. Mendekat jika cahaya masuk terlalu terang, dan menjauh jika cahaya masuk terlalu
redup.
b. Jika saat tidak terkena cahaya maka pupil mengecil atau meredup secara langsung,
jika mata sudah dalam keadaan siap pupil mengecil secara perlahan
Pupil memiliki kemampuan akomodasi dan konversi. Akomodasi adalah kemampuan
lensa mata untuk mencembung akibat kontraksi otot siliaris. Otot siliaris atau otot polos
dapat merenggang dan mengendorkan selaput yang menggantungkan lensa. Akomodasi
dapat menyebabkan daya pembiasan lensa bertambah kuat. Selain akomodasi, terjadi
konversi sumbu penglihatan dan kontriksi pupil bila seseorang melihat benda yang dekat.
Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh iris sesuai dengan
intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Saat berada di tempat gelap dimana intensitas
cahayanya kecil maka pupil akan membesar, agar cahaya dapat lebih banyak masuk ke
mata. Saat berada di tempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup tinggi
atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk kemata untuk

menghindari mata agar tidak selalu, bila mata diarahkan ke salah satu mata pupil akan
berkontraksi. Hal ini disebut refleks pupil atau refleks cahaya pupil.
Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar yang melibatkan sistem saraf
pusat dalam memberikan jawaban atau respons segera setelah adanya rangsang pada
reseptor. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui refleks arc. Gerak refleks dapat
digunakan pada pemeriksaan neurologis untuk mengetahui kerusakan atau pemfungsian
dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Gerak refleks dapat dilatih misalnya
pengulangan dari gerakan motorik pada latihan olah raga atau pengaitan dari rangsang
oleh reaksi otomatis selama pengkondisian klasikal.
Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya pupil. Macam-macam
refleks pupil antara lain:
Respon cahaya langsung: Jika pupil terkena sinar dari samping (sehingga pupil tidak
memfokuskan cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat
reaksinya terhadap cahaya. Maka pada keadaan normal terkena cahaya, pupil yang
disinari akan mengecil.
Respon cahaya konsensual: Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil
lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.

E. PUPIL TERHADAP DAYA AKOMODASI MATA


Pada organ penglihatan terdapat retina yang sangat peka terhadap cahaya. Retina
berhubungan dengan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang
memanjang sampai ke otak. Pada retina ini bayangan benda akan terbentuk sehingga
dapat melihat suatu benda, tapi jarak antara lensa mata dan retina selalu tetap sehingga
dalam melihat benda-benda pada jarak tertentu perlu mengubah kelengkungan lensa
mata.
Mengubah kelengkungan lensa mata berarti mengubah jarak titik fokus lensa.
Untuk mengubah kelengkungan lensa mata dilakukan oleh otot siliar. Hal ini
dimaksudkan agar bayangan yang dibentuk oleh lensa mata selalu jatuh di retina. Pada
saat mata melihat dekat lensa mata harus lebih cembung (otot-otot siliar menegang) dan
pada saat melihat jauh lensa harus lebih pipih (otot-otot siliar mengendor). Mencembung
dan menipisnya lensa mata inilah yang disebut dengan akomodasi. Daya akomodasi mata
diatur melalui saraf parasimpatis. Perangsangan syaraf parasimpatis menimbulkan
kontraksi otot siliaris akan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias.

Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding
waktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata frekuensi
impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan
jelas.
Kemampuan akomodasi mata akan meningkat saat melihat objek jarak jauh dan
dekat. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang retina.
Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi
dengan mencembungkan lensa. Semakin dekat benda yang akan dilihat maka benda akan
berakomodasi semakin kuat hingga batas maksimum.
Daya akomondasi mata yaitu kemampuan memfokuskan bayangan agar jatuh tepat
pada bintik kuning sehingga kita dapat meliat objek. Apabila melihat objek yang
letaknya jauh lensa mata menjadi pipih, tetapi jika melihat objek yang letaknya dekat
maka lensa mata menjadi lebih cembung. Pengaturan kecembuangn lensa ini diatur oleh
otot-otot lensa yang melingkar (otot siliaris). Saat melihat objek yang jauh otot lensa
berelaksasi, sedangkan saat melihat objek yang dekat otot lensa berkontraksi. Jarak titik
dekat adalah jarak terpendek antara benda atau objek dengan mata sehingga mata masih
mengenali benda itu dengan jelas. Usia seseorang dapat mempengaruhi parubahan jarak
titik dekat. Pada usia anak-anak jarak titik dekat pendek, tetapi dengan bertambahnya
usia jarak titik dekat semakin panjang. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan
Dioptri (D), lensa 1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter.
Manusia memiliki dua batas daya akomodasi (jangkauan penglihatan) yaitu:
Titik dekat mata yang disebut juga punctum proximum adalah jarak benda terdekat di
depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal (emetropi) titik
dekatnya berjarak 10cm s/d 20cm (untuk anak-anak) dan berjarak 20cm s/d 30cm (untuk
dewasa). Titik dekat disebut juga jarak baca normal.
Titik jauh mata yang disebut juga punctum romutum adalah jarak benda terjauh di depan
mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal titik jauhnya adalah tak
terhingga.
IV. Alat dan Bahan
Alat
o Cotton bud
o Cawan Petri
o Gelas kimia

o Sapu tangan
o Peta rasa (gambar lidah)
o Tissue/ kapas
o Spuit/ Syiringe 2,5 ml
o Tusuk gigi
o Pisau
o Penggaris
o Spidol
o Jam/ Stopwatch
o Jangka
o Mata uang logam
o Kertas karton
o Senter
Bahan
o Larutan NaCl (asin)
o Larutan asam
o Larutan glukosa (manis)
o Larutan kopi tanpa gula (pahit)
o Larutan cabe/ merica (pedas)
o Air putih
o Minyak menthol
o Minyak angin
o Parfum
o Minyak cengkeh
o Bengkoang
o Kentang
o Apel
o Es batu
V. Cara Kerja
o Pengecap
a. Sebelum percobaan dimulai, bersihkam dulu gusi dan lidah dari sisa- sisa makanan
dengan berkumur. Kemudian bersihkan lidah dengan tissue/ kapas agar tidak basah
oleh air ludah.
b. Tuangkan cairan pada cawan petri dan rendam cotton bud pada tiap- tiap larutan.

c. Tutup mata agar tidak agar tidak mengetahui larutan apa yang dipergunakan.
d.

Sentuhkan cotton bud pada tempat-tempat pusat pengecap dan praktikan diminta
untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap kali sentuhan dan pada tempat
mana yang paling terasa macam larutan yang disentuhkan.

e. Ulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai larutannya. Tanyakan:
Apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan tertentu (sesuai/tidak
dengan macam larutan yang dicobakan).
f. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada gambar
lidah diberi tanda + dan bila tidak sesuai diberi tanda - .
g. Ulang percobaan ini pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda. Kemudian
bandingkan hasilnya.
h. PERLU DIINGAT : Setiap penggantian larutan, praktikan harus kumur lebih
dahulu.
o Pembau
a. Praktikan tidak boleh flu /pilek.
b. Tutup mata yang bersangkutan.
c. Ambil parfum dengan jarum syringe secukupnya, kemudian lepaskan jarum dan
biarkan syringe dalam kondisi posisi terbalik ( lubang jarum menghadap ke atas)
d. Sisipkan ujung penutup pada bagian belakang dalam hidung melalui lubang hidung
satu sisi, sedangkan sisi lain lubang hidung ditutup dengan kapas, agar yang
membau hanya satu sisi saja. Kemudian praktikan membau/ menghirup. Tanyakan
bau apa yang dibaunya. Catat hasilnya!
e. Setelah itu posisi syringe diarahkan ke atas dan disuruh menghirup lagi. Tanyakan
bau apa yang dibaunya dan mana yang lebih bau pada posisi pertama atau posisi
kedua. Bandingkan! Catat hasilnya!
f. Ulangi percobaan di atas dengan bahan yang lain.
g. Tutup lubang hidung yang satu dengan kapas dan yang satu tetap terbuka.
h. Tuang bahan pada spuit secukupnya.
i. Pegang syringe dan dekatkan pada hidung yang terbuka dengan jarak 1,5 cm di
depan hidung. Kemudian mintalah praktikan untuk menghirup dan hembuskan
lewat mulut.
j. Ulangi hal ini berkali-kali sampai tidak lagi membau bahan tersebut.

k. Hitunglah Olfactory Fatigue Times (OFT), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai ketidakpekaan (kelelahan) pembau, artinya sampai tidak lagi dapat
membau sesuatu. Ulangi 3, kemudian hitung rataratanya.
l. Hitunglah Olfactory Recovery Times (ORF), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
kesembuhan pembau, artinya sampai dapat membau kembali. Ulangi 3, kemudian
hitung rata-ratanya.
m. Ulangi semua percobaan di atas dengan praktikan yang lain dan bandingkan
hasilnya.
n. Diantara bahan-bahan yang ada, bau apa yang lebih merangsang praktikan?
Jelaskan, mengapa?
o Hubungan Pembau dengan Pengecap
a. Tutup mata praktikan dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan.
b. Lidah dibersihkan dengan kapas atau tissue.
c. Letakkan sekerat bahan, secara bergantian. Tanyakan, apa yang dirasakan setiap
kali bahan diletakkan di lidah, dan tanyakan juga apakah ia dapat membau atau
mengecap.
d. Ulangi percobaan, akan tetapi pada keadaan hidung terbuka.
e. Ulangi percobaan 2 pada praktikan yang sama dan ulangi percobaan untuk
praktikan yang lain. Bandingkan!
o Pengaruh Dingin Terhadap Rasa sakit
a. Praktikan duduk dan telapak tangannya mendatar di atas meja.
b. Cubit telapak tangannya dengan intensitas sedang hingga dia mulai sakit dan
meneruskan hingga dia tidak merasakan sakit/nyeri.
c. Ulangi cubitan pada tempat yang tadi setelah membiarkan praktikan beberapa
saat.
d. Usap es dengan gerakan memutar sekitar daerah itu dan keringkan dengan tissue.
e. Catat waktu begitu ia tidak merasakan sakit.
f. Usap es tetapi pada daerah terdekat dengan area cubitan tadi.
g. Lakukan pada telapak tangan yang lain.
h. Lakukan pada praktikan yang lain. Bandingkan!
o Kepekaan Sentuhan
a. Praktikan ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas meja.
b. Letakkan kaki jangka pada jarak 3 cm dan sentuhkan dengan tekanan ringan kedua
kaki jangka tadi secara bersama-sama pada bagian ventral lengan bawah praktikan.

Jika ia merasakan dua titik maka jarak kedua kaki jangka diperkecil, sebaliknya
bila praktikan mersakan satutitik maka jarak kedua kaki diperbesar.
c. Dilakukan sedikit demi sedikit hingga memperoleh jarak terpendek yang masih
dirasakan dua titik oleh praktikan.
d. Catat data yang diperoleh.
e. Ulangi pada praktikan yang lain.
f. Ulangi kegiatan di atas pada lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian
ventral dan dorsal, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk dan
bibir.
o Bintik Buta
a. Susunlah 5 buah mata uang logam berdiri lurus ke belakang dengan jarak masingmasing 8 mm.
b. Tutuplah salah satu mata praktikan dengan karton tebal. Sedangkan mata yang
satunya tertuju pada bagian tengah dari uang logam yang terdepan.
c. Tanyakan, berapa banyak uang logam yang tampak? Uang logam mana yang tidak
kelihatan ? jarak mata uang logam itu ke mata merupakan jarak benda yang
bayangannya jatuh pada bintik buta.
d. Coba ubah ( memperbesar/ memperkecil) jarak antar mata uang logam itu,
bagaimana hasilnya? Bandingkan!
e. Ujilah juga mata yang sebelah lagi ! dan ulangi pada praktikan yang lain. Benda
yang bayangannya jatuh pada bintik buta suatu mata, bayangannya tidak akan jatuh
pada bintik buta mata sebelahnya. Orang tidak memperoleh kesan penglihatan dari
bayangan yang jatuh pada tempat yang tidak mengandung sel batang dan sel
kerucut.
o Reflek pupil terhadap intensitas cahaya
a. Ukur dan catat diameter pupil praktikan, dengan meletakkan penggaris di bawah
salah satu matanya.
b. Praktikan diminta untuk memejamkan mata dan ditutup dengan tangan atau
saputangan, sedang penggaris tetap dipegang.
c. Secara mendadak mintalah praktikan dan ukur diameter pupil matanya.
Bandingkan dengan hasilnya !
d. Praktikan diminta kembali untuk memejamkan matanya. Akan lebih baik hasilnya
apabila praktikan berada di tempat gelap.
e. Secara mendadak terangi mata dengan senter, ukur diameter pupil.

f. Ulangi pada manusia coba yang lain. Bandingkan !


o Reflek pupil terhadap akomodasi mata
a. Ukur diameter pupil pada keadaan normal praktikan, dengan meletakkan penggaris
di bawah salah satu matanya.
b. Praktikan di minta melihat benda-benda yang jauh letaknya, ukur diameter
pupilnya.
c. Praktikan di minta melihat benda-benda yang dekat letaknya, ukur diameter
pupilnya.
d. Ulangi percobaan pada praktikan yang lain.

No

Foto

Keterangan

Praktikan menghirup bau


1

yang ada pada syringe


dengan jarak 1,5 cm.

Praktikan diminta untuk


2

meengecap dan membau


bahan yang sudah
disiapkan.

Praktikan di cubit
sampai terasa nyeri pada
3

praktikum pengaruh
dingin terhadap rasa
sakit.

Pemberian es pada
tangan yang telah
4

dicubit, unutuk
mngetahui pengaruh
dingin terhadap rasa
sakit.

Praktikan melakukan
praktikum kepekaan
5

sentuhan pada lengan


bawah bagian dorsal
dengan menggunakan
jangka.

Praktikan melakukan
praktikum kepekaan
6

sentuhan pada telapak


tangan dengan
menggunakan jangka.

Praktikan melakukan
praktikum kepekaan
7

sentuhan pada ujung jari


dengan menggunakan
jangka.

Praktikan melakukan
praktikum kepekaan
8

sentuhan pada dahi


dengan menggunakan
jangka.

Praktikan melakukan
praktikum kepekaan
9

sentuhan pada pipi


dengan menggunakan
jangka.

Praktikan mengukur
pupil mata pada kaadaan
10

normal pada praktikum


reflek pupil terhadap
akomodasi mata.

Praktikan mengukur
diameter pupil mata pada
11

saat di beri cahaya sacara


tiba-tiba pada praktikum
reflek pupil terhadap
intensitas cahaya.

12

13

Larutan Glukosa pada


praktikum pengecap

Larutan NaCl pada


praktikum pengecap

14

Larutan Asam pada


praktikum pengecap

Larutan kopi penghasil


15

rasa pahit pada


praktikum pengecap

Larutan cabe penghasil


16

rasa pedas pada


praktikum pengecap

Praktikan melakukan uji

17

indera pengecap

Cotton bud yang


digunakan untuk

18

praktikum indera
pengecap

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, H.S. 1991. Ilmu Penyakit. Semarang : THT FK UNDIP


Guyton, A.C. 1988. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi. Jakarta: Ganeca Exact.
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomy and Physiology for Nurses. Jakarta: PT. Gramedia.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai