Anda di halaman 1dari 32

HOVERCRAFT

Indonesia merupakan negara kepulauan


dengan wilayah perairan kurang lebih
70%. Memperhatikan kondisi geografis
tersebut serta meningkatnya lalu lintas
antar pulau, menuntut penggunaan sarana
transportasi yang cepat, ekonomis, aman
dan nyaman. Hovercraft merupakan
alternative jawaban yang tepat untuk
digunakan di Indonesia. Salah satu
kelebihan yang dimiliki sarana transportasi
ini adalah tidak membutuhkan dermaga
atau pelabuhan khusus karena bersifat
amfibi dan memiliki kecepatan yang
relative cukup tinggi. Teknologi yang
dibutuhkan tidak rumit dan tidak mahal
serta hampir seluruh kebutuhan
materialnya terdapat di Indonesia. Oleh
karena itu Hovercraft sangat cocok untuk
dikembangkan di Indonesia, baik untuk
kebutuhan perhubungan dunia sipil maupun
militer. Pemakaian hovercraft di Indonesia,
terutama Indonesia bagian Timur dan
Tengah akan membuka jalur transportasi
baru yang akan mendorong perkembangan
perekonomian daerah tersebut melalui
kepariwisataan dan kelancaran angkutan
hasil jasa daerah, baik dari laut maupun
produk-produk kerajinan dan juga industri
untuk dipasarkan keluar daerah maupun
keluar negeri. Memperhatikan prospek
diatas, Balitbang bekerjasama dengan

Lembaga Penelitian Suryawan Dinata, ITB


dan Universitas Suryadharma,
melaksanakan litbang hovercraft, dan
sampai saat ini telah dihasilkan desain
Hovercraft 20 Penumpang, laboratorium
prototype 2 Penumpang dan reengineering
12 Penumpang.
Apa itu Hovercraft ?

Prinsip Kerja Hovercraft.


Hovercraft adalah suatu kendaraan yang
berjalan diatas bantalan udara (air
cushion). Bantalan udara tersebut
ditimbulkan dengan cara meniupkan udara
ke ruang bawah hovercraft (plenum
chamber) melalui skir (sekat yang
lentur) sehingga tekanan udara didalam
plenum chamber lebih tinggi daripada
tekanan udara luar sehingga
timbul gaya angkat. Untuk menggerakkan
hovercraft, digunakan gaya dorong yang

diperoleh dari propeller seperti pada


pesawat udara. Gambar 1 berikut,
menunjukkan prinsip kerja
hovercraft. Gaya angkat hovercraft bekerja
pada penampang yang luas, sehingga
tekanan terhadap tanah atau air (ground
pressure) yang ditimbulkan tidak besar.
Dengan demikian kendaraan ini dapat
berjalan diatas lumpur, air maupun daratan
dengan membawa beban yang cukup berat.
Karena tidak adanya kontak langsung
antara hovercraft dan daratan (air), maka
hambatan yang terjadi kecil sehingga
hovercraft dapat melaju dengan kecepatan
tinggi.
Melihat kemampuan teknisnya, penggunaan
hovercraft dapat memberikan beberapa
keuntungan.
Kendaraan ini hampir tidak
terpengaruh oleh kondisi tanah (air)
dibawahnya, seperti perairan dangkal, laut
berkarang dan perairan berarus deras
dapat dilintasi dengan mudah. Hovercraft
dapat melintasi rintangan keras sampai
setinggi 0,5 m atau lebih tanpa kesulitan
berarti. Hovercraft dengan sifat amfibinya
maka tidak diperlukan prasana pelabuhan
khusus atau dapat mendarat dimana saja
sebagai contoh di pantai.

Komponen Pembentuk Hovercraft.


Terdapat 3 (tiga) komponen utama dari
hovercraft, sebagai berikut :
1. Hull yakni badan hovercraft yang dapat
dibuat dari marine alluminium, fiber glass,
dsb. serta dibuat kedap air. Rongga di
dalam hull diisi dengan polyurethane foam
yang membuat hovercraft tetap
mengapung jika terjadi kebocoran pada
hull.

2. Skirt yaitu bagian hovercraft yang


berfungsi untuk menahan udara dibawah
hovercraft agar tidak mudah keluar. Skirt
terbuat dari tekstil yang dilapisi karet
untuk menjaga agar udara tetap berada di
dalam ruang dibawah hull.
3. Sumber Tenaga Hovercraft, biasanya
disediakan oleh mesin diesel atau bensin.
Mesin digunakan untuk memutar propeller
yang akan menghasilkan gaya dorong.
Operasionalisasi Hovercraft
Pemakaian hovercraft dewasa ini diluar
negeri sudah sangat berkembang baik di
negara maju maupun di negara
berkembang, sebagai kepentingan sipil,
militer maupun misi khusus ( SAR,
ambulance dll). Seiring dengan kemajuan
teknologi, maka implementasi teknologiteknologi baru untuk menunjang keandalan
Hovercraftpun terus dikembangkan. Ini
membuat posisi hovercraft semakin mantap
di dalam bersaing baik dinilai dari segi
keandalan, keamanan, maupun ekonomi.
Kepentingan komersial.

Kendaraan ini sudah dipakai di beberapa


negara seperti Inggris sebagai angkutan
penumpang dan ferry. Hovercraft type SRN4 yang dioperasikan di selat Inggris mampu
mengangkut 370 penumpang dan 50
kendaraan jenis sedan dengan kecepatan
jelajah kurang lebih 110 km/jam.
Hovercraft juga telah digunakan oleh
airline seperti JAL di Jepang, SAS di
Denmark (gambar cover) dan lain lain. Di
India dan Cina hovercraft telah banyak
digunakan digunakan sebagai angkutan
penumpang dan ferry terutama pada
daerah teluk.
Kepentingan Militer.

Hovercraft juga telah digunakan dalam


berbagai operasi militer sebagai kapal
pendarat pasukan maupun tank dari laut
atau dari danau ke daratan. Tidak ada
kendaraan permukaan lain yang dapat
melakukan pendaratan pada pantai
berlumpur. Dengan ground pressure yang
rendah, kendaraan ini dapat berjalan
dengan aman melintasi pantai yang telah
ditanami ranjau tanpa mengaktifkan ranjau
tersebut. Pendaratan dapat dilakukan
sejauh mungkin masuk ke daratan pada
daerah yang datar seperti padang pasir
atau padang rumput. Sebagai contoh
pendaratan tank dan pasukan pada perang
Teluk di Kuwait menggunakan hovercraft
dan pendaratannya dilakukan pada pantai
yang beranjau serta masuk kedaratan
sampai sejauh 10 Mil. Melihat keunikkannya
maka kendaraan ini juga memungkinkan
untuk dipakai sebagai kapal penyapu
ranjau. Gambar B
Kepentingan SAR.

Karena kelebihannya, penggunaan


hovercraft sebagai kendaraan SAR juga
sangat efektif. Sebagai contoh gambar
dibawah memperlihatkan hovercraft sedang
melintas dari daerah banjir ke jalanan
untuk evakuasi. Sebagai contoh di Belanda
kendaraan ini telah digunakan sebagai
sarana SAR untuk daerah banjir, guna
perbaikan tanggul yang jebol. Pada
umumnya daerah banjir tidak memiliki
kedalaman yang merata serta mepunyai
banyak rintangan dibawah air yang sulit
untuk diantisipasi. Contoh lainnya adalah
penggunaan hovercraft sebagai SAR adalah
di Bangladesh dan Somalia untuk
pengungsian dan suplai bahan makanan.
Gambar C (hover-banjir)

Prospek Pengoperasian Hovercraft di


Indonesia.
Hovercraft sangat cocok untuk dioperasikan
di Indonesia melihat kondisi negara
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau.
Tidak semua pulau memiliki fasilitas
pelabuhan yang memadai dan khususnya
untuk Indonesia bagian Tengah dan Timur
banyak pulau yang tidak memiliki
pelabuhan. Berikut ilustrasi jalur potensial
antar pulau di perairan Indonesia : Gambar
D (peta)
Di bidang wisata, keberadaan hovercraft
dapat menggantikan pesawat terbang
untuk penjualan paket wisata ke daerah-

daerah yang tidak terjangkau oleh pesawat


terbang. Dengan menggunakan
hovercraft, paket tersebut dapat dijual
dengan harga yang jauh lebih murah
sehingga akan meningkatkan jumlah
penumpang domestik maupun
internasional.
Kendaraan ini juga sangat cocok untuk
patroli pantai terutama pada pantai atau
laut yang banyak karangnya. Sebagai
contoh diperairan Riau dimana pada daerah
tersebut banyak terjadi penyelundupan dan
perampokan, pada umumnya pelakunya
dapat lolos karena melarikan diri ke
perairan yang berkarang. Patroli laut
menggunakan hovercraft akan dapat
dengan mudah mengatasi hal ini karena
kemampuan operasinya pada
berbagai medan dan kecepatannya yang
cukup tinggi.
Hovercraft juga dapat dioperasikan dalam
penanggulangan bencana banjir yang
sering terjadi di Indonesia. Kemampuannya
untuk melintasi tempat berarus deras
dengan kedalaman yang tidak terduga akan
sangat membantu operasi pengungsian dan
pemberian bantuan ke daerah yang
terisolasi banjir.
Selain daripada itu, karena keunikan
Hovercraft yang tidak memerlukan
pelabuhan khusus, akan dengan mudah dan
murah untuk merancang pelabuhan terpadu
antara hovercraft, kereta api, bus dan

pesawat terbang. Sebagai contoh terminal


bus diSemarang yang terletak dekat
dengan laut dan jalan kereta api, dapat
dengan mudah dibentuk terminal terpadu.
Hal ini akan sangat mengurangi kepadatan
lalu lintas dan dapat menekan ongkos
angkutan dan waktu perjalanan.
Gambaran secara rinci peruntukan
Hovercraft berdasarkan pengguna sebagai
berikut : (tabel-1)
Prospek Pengembangan Hovercraft
Perbandingan waktu tempuh dengan
berbagai sarana transportasi.
Melihat kemampuannya dan pengalaman
penggunaan hovercraft di berbagai negara
lain, hovercraft dinilai sangat ideal untuk
dipakai sebagai sarana transportasi
penumpang antar pulau di Indonesia. Untuk
mengkaji ke-efektifan penggunaan
hovercraft, perbandingan waktu tempuh
antara hovercraft, hydrofoil, pesawat
terbang dan kapal laut dapat dipakai
sebagai tolok ukur. Dalam perhitungan
waktu tempuh ini, diambil beberapa rute
seperti yang tercantum pada tabel berikut.
Perhitungan ini meliputi perjalanan
dari kota keterminal laut atau udara dan
juga sebaliknya (di kota pemberangkatan
dan tujuan) serta waktu perjalanan. Untuk
pesawat terbang perhitungan termasuk
waktu lapor (check in) dan pengambilan

barang. (tabel2)
Jika dilihat waktu tempuh diatas, maka
penggunaan hovercraft efektif sampai
dengan jarak 1000 km. Pada jarak 300 km
atau kurang, hovercraft mempunyai
keefektifan lebih tinggi dan waktu
pejalanan bagi penumpang lebih pendek
dari pada pesawat. Pada jarak 500 Km,
seperti rute Surabaya-Banjarmasin
perbedaan waktu tempuh hovercraft hanya
berbeda 1 - 1,5 jam dibandingkan dengan
pesawat terbang.
Perbandingan ongkos operasi dengan
berbagai sarana transportasi.
Jika ditinjau dari direct operating cost-nya
(tabel perbandingan DOC dibawah), maka
DOC untuk hovercraft hanya 35 % dari DOC
pesawat terbang atau hampir sama dengan
kapal laut. Sehingga hal ini akan
menurunkan ongkos angkut yang lebih
murah dari pesawat dan dengan waktu
perjalanan yang relatif sama (antar
pusat kota). (tabel3)
Catatan : Ongkos dalam Rupiah dengan
load faktor 100 %
Melihat DOC hovercraft jauh lebih murah
dari pesawat, maka untuk angkutan cepat
jarak pendek sampai menengah adalah
sangat sesuai untuk dilayani dengan
kendaraan tersebut. Seperti yang telah

dijelaskan diatas bahwa hovercraft tidak


memerlukan pelabuhan khusus, maka
kendaraan ini dapat dioperasikan
diperairan dangkal atau berkarang
terutama untuk menunjang parawisata.
Penggunaan hovercraft untuk tujuan
daerah wisata laut seperti di
Maluku, Bali, Lombok dll akan sangat
menunjang kepariwisataan daerah
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
penjualan paket wisata yang jauh lebih
murah dari pesawat dan dengan
menggunakan hovercraft para wisatawan
dapat lebih menikmati pemandangan laut.
Pada pengoperasian hovercraft ini juga
dapat digunakan sekaligus sebagai
angkutan barang (seperti hasil laut dll).
Prospek Pengembangan dan Pembuatan
Hovercraft di Indonesia.
Melihat kebutuhan teknologi, tenaga ahli,
prasarana dan material untuk pembuatan
hovercraft kami menilai sangat memadai
dan layak. Teknologi hovercraft pada
dasarnya adalah gabungan antara teknologi
pesawat terbang dan kapal laut. Teknologi
ini telah dikuasi secara baik oleh bangsa
Indonesia dan bukan merupakan teknologi
tinggi. Teknologi pengendalian dan material
yang merupakan bagian penting pada
hovercraft, telah banyak menjadi topik
research untuk beberapa tugas doktoral

maupun master di T.U Delft dari beberapa


pelajar Indonesia.
Peralatan yang dibutuhkan dalam
pembuatan badan (body) hovercraft adalah
sama dengan peralatan yang digunakan
untuk pembuatan kapal fiber glass, dimana
fasilitas ini banyak terdapat di Indonesia.
Pada teknologi material, telah ditemukan
material alternatif untuk komposite,
dimana material ini banyak tersedia di
Indonesia dalam jumlah besar dengan
harga yang sangat murah. Maka dengan ini
kami sangat berkeyakinan untuk dapat
membuat hovercraft dengan ongkos
produksi yang jauh lebih murah jika
dibandingkan dengan di Eropa atau di
negara lainnya. Hampir seluruh kebutuhan
material yang diperlukan dalam produksi
tersedia di dalam negeri.
Mesin pengangkat untuk kapasitas 250 350 penumpang cukup dengan
menggunakan satu buah mesin disel 400 Pk
atau marine disel yang lazim digunakan di
Indonesia. Mesin pendorong untuk
kapasitas penumpang tersebut, kami
rencanakan menggunakan dua buah Turbo
Prop seperti yang digunakan pada
Herculess AURI, dimana mesin ini memiliki
power yang telah mencukupi untuk
kebutuhan tersebut dan perawatannya
dapat dilakukan di engine shop milik AURI
di Malang. Maka hal ini dapat menghemat
ongkos dan waktu perawatan. Engine ini

juga dapat menjadi cadangan bagi pesawat


Herculess AURI jika terjadi keadaan darurat
di Indonesia. Untuk hovercraft dengan
kapasitas 100 - 125 penumpang cukup
menggunakan engine diesel 400 PK seperti
diatas.
Peralatan navigasi hovercraft dapat
mengunakan portable GPS (Global
Positioning System) sebagai sumber data
dan komputer setingkat PC (komputer
pribadi) dapat dipakai sebagai pengolah
data serta pengendaliannya.
Analisis Sumberdaya.
Memperhatikan kebutuhan teknologi,
sumberdaya manusia, prasarana dan
material untuk pembuatan hovercraft
dinilai sangat memadai dan layak. Pada
prinsipnya tidak ada bagian hovercraft
yang memerlukan teknologi tinggi.
Teknologi hovercraft merupakan gabungan
antara teknologi pesawat terbang dan
kapal laut, yang hingga saat ini telah
dimiliki dan dikuasai secara baik oleh
bangsa Indonesia dan bukan merupakan
teknologi tinggi. Demikian pula teknologi
material yang pada dasawarsa ini
berkembang sangat pesat dengan telah
ditemukannya material alternative untuk
composite yang banyak tersedia di
Indonesia.
Kemampuan fasilitas yang dimiliki Industri

pembuat kapal dan pesawat terbang dari


fiber glass dapat didayagunakan untuk
pembuatan body (hull) hovercraft, baik itu
industri swasta (PT. Restu Cipta Sarana)
maupun industri dalam negeri (Bekhar
Mentigi TNI AL, PT. PAL, PT. Dirgantara
Indoneisa, dll). Demikian pula halnya
pendayagunaan galangan-galangan kapal.
Komponen dan material untuk membuat
hovercraft banyak tersedia di dalam negeri
seperti blower, karet skirt, fiberglass, dan
lain-lain, kecuali untuk mesin penggerak
diesel dan propeller masih harus didukung
dari luar negeri. Namun demikian, beberapa
industri swasta nasional seperti PT.
Texmaco dan PT. Bukaka sedang
mengembangkan kemampuannya untuk
memproduksi mesin baik diesel maupun
bensin. Ketersediaan komponen dan
material di dalam negeri akan menekan
harga seminimal mungkin sehingga akan
berpengaruh pada rendahnya direct
operating cost.
Di lain pihak pendayagunaan sumberdaya
nasional, akan memberikan dampak
terhadap kepentingan strategis khususnya
dalam meningkatkan kemandirian dalam
memenuhi kebutuhan sarana transportasi
komersial dan alat peralatan pertahanan.
Litbang Hovercraft.
Balitbang Dephan bekerjasama dengan
Lembaga Penelitian Suryawan Dinata dan

Universitas Suryadharma telah


melaksanakan penelitian dan
pengembangan Hovercraft. Program
litbang ini diawali dengan program Riset
Unggulan Kemitraan yang pada waktu itu
bermitra dengan PT Telaga Herang, dan
dihasilkan desain Hovercraft 50
Penumpang. Sampai saat ini dari
kerjasama tersebut telah dihasilkan
laboratorium prototype 2 penumpang, hasil
reengineering untuk 12 penumpang , serta
desain hovercraft 20 penumpang.
Hovercraft 2 Penumpang
Sasaran program : uji konsep
Hasil yang telah dicapai pada program ini
berupa Laboratory prototype.
Spesifikasi Teknis :

Panjang =3.40 m
Payload = 140 Kg
Maximum weight = 360 Kg
Speed = 35 km/h
Capacity = 2 pax
Engine = Rotax 55 Hp
Fan = Axial Fan
Hovercraft 12 Penumpang hasil reengineering
Program litbang berupa re-engineering
terhadap hovercraft tipe Colibri 12 pax

buatan Hovertrans BV-Belanda


Spesifikasi Teknis :

Dimensi
Length overall hard structure = 12.0 m
Beam width hard structure = 5.9 m
Height off cushion = 2.2 m
Height on cushion = 2.6 m
Payload = 1400 Kg
Maximum weight = 4000 Kg
Maximum speed = 70 km/h (38 knot)
Cruise speed = 65 km/h (35 knot)
Capacity = 12 pax
Engine
Lift & Thrust = MAN 300 Hp Diesel
Power Generator
Propeller = 3 Blades Composite Variable
Pitch
Fan = Axial Fan
Hovercraft 20 Penumpang
Hasil yang telah dicapai sampai saat ini
berupa desain hovercraft 20 Penumpang
(untuk Pasukan) atau 30 Penumpang
umum. Manufacturing process telah
mencapai 65% dan saat ini terhenti karena
masalah anggaran.
Spesifkasi Teknis :
Dimensi
Length overall hard structure = 14.0 m
Beam width hard structure = 5.0 m
Height off cushion = 2.2 m
Height on cushion = 2.6 m

Payload = 2400 Kg
Maximum weight = 7000 Kg
Maximum speed = 70 km/h (38 knot)
Cruise speed = 65 km/h (35 knot)
Capacity = 30 pax (umum) 20 pax
(pasukan)

Engine
Lift = Honda 120 Hp
Thrustl = Smallblock 275 Hp
Power Generator
Propeller = 4 Blades Composite
Fan = Centrifugal Fan
Penutup
Dalam rangka kemandirian, sudah saatnya
kita galang optimalisasi kemampuan
sumberdaya nasional. Demikian pula
halnya dengan hovercraft, dengan
memperhatikan prospek pengembangannya
ke depan, perlu upaya realisasi hasil litbang
yang telah dicapai kearah yang lebih
konkrit. Memang tidaklah mudah
mewujudkan suatu harapan tanpa
komitmen segenap unsur terkait.

Kapal bantalan udara (hovercraft)


Kapal bantalan udara atau hovercraft
(bahasa Inggris: "kapal melayang") adalah
suatu kendaraan yang berjalan di atas
bantalan udara (air cushion). Bantalan
udara tersebut ditimbulkan dengan cara
meniupkan udara ke ruang bawah kapal ini
(plenum chamber) melalui skirt (sekat yang
lentur) sehingga tekanan udara di dalam
plenum chamber lebih tinggi daripada
tekanan udara luar sehingga timbul gaya
angkat. "Hovercraft sebuah alternatif moda
transportasi".Balipost online(27 Desember
2005)
Untuk menggerakkan kapal bantalan udara,
digunakan gaya dorong yang diperoleh dari
baling-baling seperti pada pesawat udara.
Gaya angkat kapal ini bekerja pada
penampang yang luas, sehingga tekanan
terhadap tanah atau air (ground pressure)
yang ditimbulkan tidak besar. Dengan
demikian, kendaraan ini dapat berjalan di
atas lumpur, air maupun daratan dengan
membawa beban yang cukup berat. Karena
tidak adanya kontak langsung antara
hovercraft dan permukaan daratan atau air,
maka hambatan yang terjadi kecil sehingga
hovercraft dapat melaju dengan kecepatan
tinggi.
Prinsip bantalan udara

Prinsip penggunaan bantalan udara ini


pertama kali dirancang oleh John
Thorneycroft pada tahun 1879. Pada tahun
1953, dikembangkan oleh Christoper
Cockerell, juga dari Inggris. Ternyata
metode baru Cockerell ini dinilai sebagai
salah satu percobaan yang berhasil
menakjubkan.
Prinsip Cockerell ini pada memerangkap
udara ke dalam bantalan yang dipasang
sebagai hull kapal, dengan tujuan
menghilangkan geseran pada hull kapal
dari permukaan air, yang menurutnya aka
memperlambat jalannya kapal seperti pada
kapal konvensional. Proses itu tercapai
dengan cara meniupkan udara kedalam
bantalan yang dipasang pada dasar kapal,
untuk menimbulkan pendangkalan ke atas
dan ke bawah dengan tekanan yang lebih
ringan dari atmosfer, dan memerangkap
udara yang masuk dengan tabir udara yang
bertakanan tinggi di sekitar sisi hull. Udara
yang diperangkap dalam bantalan itu
menghasilkan daya angkat sampai tiga kali
lebih besar dibandingkan bila memasukkan
udara secara langsung kedalam bantalan.
Cockerell menciptakan model free-flight
dengan menggunakan sistem ini diikuti
konstruksi hovercraft bersekala penuh.
Pada tahun 1961, diperkenalkan sistem
baru yang dikenal sebagai "Flexible Skirt
System" yaitu menggunakan material karet

sebagai penutup sisi bantalan sekitar hull


sehingga penutup ini menyerupai rok yang
dinamakan skirt. Hal itu dilakukan untuk
menutup biaya produksi dan fungsi rok ini
untuk menggantikan fungsi tabir udara
dalam pengisian bantalan. Dengan
penggunaan bantalan sebagai dasar kapal
berarti resistan air menjadi kecil dan
dengan dorongan tenaga propeler,
kecepatan akan tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan kapal biasa. Selain
itu, bantalan udara yang terbuat dari karet
yang kuat memungkinkan kapal jenis ini
dapat bergerak diberbagai medan, tidak
hanya di air namun juga dirawa-rawa.
Komponen utama
Lambung yakni badan kapal yang dapat
dibuat dari aluminium ataupun serat kaca
yang dibuat kedap air. Rongga di dalam
lambung ini diisi dengan busa poliuretana
yang membuat hovercraft tetap
mengapung jika terjadi kebocoran pada
lambung.
Skirt yaitu bagian hovercraft yang
berfungsi untuk menahan udara di bawah
hovercraft agar tidak mudah keluar. Skirt
terbuat dari tekstil yang dilapisi karet
untuk menjaga agar udara tetap berada di
dalam ruang di bawah lambung kapal.
Sumber tenaga hovercraft biasanya
disediakan oleh mesin diesel atau bensin.
Mesin digunakan untuk memutar baling-

baling yang akan menghasilkan gaya


dorong.

Jenis-jenis Hovercraft
Open Plenum
Jenis ini menggunakan konstruksi ruang
terbuka dengan sebuah ruang besar yang
berisi udara bertekanan tinggi. Konstruksi
semacam ini memerlukan tenaga/energi
yang besar untuk menjamin adanya
tekanan yang cukup tinggi.

Peripheral Jet
Konstruksi rancangan Sir Christoper
Cockerel memakai jet annular (cincin),
udara dipompa ke sekeliling sisi kendaraan.
Tenaga yang diperlukan lebih sedikit, untuk
membangkitkan alas bantalan udara secara
terus menerus.
Plexible Skirt
Pada konstruksi ini, selubung flexible pada
jet annular menyebabkan penambahan
ketinggian letak hovercraft sampai 10 kali
lipat, dengan demikian hovercraft dapat
melintasi medan darat yang permukaannya
tidak rata maupun medan pantai yang
kurang baik.
Fixed Wall
Pada konstruksi ini, hovercraft dengan
dinding sisi yang baku ini dikenal dengan
itilah CAB (Capture Air Bubble atau
Gelembung Udara yang Diperangkap),
dilengkapi dengan selubung yang bagian
ringkas pada sisi haluan sedangkan dinding
sisi dapat menutup rapat bantalan udara
pada bagian bawah kendaraan.
Pada hovercraft, jenis selubung yang lain
dari bantalan angin yang lazim berupa
kantung yang ringkas dengan tonjolan yang
berdungsi sebagai penjejak dengan
permukaan yang dilalui dan membentuk
sekat penutup di sekitar bantalan udara.
Sejarah

Rancangan kendaraan mirip hovercraft


yang pertama dicatat adalah pada tahun
1716 oleh Emanuel Swedenborg, seorang
perancang, filsuf dan teolog Swedia.
Rancangannya berupa sebuah kendaraan
berbantalan udara bertenaga manusia
dengan sebuah kokpit di tengah. Pada
pertengahan 1980-an, seorang insinyur
Britania Raya bernama Sir John Isaac
Thornycroft membuat sejumlah model
kendaraan yang menggunakan udara di
antara badan kendaraan dan air untuk
mengurangi hambatan (drag). Walaupun ia
mematenkan sejumlah paten yang
berhubungan dengan lambung kapal yang
memakai udara untuk mengurangi
hambatan pada 1877, tidak ada satupun
dari patennya yang diaplikasikan.
Penggunaan Hovercraft
Setelah mengalami berbagai
penyempurnaan teknis, hovercraft mulai
diproduksi secara pabrikan. Pabrik yang
pertama kali memproduksi adalah
Saunders-Roe, yang dibiayai oleh Britain's
National Research Development
Corporation yaitu tipe SR. N1, sampai
kemudian diproduksi jenis SR. N4
berkapasitas 254 penumpang dan 30
kendaraan.
Namun sangat disayangkan, perkembangan
hovercraft yang ditanggapi berbagai
kalangan bidang kemaritiman, terkesan

kurang populer, bukan karena


kemampuannya yang disangsikan, namun
strategi pemasaran dari pihak produsennya
yang kurang begitu menjangkau dunia luas.
Berbagai negara dianggap lamban dalam
penggunaan dan pengembangan
hovercraft. Padahal bila ditinjau dari segi
biaya, pembuatan hovercraft dewasa ini
lebih murah dibandingkan dengan
pembuatan kapal perang konvensional.
Menurut konsultan Amerika Serikat, Lavis
Associates, banyak negara-negara yang
memiliki potensi bahan baku karet alam
yang nantinya dipergunakan khususnya
jenis SIR-5L ataupun SIR-10, kemudian
studi dengan memperhitungkan
pembiayaan pembuatan, penggunaan
propulsi diesel sebagai pengganti propeler
udara dan dari segi ekonomis juga timbul
dalam perancangannya.
Untuk penggunaan di bidang sipil, sejauh
ini hanya Inggris yang menggnakannya
untuk kepentingan konvensional.
Perusahaan Hoverlloyd mengoperasikan
hovercraft sebagai sarana angkutan laut
jarak dekat dengan memperoleh
keuntungan dengan mengoperasikannya.
Penggunaan Hovercraft justru lebih banyak
dibidang militer, dengan pertimbangan
pakar strategi, hanya 17 persen dari garis
pantai diseluruh dunia yang mampu
didarati oleh kapal pendarat konvensional.
Sedangkan 73 persen dari garis pantai di

seluruh dunia hanya dapat dipakai oleh


kapal pendarat jenis hovercraft serta 10
persen sisanya merupakan medan yang
sama sekali tidak dapat dijangkau dengan
kapal/perahu pendarat dari jenis-jenis yang
ada saat ini, karena merupakan tebing yang
tinggi dan curam serta memiliki kontur
yang sangat tidak menguntungkan.
Dari negera yang mengoperasikan
hovercraft di bidang militer, tercatat Inggris
yang banyak mengoperasikannya. Pabrik
terbesar yang kemudian memproduksi
hovercraft adalah British Hovercraft
Corporation (BHC). Militer Inggris
mengoperasikan yakni type BH7Mk20 yang
dibuat tiga versi diantaranya penyapu
ranjau, serbu cepat dan pendukung logistik.
Varian lain yakni SR. N6 Mk6 sebagai
sarana angkut persoel dan patroli,
kemudian varian AP1-88 sebagai multy-duty
hovercraft yang dibuat berbagai versi
diantaranya penyapu ranjau, antikapal
selam, SAR-patroli pantai, serbu amfibi,
pendukung logistik serta keperluan polisi
perairan dan bea-cukai. Type AP1-88
digolongkan dalam jenis LCVP (Landing
Craft Vehicle Personnel).
Angkatan Laut Amerika Serikat maupun
korp marinirnya mengoperasikan
Hovercraft type LCAC-1 (Landing Craft Air
Cushion) yang diproduksi oleh Textron,
sebagai sarana penunjang operasi

pendaratan amfibi Korps Marinir Amerika


Serikat (USMC). Mampu membawa satu unit
tank tempur utama tupe M1A1 Abrams atau
empat unit LAV sekalikus dan beberapa
personel maupun bekal. Sementara itu,
Amerika Serikat mengoperasikan hovercraft
jenis ringan atau kecil guna kepentingan
patroli sungai yang efektif, dari type PACV
(Patrol Air Cushion Vehicle) sementara
kalangan AS sendiri menyebut hovercraft
sebagai Air Cushion Vehicle.
Sementara Rusia (dulu Uni Soviet)
memproduksi hovercraft yang diproduksi
dalam tiga jenis yakni kelas Aist berbobot
250 ton dengan kemampuan membawa
empat unit tank ringan jenis PT-76 atau
satu buah tank tempur utama jenis T-72M,
atau membawa 220 personel dengan
perlengkapan dan kapasitas jelajahnya
mulai dari tengah laut hingga masuk
melalui garis pantai. Kemudian kelas Lebed
berbobot 85 ton dan kelas Gus berbobot 27
ton. Untuk keperluan yang akan datang,
negara-negara ini akan meningkatkan
kemampuan hovercraft yang
dioperasikannya.
Negara-negara lain yang banyak
menggunakan Hovercraft yakni negara di
Afrika (tidak disebutkan) dengan jenis
produksi British Hovercraft Corporation
(BHC), kemudian negara Timur-Tengah (juga
tidak disebutkan negaranya) banyak

menggunakan hovercraft lansiran BHC


dengan type BH7 Mk20 versi multirole
hovercraft, berkemampuan sebagai sarana
serbu amfibi, antikapalselam, serbu cepat
dan pembawa rudal.

Anda mungkin juga menyukai