Fluor Albus adalah cairan yang keluar dari alat genitalia wanita (vagina).
Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar,sumber cairan ini dapat
berasal dari sekresi vulva, cairan transudate vagina, sekresi serviks, sekresi uterus
atau sekresi tuba falopii yang dipengaruhi fungsi ovarium(.1sumber angel(ginekologi unpad) Fluor
Albus dapat bersifat patologis dan fisiologis.Fluor Albus yang fisiologis berupa
cairan dan kadang-kadang bersifat mucus dengan sel epithelial dan sedikit leukosit
sedangan Fluor Albus yang patologis terdiri dari banyak leukosit.beberapa kondisi
fisiologis yang dapat menimbulkan Fluor Albus seperti melahirkan,Late Menarche,
hamil penyakit kronik,rangsangan seksual.
Fluor Albus bisa muncul pada anak-anak dan dewasa,perasaaan tidak
nyaman rendah diri dan khawatir memungkinkan seseorang memeriksakan diri
kedokter.kebanyakan vaginal discharge yang bersifat patologis berasal dari infeksi.
(1)
.Referat ini membahas gejala klinis beserta terapi vaginal discharge .(1)
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam keadaan normal, serviks dan vagina akan menghasilkan cairan yang
berwarna putih berawan, kekuningan bila kontak dengan udara luar, tidak berbau,
tidak bercampur dengan darah, dan memiliki pH berkisar 3.5 hingga 4.5. Tujuan
disekresikannya cairan ini adalah sebagai pelumas dan mekanisme pertahanan
terhadap infeksi.2 Proporsi wanita yang mengalami leukorea bervariasi antara 1%
hingga 15% dan hampir seluruhnya memiliki aktivitas seksual yang aktif, tetapi jika
merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua tingkatan usia.
Leukorea dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Penyebab leukorea
yang patologis umunya adalah infeksi. Leukorea yang patologis mengandung banyak
leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, sering kali lebih kental
dan berbau. Kuman patogen penyebab leukorea biasanya berasal dari infeksi menular
seksual. Gardnerella vaginalis adalah penyebab tersering leukorea dan sekitar 50%
penderita tidak menunjukkan adanya gejala. Hampir semua wanita semasa hidupnya
terutama pada wanita usia produktif pernah mengalami kandidasis vulvovaginalis
yang disebabkan oleh Candida albicans yang 40-50% kasus kandidiasis
vulvovaginalis mengalami kekambuhan.2,3
Perempuan memiliki resiko lebih tinggi terhadap penyakit yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan, juga terhadap penyakit kronik dan infeksi. Selama
kehamilan, wanita mengalami berbagai macam perubahan diantaranya perubahan
imunologik, perubahan anatomik, dan perubahan floral mikrobial servikovaginal
yang
secara
alamiah
diperlukan
untuk
kelangsungan
hidup
janin
dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Vagina
Vagina dilapisi oleh epitel pipih non keratinisasi (non-keratinized stratified
squamous epithelium) yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
progesteron.Pada vagina neonatus terdapat koloni bakteri aerobik dan anerobik yang
diperoleh saat melewati jalan lahir.Epitel vagina neonatus bersifat sangat estrogenik
dan mengandung banyak glikogen yang mendukung pertumbuhan laktobaksil yang
memproduksi asam laktat, situasi ini menyebabkan pH vagina yang rendah (< 4.7)
yang selanjutnya mendorong pertumbuhan lebih lanjut dari mikroflora asidofilik
protektif.
Beberapa hari setelah lahir, kadar estrogen menurun dan epitel vagina menjadi
tipis, atropi dan memiliki kandungan glikogen yang amat sedikit. Dalam lingkungan
seperti ini, pH meningkat dan organisme yang asidofilik tidak lagi dapat hidup.
Sebagai akibatnya, mikroflora vagina yang dominan adalah coccus dan basilus gram
positif.
Saat pubertas terjadi steroidogenesis ovarium,vagina kembali berada dibawah
pengaruh estrogen dan kadar glikogen meningkat kembali.Laktobasilus penghasil
asam laktat dan hidrogen peroksida (H2O2) menjadi predominan kembali sehingga
pH vagina berada diantara 3.5 4.5. Meskipun demikian, terdapat rentang lebar
bakteri aerobik dan anerobik yang dapat dibiakkan melalui vagina normal. Sebagian
besar wanita memiliki 3 8 jenis bakteri berbeda pada satu saat tertentu. Asam laktat,
hidrogen peroksida, dan berbagai bahan lain yang diproduksi oleh laktobaksil
memberi perlindungan traktus reproduksi bagian bawah terhadap berbagai penyakit
menular seksual dan HIV.
Sejumlah faktor dapat mempengaruhi efek perlindungan yang diberikan oleh
floranormal vagina :
vagina
(vaginal
douching)
pembilasan
vagina
menggunakan air biasa atau dengan larutan yang non-buffered untuk sementara
waktu akan menyebabkan perubahan keasaman vagina atau menekan bakteri endogen
secara selektif.Sanggama Cairan semen meningkatkan keasaman vagina dengan pH
mencapai 7.2 selama 6 8 jam sehingga vagina menjadi rentan terhadap infeksi
kuman penyebab PMS. Selain itu, selama sanggama, transudat vagina yang berfunsgi
sebagai lubrikan dan memiliki pH yang sama dengan pH darah yaitu sekitar 7.4
sehingga vagina menjadi peka terhadap infeksi mikroflora abnormal vagina.
Benda asing - tertinggalnya
diafragma , kondom atau berbagai
benda kecil (pada anak anak ) akan
mengganggu mekanisme
pembersihan vagina yang normal
sehingga memudahkan terjadinya
infeksi sekunde
2. Vulva
3. Serviks
Sekret Serviks yang normal bersifat jernih,liat dan alkalis,secret ini dipengaruhi
oleh hormone-hormon ovarium,secret serviks bertambah pada pada tumor serviks
misalnya
Serviks adalah bagian inferior uterus yang struktur histologinya berbeda dari
bagian lain uterus. Struktur histologi serviks terdiri dari:
Serabut otot polos polos hanya sedikit dan lebih banyak jaringan ikat
padat (85%).
lanjut.Sehingga,
ini
letak
taut
skuamokolumnar
juga
berbeda
pada
5. Tuba Fallopi
Walupun jarang mengeluarkan Fluor Albus kadang-kadang terjadi pada
Hydrosalpinx profluens
D. LEUKOREA
a. Definisi
Sekret vagina adalah suatu sekresi cairan berlebihan dari saluran reproduksi
wanita (vagina). Sekret vagina dapat berupa sekret fisiologis maupun patologis.
Sekret yang fisiologis mengandung cairan dengan konsistensi mukoid dengan sel
epitel dan sedikit leukosit sementara sekret patologis mengandung banyak
kandungan leukosit. Beberapa kondisi yang termasuk sekret fisiologis antara lain
pada bayi baru lahir, akhir masa menarche, kehamilan, stimulasi seksual dan
penyakit kronis. Sebagian besar dari sekret vagina patologis disebabkan oleh
infeksi. Sekret vagina yang patologis inilah yang dikenal sebagai leukorea yang
konsistensinya lebih kental dan berwarna putih hingga kekuningan bahkan
kehijauan dan berbau.5
b. Epidemiologi
Penyebab dari 90% kasus dari keputihan disebabkan oleh infeksi. 3 kondisi
utama yang menyebabkan terjadinya fluor albus ini antara lain vaginosis
bakterial, kandidiasis vulvovaginal dan trichomoniasis. Vaginosis bakterial
mencakup 40-50% dari keseluruhan kasus, kandidiasis vulvovaginal sebanyak 2025% dan trichomoniasis 15% kasus. Selain itu kondisi lain yang dapat
menyebabkan keputihan ini antara lain infeksi Chlamydia, infeksi Neisseria
gonorrhoeae, infeksi Mycoplasma dan sebagainya.6
Di Amerika, sekitar 75% wanita suatu ketika dalam hidupnya akan mengalami
kandidiasis vaginalis dengan sekitar 50% wanita usia kuliah mengalami sebuah
episode serangan. Studi internasional oleh Foxman et al. menemukan kandidiasis
vulvovaginal memiliki angka kejadian 29-49% di 6 negara. Sekitar 20% dari
kasus mengalami rekurensi.7 Sementara infeksi Trichomonas vaginalis merupakan
infeksi non-viral penyakit menular seksual paling sering ditemukan di Amerika
Serikat. Menurut WHO (1999) angka kejadian trichomoniasis setiap tahunnya
mencapai 173 juta kasus sehingga menjadikannya penyakit infeksi menular
8
Gejala Klinis
Keluhan yang utama adalah bau cairan vagina yang amis yang muncul
biasanya setelah hubungan seksual. Hal ini disebabkan semen yang bersifat
alkali melepaskan amin dari sekret vagina dan menyebabkan cairan vagina
yang berbau amis. Cairan vagina berwarna putih homogen jumlah cukup
banyak. Iritasi vulva jarang dialami. Keluhan disuria atau dispareunia jarang
terjadi.6,8,11
Diagnosis Klinis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis16
10
Inspeksi kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus.
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina
dan serviks, pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan
femoral
BV dapat didiagnosis dengan menggunakan kriteria klinis (yaitu,
Amsel s Kriteria Diagnostik)
2.
3.
4.
bau amis dari vagina sebelum atau setelah penambahan 10% KOH
11
Terapi
Terapi direkomendasikan pada wanita yang memiliki gejala BV,tujuan
12
2. Candida Vulvovaginitis
Infeksi Candida merupakan infeksi jamur yang paling banyak terjadi.
Organisme ini sebenarnya merupakan salah satu dari flora normal yang dapat
ditemukan di mulut, kulit, mukosa anus dan mukosa vagina. Selain Candida
albicans beberapa spesies lain dari golongan Candida dapat ditemukan pada
infeksi vaginitis fungal seperti C. tropicalis, C. glabrata dan sebagainya.
Candidiasis umumnya ditemukan di negara dengan iklim hangat dan lembab dan
pada pasien dengan kegemukan. Infeksi candidiasis biasanya disebabkan
beberapa keadaan predisposisi seperti pemakaian obat-obatan imunosupresi,
antibiotik spektrum luas dalam waktu lama, diabetes mellitus dan kehamilan.
Candida albicans adalah organisme dimorfik dengan bentuk sel ragi dan bentuk
hifa. Dalam vagina, bentuknya berupa pseudohifa dan dapat pula berbentuk ragi
germinal dengan miselia.8
13
Gejala Klinis
Pruritus vulva dan rasa terbakar merupakan gejala utama. Kedua gejala
biasanya dirasakan setelah hubungan seksual dan berkemih. Keluhan dispareunia
juga dapat muncul. Selain itu kemerahan dan bengkak pada daerah vestibulum
dan bagian labia juga dikeluhkan. Cairan dari vagina yang putih kadang
bergumpal seperti kepala susu atau keju dan tidak berbau biasanya dapat
ditemukan.6,7,8
Diagnosis
Candida vaginitis dikaitkan dengan pH vagina normal (<4,5), dan karena itu,
pengujian pH bukan alat diagnostik yang berguna. Penggunaan 10% KOH dalam
sediaan basah meningkatkan visualisasi ragi dan miselia dengan mengganggu
14
Candida
tidak
dapat
dilakukan,
pengobatan
empiris
dapat
Terapi
3. Trichomoniasis
Trichomoniasis disebabkan oleh protozoa T. vaginalis. Beberapa laki-laki
yang terinfeksi T. vaginalis mungkin tidak memiliki gejala. Beberapa wanita
memiliki gejala ditandai dengan cairan vagina yang berbau busuk, keputihan
berwarna kuning-hijau dengan iritasi vulva. Namun, banyak wanita mengalami
gejala minimal atau tidak ada.. Skrining untuk T. vaginalis pada wanita dapat
dianggap
Etiologi
1. Trikomonas Vaginalis
15
16
Gejala Klinis
Gejala infeksi trichomoniasis pada wanita bervariasi dari tidak bergejala
hingga penyakit inflamasi pelvis berat. Gejala yang sering timbul pada infeksi ini
berupa cairan vagina abnormal yang purulen hingga kehijauan, berbusa kadang
dapat berdarah dan berbau tidak enak. Selain itu dapat juga terdapat rasa gatal,
terbakar atau nyeri pada daerah vulvovagina dan sering terdapat dispareunia dan
disuria. Dapat pula terdapat keluhan perdarahan post-koitus dan nyeri perut
bagian bawah.6,8,12
Diagnosis
Diagnosis trikomoniasis vagina biasanya menggunakan cairan vagina yang
dilihat dibawah mikroskop, tetapi metode ini memiliki sensitivitas hanya sekitar
60% -70% dan memerlukan evavaluasi dengan wet preparation slide untuk hasil
yang optimal. Kultur adalah metode lain yang sensitif dan sangat spesifik. Pada
perempuan yang diduga terkena trikomoniasis tetapi tidak dikonfirmasi dengan
mikroskop, cairan vagina harus dikultur. Sementara sensitivitas tes Pap untuk T.
vaginalis diagnosis kurang akurat , penggunaan pengujian berbasis cairan vagina
telah menunjukkan peningkatan sensitivitas; Namun, tes positif palsu dapat
terjadi, dan pengujian konfirmasi mungkin diperlukan dalam beberapa keadaan
(355). An FDA-cleared PCR assay untuk mendeteksi gonore dan infeksi klamidia
17
Terapi
Neisseria gonorrhoeae
Banyak wanita dengan infeksi gonore tidak bergejala. Apabila terdapat
gejala yang timbul dapat mengenai vagina berupa vaginitis atau serviks
berupa servisitis. Infeksi ini dapat meluas dan menyebar hingga ke dalam
saluran kemih, kelenjar Skene, kelenjar Bartholin, bahkan endometrium dan
tuba falopii. Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri Gram negatif
berbentuk kokobasil yang menginvasi sel epitel kolumnar dan transisional
sehingga tidak menyerang sel epitel vagina.8
18
Vaginitis atrofi
Vaginitis atrofi merupakan penyebab paling umum dari iritasi vagina di antara
pasien yang telah menopause. Atrofi dari sel-sel epitel vagina menyebabkan
gangguan pada flora normal di vagina dan menyebabkan timbulnya infeksi sekunder.
Penyebab yang paling umum ditemukan pada vaginitis atrofi adalah mikroorganisme
aerobik.6
Kebanyakan wanita dengan vaginitis atrofi (60-90%) tidak mengalami gejala
apapun. Sebagian mengalami rasa nyeri di daerah vagina, rasa terbakar post-koitus,
dispareunia, cairan vagina yang bening kekuningan (serosanguinis) dan kadangkadang timbul spotting.6,7
pervaginam yang abnormal biasanya ditemukan post-koitus, rasa tidak nyaman pada
vagina, cairan vagina yang berbau hingga disuria. Apabila sel tumor sudah menyebar
ke jaringan sekitarnya seperti rektum atau kandung kemih dapat timbul gejala
konstipasi, hematuria hingga gejala obstruksi uretra.15
19
Kehamilan
Keputihan yang muncul pada saat kehamilan merupakan suatu hal yang dapat
dianggap fisiologis. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan pada sistem imunologik,
perubahan anatomi pada wanita hamil dan juga perubahan flora normal pada daerah
servikovaginal.6,8
Patofisiologi
Flora vagina normal pada wanita usia reproduktif terdiri dari beberapa jenis
bakteri aerob atau spesies bakteri aerob fakultatif dan juga beberapa spesies anaerob
obligat. Bakteri hidup bersimbiosis dengan pejamu dan jumlah dan jenisnya dapat
berubah sesuai dengan lingkungan mikro. Dalam ekosistem ini, bakteri ini
menghasilkan beberapa zat seperti asam laktat dan hidrogen peroksida yang
menghambat organisme kurang baik. Selain itu terdapat juga zat antimikroba lain
yang disebut bakteriosin seperti asidosin dan laktasin. Zat-zat ini bersifat toksin dan
tubuh memiliki proteksi untuk melindunginya melalui vagina yang menghasilkan
leukosit protease inhibitor. Protein ini melindungi jaringan vagina lokal dari produk
inflamasi toksik dan infeksi.8
Biasanya pH vagina berkisar antara 4 hingga 4.5. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti, hal ini dipercaya disebabkan oleh adanya produksi asam laktat, asam
20
lemak dan asam organik lainnya dari Lactobacillus sp. Asam laktat dihasilkan dari
metabolisme berbagai bakteri dari glikogen yang tersedia di dinding mukosa vagina
yang sehat. Perubahan pada salah satu ekologi ini dapat merubah prevalensi spesies
bakteri yang hidup di dalam lingkungan vagina.8
Vaginosis bakterial adalah penyebab terbanyak dari vaginitis dan infeksi yang
paling sering ditemui di klinik ginekologi. Vaginosis bakterial dikarakteristik dengan
munculnya fluor albus yang berbau disebabkan oleh perubahan flora normal vagina.
Sekret yang dihasilkan dari infeksi vaginosis bakterial berupa cairan homogen,
keabu-abuan dan tipis yang menempel pada mukosa vagina. Pada vaginosis bakterial,
infeksi yang terjadi tidak hanya melibatkan satu jenis Gardnerella vaginalis namun
juga adanya infeksi polimikrobial termasuk dari spesies Lactobacillus, Prevotella,
dan
kuman
anaerob
seperti
Mobiluncus,
Bacteroides,
Peptostreptococcus,
21
23
24
25
26
Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon
terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang.
Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif.17,21
27
BAB III
KESIMPULAN
Leukorea adalah keluarnya cairan dari vagina atau serviks yang berwarna
kekuningan atau kehijauan seringkali kental dan berbau. Secara umum penyebab
leukorea terbagi atas infeksi dan non-infeksi. Vaginitis dan servisitis adalah penyebab
tersering dari leukorea. Turunnya derajat keasaman serta perubahan anatomik dan
fisiologik saluran reproduksi wanita dapat menjadi faktor predisposisi munculnya
leukorea.
Beberapa
pemeriksaan
penunjang
yang
dapat
dilakukan
untuk
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Idhawati C. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. K Dengan
Leukore Candidiasis Vulvovaginalis Di Ruang KIA Puskesmas Sawit I. Akbid
Mambaul Ulum. 2011. Surakarta.
2. Indah A. Perawatan Gangguan Bermacam-macam Keputihan Pada Organ
Reproduksi Wanita. 2011.
3. Manuaba IBG. Gawat Darurat Obstetric-Ginekologi Dan ObstetricGinekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. EGC: Jakarta, 2008. P. 296-9.
4. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Media Aesculapius: Jakarta,
2001.
5. Monalisa, Bubakar AR, Amiruddin MD. Clinical aspects fluor albus of female
and treatment. Indonesian journal of dermatology and venereology. 2012; vol.
1 (1). Available at http://journal.unhas.ac.id/index.php/ijdv/article/view/255.
Accessed May 13, 2014. (1)
6. McGregor JA, Lench JB, Hacker NF, Gambone JC, Hobel CJ, Azziz R, et al.
Vulvovaginitis, Sexually Transmitted Infections and Pelvic Inflammatory
Disease. Hacker and Moores: essentials of Obstetrics and Gynecology.
Merritt J, Abshire C, editors. 5th ed. Saunders Elsevier: Philadelphia, 2010. P.
265-75.
7. Samra-Latif OM. Medscape reference: Vulvovaginitis. Karjane NW, Isaacs C,
Dyne PL, Howes DS, Keshavarz R, Leber LJ, editors. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/2188931-overview. Accessed May 13,
2014.
8. Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw KD,
Cunningham FG. Benign general gynecology: gynecologic infection. Williams
Gynecology. Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw
KD, Cunningham FG, editors. 2nd ed. McGraw Hill: China, 2012. P. 64-88.
9. McClelland RS. Trichomonas vaginalis infection: can we afford to do
nothing? The Journal of Infectious Diseases. 2008; vol. 197 (4): p. 487-9.
29
November
2006;
vol.
33
(11):
p.
663-5.
Available
at
at
http://emedicine.medscape.com/article/254342-
reference:
Gonorrhea.
Cunha
BA,
editor.
Available
at
http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview#aw2aab6b2b3aa.
Accessed May 15, 2014.
14. Strubble K, Jackson RL, Tolan RW, Blitstein J, Grella MJ, Handler JA, et al.
Medscape reference: Chlamydial Genitourinary Infections. Cunha BA, editor.
Available
at
http://emedicine.medscape.com/article/214823-overview.
Available
at
http://emedicine.medscape.com/article/253513-
30
Critical
Approach
to
the
Clinical
31