Anda di halaman 1dari 3

15

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. 1. Letak Geografis dan Batas Wilayah


Secara geografis atau berdasarkan garis lintang dan bujur, wilayah KPH
Cianjur terletak pada 6o36 - 7o26 LS dan 106o30 s/d 107o25 BT. KPH Cianjur
memiliki luas hutan 70.110,27 Ha. Luas hutan tersebut dibagi ke dalam dua Kelas
Perusahaan yang terdiri dari Kelas Perusahaan Jati dan Kelas Perusahaan Pinus.
Kawasan hutan yang dikelola oleh KPH Cianjur secara administratif
berada pada wilayah pemerintahan Kabupaten Cianjur seluas 69.178,20 Ha (98,7
%) yang tersebar di 27 kecamatan meliputi 143 desa dan sebagian kelompok
hutan Cantayan Barat masuk ke dalam wilayah administratif pemerintahan
Kabupaten Purwakarta seluas 160,90 Ha (0,3 %) yang berada di satu kecamatan
serta sebagian kelompok hutan Gn. Kancana masuk ke dalam wilayah
administratif pemerintahan Kabupaten Sukabumi seluas 771,17 Ha (1,1 %) yang
berada di dua kecamatan (Perhutani, 2006). Adapun batas administratif KPH
Cianjur yakni antara lain :
1. Bagian utara berbatasan dengan KPH Purwakarta dan KPH Bogor
2. Bagian timur berbatasan dengan KPH Bandung Utara, KPH Garut dan KPH
Bandung Selatan
3. Bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
4. Bagian barat berbatasan dengan KPH Sukabumi dan KPH Bogor.

Gambar 2. Peta lokasi KPH Cianjur

16

Wilayah hutan KPH Cianjur dikelompokkan ke dalam 6 (enam) bagian


hutan. Untuk Kelas Perusahaan Jati meliputi bagian hutan Agrabinta (15.337,67
Ha) dan bagian hutan Cisokan (8.149,29 Ha). Sedangkan Kelas Perusahaan pinus
meliputi bagian hutan Cugenang (8.779,15 Ha), Citiis (13.272,70 Ha), Caringin
(5.941,07 Ha) dan Cisadea (18.630,39 Ha). Total potensi hutan tanaman Pinus
yang dimiliki KPH Cianjur seluas 4958,54 Ha. Kelas Umur (KU) yang terdapat di
KPH Cianjur yaitu antara lain KU I (142,26 Ha), KU II (1047,53 Ha), KU III
(2422,66 Ha), KU IV (677,93 Ha), KU V (3,37 Ha), KU VI (52,57 Ha), KU VII
(526,10 Ha), KU VIII (9,15 Ha), KU IX (68,08 Ha), dan KU XI (8,89 Ha),
sedangkan untuk KU X tidak dijumpai di KPH Cianjur. Lokasi penelitian
dilakukan di bagian hutan Citiis dan Caringin.

4. 2. Kondisi Topografi
Umumnya bagian hutan Citiis dan Caringin berada pada daerah dataran
tinggi dengan bentuk lapangan sebagian berbukit dan bergunung-gunung dengan
kelerengan lapangan bergelombang sampai berjurang-jurang. Bagian hutan Citiis
dan Caringin juga mempunyai ketinggian rata-rata 1000 m dpl, besar pengaruhnya
terhadap hidrologi wilayah sekitarnya atau kelompok hutan yang mempunyai
kelerengan di atas 50 % (Perhutani, 2006).

4. 3. Tanah dan Geologi


Berdasarkan peta tanah tinjauan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan
Banten diketahui bahwa di bagian hutan Citiis terdiri dari 4 jenis tanah, yaitu pada
BKPH Sukanagara Utara terdiri dari jenis tanah alluvial coklat keabuan, asosiasi
andosol coklat kekelabuan, latosol coklat kekuningan kompleks latosol merah
dan latosol kemerahan, kompleks podsolik merah kekuningan podsolik kuning
dan regosol. Bahan induk endapan liat, endapan dan volkan, batu pasir dan batu
liat, tufvolkan intermedier.
Bagian hutan Caringin terdiri dari 3 jenis tanah, yaitu pada BKPH
Sukanagara Selatan terdiri dari jenis tanah kompleks grumusol regosol dan
mediteran, latosol coklat kekuningan dan latosol merah dan kemerahan. Bahan
induk endapan liat, abu/ pasir dan tufvolkan intermedier (Perhutani, 2006).

17

4. 4. Iklim
Wilayah bagian hutan Citiis dan Caringin beriklim tropis yang ditandai
dengan terdapatnya pergantian yang jelas antara musim hujan dan musim
kemarau, dengan temperatur rata-rata 21-26oC. Berdasarkan pengumpulan data
banyaknya curah hujan di wilayah KPH Cianjur, maka keadaan curah hujan di
wilayah bagian hutan Citiis dan Caringin memiliki curah hujan rata-rata per tahun
mencapai 1.326,3 mm/thn atau rata-rata curah hujan per bulan mencapai 110,5
mm/bln dengan banyaknya jumlah hari hujan 85 hari.
Dengan kondisi tersebut, maka berdasarkan klasifikasi iklim di wilayah
bagian hutan Citiis dan Caringin memiliki kriteria bulan basah, dimana rata-rata
curah hujan per bulan di atas 100 mm/bln. Dengan memperhatikan perbandingan
bulan basah dan bulan kering, maka tipe iklim wilayah bagian hutan Citiis dan
Caringin termasuk tipe iklim C (Perhutani, 2006).

4. 5. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan suatu desa dalam penyelenggaraaan pemerintahan
yang berkaitan dengan sosial ekonomi, dinyatakan pengembangan desanya
dengan status swakarya, swadaya dan swasembada. Sementara hutan merupakan
bagian dari lingkungan yang berkaitan dengan masyarakat sekitar hutan. Maka
keadaan tingkat pengembangan desa yang berbeda-beda tersebut, akan
memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada sikap masyarakatnya terhadap
hutan.
Keadaan sosial ekonomi masyarakat di wilayah hutan BKPH Sukanagara
Utara dan BKPH Sukanagara Selatan dapat diketahui dari luas wilayah, jumlah
penduduk, pola penggunaan lahan, mata pencaharian penduduk, kepemilikan
lahan, dan lain sebagainya. Mata pencaharian penduduk di wilayah hutan BKPH
Sukanagara Utara dan BKPH Sukanagara Selatan pada umumnya adalah petani
dan buruh perkebunan. Hal ini ditunjang oleh keadaan lahan pertanian yang subur
dan perkebunan teh di sebagian wilayah Sukanagara Utara dan Sukanagara
Selatan (Perhutani, 2006).

Anda mungkin juga menyukai