Anda di halaman 1dari 3

APLIKASI KOSOLVENSI

VII. DATA
7.1. DATA
Larutan induk: 500 ppm
Larutan standar
C
(ppm)
30
35
40
45
50
55

A
0,222
0,267
0,307
0,427
0,446
0,546

Kurva Larutan Standar


0.6

0.55
f(x) = 0.01x - 0.18
0.45
R = 0.97 0.43

0.5
0.4

Absorbansi

0.31
0.27
0.22

0.3
0.2

Linear ()

0.1
0
25 30 35 40 45 50 55 60

Konsentrasi

Data pelarut banding


etano
l
75
50
25

: air Absorbansi
: 25 0,399
: 50 0,667
: 75 0,492

7.2. PERHITUNGAN
1 mg
1 ppm = 1000 ml

C ppm

Faktor pengenceran

( y= 0,013x - 0,183 )
44,77
65,38
51,92

X 10
447,69~448
653,85~654
519,23~519

etano
l
75
50
25

Faktor
: air

pengenceran Mg/ml

: 25
: 50
: 75

X 10 (ppm)
448
654
519

0,448
0,654
0,519

VIII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini melakukan pengujian campuran larutan mana yang lebih
baik untuk melarutkan suatu zat. Kolsovensi adalah penambahan suatu pelarut untuk
molekul molekul

non polar

yang mempunyai kelarutan

dalam air yang

buruk,penambahan suatu pelarut tersebut harus dapat bercampur dengan air, di mana
dalam melarut dengan baik.
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di
dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Kosolven seperti etanol, propilen glikol, polietilen glikol dan glikofural telah rutin
digunakan sebagai zat untuk meningkatkan kelarutan obat dalam larutan pembawa

berair. Pada beberapa kasus, penggunaan kosolven yang tepat dapat meningkatkan
kelarutan obat hingga beberapa kali lipat, namun bisa juga peningkatan kelarutannya
sangat kecil, bahkan dalam beberapa kasus penggunaan kosolven dapat menurunkan
kelarutan solut dalam larutan berair. Efek peningkatan kelarutan terutama disebabkan
oleh polaritas obat terhadap solven (air) dan kosolven. Pemilihan sistem kosolven
yang tepat dapat menjamin kelarutan semua komponen dalam formulasi dan
meminimalkan resiko pengendapan karena pendinginan atau pengenceran oleh cairan
darah. Akibatnya, hal ini akan mengurangi iritasi jaringan pada tempat administrasi
obat.
Bahan yang digunakan adalah acetosal menurut FI III kelarutannya agak sukar
dalam air dan mudah larut dalam etanol. Pembawa dalam sediaan cair umumnya
adalah air bukan etanol, etanol hanya membantu kelarutan zat yang kelarutannya
buruk dalam air bukan sebagai pembawa alasannya pemakaian etanol sangat dibatasi
untuk menghindari iritasi mukosa. Dibuat 3 variasi campuran antara air dan etanol
tujuannya untuk membadingkan campuran mana yang dapat melarutkan acetosal lebih
banyak dengan bobot yang sama.
Setelah dibuat larutan standar dan larutan pembanding larutan tersebut diukur
absorbannya, pengukuran dilakukan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pada
rentang absorbansi 0,2 0,8 alasannya ini adalah rentang hukum lambert beer yang
umum digunakan di luar rentang ini tidak berlaku. Setelah mendapat garis linear dan
persamaan dalam kurva standar sampel pembanding dihitung menggunakan
persamaan kurva standar setelah itu dikalikan dengan faktor pengenceran. FP atau
faktor pengenceran adalah faktor yg digunakan untuk mengalikan hasil perhitungan
dalan menetapkan kadar suatu zat dalam sampel jika sampel tsb diencerkan dari
kondisi semula menjadi konsentrasi yang lebih rendah.
Data yang diperoleh dihasilkan campuran air etanol dengan perbandingan
50:50 dapat melarutkan lebih banyak acetosal. Yaitu dapat melarutkan 0,654 mg
acetosal. Artinya dalam 1 ml campuran 50 etanol dan 50 air dapat melarutkan 0,654
mg acetosal.
IX. KESIMPULAN
Campuran 50 etanol dan 50 air dapat melarutkan acetosal lebih banyak yaitu + 0,654
mg / ml.

Anda mungkin juga menyukai