Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar orang mengartikan korosi sebagai karat. Sebenarnya, karat
adalah salah satu jenis korosi yang dikhususkan untuk bahan logam, sangat lazim
terjadi terutama pada besi. Berbagai jenis logam banyak kita gunakan untuk
berbagai peralatan sehingga korosi sama dengan penurunan mutu dari peralatan
logam tersebut. Peristiwa korosi juga bisa dikatakan proses elektrokimia, yaitu
proses (perubahan/ reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian
tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda),
sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda).
Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.
Salah satu langkah antisipasi korosi adalah dengan inhibitor korosi.
Inhibitor korosi yaitu suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu
lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap
suatu logam. Dewasa ini terdapat 6 jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang
memberikan pasivasi anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik,
inhibitor pengendapan dan inhibitor fasa uap. Pembahasan mengenai inhibitor
korosi dapat membantu kita terhindar dari dampak peristiwa korosi yang bersifat
sangat merugikan.
Bahan inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi
karena dapat menghambat laju korosi. Di industri, inhibitor berfungsi untuk
mengurangi korosivitas lingkungan. Di boiler sering ditambahkan inhibitor fosfat
maupun hydrazin. Hydrazin sering disebut sebagai oksigen seavenger yang efektif
untuk mengambil oksigen dari lingkungan, sehingga elektrolit dalam boiler
korosivitasnya berkurang dan menyebabkan laju korosi menjadi turun. Sejauh ini,
penggunaan inhibitor merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
mencegah korosi karena biayanya yang relative murah dan proses yang sederhana.

1.2 Rumusan Masalah

Apa itu inhibitor korosi?

Apa saja jenis-jenis dari inhibitor korosi?

Bagaimana mekanisme kerja dari inhibitor korosi?

1.3 Tujuan

Mempelajari pemakaian inhibitor dalam pencegahan korosi

Mengetahui mekanisme kerja inhibitor korosi

Mengetahui dan mempelajari bahan alam sebagai alternatif inhibitor


korosi .

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inhibitor Korosi
Inhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia.
Sifat inhibitor berlawanan dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi. Inhibitor
korosi adalah zat yang dapat mencegah atau memperlambat korosi logam.
Inhibitor korosi sendiri didefinisikan sebagai suatu zat yang apabila
ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan
serangan korosi lingkungan terhadap logam. Mekanisme penghambatannya
terkadang lebih dari satu jenis. Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui
cara adsorpsi untuk membentuk suatu lapisan tipis yang tidak nampak dengan
ketebalan beberapa molekul saja, ada pula yang karena pengaruh lingkungan
membentuk endapan yang nampak dan melindungi logam dari serangan yang
mengkorosi logamnya dan menghasilkan produk yang membentuk lapisan pasif,
dan ada pula yang menghilangkan konstituen yang agresif.
Dewasa ini terdapat 6 jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang memberikan
pasivasi anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik, inhibitor
pengendapan, dan inhibitor fasa uap. Pembahasan mengenai kimia dari inhibitor
korosi dapat menyangkut sifat dari inhibitor, interaksi inhibitor dengan berbagai
lingkungan yang agresif serta pengaruhnya terhadap proses korosi.
Secara
keseragaman

umum
atau

korosi

dapat

digolongkan

keserbanekaannya,baik

secara

berdasarkan

rupanya,

mikroskopis

maupun

makroskopis. Dua jenis mekanisme utama dari korosi adalah berdasarkan reaksi
kimia secara langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosoi dapat terjadi didalam
medium kering dan juga medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung
didalam medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O 2)
atau oleh gas belerang dioksida (SO2). Didalam medium basah, korosi dapat
terjadi secara seragam maupun secara terlokalisasi. Contoh korosi seragam
didalam medium basah adalah

apabila besi terendam didalam larutan asam

klorida (HCl). Korosi didalam medium basah yang terjadi secara terlokalisasi

ada yang memberikan rupa makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvani


sistim besi - seng, korosi erosi, korosi retakan,
pengelupasan, serta

korosi lubang,

korosi

korosi pelumeran, sedangkan rupa yang mikroskopis

dihasilkan misalnya oleh korosi tegangan, korosi patahan, dan korosi antar butir.
Dengan demikian, apabila didalam usaha pencegahan korosi dilakukan melalui
penggunaan inhibitor korosi, maka mekanisma dari jenis-jenis korosi

diatas

sangatlah penting artinya. Walaupun demikian sebagian korosi logam khususnya


besi, terkorosi di alam melalui cara elektrokimia yang banyak menyangkut
fenomena antar muka. Hal inilah yang banyak dijadikan dasar utama pembahasan
mengenai peran inhibitor korosi.
2.2 Mekanisme Kerja Inhibitor Korosi
Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan
suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat
menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam. Pada
prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu
maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu.
Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :
(1) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu
lapisan tipis dengan

ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini

tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat


penyerangan lingkungan terhadap logamnya.
(2) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap dan selanjutnya

teradsopsi pada permukaan logam serta

melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak,


sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.
(3) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat
kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi
tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.
(4) Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.

Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat


mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat dianggap
terdiri dari

empat komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan penghantar

elektronik, maka inhibitor korosi

memberikan kemungkinan menaikkan

polarisasi anodik, atau menaikkan polasisasi katodik atau menaikkan tahanan


listrik dari rangkaian melalui

pembentukan endapan tipis pada

permukaan

logam. Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi yang
diperoleh secara eksperimentil.
2.3 Jenis Inhibitor dan Mekanisme Kerjanya
2.3.1 Inhibitor Memasifkan Anoda
Inhibitor anodik adalah zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit,
sehingga mampu menahan terjadinya reaksi anodik dioksida. Inhibitor ini
berakbat potesial korosi bergerak ke arah positive. Cotoh: kromat, nitrat dan nitrit
yang merupakan inhibitor anodic oksidator (efektif tanpa oksigen), sedangkan
inhibitor non oksidator (efektif dengan adanya oksigen terlarut) seperti boraks,
fosfat, silikat.
Salah satu contoh inhibitor yang memasifkan anoda adalah senyawa-senyawa
kromat, misalnya Na2CrO4 Salah satu reaksi redoks yang terjadi dengan logam
besi adalah:
Oksidasi : 2 Fe + 3 H2O Fe2O3 + 6 H(+) + 6e
Reduksi : 2 CrO42- + 10 H(+) + 6e Cr2O3 + 5 H2O
Red-oks : 2 Fe + 2 CrO42- + 4 H(+) Fe2O3 + Cr2O3 + 2 H2O
Padatan atau endapan Fe2O3 dan Cr2O3 inilah yang kemudian bertindak
sebagai pelindung bagi logamnya. Lapisan endapan tipis saja, namun cukup
efektif untuk melindungi permukaan logam yang lemah dari serangan zat-zat
agresif. Untuk ini diperlukan kontinuitas pembentukan lapisan endapan mengingat
lapisan tersebut bisa lepas yang disebabkan oleh adanya arus larutan. Berbagai
data penelitian dengan berbagai kondisi percobaan menganggap bahwa Cr(III)
nampak dominan pada spesimen yang didukung oleh pembentukan lapisan udara,
sementara itu Cr(IV) teramati di daerah luar dari spesimen pengamatan yang
5

didukung oleh suatu

lapisan pelindung yang

mengandung Cr(III). Ini

menunjukkan bahwa terjadinya reduksi Cr(IV) menjadi Cr(III) pada permukaan


spesimen. Secara keseluruhan tebal lapisan yang terdiri dari spesimen kromium
dan aluminium memperlihatkan lapisan dalam bentuk Cr(IV) memiliki ketebalan
sekitar satu perenam dari tebal lapisan keseluruhan. Hasil penelitian dengan
menggunakan teknik pendar fluor dari adsorpsi sinar x memperlihatkan
disagregasi lapisan yang mengandung Cr(IV) sebanding dengan pertumbuhan
Cr2O3 yang mengisi celah-celah lapisan anodik (dalam hal ini Al 2O3) diatas
permukaan logam Al. Cara yang sudah lazim tentang studi pembentukan lqpisan
pasif pada permukaan logam akibat reaksi antar muka logam dengan inhibitor
dapat menggunakan

diagram potensial pH dan secara kinetik dengan

menggunakan kurva polarisasi. Inhibitor jenis CrO 42- dan NO2- cukup banyak
digunakan untuk perlindungan logam besi dam aluminium terhadap berbagai
medium korosif. Namun dari studi teoritis maupun eksperimentil, kedua jenis
inhibitir tersebut kurang baik digunakan dalam medium yang mengandung H2S
dan Cl- . Dengan adanya H2S, sebagian dari CrO42- bereaksi dengan H2S yang
menghasilkan belerang. Nampaknya Cr2O3 yang terbentuk tidak dapat terikat
kuat pada logamnya. Sedangkan pada medium Cl-, terjadi kompetisi reaksi dengan
logamnya.
senyawa

Misalnya ion klorida dapat membentuk kompleks terlarut dengan


Fe(III) yang

ada pada permukaan logam

besi, sehingga lapisan

pelindung Cr2O3 - Fe2O3 sukar dipertahankan keberadaannya.


2.3.2 Inhibitor Memasifkan Katoda
Inhibitor

katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadiya reaksi

dikatoda, karena pada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yag
sukar larut dan menempel kuat pada permukaan logam sehinga menghambat laju
korosi. Dan karena adanya inhibitor katodik maka potensial korosi bergeser ke
arah negative. Dua reaksi uatama yang umum terjadi yaitu:
2H2O + O2 + 4e 4OH2H- + 2e H2 (reaksi pembentukan hidrogen dari proton)

Contoh inhibitor katodik adalah Arsen (As3+), antimon (Sb3+), fosfor (P),
kation positive dari logam divalent (seperti Zn2+ , Pb2+ , dan Fe2+) , air sadah yang
mengandung bikarbonat, soda dan polifosfat.
Karena bagi suatu sal korosi, reaksi reduksi oksidasi terbentuk oleh
pasangan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi dengan kecepatan yang sama, maka
apabila reaksi reduksi (pada katoda) dihambat akan menghambat pula reaksi
oksidasi (pada anoda). Inilah yang menjadi pedoman pertama di dalam usaha
menghambat korosi logam dalam medium air atau medium asam. Hal yang kedua
adalah melalui penutupan permukaan katoda oleh suatu senyawa kimia tertentu
baik yang dihasilkan oleh suatu reaksi kimia atau melalui pengaturan kondisi
larutan,misalnya pH. Secara umum terdapat 3 jenis inhibutor yang mempasifkan
katoda, yaitu jenis racun katoda, jenis inhibutor mengendap pada katoda dan
jenis penangkap oksigen. Inhibutor racun katoda pada dasarnya berperan
mengganggu rekasi pada katoda. Pada kasus pembentukan gas hidrogen, reaksi
diawali yang teradsorpsi pada permukaan katoda.
2.3.3 Inhibutor Ohmik dan Inhibutor Pengendapan
Sebagai akibat lain daripada penggunaan inhibitor pembentuk lapisan
pada katoda maupun anoda adalah semakin bertambahnya tahanan daripada
rangkaian elektrolit. Lapisan yang dianggap memberikan kenaikan tahanan yang
memadai biasanya mencapai ketebalan beberapa mikroinchi. Bila lapisan terjadi
secara selektif pada daerah anoda, maka potensial korosi akan bergeser kearah
harga yang lebih positif, dan sebaliknya potensial korosi akan bergeser ke arah
yang lebih negatif bilamana lapisan terjadi pada daerah katoda. Jenis inhibutor
pengendapan yang banyak digunakan adalah natrium silikat dan berbagai senyawa
fosfat yang pada umumnya baik digunakan untuk melindungi baja keduanya
cukup efektif bila kondisi pH mendekati 7 dengan kadar Cl- yang rendah.

2.3.4 Inhibutor Organik


Dewasa ini sudah berpuluh bahkan mungkin ratusan jenis inhibitor
organik yang digunakan. Studi mengenai mekanisme pembentukan lapisan
lindung atau penghilangan konstituen agresif telah banyak dilakukan baik dengan
cara-cara yang umum maupun dengan cara-cara baru dengan peralatan modern.
Pada umumnya senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawasenyawa yang mampu membentuk senyawa kompleks baik kompleks yang
terlarut maupun kompleks yang mengendap. Untuk itu diperlukan adanya gugus
gugus fungsi yang mengandung atom atom yang mampu membentuk ikatan
kovalen terkoordinasi, misalnya atom nitrogen, belerang, pada suatu senyawa
tertentu.
2.4 Bahan Alam sebagai Alternatif Inhibitor Korosi
Umumnya, inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan
anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron
bebas, seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawasenyawa amina. Namun demikian, pada kenyataannya bahwa bahan kimia sintesis
ini merupakan bahan kimia yang berbahaya, harganya lumayan mahal, dan tidak
ramah lingkungan, maka sering industri-industri kecil dan menengah jarang
menggunakan inhibitor pada sistem pendingin, sistem pemipaan, dan sistem
pengolahan air produksi mereka, untuk melindungi besi/baja dari serangan korosi.
Untuk itu penggunaan inhibitor yang aman, mudah didapatkan, bersifat
biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan sangatlah diperlukan.
Salah satu alternatifnya adalah ekstrak bahan alam khususnya senyawa
yang mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom yang memiliki pasangan
elektron bebas. Unsur-unsur yang mengandung pasangan elektron bebas ini
nantinya dapat berfungsi sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks
dengan logam. Dari beberapa hasil penelitian seperti Fraunhofer (1996), diketahui
bahwa ekstrak daun tembakau, teh dan kopi dapat efektif sebagai inhibitor pada
sampel logam besi, tembaga, dan alumunium dalam medium larutan garam.
Keefektifan ini diduga karena ekstrak daun tembakau, teh, dan kopi memiliki

unsur nitrogen yang berfungsi sebagai pendonor elektron terhadap logam


Fe2+ untuk membentuk senyawa kompleks.
Sudrajat dan Ilim (2006) juga mengemukakan bahwa ekstrak daun
tembakau, lidah buaya, daun pepaya, daun teh, dan kopi dapat efektif menurunkan
laju korosimild steel dalam medium air laut buatan yang jenuh CO2. Efektivitas
ekstrak bahan alam sebagai inhibitor korosi tidak terlepas dari kandungan nitrogen
yang terdapat dalam senyawaan kimianya seperti daun tembakau yang
mengandung senyawa-senyawa kimia antara lain nikotin, hidrazin, alanin,
quinolin, anilin, piridin, amina, dan lain-lain (Reynolds, 1994). Lidah buaya
mengandung aloin, aloenin, aloesin dan asam amino. Daun pepaya mengandung
N-asetil-glukosaminida, benzil isotiosianat, asam amino (Andrade et al., 1943).
Sedangkan daun teh dan kopi banyak mengandung senyawa kafein dimana kafein
dari daun teh lebih banyak dibandingkan kopi.
2.5 Mekanisme Proteksi Ekstrak Bahan Alam
Mekanisme proteksi ekstrak bahan alam terhadap besi/baja dari serangan
korosi diperkirakan hampir sama dengan mekanisme proteksi oleh inhibitor
organik. Reaksi yang terjadi antara logam Fe2+ dengan medium korosif seperti
CO2diperkirakan
Fe2(CO3)3 dan

menghasilkan

reaksi

antara

FeCO3,
Fe2+ dengan

oksidasi
inhibitor

lanjutan
ekstrak

menghasilkan
bahan

alam

menghasilkan senyawa kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam yang mengandung


nitrogen mendonorkan sepasang elektronnya pada permukaan logam mild
steel ketika ion Fe2+ terdifusi ke dalam larutan elektrolit, reaksinya adalah Fe ->
Fe2+ + 2e- (melepaskan elektron) dan Fe2+ + 2e- -> Fe (menerima elektron).

Produk yang terbentuk di atas mempunyai kestabilan yang tinggi


dibanding dengan Fe saja, sehingga sampel besi/baja yang diberikan inhibitor
ekstrak bahan alam akan lebih tahan (ter-proteksi) terhadap korosi. Contoh
lainnya, dapat juga dilihat dari struktur senyawa nikotin dan kafein yang terdapat
dalam ekstrak daun tembakau, teh, dan kopi, dimana kafein dan nikotin yang
mengandung gugus atom nitrogen akan menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya untuk mendonorkan elektron pada logam Fe2+ sehingga terbentuk
senyawa kompleks dengan mekanisme yang sama seperti diatas.

10

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Inhibitor korosi adalah suatu zat yang apabila ditambahkan dalam jumlah
sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan serangan korosi lingkungan
terhadap logam.
2. Jenis-jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang memberikan pasivasi anodik,
pasivasi

katodik,

inhibitor

ohmik,

inhibitor

organik,

inhibitor

pengendapan, dan inhibitor fasa uap.


3. Mekanisme kerja inhibitor korosi dapat dibedakan sebagai berikut :

Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu


lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor

Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat


mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta
melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak,
sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata

Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu


zat kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi
tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam

Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.

4. Ekstrak bahan alam khususnya senyawa yang mengandung atom N, O, P,


S dan atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas dapat digunakan
sebagai inhibitor alternatif dari bahan alam.
.
3.2 Saran
Makalah ini diharapkan menjadi bahan informasi tambahan bagi pembaca.
Kritik dan saran sangat diharapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

11

DAFTAR PUSTAKA
H.M. Uhlig, Corrosion & corrosion Control, John Wiley & Sons, Inc., N.Y., 1963.
I. S. Van Delinder, Corrosion basics An Introduction, National Associate of
Corrosion Engineers, 1984.
J.S. Robinson, Corrosion Inhibitors Recent Developments, Noyes Data Corp.,
USA, 1979.
http://www.chemistry.org/artikel_kimia/berita/ekstrak_bahan_alam_seba
gai_alternatif_inhibitor_korosi/, diakses tanggal 11 Mei 2013
pukul
08.30 WIB
http://www.slideshare.net/XINYOUWANZ/kel-1-laporan-inhibitor-korosiautosaved, diakses tanggal 11 Mei 2013 pukul
09.30 WIB
http://www.scribd.com/mobile/doc/77167585?width=400, diakses tanggal 12
Mei 2013 pukul 20.00 WIB

12

Anda mungkin juga menyukai