ANTIDIARE
ANTIDIARE
PENDAHULUAN
I,1 Prinsip Percobaan
Hewan percobaan yang diinduksi oleh ol.Ricini dapat menyebabkan diare
kemudian dihambat oleh obat antidiare.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara
tepat produk obat, maka bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorpai
yang sangat cepat dan lengkap menjadi lambat, kecepatan absorpsi yang
diperlambat atau bahkan sampai tidak terjadi absorpsi sistemik berbagai proses
fisiologik normal yang berkaitan dengan distribusi dan eliminasi biasanya tidak
dipengaruhi oleh formulasi obat. Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat
ekstravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat
absorpsi serta sifat-sifat fisiokimia atau produk obat. Biofarmasetika berusaha
mengendalikan variabel-variabel tersebut melalui rancangan suatu produk obat
dengan tujuan terapetik tertentu. Oleh karena faktor-faktor tersebut terlibat
didalam bioavailibilitas obat, khususnya pada absorpsi dalam saluran cerna, maka
kadar obat sesudah pemakaian enteral lebih bervariasi dibandingkan kadar obat
setelah pemakaian parenteral.
Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus,
hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air
pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Diare viral dan diare akibat
enterotoksin pada hakikatnya sembuh dengan sendirinya sesudah lebih kurang 5
hari, setelah sel-sel epitel mukosa yang rusak diganti oleh sel-sel baru. Hanya
pada infeksi oleh bakteri invasif perlu diberikan suatu obat kemoterapeutik yang
bersifat mempenetrasi baik ke dalam jaringan, seperti amoksisiklin dan tetrasiklin,
sulfa usus dan furazolidon (Tjay, 2005).
Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja dijaringan atau organ, obat
tersebut harus melewati berbagai macam membran sel. Terdapat beberapa teori
mengenai struktur yang pasti dari membran sel, termasuk model unit membran
dan model mosaik cair (dinamik). Pada umumnya membran sel mempunyai
struktur lipoprotein yang bertindak sebagai membran lipid semipermeabel.
Berbagai penyelidikan telah dilakukan menggunakan berbagai obat dengan
Hanya pada infeksi oleh bakteri invasif perlu diberikan suatu obat
kemoterapeutik yang bersifat memprenetasi baik ke dalam jaringan, seperti
amoksisilin dan tetrasiklin, sulfa-usus dan furazolidon. Obat-obat ini sebaiknya
jangan diberikan lebih dari 7-10 hari, kecuali bila setelah sembuh diarenya, pasien
masih tetap mengeluarkan bakteri dalam tinja (Tjay, 2002).
Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah:
1.
alkaloidnya,
derivat-derivat
petidin
(difenoksilat
dan
tubuh yang hilang bersama tinja. Dengan menggantikan cairan tubuh tersebut,
terjadinya dehidrasi dapat dihindarkan. Oralit tersedia dalam bentuik serbuk untuk
dilarutkan dan dalam bentuk larutan, diminum perlahan-lahan (Anonim, 2000).
Terapi diare harus disesuaikan dengan penyebabnya. Diare perjalanan dan
diare musim panas akut merupakan penyakit yang sembuh sendiri (self limiting
disease) dan tidak memerlukan penanganan dengan obat-obat khusus. Penanganan
terapeutik yang terpenting adalah penggantian cairan dan elektrolit secukupnya.
Pada kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar, perlu diberi substitusi
secara parenteral (Mutschler, 1991).
Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah:
1.
2.
akibat virus (Virus melekat pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak
sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang
peranan), diare bakterial (Bakteri yang berasal dari makanan yang terinfeksi
menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa kemudian memperbanyak diri
dan membentuk toksin-toksin yang diresopsi ke dalam darah dan menimbulkan
gejala hebat), diare parasiter (disebabkan oleh parasit seperti Entamoeba
histolytica, Giardia Llambia, Cryptosporidium, dan Cyclospora), diare akibat
enterotoksin (akibat kuman-kuman yang membentuk enterotoksin. Toksin melekat
pada sel-sel mukosa dan merusaknya, diare ini bersifat selfmiting yaitu akan
sembuh sendiri tanpa pengobatan setelah sel mukosa yang rusak diganti dengan
yang baru) (Tjay, 2002).
Disamping
itu,
ada
juga
diare
kronis
(dapat
disebabkan
oleh
Diare wisatawan pada dasarnya dapat dicegah dengan tindakantindakan prevensi yang sama. Segala sesuatu yang tidak dimasak atau dikupas
janganlah dimakan.
2.
3.
Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium
(hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang
berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi
bayi dan anak-anak kecil karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang
lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang
dewasa. Diare sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan tubuh juga. Karena
diare membuang semua virus dan bakteri yang mengganggu sistem pencernaan.
Begitu juga dengan muntah. Maka dari itu jika penyakitnya belum keluar semua,
kemudian diare di-stop, atau muntah di-stop, kuman akan berputar-putar di
saluran cerna, berkembang biak lebih banyak, dan bisa mengakibatkan penyakit
bertambah berat. Prinsipnya : cegah dehidrasi. Walau diare lebih dari 10 kali per
hari tetapi tidak ada tanda-tanda dehidrasi dan anak masih sadar, tidak perlu
khawatir. Tanda-tanda dehidrasi antara lain:
Dehidrasi ringan:
Mata kering, saat menangis sedikit keluar air mata atau tidak ada air mata.
Buang air kecil sedikit lebih jarang atau sedikit lebih jarang ganti popok.
Dehidrasi sedang-berat:
Mata cekung.
Tampak lemas.
Semakin jarang buang air kecil atau ganti popok (popok jarang basah).
Kulit kering.
Dehidrasi berat:
1. Pada bayi di bawah usia 6 bulan, ubun-ubun terlihat cekung.
2. Tidak mau minum.
3. Tidak buang air kecil lebih dari delapan jam.
4. Ketika kulit dijepit di antara dua jari sulit balik kembali ke bentuk asal.
5. Sangat lemas sekali, bahkan bisa berkurang kesadaran.
Berikut adalah prinsip penanganan diare:
Pada anak berusia > 6 bulan (sudah mendapatkan makanan), tetap berikan
makanan dalam jumlah yang lebih sedikit namun lebih sering.
Jaga kebersihan, cuci tangan dengan benar. Itu semua berguna untuk
mengatasi penyebaran penyakit.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat Percobaan
Alat bedah
Alat suntik 1 ml
Cawan petri
Penggaris
Pinset
Stop watch
Timbangan analitik
Timbangan mencit
Ekstrak salam
Kertas saring
Loperamid
Norit
Oleum ricini
diare,
jumlah/bobot
feses
dan
jangka
waktu
berlangsungnya diare.
6. Hasil pengamatan dievaluasi.
5.
6.
x 100%
BAB IV
DATA HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Data Hasil Percobaan
BB
(gram)
Volume
pemberian
obat
Waktu
Pemberia
n Obat
Waktu
Pemberian
Oleum
Ricini
Waktu
Timbulnny
a diare
Efek
Konsistensi
Feses
30'
Kontrol
21
0.5 mL (aq)
10.51
11.51
Padat
Uji I
Uji II
22
22
1.09 mL
1.1 mL
10.55
10.58
11.55
11.58
Pa
a
IV.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mempelajari dan mempraktekkan tentang pengujian antidiare
dengan menggunakan metode perlindungan oleh oleum ricini (minyak jarak atau
minyak lemak dari biji Ricinus communis yang bersifat sebagai laksatif dimana
pada percobaan ini mencit diinduksi oleh oleum ricini agar menjadi diare.
Mekanisme kerja terjadinya diare oleh induksi oleum ricini adalah saat terjadi
proses hidrolisis didalam usus halus sehingga trigliserida dari asam risinoleat yang
terkandung dalam oleum ricini menjadi gliserin dan asam risinoleat oleh enzim
lipase pankreas yang selanjutnya akan menstimulasi peristaltik usus sehingga
diare terjadi.
Metode yang digunakan pada percobaan ini ada dua, yaitu dengan metode
proteksi laksan dan metode hambatan pada usus halus (transit). Pada pengujian
antidiare dengan metode proteksi laksan menggunakan tiga kelompok dimana
masing masing kelompok terdiri dari satu ekor mencit. Untuk mencit I yang
bertindak sebagai kontrol hanya diberi aquades sebanyak 0,5 ml, kelompok II
sebagai kelompok uji 1 diberikan ekstrak salam dosis 0,52 mg/ml sebanyak 1,09
ml sedangkan untuk kelompok III sebagai kelompok uji 2 diberikan ekstrak salam
dosis 1,04mg/ml sebanyak 1,1 ml.. Pemberian ekstrak daun salam ini dengan
tujuan agar mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel
mukosa sehingga mampu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan
hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali.
Setelah satu jam pemberian sediaan uji, langkah selanjutnya yaitu pemberian
oleum ricini sebanyak 1 ml secara per oral, pemberian oleum ricini ini sebagai
induksi agar mencit menjadi diare. Langkah selanjutnya yaitu dilakukan
pengamatan setiap 30 menit selama 1 jam. Hasil pengamatan meliputi waktu
timbulnya diare, konsistensi diare, jumlah atau bobot feses dan jangka waktu
berlangsungnya diare. Untuk kelompok kontrol, konsistensi feses pada saat t=30
menit masih berbentuk padat dengan bobot feses sebanyak 1 gram sedangkan
pada saat t=60 menit konsistensi feses masih tetap berbentuk padat dengan bobot
feses sebanyak 1,03 gram. Untuk kelompok uji I, mencit tidak mengalami diare
sehingga tidak ada feses yang dihasilkan. Sedangkan untuk kelompok uji II,
kelompok kami tidak melakukan pengamatannya dikarenakan mencit pada
kelompok uji II mati pada saat pemberian oleum ricini secara peroral. Ini
merupakan kesalahan praktikan, terjadi kesalahan pada saat mengoral baik itu
sonde oralnya yang terlalu dalam ataupun oleum ricini yang dioralkan masuk ke
saluran pernafasan sehingga mencit mengalami gagal nafas.
Pengujian antidiare dengan metode hambatan pada usus halus (transit) dilakukan
pada 3 kelompok dimana kelompok I sebagai kontrol hanya diberi aquadest saja,
kelompok II sebagai hewan uji 1 diberi norit sebanyak 0.625 ml sedangkan untuk
kelompok III sebagai hewan uji 2 diberi norit sebanyak 1ml. Setelah pemberian
norit pada setiap kelompok, selanjtutnya pada t=60 atau 20 menit setelah
pemberian obat semua mencit dikorbankan dan dilakukan pembedahan untuk
diamati ususnya, mulai dari pilorus sampai rektum.
Dari hasil yang di telah didapatkan, pada kelompok I atau kontrol panjang usus
yang dilalui marker yaitu 24,3cm sedangkan panjang usus keseluruhan yaitu 51cm
dengan ratio sebesar 47.6470588%, untuk hewan uji I panjangnya usus yang
dilalui marker yaitu 55 cm, panjang usus keseluruhan sepanjang 63,5 cm dengan
ratio sebesar 86.6141732%, sedangkan untuk hewan uji II didapatkan panjang
usus yang dilewati marker sepanjang 35,8 dengan panjang usus keseluruhan 65,5
dan rationya didapatkan hasil sebanyak
disimpulkan bahwa panjang usus yang dilewati marker yang paling panjang
adalah pada hewan uji satu yaitu 55 cm. Hal ini menunjukkan bahwa absorpsi
norit telah berlangsung cepat sehingga proses terjadinya diare pada mencit dapat
segera ditangani.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
o Ganiswara, S.G. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat.
o
o
LAMPIRAN
Taksonomi Daun Salam
Nama : Eugenia polyantha
Kingdom
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Subdivision : Magnoliophytina
Class
: Magnoliate
Subclass
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Eugenia
Deskripsi :
Morfologi
Daun : berbentuk simpel, bangun daun jorong, pangkal daunnya tidak bertoreh
dengan bentuk bangun bulat telur (ovatus), runcing pada ujung daun, pangkal
daun tumpul (obtusus), terdapat tulang cabang dan urat daun, daun bertulang
menyirip (penninervis), tepi daun rata (integer). Daun majemuk menyirip ganda
(bipinnatus) dengan jumlah anak daun yang ganjil, daging daun seperti perkamen
(perkamenteus), daunnya duduk, letak daun penumpu yang bebas terdapat di
kanan kiri pangkal tangkai daun disebut daun penumpu bebas (stipulae liberae),
tangkai daunnya menebal di pangkal dan ujung, beraroma wangi dan baru dapat
digunakan bila sudah dikeringkan.
Batang : tinggi berkisar antara 60 kaki hingga 90 kaki,bercabang-cabang,biasanya
tumbuh liar di hutan. Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), berkayu
(lignosus) biasanya keras dan kuat, bentuk batangnya bulat (teres), permukaan
batangnya beralur (sulcatus), cara percabangannya monopodial karena batang
pokok selalu tampak jelas, arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus) sebab sudut
antar batang dan cabang amat kecil, termasuk dalam tumbuhan menahun atau
tumbuhan keras karena dapat mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati.
Akar : termasuk akar tunggang (radix primaria), berbentuk sebagai tombak
(fusiformis) karena pangkalnya besar dan meruncing ke ujung dengan serabutserabut akar sebagai percabangan atau biasa disebut akar tombak, sifatnya adalah
akar tunjang karena menunjang batang dari bagian bawah ke segala arah.