Anda di halaman 1dari 11

Sabar dan Tingkatannya

Rencana mau postingan tentang materi khutbah Jum'at tanggal 22 Maret yang lalu,
ternyata belum kesampaian. Belum sempat menulis ee tahu-tahu hari Jum'at segera
datang. Ibarat sebuah janji harus ditepati, maka kuusahakan untuk mengingat
kembali apa yang telah disampaikan oleh Drs. H. Ahmad Sodli, M.Ag yang bertindak
selaku khotib dan imam salat Jum'at minggu kemarin. Tema yang diambil oleh sang
khotib adalah tentang tingkatan sabar.
Menurut ajaran Islam sabar itu dibagi menjadi tiga, yaitu sabar dalam menjalankan
ketaatan, sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi
musibah. Pertama, sabar dalam menjalankan ketaatan merupakan sebuah bentuk
kesabaran yang harus dimiliki oleh setiap muslim, karena jika tidak memiliki
kesabaran maka seorang muslim tentu tidak akan betah dalam menjalani ibada
kepada Allah. Selain itu kesabaran dalam menjalani ibadah artinya seseorang harus
senantiasa beribadah secara tulus dan ikhlas.

Gambar
Kedua, sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan. Dalam hal ini seseorang dituntut
untuk senantiasa membiasakan diri melakukan kebaikan dan menjauhi kemaksiatan.
Atau dalam bahasa agama sering disebut amar makruf nahi munkar (perintah
kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran). Sabar dalam menjauhi kemaksiatan
bukanlah pekerjaan yang mudah, karena saat ini orang lebih sering dan suka
melakukan kemaksaiatan dari pada melakukan kebenaran. Berbagai kemaksiatan
yang saat ini sering dilakukan oleh orang salah satunya adalah korupsi. Perbuatan
maksiat ini saat ini hampir menjadi salah satu bentuk kemaksiatan yang sangat
populer.
Ketiga, sabar dalam menghadapi musibah. Musibah yang dimaksudkan adalah
berbagai hal yang datang di luar keinginan dan harapan hatinya, atau di luar
perkiraannya. Seperti datangnya musibah yang tidak terduga, seperti kecelakaan,
kematian orang yang dicintai, kehilangan barang yang berharga, musnahnya harta

benda, hilangnya jabatan dan pangkat serta berbagai musibah lainnya. Semua itu
harus senantiasa kita hadapi dengan penuh kesabaran.
Sabar merupakan satu sifat yang ada dalam diri setiap orang, akan tetapi tidak
setiap orang mampu berlaku sabar. Sabar adalah sifat yang sulit untuk diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi sabar bisa dilatih dan dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Beruntunglah orang-orang yang bisa membiasakan diri untuk
selalu sabar dalam menjalani ketaatan, sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan
dan sabar dalam menghadapi musibah.
1. Sabar di dalam mentaati Allah
2. Sabar dari berbuat maksiyat terhadap Allah
3. Sabar dalam menghadapi ujian karena pilihannya/kehendaknya
4. Sabar dalam menghadapi musibah yang datang di luar kehendaknya
Semakin seseorang itu sabar menghadapi ujian karena pilihannya, maka pahala yang
diterimanya semakin banyak dan kedudukannya juga semakin tinggi.
Orang-orang yang menyabarkan diri mereka dalam jihad, dan mengikat diri mereka, maka
mereka itu lebih tinggi kedudukannya daripada mereka yang berjihad karena tidak ada
alternatif lain kecuali jalan itu. Yang ini diberi pahala dan yang itu juga diberi pahala. Akan
tetapi orang mengikat dirinya untuk mentaati Allah karena pilihannya, tidak diragukan lagi
kalau ia lebih banyak pahalanya dan lebih besar ganjarannya. Menurut Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah bahwasanya kesabaran Yusuf dalam menghadapi godaan istri
pembesar negeri lebih besar pahalanya dan lebih tinggi sebutannya daripada kesabaran Yusuf
ketika menghadapi bala berada di dalam sumur. Karena dimasukkannya Yusuf ke dalam
sumur tersebut bukan karena pilihannya.
Ketika itu beliau masih muda, lajang, dirantau, jauh dari pengawasan mata. Yang merayu
adalah istri tuannya, yang cantik jelita, di rumah yang tertutup rapat, aman dari pengawasan,
jauh dari pandangan mata. Wanita tersebut yang mendekat kepadanya dan membujuknya,
serta mengancam Yusuf jika dia tidak meladeni ajakannya. Maka semua faktor yang
mendorong Yusuf melakukan perbuatan tersebut tersedia lengkap. Namun demikian :
--khot-Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukanku
dengan baik". Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. Sesungguhnya
wanita itu telah bermaksud dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud dengan wanita itu
andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. (QS. Yusuf : 23-24)
Adapun yang menjadi kecondongan para mufassir mengenai maksud : hammat bihi adalah bi
dharbihi (wanita itu bermaksud memukul Yusuf) dan wa hamma biha artinya wa hamma bi
dharbihaa (Yusuf bermaksud memukulnya). Sebab tidak mungkin makna kata al hammu
(bermaksud) itu sebagaimana ucapan sebagian mufassir, yakni Yusuf condong untuk
melakukan zina, sebab sebelumnya Yusuf menjawab : Aku berlindung kepada Allah,
sesungguhnya tuanku telah memperlakukanku dengan baik.
Seandainya Yusuf memukul wanita tersebut dan terjadi pergumulan dengannya, tentu baju
wanita tersebut robek di depan yang akan justru bisa dijadikan alasan untuk membuktikan
kesalahan Yusuf.
Tanda dari Rabbnya yang menghindarkan dia dari pergumulan dengan wanita tersebut :
--khot-Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari

belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu dimuka pintu. (QS.
Yusuf : 25)
Sesungguhnya tingkatan sabar yang paling besar adalah sabar seperti ini. Bersabar,
sedangkan perbuatan keji dimudahkan, faktor-faktornya tersedia. Muda belia, normal
seksual, dan masih lajang namun demikian dia bersabar dan berpegang teguh kepada Allah.
--khot-Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Ali Imran : 101)
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa jika seorang pemuda jauh dari pengawasan, jauh dari orang
yang tinggal sekampung, lepas dari penjagaan keluarga serta telah berada di luar negerinya;
maka dia cenderung berpaling dari moralitas atau nilai-nilai etika yang ditanamkan
keluarganya sebelumnya. Namun meskipun demikian keadaannya, pemuda Yusuf as. tetap
bersabar.
Seandainya dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami memalingkan
daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba -hamba
kami yang terpilih. (QS. Yusuf : 24)
Perbuatan keji itu membuat luka dalam hati seperti tulang yang patah. Mungkin seseorang
akan bertaubat setelah melakukan perbuatan keji tersebut sehingga membuat tulang patah
menyambung kembali. Akan tetapi perbuatan keji lain mematahkan tulang yang lain pula.
Pada saat demikian itu maka tulang tersebut tidak mampu kembali dalam keadaan lurus.
Akhirnya, kaki atau tangan yang pernah patah itu dapat menjalankan fungsinya sebagaimana
saat-saat sebelum patahnya.
Dan termasuk nikmat Allah 'Azza wa Jalla yang dikaruniakan kepada kaum pemuda ialah
mereka bersabar dari maksiyat dan perbuatan keji (zina). Mereka itu, diberi naungan Allah
pada hari di mana tiada naungan kecuali naungan-Nya.
--khot-Pemuda yang tumbuh dalam suasana ibadah kepada Rabbnya, seorang hatinya tergantung di
masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karenanya.
Seseorang yang diajak berbuat zina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan
berparas cantik jelita, lalu dia menjawab : Sesungguhnya aku takut kepada Allah Rabul
Alamin. Seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya
tidak tahu akan apa yang telah diperbuat oleh tangan kanannya. Seseorang yang berdzikir
kepada Allah sendirian, lalu meneteslah air matanya. (HR. Al Bukhari)
Sabar dalam mentaati Allah, sebagaimana ucapan Ibnu Taimiyah lebih besar kedudukannya
di sisi Allah daripada sabar terhadap maksiyat. Oleh karena sabar dalam mentaati Allah
membutuhkan jiwa yang selalu waspada, punya tekad membara, kekuatan dan kemauan
tinggi, tak mengenal bimbang ragu, sehingga ibadah tegak terus menerus sampai dia bertemu
Allah 'Azza wa Jalla.
Adapun sabar terhadap maksiyat, maka ia lebih rendah kedudukannya di sisi Allah,
khususnya jika faktor-faktor yang mendorong untuk berbuat maksiyat tidak tersedia, caranya
tidak mudah dan jalannya tidak tersedia.
Sabar atas sesuatu yang menjadi pilihan/kehendak sendiri, seperti kesabaranmu dalam ribath
dan jihad sedangkan dunia senantiasa menggodamu, kesabaranmu terhadap makanan
Afghan, sementara hiasan dunia menyunggingkan senyuman kepadamu, dunia mengulurkan

kedua tangannya untuk memelukmu, meskipun demikian tidak engkau pedulikan. Bahkan
engkau hidup di tengah-tengah salju, di puncak-puncak gunung. Makananmu hanya roti yang
telah keras, pakaianmu seadanya. Bahkan kadang engkau harus mencari roti atau pakaian
atau sepatu dengan susah payah. Tidak ada yang mengikatmu kecuali satu hal, yakni sabar
demi Rabbul Alamin, dan sabar karena Rabbul Alamin. Kedudukan sabar ini sangat tinggi,
maka dari itu bersabarlah kamu sekalian di atas ketaatan kalian.
Adapun sabar dalam menghadapi bala, tinggi kedudukannya, namun masih di bawah
kedudukan orang yang sabar karena pilihannya. Sabar dalam menanggung sakit atau sabar
dalam penjara dan yang sejenis itu lebih rendah kedudukannya dari sabar dalam jihad,
khususnya jika engkau berjihad atas pilihanmu sendiri. Engkau pergi berjihad untuk Allah
'Azza wa Jalla atas kehendakmu dan karena ketaatanmu. Engkau tinggalkan keluargamu,
pekerjaanmu, harta kekayaanmu dan duniamu demi Allah 'Azza wa Jalla. Kedudukan sabar
yang seperti ini amat tinggi, dibanding kedudukan orang yang menempuh jalan Iyyaaka
nabudu wa iyyaaka nastaiin (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu
kami mohon pertolongan), maksudnya ahli-ahli ibadah.
Sabar itu harus memenuhi tiga aspek, yaitu:
Ash Shabru lillah
Ash Shabru maallah , dan
Ash Shabru billah .
Adapun ash shabru billah, adalah hendaknya bersemayam di dalam hatimu dan terpateri
dalam relung kalbu bahwa sabar yang engkau tanggungkan itu, sebenarnya hanya dari Rabul
alamin sejak awal hingga akhir. Tidak ada daya kekuatan untuk menanggungnya, karena ia
hanyalah dari Allah 'Azza wa Jalla.
--khot-Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit
kepada mereka. (QS. Al Isra : 74)

Sifat sabar merupakan sifat yang sangat terpuji. Dengan sabar, akan datangnya
kesyukuran kepada Allah swt, di dalam kesusahan dan juga kesenangan. Nabi
Allah Nuh as, di dalam kesukaran baginda as menyampaikan dakwah kepada
kaum yang langsung tidak mahu mendengar, namun dengan sifat sabar baginda
as, masih lagi baginda mampu memanjatkan kesyukuran kepada Allah, malahan
bagindalah yang digelar Allah sebagai hambaKu yang banyak bersyukur
kepadaKu.
Namun tahukah kita, bahawa sifat sabar itu mempunyai beberapa jenis dan
tingkatan? Adapun istilah sabar yang kerap kita gunakan ini, cuma merupakan
salah satu dari tiga tingkatan sabar. InsyaAllah, di dalam artikel ini, kita akan
melihat secara teliti tentang jenis-jenis sabar, dan juga beberapa contoh dari AlQuran dan Sunnah baginda saw di dalam membicarakan tentang sifat sabar.
Adapun sabar itu terbahagi kepada tiga jenis:1) sabar di dalam menjalani ujian daripada Allah swt, selalunya di dalam bentuk
kesusahan. Pada tabiatnya, semakin sukar cabaran dan ujian seseorang itu,
semakin sabar dirinya, itu menunjukkan kepada ketinggian darjatnya di sisi Allah
swt. Lihat sahaja ujian-ujian yang telah ditempuh oleh para rasul, seperti:i) Nabi Allah Ayyub dtimpa penyakit yang berlarutan selama beberapa tahun,
sehingga pada akhirnya baginda as dari seorang yang kaya, mempunyai isteri
dan anak-anak, kesemuanya ditarik kembali oleh Allah swt, sehingga tiada
sesiapa lagi yang duduk bersamanya, hatta isterinya sendiri. Malahan penyakit
yang ditimpakan ke atasnya adalah dari penyakit yang tidak diketahui sesiapa
dan tiada penawarnya.
ii) Nabi Allah Yunus as, duduk di dalam perut ikan paus selama beberapa bulan,
tanpa sebarang makanan dan minuman. Malahan sepanjang baginda as duduk di
dalam perut ikan paus, beliau menggunakan seluruh masa yang ada dengan
memohon keampunan kepada Allah swt kerana berputus asa dengan tugas
berdakwah kepada kaum baginda as sebelum itu.
iii) Nabi Allah Yusuf as, dibuang ke dalam perigi buta oleh saudara-saudara
kandungnya sendiri, berpisah dengan ayahnya, Nabi Allah Yaaqub as dalam
tempoh yang sangat lama. Bahkan baginda as diletakkan di dalam penjara
selama beberapa tahun, gara-gara fitnah yang terjadi ke atas baginda as.
Ayahnya juga menangisi ketiadaan Yusuf as, sehingga matanya menjadi buta
kerana terlalu banyak menangis, dan memohon pertolongan Allah swt. Penulis
masih teringat kisah yang sangat menghayat hati ini, di mana ketika Yusuf as
mengirimkan bajunya agar dibawakan kepada ayahnya, dan sebaik sahaja
saudara-saudara Yusuf as membawa bajunya masuk ke rumah, terus Yaaqub as
menegur, Di manakah Yusuf? Sungguh aku tercium bau Yusuf!. Begitu dahsyat
sekali rindunya kepada Yusuf as, dan sebegitu tinggi jugalah kita lihat tahap
kesabarannya.
iv) Nabi Ismail as, ditinggalkan oleh ayahnya, khalilullah Ibrahim as, ketika
usianya masih lagi bayi. Baginda as ditinggalkan bersama ibunya Hajar di tengah
padang pasir yang langsung tiada sebarang tanaman, di atas arahan Allah swt
kepada Ibrahim as. Setelah baginda Ismail as membesar dewasa, berusia 14
tahun, barulah nabi Ibrahim as datang melawat baginda, akan tetapi turut
datang dengan arahan agar dirinya disembelih hidup-hidup! Namun atas semua
ini, perhatikan dialog Ibrahim as dan anaknya ini yang dirakamkan di dalam Al-

Quran, kata Ibrahim as, Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi


menyembelihku, maka apakah pandanganmu?, jawab Ismail as, Wahai ayahku!
Lakukanlah apa yang diarahkan kepadamu itu, (iaitu sembelihlah aku!) maka
engkau akan dapati, dengan izin Allah, bahawa aku tergolong di dalam orangorang yang sabar!.
Namun atas segala ujian dan musibah yang telah Allah timpakan ke atas para
rasul, tiadalah ujian dan musibah yang lebih berat dan hebat berbanding dengan
ujian dan musibah yang ditimpakan ke atas rasul- rasul ulul azmi yang lima, iaitu
Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan akhirnya Muhammad saw. Penulis masih teringat
satu hadis dari Muadz ibnu Jabal ra, di mana ketika tentangan dan seksaan yang
dikenakan kafir Quraisy ke atas gerakan Islam di Mekah, Muadz datang menemui
Rasulullah saw di dalam masjid, seraya berkata, Ya Rasulullahsungguh berat
sekali seksaan yang dikenakan ke atas kaum Muslimin. Ya Rasulullahbilakah
pertolongan Allah akan sampai?.
Sabda Rasulullah saw, Sesungguhnya ada golongan sebelum kamu yang
beriman kepada Allah, lalu mereka diseksa dan dibunuh dengan badan mereka
dipotong dua dari kepala mereka dengan gergaji. Dan ada juga di antara mereka
yang dicakar badan mereka dengan cakar besi yang panas, lalu luluhlah kulit dan
daging mereka. Namun semua itu tidak membuatkan iman mereka berganjak
sedikitpun! Sungguh pertolongan Allah itu tersangat dekat, dan sungguh kamu
kaum yang tidak bersabar!. Kata Muadz, Demi Allah! Sejak dari hari itu aku
tidak lagi pernah merungut kepada Rasulullah saw. Ketika itu turunlah ayat
Allah swt, Dan sungguh Kami akan menguji kamu sehingga orang-orang yang
beriman itu berkata, bilakah akan sampainya pertolongan Allah? Katakanlah
(hai Muhammad) bahkan pertolongan Allah itu sangat dekat.
Firman Allah swt lagi, Apakah kamu semua menyangka bahawa kamu akan
dimasukkan ke dalam syurga, sedangkan kamu semua masih belum diuji
sebegaiman terujinya orang-orang (yang beriman) sebelum kamu?.
Firman Allah swt lagi di dalam memuji dan menganjurkan sifat sabar, dan juga di
dalam memberikan kita petua bagi mendapat pertolongan Allah swt, Wahai
orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (Allah swt) dengan bersabar
dan solat, sesungguhnya Allah bersama-sama orang yang sabar. Dan sungguh
Kami akan menguji kamu dengan rasa takut (jihad di jalan Allah, dan juga
kelaparan (puasa), dan juga kekurangan dari harta (sedekah di jalan Allah) dan
juga jiwa raga (syahid di jalan Allah) dan juga kekurangan buah-buahan (kerana
zakat), maka berikanlah berita gembira (akan keredhaan Allah dan balasan
syurga) kepada orang-orang yang sabar. Mereka yang apabila ditimpakan
musibah ke atas diri mereka, mereka berkata Sesungguhnya kami adalah milik
Allah, dan sesungguhnya kami kepadaNya akan kami kembali. Mereka itulah
orang-orang yang beroleh kesenangan dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat hidayah. FirmanNya juga, Wahai orang-orang
yang beriman! Mohonlah kamu pertolongan Allah dengan sabar dan solat,
sesungguhnya itu adalah amat berat melainkan orang-orang yang khusuk.
2) jenis sabar yang kedua ialah sabar di dalam meninggalkan larangan Allah swt,
dan ini merupakan sabar yang lebih tinggi darjatnya di sisi Allah. Firman Allah
swt, Telah dijadikan indah bagi manusia (mereka) menyukai syahwah (iaitu)
daripada wanita dan anak-anak dan hasil ternakan dan perniagaan yang
berjaya.. Ertinya merupakan fitrah seorang manusia di dalam menyukai dan
mempunyai kehendak di dalam berpasangan, mempunyai anak-anak,

mempunyai harta yang banyak dan seterusnya. Maka di dalam mencapai


kesemua yang kita hajati ini, Allah swt telah menggariskan panduan dan
larangan kepada kita yang wajib kita patuhi.
Penulis mahu kita perhatikan bahawa bagaiman kedatangan Islam itu bukanlah
untuk menekan dan membasmi nafsu seorang manusia, bahkan Islam datang
dengan indahnya bagi MEMANDU manusia untuk mencapai segala apa yang
dikehendakinya, dengan cara yang halal dan baik, tidak ekstrim samada ke
kanan atau ke kiri. Sebagai contoh:i) di dalam hal hubungan lelaki dan wanita, ada agama yang langsung
mengharamkan hubungan di antara lelaki dan wanita, sebagaimana yang kita
lihat di dalam agama Buddha, yang mana menjadi sami merupakan jalan yang
terbaik menuju Nirwana, iaitu penyatuan dengan Tuhan mereka. Mereka
langsung mengharamakan sebarang hubungan antara lelaki dan wanita (ekstrim
ke kiri). Lain pula halnya dengan masyarakat Eropah, yang menghalalkan secara
mutlak hubungan lelaki dengan wanita, tanpa sebarang perkahwinan yang sah.
Bersekedudukan selama bertahun-tahun, mempunyai anak haram dan
sebagainya dianggap sebagai perkara yang sangat biasa, malahan dianggap
romantic oleh mereka.
Segala puji bagi Allah, Dia mendatangkan kepada kita Islam yang tidak ekstrim,
dihalalkna bagi kita untuk berhubung lelaki dan wanita, tetapi melalui akad
pernikahan yang sah. Apabial sah menjadi isteri, maka dia adalah halal bagi kita,
bahkan firman Allah swt, Isteri-isteri kamu adalah tanaman-tanaman kamu,
maka datangilah mereka dengan apa cara sekalipun yang kamu suka. Di dalam
masa yang sama, Allah swt mengharamkan bagi kita zina, kerana selalunya di
dalam zina kita melanggar batas wanita yang merupakan hak milik orang lain,
samada anak perempuan kepada seorang ayah, ataupun isteri kepada seorang
suami. Firman Allah swt, Dan janganlah kamu dekati zina, sesuungguhnya ia
(zina) adalah perbuatan keji yang sangat besar.
Terdapat sepotong hadis di mana seorang sahabat baginda Rasulullah saw
berkata kepada baginda saw, Ya Rasulullah, halalkanlah bagiku zina. Maka
terkejutlah para sahabat baginda saw, lalu berkata Umar ibnu Al-Khattab ra, Ya
Rasulullah! Jika engkau mahu aku akan pancung kepalanya sekarang juga!.
Sabda Rasulullah saw, Tenang hai Umar. Arahkan dia duduk di hadapanku.
Setelah sahabat tadi duduk, sabda Rasulullah saw, Engkau mahu aku halalkan
bagimu zina? jawab sahabat, Ya. Sabda baginda saw lagi, Mahukah engkau
zina itu terjadi kepada ibumu? (Ertinya ibumu berzina dengan lelaki lain selain
ayahnya), jawabnya, Tidak! Sudah tentu tidak! Aku berlindung dengan Allah
dari perkara tersebut. Sabda baginda saw lagi, Mahukah engkau agar zina
berlaku kepada saudara perempuanmu?, jawabnya, Tidak! Sudah tentu tidak.
Aku Berlindung dengan Allah dari perkara tersebut. Sabda baginda saw lagi,
Mahukah engkau zina itu terjadi kepada saudara kandung ayahmu? (iaitu mak
cik sebelah ayah), jawabnya Tidak! Sudah tentu tidak. Aku berlindung kepada
Allah dari perkara itu. Sabda baginda saw lagi, Mahukah engkau zina itu terjadi
kepada saudara kandung ibumu? (iaitu mak cik sebelah ibu), jawabnya Tidak!
Sudah tentu tidak. Aku berlindung dengan Allah dari perkara itu. Sabda
Rasulullah saw, Begitulah, tiada seorangpun yang mahu zina itu terjadi kepada
ibunya, mahupun saudaranya, mahupun saudara kandung ayahnya atau
ibunya!. Maka terdiam lelaki tersebut. Lalu Rasulullah saw memegang ubunubun lelaki tersebut dan berdoa, Ya Allah! Peliharalah kehormatan lelaki ini, dan
jadikanlah dia orang yang takut kepadaMu. Maka kabullah doa Rasulullah saw,

dan sejak hari itu lelaki itu menjadi seorang yang terpelihara kehormatannya dan
bertaqwa kepada Allah swt.
Begitulah keberkatan dari sifat sabar di dalam menjauhi larangan Allah swt.
ii) kapitalisme di negara-negara barat menghalalkan mereka menggunakan apa
cara sekalipun bagi mencapai keuntungan yang maksima di dalam perniagaan
mereka, samada dengan penindasan, monopoli dan sebagainya, tanpa mengira
kebajikan orang lain. Pekerja-pekerja dikenakan jumlah waktu bekerja yang
sangat lama dan berat, dan dikenakan bayaran yang amat sedikit. Begitu juga
dengan monopoli dan penindasan mereka ke atas negara-negara miskin yang
lain.
Sebagai contoh, kerajaan Amerika memberikan subsidi yang berlebihan kepada
penanam-penanam jagung mereka, dan dengan itu hasil keluaran jagung mereka
akan menjadi berlebihan, melebih permintaan rakyat Amerika. Jagung yang
berlebihan ini akan dieksport ke negara miskin, amnya Brazil, dan dijual dengan
harga yang sangat murah di Brazil, berbanding dengan jagung tempatan Brazil.
Maka dengan kualiti yang lebih baik dan harga yang lebih murah, penanam
jagung Brazil tidak akan mendapat untung di atas hasil tanaman mereka, lalu ini
menambahkan lagi hutang mereka.
Begitu juga dengan penanam bunga di negara-negara Afrika. Bunga-bunga ini
akan dijual di Amerika dengan harga 80 dollar sejambak, yang mana merupakan
harga yang mahal. Manakala pengusaha dan pengutip bunga di Afrika Cuma
medapat hasil pendapatan 3 dollar sehari, iaitu cuma 90 dollar sebulan!
Beerlawanan dengan kapitalisme negara Barat, fahaman komunis pula tidak
membolehkan rakyat mereka memiliki harta persendirian. Setiap hasil usaha
mereka akan dimilik-negarakan.
Maka itulah Islam datang, dengan cara yang sederhana, iaitu kita dihalalkan
mencari harta dan kekayaan sebanyak yang kita mahu, Cuma kita diwajibkan
membayar zakat setelah kita memperolehnya, kerana di dalam harta kita itu ada
hak orang lain. Kita juga diharamkan untuk mengamalkan riba dan juga rasuah.
Begitu juga digalakkan bagi kita untuk bersedekah apabila harta yang ada
mencukupi untuk kita bersedekah.
Harta yang kita perolehi juga merupakan hak kita 100%, tiada sesiapa yang
boleh merampas atau mencuri harta peribadi kita.
Begitu penulis mahu utarakan, bagaimana larangan yang Allah telah tetapkan
memberikan kebaikan kembali kepada kita dan kepada maysarakat secara
amnya. Mudah-mudahan dengan memahami hakikat ini, kita akan menjadi orang
yang lebih bersabar di dalam menjauhi larangan Allah swt.
3) Sabar yang terakhir dan yang tertinggi darjatnya di sisi Allah, iaitu sabar di
dalam menjalankan perintah Allah swt. Bermula dengan perkara-perkara yang
wajib, setelah kita menunaikannya dengan baik, disertai pula dengan perkaraperkara yang sunat. Penulis teringat sewaktu mempelajari nilai Ihsan di dalam
tajuk Islam, Iman dan Ihsan, di mana pensyarah ketika itu menerangkan erti
ihsan dengan baik. Katanya, andai seorang bangun bersolat subuh, di bliknya,
tepat pada waktunya, itu bukan ihsan. Jika dia bangun, bersugi dan berwuduk,
dan solat, itu juga bukan ihsan. Jika dia bangun, berwuduk dan solat berjemaah

dengan rakannya di bilik, itu juga bukan ihsan. Ihsan ialah dengan dia bangun,
mandi, bersugi, berwuduk, memakai pakaian yang bersih, memakai minyak
wangi, pergi ke masjid sebelum bilal azan, bersolat sunat setelah azannya bilal,
solat berjemaah, duduk di saf yang paling hadapan, maka itulah ihsan. Ihsan
ialah amalan yang terbaik yang boleh dilakukan seorang hamba di dalam
beribadah kepada Allah swt.
Begitulah juga halnya dengan solat tahajjud. Sabda Nabi saw, Solat yang paling
afdal setelah solat lima yang wajib, ialah solat malam (tahajjud). Ini kerana
sabda nabi saw di dalam hadis Imam Muslim di dalam sahihnya, Di sepertiga
malam Allah turun dari ArasyNya yang agung, ke langit pertama, seraya berkata
Adakah hambaKu yang memohon keampunan (sekarang)? Nescaya akan Aku
ampunkan. Adakah dari kalangan hambaKu yang memohon sesuatu? Nescaya
Aku akan perkenankan.
Penulis ingin bawakan di sini beberapa amalan sunat yang menjadi sunnah Nabi
saw:i) membaca 10 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi setiap kali sebelum tidur.
ii) Membaca ayat Kursi sebelum tidur.
iii) Membaca surah Sajadah setiap solat subuh jumaat.
iv) Berpuasa Isnin dan Khamis.
v) Solat witir setiap malam.
vi) Solat sunat sebelum dan selepas solat di setiap solat lima waktu.
vii) Wirid setiap kali selepas solat.
viii) Memperbanyakkan selawat ke atas baginda saw.
ix) Solat sunat gerhana ketika berlakunya gerhana.
x) Berwuduk sepanjang masa.
xi) Bersugi setiap kali sebelum solat.
xii) Mandi setiap kali sebelum ke masjid pada hari Jumaat, dan memakai minyak
wangi.
xiii) Melewatkan solat Isya sehingga pukul 12 malam atau lebih.
Perhatikan betapa banyaknya amalan baginda saw. Itu tidak dikira dengan
kyusuknya solat baginda saw, sehingga bengkak kaki baginda saw dalam
beribadah kepada Allah. Kerana itulah kita katakana bahawa baginda saw
merupakan manusia yang terbaik, dan ibadah baginda saw merupakan ibadah
yang terbaik dan sempurna.
Kerana itulah, penulis katakan di sini, sabar jenis ketiga ini merupakan nilai yang
tertinggi di sisi Allah.
Begitulah sahaja yang dapat penulis bawakan kali ini. Mudah-mudahan dapat
kita manfaatkan bersama, dan mudah-mudahan Allah swt menjadikan kita
orang-orang yang bersabar di dalam menempuhi ujianNya, menjauhi
laranganNya dan melakukan arahanNya.
Selawat dan salam ke atas baginda Muhammad saw dan keluarganya, dan para
sahabatnya. Sesungguhnya sebaik-baik kalam ialah kalam Allah, sebaik-baik
hidayah adalah hidayah yang diperolehi Muhammad saw, dan seburuk-buruk
perkara ialah perkara yang diada-adakan di dalam ibadah, dan setiap
penambahan itu adalah bidaah, dan setiap bidaah itu adalah sesat, dan setiap
kesesatan itu adalah neraka tempatnya.

Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Barangsiapa sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar, niscaya Allah
akan memudahkan kesabaran baginya, dan tidaklah seseorang dianugerahi (oleh Allah
Taala) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) daripada (sifat) sabar [1]
Hadits yang mulia ini menunjukkan agungnya keutamaan dan tingginya kedudukan sifat
sabar dalam islam, bahkan Allah Taala menjanjikan pahala yang tidak terhingga bagi orangorang yang memiliki sifat ini, sebagaimana dalam firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan disempurnakan (ganjaran) pahala mereka
(pada hari kiamat kelak) tampa batas (QS. Az-Zumar/39:10)
Beberapa faedah penting yang terkandung dalam hadits ini:

Secara etimologi, sabar bermakna al-habs (menahan/mencegah), maka makna sabar


adalah menahan diri dari berputus asa, dan menahan lisan dari keluh kesah, serta
menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang Allah Taala [2]. Imam asySyaukani rahimahullah mengatakan[3] bahwa inilah pengertian kesabaran yang
indah yang Allah Taala perintah dalam firman-Nya:

Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang indah (QS. al-Maarij/70:5)

Rukun Sabar ada tiga: (1) menahan diri dari sikap murka terhadap segala ketentuan
Allah Taala, (2) menahan lisan dari keluh-kesah , dan (3) menahan anggota badan
dari perbuatan yang dilarang (Allah Taala), seperti menampar wajah (ketika terjadi
musibah), merobek pakaian, memotong rambut dan sebagainya. Barangsiapa yang
menunaikan ketiga rukun ini dengan benar, maka semua musibah yang menimpanya
akan berganti menjadi anugerah yang mulia [4]

Sabar itu ada tiga macam: (1) sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Taala
(2) sabar dalam meninggalkan larangan-larangan-Nya, dan (3)sabar dalam
menghadapi ketentuan takdir-Nya [5]

Keutamaan besar yang di sebutkan dalam hadits diatas menunjukkan bahwa sifat
sabar menempati kedudukan yang tertinggi dalam islam, karena sifat ini menghimpun
semua sifat dan perbuatan yang terpuji [6]

Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di awal hadits di atas menunjukkan


bahwa sifat sabar tidak akan di raih kecuali dengan taufik dari Allah Taala dan
dengan bersungguh-sungguh berusaha melatih dan membiasakan diri dengan sifat
tersebut[7], demikian pula sifat-sifat mulia lainnya dalam islam

Taufik dan petunjuk dari Allah Taala di gapai sesuai dengan usaha keras dan
kesungguhan manusia. Allah Taala berfirman:

Dan orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh (dalam menundukkan hawa


nafsu) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami berikan hidayah kepada
(dalam menempuh) jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orangorang yang berbuat baik (QS. al-Ankabut/2:69)
Tentang ayat diatas Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: (Pada ayat ini) Allah Taala
menggandengkan hidayah (dari-Nya) dengan kesungguhan/usaha keras (manusia dalam
kebaikan), makaorang yang paling sempurna (mendapatkan) hidayah (dari-Nya) adalah orang
yang paling besar usaha/kesungguhannya[8]

Anda mungkin juga menyukai