(TERMINAL)
Tugas ini disusun dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Pengampu
Liya Novitasari,S.Kep.,Ns
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
Alice dos Reis
010213a016
010213a023
Fransisco Soares
010213a020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi maha penyayang , puji
syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang atas nikmatnya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
MENJELANG AJAL/ TERMINAL. Penulis makalah ini merupakan salah satu tugas
mata kuliah keperawatan gerontik. Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa
masih banyak kekurangan kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengigat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam merawat lanjut usia yang tidak ada harapan untuk untuk sembuh,
seorang
perawat
professional
harus
mempunyai
keterampilan
yang
(elderly)antara 60-74 tahun,lanju usia tua (old)berusia 75-90 tahun dan usia sangat
tua (very old) lebih dari 90 tahun.
a. Tugas perkembangan lansia (bunside, 1979)(Duval,1977) (havighurts
1953) dikutip oleh Potter dan Perry, 2005).
1) Menyesuaikan terhada penurunan kekuatan fisik dan kesehatan lansia
harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan
sistem tubuh,perubahan penampilan dan fungsi.Hal ini tidak dikaitkan
dengan penyakit,tetapi adalah normal.
2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapat lansia
umum pensiun mempunyai ketergantungan sosial ,finansial selain itu
kehilangan prestasi,kewibawaan ,peranan,sosial dan sebagainya hal itu
yang memyebabkan stress tersndiri bagi lansia.
3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Kehilangan ini sulit untuk diselesaikan,apalgi bagi lansia yang yang
menggantungkan hidupnya dari seorang yang meninggalkannya,dan
sangat berarti untuk dirinya melalui proses berdukalah lansia sedikit
terbantu menyesuaikan kehilangan ini.
4) Menermaa diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan .mereka dapat memperlihatkan ketidak mmampuan
sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi,meminta cucu
cucunya memanggil nenek atau kakek atau menolak bantuan dalam
tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang benar.
5) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupan
6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak
anaknya yang telah dewasa ,masala keterlibatan,peran kertelibatan
peran,ketergantungan
konflik,,perasaan
bersalah
dan
kehilangan
dengan penuh
keluarga
menurun,mereka
menganggap
orag
lain
yang
2. Psikososial
Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara
mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu:
1. Respon kehilangan
Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air
muka), ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan
2.
tangan.
Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot
atau menanggis.
Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul
mampuan untuk
akibat
ketakutan
akan
ketidak
3. GRIEVING (Berduka)
Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan , biasanya
akibat perpisahan . Dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran .
Berduka juga merupakan proses mengalami reaksi psikologis, fisik, dan sosial
terhadap kehilangan yang dipersepsikan. Respon yang ada dalam berduka yaitu
keputusasaan, kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan marah .
Berduka juga mencakup pikiran, perasaan dan perilaku
Breavement adalah respon subjektif dalam masa berduka yang dilalui
selama reaksi berduka. Biasanya berefek pada masalah psikis dan kesehatan .
Sedangkan berkabung adalah periode penirimaan terhadap kehilangan dan
berduka yang terjadi selama individu dalam masa kehilangan. Sering
dipengaruhi oleh kebudayaan dan kebiasaan.
1. Reaksi Berduka
a. Menolak dan Isolasi
Tidak percaya terhadap hal tersebut.
Tidak siap menghadapi masalah.
Memperhatikan
kegembiraan
yang
dibuat-buat
(menolak
berkepanjangan).
b. Marah (Anger)
Marah terhadap orang lain untuk hal-hal sepele: iritabel/sensitive.
c. Bargaining/tawar menawar
Mulai tawar menawar terhadap loss.
Mengekspresikan rasa bersalah , takut , putisment terhadap rasa berdosa,
baik nyata maupun imajinasi
d. Depresi
Rasa berduka terhadap apa yang terjadi.
Kadang bicara bebas atau menarik diri.
e. Acceptane/penermaan
Penurunan interest lingkungan sekitar.
Berkeinginan untuk membuat rencana rencana .
2. Konsep Teori Berduka
a. Teori Engel ( 1964)
Teori ini memiliki cirri cirri bahwa berduka terdiri dari syok , tidak
percaya, mengembalikan kesadaran , mengenali dan restitusi .
b. Teori Kubler Ross ( 1969)
penh , dan masih mampu bermobilisasi , dengan berbagai fungsi organ yang
masih berfungsi, mka persoalan etika hokum menjadi lebih rumit.
Dalam hal diatas yang menjadi masalah bagi praktek kedokteran di
Indonesia adalah bagaimana memberitahukan keadaan sebenarnya pada penerita
yang sering kali member beban psikologis sangat berat, sehingga keluarga
kerapkali menyembunyikan kebenaran dari klien . menurut hak azaz otonomi ,
seharusnya klien lah yang paling berhak tahu atas kondisi kesehatan nya.
Perawat berkewajiban untuk berikan pandangan yang jelas mengenai
makna kematian bagi individu , keluarga sehingga perawatan klien menjelang ajal
harus nyaman dan terhormat. (Hockey,1989;Hurtig dan Steven,1990)
Dying atau menjelan ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan
proses menuju akhir (Kematian)
Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya ,tidak
bernafas selamabeberapa menit dan tidak menunjukan segala reflex, serta tidak
ada kegiatan otak.
a. Teori teori dying (menjelang ajal / sekarat)
Penulis yang paling dikenal dalam bidang kematian dan menjelang ajal
adalah Elizabeth KublerRoss. Hasil kerjanya membuat peka perawat ,
professional layanan kesehatan dan konsumen terhadap proses menjelang ajal
dan kebutuhan-kebutuhan yang melekat pada orang yang menjelang ajal.
Teorinya mengatakan bahwa orang yang menjelang ajal mengalami lima
tahap, dimulai dengan penyingkapan awal terminalitas dan berakhir dengan
momeng akhir kehidupan. Tahap l, penyangkalan dan isolasi, biasanya
mewakili pertahanan temporer yang digantikan dengan penerimaan parsial.
Penyangkalan ini tidak boleh diinterpretasikansebagai adaptasi yang negative
atau merendahkan. Sebagai pertahanan awal, penyangkalan membantu
seseorang dengan melindunginya dari ansietas dan ketakutan. Pada Tahap II,
kemarahan dan penyangkalan digantikan dengan perasaan marah , gusar , iri ,
kebencian,. Hal ini dianggap sebagai salah satu tahap yang paling sulit bagi
keluarga dan pemberi perawatan karena perasaan ini sering diarahkan pada
mereka. Selama Tahap III, tawar menawar, orang sering berupa negosiasi
dengan Tuhan untuk mendapatkan tambahan waktu. Tahap IV, depresi ,
meliputi 2 jenis kehilangan : kehilangan yang terjadi di masalalu dan
kehilangan hidup yang akan terjadi. Yang disebut sebagai persiapan berduka
oleh Kubler Ross. Tahap V , penerimaan , merupakan fase akhir dari proses
menjelang ajal.
Amberton mengisolasi empat strategi koping utama yang digunakan oleh
orang yang menjelang ajal.: penyangkalan , ketergantungan , pemindahan ,
dan regresi. Teorinya menekankan pada suatu pendekatan tim dalam merawat
orang yang menjelang ajal, dengan focus pada pendekatan asuhan paliatif
daripada pendekatan kuratif. Dukungan yang konsisten oleh pemberi
perawatan diperlukan pada saat pasien yang menjelang ajal terombangambing diantara berbagai bentuk ketergantungan dan kecukupan diri. Orang
yang menjelang ajal perlu mengetahui bahwa mereka tidak akan diabaikan
atau ditinggal sendiri.
Pattison tidak menyetujui pembagian proses menjelang ajal menjadi
tahapan-tahapan kronologis yang tersusun. Ia mengindentifikasi berbagai
mekanisme koping ego yang digunakan oeh orang yang menjelang ajal pada
berbagai titik yang berbeda selama siklus hidup. Lansia menggunakan
altruism, humor , supresi, pikiran , antisipasi, dan sublimasi untuk menghadapi
kebutuhan-kebutuhan terminal. Patrison merujuk pada fase-fase proses
menjelang ajal : fase akut, fase kehidupan kronis , fase menjelang ajal, fase
akhir. Ia mengatakan bahwa persiapan reaksi psikologis muncul selama
interval hidup-mati. Pendekatan individual diperlukan untuk menghadapi
stress dan krisis yang dapat muncul kapan saja dalam proses menjelang ajal.
Wiesman mengemukakan adanya kemungkinan fase-fase pada ekspresi
respons emosional yang continue dan berubah-ubah selama proses menjelang
ajal. Ia menekankan pada individualitas seseorang daripada member label
berdasarkan urutan munculnya reaksi emosional.
b. Manifestasi Klinis Dying
a. Gerakan dan pengindraan menghilang secara beraangsur angsur ,biasanya
dimulai pada anggota badan,khusunya kaki dan ujung kaki
b. Gerakan peristaltik menurun
c.
d.
e.
f.
g.
lanjut usia
h. Tekanan darah menurun
i. Terjdi ganguan kesadaran(ingatan menjadi kabur)tubuh klien lanjut usia
tampak mengembung.
c. Tahap menjelang Ajal
(menurut Elisabeth kubbler ross)
Tahap tahap ini tidak selamanya beruntutan secara tetap ,tetapi dapat saling
tindih, kadang kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu
untuk kemudian kembali ke tahap itu. Lama setiap tahap dapat
bervariasi.mulai dari beberapa jam sampai beberapa bulan apabila tahap
tertentu berlangsung sangat singkat, biasa timbul kesan seolah olah klien
lanjut usia melompati usia tahap, kecuali jika perawat memperhatikan secara
seksama dan cermat.
a. Tahaap pertama (penolakan/denial and isolation)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan .Biasanya,sikap itu
ditandai dengan komentar ,saya?Tidak itu tidak mungkinSelama tahap
ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpah
semua orang kecuali dirinya.klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh
sikap penolakan sehingga ia tidak memperhatikan facta yang munking
sedang di jelaskan kepadanya oleh perawat ,ia bahkan menekan apa
yang telah ia dengaratau mungkin akan meminta pertolongan dari
berbagai macam sumber profesional dan non profesional dalam upaya
melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah berada di ambang pintu.
b. tahap kedua (marah atau anger )
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali.Klien
lanjut usia itu berkata mengapa saya?sering kali klien lanjut usia akan
slalu mencela setiap orang dalam segala hal.ia mudah marah terhadap
perawat dan petugas kesehatan lainya tentang apa yang mereka
lakukan.pada tahap ini,klien lanjut usia lebih menganggap hal ini
merupakan hikmah,dari pada kutukan.kemarahan di sini merupakan
mekanisme pertahanan dari klien lanjut usia akan tetapi ,kemarahan
perawat untuk duduk dengan tenang disamping klien lanjut usia yang
sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
e. Tahap kelima(Menerima /acceptance )
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian ,menjelang saat ini,
klien lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai
dan mungkin tidak ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala
sesuatu,tawar menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan
ketenangan .Seseorang mungkin saja lama ada pada tahap menerima
tetapi bukan tahap pasrah yang berarti bukan kekalahan.dengan kata lain
pasrah pada maut tidak berarti tidak menerima maut.
d. hak asasi pasien menjelang ajal
Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai ia
mati. Adapun hak hak pasien yang mengalami sakratul maut :
a. Berhak tetap untuk merasa mempunyai harapan meskipun fokusnya
dapat sajah berubah
b. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan
walaupun dapa berubah .
c. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang
sudah mendekat dengan caranya sendiri
d. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
perawatnya .
e. Berhak untuk menghaarapkan terus mendapatkan perhatian medis dan
perawatan waalaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan
f.
g.
h.
i.
j.
menerima kematian.
k. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat
l. Berhak untuk mempertahakan individualitas dan tidak dihakimi atas
keputusan yang mungkin saj bertenntangan dengan orang lain
m. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian
n. Berhak untuk mengharapkan bahwa sesudah tubuh manusia akan di
hormati sesudah mati.
e. Perilaku Mejelang Ajal
Seseorang yang menjelang ajal ada u pola perjalanan klinis yang ditunjukan
oleh prilaku klien menurut marthoccio pattem of living dying seperti :
a. Pola puncak dan lembab.
Pola ini memiliki karakteristik sehat yang tinggi (puncak) dan periode
krisis (lemah).Pada kondisi puncak klien mempunyai harapan yang tinggi
pada kondisi yang lembab sebaga kondisi yang menakutkan dan bisa
menimbulkan penurunan
depresi
walaupun pad
b. pola dataran yang turun karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah
kemunduran yang terus bertambah dan tidak terduga dalam periode yang
tidak dapat
Penyakit
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae)
b. Penyakit kronis, misalnya:
CVD (cerebrovaskuler disease), CRF (chronic renal failure (gagal
Ginjal), Diabetes Melitus (gangguan endokrin), MCI (myocard infark
(gangguan kardiovaskular), COPD (chronic obstruction pulmonary
disease).
2.
Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
Gerakan peristaltik usus menurun.
Tubuh klien tampak mengembung.
Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung
5.
6.
7.
hidungnya.
Klien tampak pucat, berwarna kebiruan/kelabu.
Denyut nadi mulai tidak beraturan.
Napas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh
adanya lendir pada saluran pernapasan yang tidak dapat dikeluarkan
8.
9.
oleh lansia.
Tekanan darah menurun.
Terjadi gangguan kessadaran (ingatan menjadi kabur)
a. Pernapasan
terhenti,penilaian
lebih
dari
10
menit(inpeksi,
palpasi,auskultasi)
b. Terhentinya sirkulasi ,penilaian 15 menit nadi karotis tidak teraba
c. Kulit pucat ,dapat juga terjadi pada spasme agonal
d. Pembuluh darah retina bersegmentasi ,beberapa menit pasca kematian
memperlambat
1.
2.
Mengkaji
hal
yang
di
inginkan
penderita
selama
2.
3.
4.
Tahap depresi
Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau
5.
3.
sudah
dapat
dipastikan
akhirnya
prognosa
dapat
7. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian keadaan, kebutuhan dan masalah kesehatan/keperawatan pasien
khususnya. Sikap pasien terhadap penyakitnya, antara lain apakah pasien
tabah terhadap penyakitnya, apakah pasien menyadari tentang keadaanya?
1. Perasaan Takut
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak
terkendalikan yang begitu sering diasosiasikan denga keadaan sakit
terminal, terutama apabila keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang
ganas. Perawat harus menggunakan pertimbangan yang sehat apabila
sedang merawat orang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa
nyeri pasien dengan cara yang tepat.
Perasaaan tankut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri,
walaupun secara teori nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang
nyeri, seperti aspirin, dehidrokodein, dan dektromoramid. Apabila orang
berbicara tentang perasaan takut mereka terhadap maut, respons mereka
secara tipikal mengcakup perasaan takut tentang hal yang tidak jelas, takut
meninggalkan orang yang dicintai, kehilangan martabat, urusan yang
belum selesai.
Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan
mengalami kematian tersebut. Dalam menghadapi kematian ini, pada
umumnya orang merasa takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan
terhadap
kematian ini dapat membuat pasien tegang dan stress.
2. Emosi
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian, antara lain
mencela dan mudah marah.
3. Tanda vital
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut
nadi, pernafasan dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang
mengaturnya berkaitan satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan
dengan keadaan yang normal dianggap sebagai indikasi yang penting
untuk megenali keadaan kesehatan seseorang.
4. Kesadaran
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada yang
merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan
perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar, gerak, gerak tekan dan
sikap, bersifat adekuat, yaitu tepat dan sesuai. Berikut tingkatan kesadaran
pasien :
a. Komposmentis : sadar penuh
b. Apatis : tidak ada perasaan/kesadaran, menurun (masa bodoh)
c. Somnolen : (kelelahan, mengantuk berat)
d. Soporus : tidur lelap patologis (tidur pulas)
e. Subkoma : (keadaan tidak sadar/hampir koma)
f. Koma : keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya reaksi
(keadaan tidak sadar walaupun dirangsang dengan apapun/tidak dapat
disadarkan).
5. Fungsi Tubuh
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ mempunyai
fungsi khusus.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan :
1. Merasa kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan
sosial berhubungan dengan kondisi sakit terminal.
a.
b.
c.
d.
g
h
e
f
g
menjelang ajal.
Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya.
keluarga.
Dukung keluarga untuk tetap melakukan aktivitas sehari hari yang
dapat dilakukan.
d Bantu keluarga agar mempunyai pengaharapan yang realistis.
e Berikan rasa empati dan rasa aman dan tenteram dengan cara duduk
disamping keluarga, mendengarkan keluhan dengan tetap menghormati
f
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada individu lansia atau sekelompok
keluarga lansia dalam konteks peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan yang diberikan secara professional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran, mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk
membina satu orang klien lansia yang memiliki masalah kesehatan terminal
yaitu asuhan keperawatan dengan lansia menjelang ajal (terminal) dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap pengkajian
sampai pada tahap evaluasi guna mengetahui perkembangan kesehatan klien
lansia secara komprehensif.
WHO menggolongkan lansia berdasarkan kronologi / biologis menjadi 4
kelompok yaitu usia pertengahan (Middle age) usia antara 45-59 tahun.
Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) berusia 75-90
tahun dan usia sangat tua (very old) lebuh dari 90 tahun.
Dying / menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan
proses menuju akhir (kematian).
B. SARAN
1. Sebagai mahasiswa keperawatan diupayakan agar seoptimal mungkin
menerapkan konsep asuhan keperawatan secara komprenhesif dalam
melaksanakan
pasien
lansia
dengan
keadaan
terminal,
guna
konsep
asuhan
keperawatan
gerontik
guna
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Aru W sudoyo,dkk. 2006.ilmu penyakit dalam,Fd IV Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Azizah mariatul Lilik.2001.Keperawatan lanjut usia. Surabaya : Graha ilmu
Maryam,dkk2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta : Salemba Medika.
Tamher,dkk. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan
Jakarta : Salemba Medika
Nugroho. 2006. Gerontik dan geriatric, Edisi 3. Jakarta : EGC