Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.W.

L
DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI DI DESA KALASEY II JAGA I
KEC.MANDOLANG DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TATELI

Dosen Pembimbing :

HERLINA MEMAH

Disusun oleh:

Nama: Patrisia Pinangkaan

NIM: 7114 4011 7069

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PRODI D-III KEPERAWATAN

SEMESTER V/ TINGKAT III A

T.A 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR LANSIA

A. Definisi

Kelompok Lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun


ke atas (Hardywinoto dan setiabudy, 1999,8)

Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan


untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process.
Ilmu yang mempelajari fenomena penuaan meliputi proses menua dan
degenerasi sel termasuk masalah-masalah yang ditemui dan harapan lansia
disebut gerontology (Cunningham & Brookbank, 1988).

Pengertian lain mengatakan bahwa gerontology adalah ilmu yang


mempelajari , membahas, meneliti segala bidang yang terkait dengan lanjut
usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga mencakup soal
kesejahteraan, pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, perundang-
undangan dan sebagainya ( Yosaputra, 1987).

Gerontology berasal dari kata Geron/Geronto ( bahasa yunani) yang


berarti orangtua dan logos = ilmu. Sedangkan Geriartri merupakan bagian dari
ilmu kedokteran untuk orang lanjut usia. Geriartri berasal dari kata Geros yang
berarti lanjut usia dan eatriea = kesehatan. Yosaputra (1987) mendefinisikan
Geriatri sebagai ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti proses menua
dan segala macam penyakit jasmani dan rohani yang mungkin mengenai
manusia lanjut usia, serta bagaimana cara mencegah dan mengobatinya.
Geriatri juga bisa diartikan sebagai cabang dari ilmu kedokteran yang
mempelajari aspek-aspek klinis, preventif maupun terapeutik bagi klien lanjut
usia.

Keperawatan gerontik didefinisikan sebagai ilmu yang membahas


fenomena biologis, psiko dan sosial serta dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dengan penekanan pada upaya prevensi dan promosi
kesehatan sehingga tercapai status kesehatan yang optimal bagi lanjut usia.
Aplikasi secara praktis Keperawatan gerontik adalah dengan menggunakan
proses keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan,
implementasi dan evaluasi).

B. Batasan-batasan Lansia

WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi :


1. Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
2. Elderly, antara 60-74 tahun
3. Old, antara 75-90 tahun
4. Very old, lebih dari 90 tahun
Sedangkan menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1965 pasal 1,
merumuskan bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
memupunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menrima nafkah dari orang lain.
C. Mitos Terhadap Lansia
1. Kedamaian dan Ketenangan
2. Mitos: Santai, menikmati hasil kerja
3. Kenyataan : Sering stress karena kesulitan biayandan keluhan-keluhan
lain karena menderita penyakit misal; depresi, kekhawatiran,
paranoid, masalah psikotik.
4. Konservatif dan kemunduran
5. Mitos: Pandangan bahwa lansia pada umumnya;
a. Konservatif
6. Tidak kreatif
7. Menolak inovasi
8. Berorientasi ke masa silam
9. Merindukan masa lalu
10. Kembali ke masa kanak-kanak
11. Susah untuk berubah
12. Keras kepala
13. Cerewet

Kenyataan: Tidak semua lansia bersikap dan berpikir demikian

14. Berpenyakitan
15. Mitos: Dipandang mengalami masa degenerasi biologis disertai
penderitaan-penderitaan akibat dari bermacam-macam penyakit yang
menyertai proses menua.
16. Kenyataan: roses menua disertai menurunnya daya tahan tubuh, tetapi
pada jaman sekarang penyakit pada masa tua dapat diobati dan
dikontrol.
17. Penurunan daya ingat
18. Mitos: Masa pikun karena kerusakan bagian otak
19. Kenyataan: Banyak lansia yang tetap bugar dan sehat serta tidak
mengalami penurunan daya ingat. Selain itu banyak cara untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan daya ingat

20. Tidak ada cinta lagi


21. Mitos: Tidak lagi merasa jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis
22. Kenyataan: Perasaan dan emosi orang berubah sepanjang masa.
Perasaan cinta tidak akan berhenti hanya karena menjadi lansia.
23. Aseksualitas
24. Mitos: Hubungan seks menurun karena tidak adanya gairah, dorongan,
dan daya seks.
25. Kenyataan: Kehidupan seks lansia bisa saja berjalan dengan normal
tergantung dari tiap individu. Frekuensi bisa saja menurun sejalan
dengan meningkatnya usia tetapi masih bisa dipertahankan
tergantung dari keinginan masing-masing individu.
26. Ketidakproduktifan
27. Mitos: Dipandang sebagai usia yang tidak produktif
28. Kenyataan: Banyak lansia yang mencapai kematangan dan
produktifitas, mental sert material.

D. Tipe-tipe Lansia
1. Arif dan bijaksana
2. Kaya dengan pengalaman. Dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman serta mempunyai kesibukan dan bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan
seringkali menjadi panutan.
3. Mandiri
4. Mampu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru. Selektif
dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
5. Tidak puas
6. Mengalami konflik lahir batin karena proses penuaan. Biasanya akibat
dari kehilangan kecantikan, daya tarik jasmani, kekuasaan, status
sosial, teman yang disayangi dll.
7. Bingung
8. Kaget dikarenakan kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, acuh.

Berdasarkan karakter, pengalaman hidup, lingkungan fisik, mental, dan


sosoknya, tipe lansia dikelompokkan sebagai berikut:
1. Optimis, santai, dan riang
2. Konstruktif
3. Ketergantungan
4. Defensif
5. Militan dan serius
6. Marah dan frustasi
7. Putus asa (benci pada diri sendiri)
Tiga jenis usia menurut Birren and Jenner (1997) adalah sebagai berikut:

1. Usia biologis: Menunjuk pada jangk waktu seseorang semenjak lahir,


berada dalam keadaan hidup tidak mati.
2. Usia psikologis: Menunjuk pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang
dihadapinya.
3. Usia sosial: Menunjuk pada peran-peran yang diharapkan atau
diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
Stereotip Psikologis lansia

Biasanya sifat-sifat stereotip para lansia sesuai dengan


pembawaanya pada waktu muda berikut adalah beberapa tipe yang
dikenal:

1. Tipe Konstruktif
a. integritas baik
b. dapat menikmati hidup
c. toleransi tinggi
d. humoris
e. fleksibel dan thu diri
f. dapat menikmati proses menua
g. mengalami dan menjalani masa pensiun dengan senang
h. menghadapi masa akhir dengan tenang
2. Tipe Ketergantungan (dependent)
a. masih dapat diterima ditengah masyarakat
b. selalu pasif
c. tidak berambisi
d. masih tahu diri
e. tidak mempunyai inisiatif
f. bertibdak tidak praktis
g. biasanya dikuasai istri
h. senang mengalami masa pensiun
i. banyak makan dan minum
j. tidak suka bekerja
k. senang berlibur
3. Tipe Defensive
a. dulu mempunyai pekerjaan yang jabatannya tidak stabil
b. selalu menolak bantuan
c. emosi sering tidak dapat dikontrol
d. memegang teguh kebiasaan
e. takut menjadi tua
f. tidak menyenangi masa pensiun
4. Tipe Bermusuhan
a. menganggap orang lain sebagai penyebab kegagalannya
b. selalu mengeluh
c. bersikap agresif, curiga
d. pekerjaannya dulu tidak stabil
e. mengenggap menjadi tua tidak ada baiknya
f. takut mati
g. iri hati pada orang muda

5. Tipe Membenci/Menyalahkan Diri Sendiri (Self Hater)


a. kritis dan menyalahkan diri sendiri
b. tidak punya ambisi
c. perkawinan tidak bahagia
d. sealu merasa menjadi “korban” keadaan
e. menerima fakta dan proses menua
f. tidak iri pada orang muda
g. merasa cukup dengan apa yang ada
h. anggap kematian sebagai penyembuh penderitaan
Ciri-ciri mental sehat adalah sebagai berikut:

1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan,


walaupun realitas buruk
2. Memperoleh kepuasan dari perjuangannya
3. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima
4. Relatif bebas dari rasa tegang dan cemas
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dn saling
memuskan
6. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran untuk hari esok
7. Mnjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif
8. Mempunyai daya kasih sayang yang besar
E. Teori tentang Proses Menua
1. Teori Biologi (teori genetik dan mutasi, pemakaian dan rusak,
autoimun, teori stress, teori radikal bebas)
2. Teori sosial (aktivitas, teori pembedahan, teori kesinambungan)
3. Teori psikologi (teori kebutuhan manusia menurut kirarki maslow,
teori individu jung.
LAPORAN PENDAHULUAN
GOUT ATRITIS

I. Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan
asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner &
Suddarth. 2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam
urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit
metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi
penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
II. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /
penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi
pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik
dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang akan menyebabkan :
- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
- Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid
dan etambutol..
III. Pathofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal
b. Menurunnya ekskresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat
yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi
juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri
yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang
sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian
mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya
disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung
berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6
sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan
yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout
kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang
besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan
organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan
pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.

IV. Manifestasi Klinis


a. Nyeri tulang sendi
b. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
c. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d. Peningkatan suhu tubuh.

Gangguan akut :
o Nyeri hebat
o Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
o Sakit kepala
o Demam.

Gangguan kronis :
o Serangan akut
o Hiperurisemia yang tidak diobati
o Terdapat nyeri dan pegal
o Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan
monosodium urat dalam jaringan)
V. Penatalaksanaan Medik
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah
serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral),
Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone,
Indomethacin.
b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
c. Kompres dingin
d. Diet rendah purin
e. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
f. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
g. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan
inflamasi.
h. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
i. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi
asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada
pasien dengan gagal ginjal).
j. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada
pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan
asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.

VI. Komplikasi
a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis
dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

VII. Pemeriksaan Penunjang


 Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi
 SDP meningkat (leukositosis)
 Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
 Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop
khusus akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti jamur
 Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa
tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi

VIII. Pencegahan
 Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu :
Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring,
Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
 Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya
harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori.
Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat
karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat
melalui urine.
 Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan
ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena
akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
 Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,
ginjal, otak, paru dan limpa.
 Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui
urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega
sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari
total kalori.
 Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-
buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan
adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air.
Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh
dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-
buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena
keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
 Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat
mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka
yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan
meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat
pengeluaran asam urat dari tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn W.L

DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI

I. Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn W.L
Tempat / Tanggal Lahir : KAKAS 14 AGUSTUS 1933
Nama Wisma :-
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 86 Tahun
Kategori : old
Status : Duda
Agama : Kristen
Suku : minahasa
Tingkat Pendidikan : Tamat SD
Sumber Pendapatan :berkebun
Keluarga Yang Dapat Dihubungi : Tn. W.S mengatakan keluarga yang
dapat di hubungi adalah anak.
Riwayat Pekerjaan : petani.

B. Riwayat Kesehatan
 Keluhan yang dirasakan saat ini: Tn. W.S mengatakan sering merasakan
kelelahan, merasa pusing, dan sering terbangun tengah malam
 Keluhan yang dirasakan 3 bulan terakhir : Tn.W.S mengatakan batuk (
saat klien mengonsumsi rokok)
 Penyakit saat ini: Tn. W.S saat ini menderita penyakit hipertensi,
terdiagnosa -+ 3 tahun yang lalu,dan minum obat amlodipine 5mg dan
klien tidak minum obat teratur
 Kejadian penyakit 3 bulan terakhir : Tn. W.L Sering merasa pusing saat
klien pulang kebun dan merasa kelelahan dan batuk saat mengonsumsi
rokok itu yang menyebabkan td naik.
C. Status Fisiologis
Postur Tulang Belakang : sedikit membungku
Tanda – tanda vital dan status gizi
1) Suhu : 36 °C
2) Tekanan Darah : 150/90 mmHg
3) Nadi : 80 x/m
4) Respirasi : 22 x/m
5) Berat Badan : 60 kg
6) Tinggi Badan : 155 cm
4. IMT : 25

PENGKAJIAN HEAD TO TOE

1. Kepala
Kebersihan : Bersih dan rambut putih
Kerontokan Rambut : bersih
Keluhan : Tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Tidak Ikterik
Strabismus : Tidak Ada
Penglihatan : Kabur
Peradangan : Tidak
Riwayat katarak : Tidak
Keluhan : Penglihatan sedikit kabur
Penggunaan Kacamata : Tidak
3. Hidung
Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Peradangan : Tidak
Penciuman : Baik
Keluhan : Tidak Ada
4. Mulut dan Tenggorokan
Kebersihan : Baik.
Mukosa : Lembab.
Peradangan / Stomatitis : Tidak
Gigi geligi : Ompong
Radang Gusi : Tidak
Kesulitan mengunyah : Tidak
Kesulitan menelan : Tidak
5. Telinga
Kebersihan : Bersih
Peradangan : Tidak
Pendengaran : Tidak
Jika terganggu jelaskan : -
6. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak
JVD : Tidak
Kaku kuduk : Tidak
7. Dada
Bentuk dada : Simetris kiri dan kanan
Retraksi : Tidak
Wheezing : Tidak
Ronchi : Tidak
Suara jantung tambahan : Tidak
Ictus Cordis : Tidak
8. Abdomen
Bentuk : Sedikit buncit
Nyeri tekan : Tidak
Kembung :Tidak
Supel :Tidak
Bising Usus :Tidak
Massa :Tidak
9. Genetalia
Kebersihan : Baik
Hemoroid : Tidak Ada
Hernia :Tidak Ada
10. Ekstermitas
Kekuatan otot atas : 5 (skala 1-5)
bawah : 4 (skala 1-5) factor usia
Rentang gerak : Terbatas
Deformitas : tidak
Tremor : Tidak
Edema kaki : tidak
Penggunaan alat bantu : Tidak

Refleks Kanan Kiri

Biceps + +
Triceps + +
Knee - -
Achiles + +
Keterangan : Refleks + : Normal Refleks - : Menurun/Meningkat

11. Intergumen
Kebersihan : Baik
Warna : Tidak Pucat
Kelembaban : Kering
Gangguan pada kulit : Tidak Ada
12. Test Koordinasi / Keseimbangan :

NO Aspek Penilaian Keterangan Nilai


1. Berdiri dengan postur normal 42-54 4
2. Berdiri dengan postur normal 42-54
4
(mata tertutup)
3 Berdiri dengan satu kaki Kanan : 28-41
3
Kiri : 28-41
4 Berdiri, fleksi trunk, dan 28-41
3
berdiri ke posisi netral
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 28-41 3
6. Berjalan, tempatkan salah satu 28-41
tumit di depan jari kaki yang 3
lain
7. Berjalan sepanjang garis lurus 42-54 4
8. Berjalan mengikuti tanda 42-54
4
gambar
9. Berjalan mundur 42-54 4
10. Berjalan mengikuti lingkaran 42-54 4
11. Berjalan dengan tumit 28-41 3
12 Berjalan dengan ujung kaki 28-41 3
JUMLAH 42
Kriteria Penilaian

4 : melakukan aktivitas dengan lengkap

3 : sedikit bantuan (untuk keseimbangan)

2 : dengan bantuan sedang sampai maksimal

1: tidak mampumelakukan aktivitas


Keterangan :

42-54 : melakukan aktivitas dengan lengkap

28-41 : sedikit bantuan (untuk keseimbangan)

14-27 : dengan bantuan sedang sampai maksimal

< 14 : tidak mampu melakukan aktivitas

Kesimpulan : berdasarkan hasil tes koordinasi / keseimbangan di atas Tn.


W.S masih melakukan aktivitas secara lengkap dengan skor 42.

D. Pengkajian Psikososial

Hubungan dengan Hubungan dengan orang


orang lain dalam lain diluar wisma di
wisma dalam panti
Tidak dikenal Tidak dikenal
Sebatas kenal √ Sebatas kenal √
Mampu berinteraksi √ Mampu berinteraksi √
Mampu kerjasama Mampu kerjasama
Kebiasaan lansia Stabilitas emosi
berinteraksi ke Labil
wisma lainnya dalam Stabil √
panti Iritabel
Selalu √ Datar
Sering
Jarang
Tidak pernah
Motivasi penghuni Frekwensi kunjungan
rumah √ keluarga
Kemampuan sendiri 1 kali/bulan Type equation here.
Terpaksa 2 kali/bulan
Tidak pernah

1. Pengkajian Masalah Emosional


 Pertanyaan tahap 1
 Apakah klien mengalami susah tidur : Iya
 Ada masalah atau banyak pikiran : Tidak
 Apakah klien murung atau menangis sendiri : Tidak
 Apakah klien sering was-was atau kuatir : Tidak

 Pertanyaan Tahap II
 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali
dalam satu bulan : Tidak Ada
 Ada masalah atau banyak pikiran : Tidak Ada
 Ada gangguan atau masalah dengan orang lain : Tidak Ada
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
: Tidak Ada
 Cenderung mengurung diri : Tidak Ada
 Kesimpulan : Berdasarkan pertanyaan di atas klien tidak
mengalami gangguan emosional.
2. Tingkat kerusakan intelektual
Dengan menggunakan SPMSQ ( Short Portable Mental Status
Quisioner )
Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar di bawah ini :

Benar Salah Nomor Pertanyaan


√ 1 Tanggal berapa hari ini ?

√ 2 Hari apa sekarang ?

√ 3 Apa nama tempat ini ?

√ 4 Dimana alamat anda ?

√ 5 Berapa umur anda ?


√ 6 Kapan anda lahir ?

√ 7 Siapa presiden Indonesia ?

√ 8 Siapa presiden Indonesia


sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama ibu anda ?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap


pengurangan 3 dari setiap angka
baru, secara menuru.
JUMLAH 10

Interpretasi

Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

Kesimpulan : Berdasarkan penilaian tingkat kerusakan intelektual dengan


menggunakan SPMSQ, klien masih dalam fungsi intelektual utuh dimana
semua pertanyaan yang di ajukan dapat dijawab dengan benar.

3. Identifikasi Aspek Kognitif


Dengan Menggunakan MMSE ( Mini Mental Status Exam )

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2019
Musim : Hujan
Tanggal : 28
Hari : Senin
Bulan : Oktober
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia
Propinsi : Sulawesi Utara
Kabupaten/kota : Minahasa
Desa : Kalasey Dua
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nam obyek ( misal : Kursi,
meja, kertas ), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
Meja , Kertas, Kursi
4 Perhatian 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudian kurang 7 sampai 5 tingkat,
kalkulasi jawaban :
100-7 = 93 (Benar) 100-28 = 72
(Benar)
100-14 = 86 (Benar) 100-35 = 65
(Benar)
100-21 = 79 (Benar)
5 Mengingat 3 3 Meminta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke-2, (tiap poin nilai 1)
Kursi, meja, kertas : Klien dapat
menjawab dengan benar
6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut)
1. Pot : Klien dapat menjawab dengan
benar
2. Kursi : Klien dapat menjawab dengan
benar
3. Pena : Klien dapat menjawab dengan
benar
4. Kertas : Klien dapat menjawab
dengan benar
a.
Minta klien untuk mengikuti/mengulangi
kata berikut : “Tidak ada, dan, jika atau
tetapi”
Klien menjawab : Klien mampu
mengulangi dengan benar “ Tidak ada,
dan, jika atau tetapi.
Klien dapat mengulangi dengan benar

Meminta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari tiga langka. Ambil
kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh di
lantai.
1.klien mampu mengikuti perintah
2.klien masih dapat melakukan
3.klien dapat melakukan perintah
walaupun sudah 3 kali

Perintahkan pada klien untuk hal berikut (


Bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 poin ).
“Tutup mata anda”
Perintahkan klien untuk menulis kata dan
menyalin gambar.
Klien dapat menulis kalimat dan dapat
menyalin gambar
Total nilai 30 30
Interpretasi Hasil :

24-30 : tidak ada gangguan kognitif

18-23 : gangguan kognitif sedang

0-17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan : Klien tidak memiliki gangguan kognitif dengan point 30


dimana klien dapat menjawab dan mengikuti perintah dengan benar.

E. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan


Kebiasaan Merokok : ya (4-5 batang/hari)
Kebiasaan minum alkohol : Tidak
Minum kopi : ya, (1-2gelas/hari)
Pengetahuan Klien Tentang Lanjut Usia
1) Apakah anda sudah mengerti tentang makanan yang sehat ?
Klien mengatakan sudah tahu dan jelas
2) Apakah anda sudah mengerti tentang penyakit yang anda derita ?
Klien mengatakan sudah tahu tapi kurang jelas
3) Apakan anda sudah mengerti tentang pencegahan penyakit-penyakit
pada usia lanjut ?
Belum tau
4) Apakah anda sudah mengerti tentang latihan-latihan fisik untuk usia
lanjut ?
Klien mengatakan sudah tahu tapi kurang jelas

Pola Pemenuhan Kebutuhan Hari-hari :

 Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi :


1. Frekuensi Makan : 3x/hari
2. Jumlah makanan yang dihabiskan : 1 porsi dihabiskan
3. Makanan tambahan : buah-buahan kadang di
Habiskan (buah papaya)
 Pola pemenuhan cairan
1. Frekuensi minum : ≥ 3 liter/hari
2. Jenis m inuman : Air Putih (dan mnm kopi 1-2
gelas/hari)
 Pola kebiasaan tidur
1. Jumlah waktu tidur : 4-5 jam
2. Gangguan tidur berupa : sering terbangun
3. Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur : Santai dimuka rumah ,
pergi ke kebun

 Gangguan BAB
1. Frekuensi BAB : 2 hari/1 x
2. Konsistensi : Encer
3. Gangguan BAB : Tidak Ada
 Gangguan BAK
1. Frekuensi BAK : 4-6 kali/hari
2. Warna urine : Kuning jernih
3. Gangguan BAK : Tidak ada
 Pola Aktivitas
Kegiatan produktif yang dilakukan : Tidak ada
 Pola pemenuhan kebersihan diri
1. Mandi : 2 x/ Hari
2. Memakai sabun : Ya
3. Sikat gigi : tidak (ompong)
4. Menggunakan pasta gigi :-
5. Kebiasaan berganti pakaian bersih : 2x/hari

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari ( Indeks Barthel )

DENGAN SKOR
No KRITERIA BANTUAN MANDIRI YANG KETERANGAN
DIDAPAT
Frekuensi : 3x/hari
1 Makan 5 10 10 Jumlah : 1 Porsi di habiskan
Jenis : Nasi, ikan, sayur, buah
2 Minum 5 10 10 Frekuensi : ±5kali/hari
Jumlah : 4-6 gelas
Jenis : Air putih
3 Berpindah dari kursi ke
tempat tidur,atau 5-10 15 10
sebaliknya
4 Personal toilet ( cuci
muka, menyisir rambut, 0 5 15 Frekuensi : 2x/hari
gosok gigi )
5 Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh, 5 10 15
menyiram)
6 Mandi 5 15 15 Frekuensi : 1x/hari
7 Jalan di permukaan 0 5 0
datar
8 Naik turun tangga 5 10 5
9 Mengenakan pakaian 5 10 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10 Frekuensi : 1 kali/hari
Konsistensi : lembek
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 10 Frekuensi : 4-6 kali/hari
Konsistensi : Kuning jernih
12 Olahraga/latihan 5 10 5 Jenis : Senam Lansia
Frekuensi : 1x 1 minggu
13 Rekreasi/pemanafatan 5 10 5 Jenis : Nonton Tv
waktu luang Frekuensi : 1-2 kali
Jumlah 110 Mandiri
Interpretasi :
5-60 : Ketergantungan total
65-125 :Ketergantungan sebagian
130 : Mandiri
Kesimpulan : Berdasarkan penilaian tingkat kemandirian dalam kehidupan
sehari-hari (Indeks Barthel) klien mandiri sebagian dengan skor 130.

F. Pengkajian lingkungan
1. Pemukiman
Luas Bangunan : 17 x 15 m2
Bentuk Bangunan : Rumah
Jenis bangunan : semi Permanen
Atap Rusun : Seng
Dinding : Tembok
Lantai : semen (ada banyak kursi yang bisa
menyebabkan factor cedera(jatuh)
Kebersihan Lantai : Baik
Ventilasi : Baik, 15 % luas lantai
Pencahayaan : Baik, menggunakan listrik(pencahayaan
baik,dan malam hari pencahayaan baik)
Pengaturan Penataan Perabot :Baik
Kelengkapan Alat Rumah Tangga : tidak lengkap
2. Sanitasi
Penyediaan air bersih ( MCK ) : Mata air
Penyediaan air minum : Air rebus
Pengelolaan Jamban : bersama
Jenis jamban : Jongkok
Jarak dengan sumber air : > 8 meter
Sarana pembuangan air limbah : Lancar
Petugas sampah : Petugas Sampah
Polusi udara : Rumah Tangga
Pengolahan binatang pengerat : Tidak Ada
3. Fasilitas
Peternakan : Ayam
Sarana olahraga : Tidak ada
Taman : Ada
Ruang pertemuan : Ada
Sarana hiburan : Ada , TV
Sarana ibadah : Ada

4. Keamaan dan Transportasi


a. Keaamanan
Sistem keamanan lingkungan
Penanggulangan kebakaran : Tidak ada
Penanggulangan bencana : Tidak ada
b. Transportasi
Kondisi jalan masuk panti : Tidak rata
Jenis transportasi yang dimiliki : Tidak ada
c. Komunikasi
Sarana komunikasi : Ada
Jenis komunikasi yang digunakan dalam rumah : Handphone milik
cucu/anak
Cara penyebaran informasi : Langsung.

Pengkajian status fungsional : Kemandirian aktivitas hidup sehari-hari


: Berikan kode √ pada kolom mandiri atau tergantung setiap aktivitas
lansia :

Aktivitas Mandiri Tergantung


b. Mandi √ c.
d. Berpakaian √ e.
f. Ke Toilet √ g.
h. Berpindah √ i.
j. Kontinen k. l.
m. Makan √ n.
o. Kemampuan menggunakan √ p.
telepon
q. Berbelanja √
Menyiapkan makan √ r.
Membersihkan rumah s. √
Mencuci pakaian √
Jenis transportasi √
Kewajiban untuk berobat √
sendiri
t. Kemampuan untuk mengatasi
u. √
finansial
Kesimpulan : Berdasarkan pengkajian status fungsional di atas klien tidak
dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari spenuhnya secara mandiri.

Pengkajian Lingkungan

a) Penataan kamar : Baik


b) Penerangan : Baik
c) Kebersihan dan kerapian : Baik
d) Sirkulasi udara :Baik
e) Penataan halaman : rapih
f) Keadaan kamar mandi : bersih
g) Pembuangan air kotor : Selokan
h) Sumber air minum : Masak sendiri
i) Pembuangan sampah : Sampah di bakar
Sumber pencemaran : Tidak ada
Keterangan

Halaman Kamar 1

Pintu Kamar 2

Kamar Mandi

Ruang tamu Dapur

GERIATRIC DEPRESSION RATING SCALE

Ruang keluarga
Pilihlah jawaban terbaik ( beri tanda √ ) tentang apa yang anda rasakan 1 minggu
terakhir

NO PERTANYAAN YA TIDAK SKOR


1 Apakah anda merasa puas terhadap hidup anda √
selama ini ?
2 Apakah anda sudah tidak melakukan kegiatan √
minat dan hobi anda ?
3 Apakah anda merasa hidup anda hampa/kosong √
?
4 Apakah anda sering merasa bosan ? √
5 Apakah anda bersemangat menjalani kehidupan √
saat ini dan kedepan ?
6 Apakah anda terganggu dengan pikiran-pikiran √
yang tidak dapat anda singkirikan ?
7 Apakah anda merasa bahagia menjalani √
kehidupan anda ?
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya ? √
9 Apakah anda lebih nyaman dirumah atau lebih √
suka jalan-jalan keluar atau berbuat sesuatu
yang baru ?
10 Apakah anda sering lupa ? √
11 Apakh anda merasa hidup ini indah ? √
12 Apakah saat ini anda merasa tidak berguna ? √
13 Apakah anda masih mempunyai kekuatan untuk
melakukan kegiatn sehari-hari ? √
14 Apakah anda merasa tidak mempunyai harapan √
atau masa depan ?
15 Apakah anda merasa banyak orang lebih baik √
dari anda ?
Skor : 5-9 : Kemungkinan

Skor : > 10 : Depresi

Kesimpulan: Dapat di simpulkan klien tidak mengalami depresi.


Analisa Data

No Data Etiologi Problem

1. DS: - klien hipertensi gangguan pola


mengatakan sering tidur
terbangun tengah proses perjalanan
malam penyakit
- klien mengatakan
waktu tidu -+ 4-5 jam terbangun tengah
DO : -ku baik malam
-konjungtiva anemis
-jam tidur -+ 4-5jam
gangguan pola tidur

2 Ds klien mengatakan sering hipertensi gangguan resiko


merasa pusiang pola tidur kekambuhan
gelisa, dan makan
makana yang perubahan status
asin2,daging, dan kesehatan
tidak teratur mnm
obat gaya hidup (diet)

Do : ketidakpatuhan mnm
- Td : 150/90mmhg obat

resiko kekambuhan
3. DS : klien mengatakan Usia Resiko cedera
penglihatan mulai menurun (jatuh)

DO: tampak punggung Penurunan status


belakan mulai membungkuk , kesehatan
usia 86 tahun, tampak tidak
ada pegangan di rumah dan Penurunan fungsi
halaman rumah oto dan
penglihatan

Resiko cedera
(jatuh)

Diagnosa Keperawatan

1. gangguan pola tidur b/d proses perjalanan penyakit


2. resiko kekambuhan b/d gaya hidup (diet) dan ketidakpatuhan mnm obat
3. resiko cedera (jatuh) b/d penurunan fungsi otot dan penglihatan

Rencana Asuhan Keperawatan Lansia

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Keperwatan hasil

1. gangguan pola Setelah dilakukan 1. lakukan pendidikan 1. untuk


tidur b/d proses tindakan keperawatan kesehatan tentang memberikan
perjalanan 3 x pertemuan pola tidur/istirahat informasi tentang
penyakit diharapkan tidak ada yang benar pola tidur yang
gangguan tidur baik
2. meningkatkan
Dengan KH tidur
-klien 3. untu mengurangi
mengatak 2. anjurkan klien gangguan tidur
an tidur untuk menyediakan
6-8 jam temoat tidur yang
bersih dan nyaman
S : klien
mengatak
an tidak 3. anjurkan klien
terbangun untuk mengurangi
tenga aktifitas sebelum
malam, tidur dan stress
waktu
tidur
sesuai,
O:
konjungti
va tdk
anemis,
jam tidur
6-8jam
dan ada
istirahat
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Mengukur td 1. Untuk
kekambuhan tindakan keperawatan pasien mengetahui td
b/d gaya hidup selama 3x kunjungan 2. Melakukan pasien
(diet)dan diharapkan gangguan penkes kepada 2. Agar tidak
ketidakpatuhan klien mampu klien agar terjaddi resiko
mnm obat mengikuti anjuran tidak kekambuhan
diet dan obat mengonsumsi
makan yang
- dengan KH tidak di
- S: Klien anjurkan
merasa tidak 3. Melakukan 3. Agar tidak
pusing , dan penkes terjaddi resiko
melakukan tentang kekambuhan
diet dan kepatuhan
teratur mnm mnm obat
obat
- O: td dalam
batas normal
atau
terkontrol
3 Resiko jatuh Setelah dilakukan 1. Anjurkan 1.untuk
tindakan menghindari
(cedera) b/d klien untuk
keperawatan resiko jatuh
penuruna fungsi selama 3x menggunaan
kunjungan
otor dan alat bantu
diharapkan klien
penglihatan terhindar dari 2. Anjurkaan 2.untuk
resiko jatuh mencegar
klien untuk
resiko jatuh
- dengan tiddak
KH
- S: klien memakai alas
akan kaki yang
mengikuti
anjuran licin
3.untuk
- O: kluarga 3. Lakikan mencegah
dan klien agar terhindar
mengerti penkes dari resiko
kepada jatuh

keliuarga
untu
menyediakan
pengaman
(pegangan) di
rumah dan
halaman
rumah

IMPLEMENTASI

No Diagnosa Implementasi TT/TGL/Waktu


Dx Keperawatan
1. Nyeri sendi b/d agen Rabu, 30 Oktober 2019
cederah biologis
1. Mengkaji nyeri 08:05
Hasil: P: Nyeri bertamba saat
memakai
sepatu/sandal
Q: Nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk
R: Lutut kaki kiri dan
tumit kaki
S : Skala nyeri 4
T : hilang timbul
2. Monitor Ttv 08:15
Hasil: Td: 120/90 mmHg
N : 81x/Mnt
R : 21x/Mnt
08.17
3. Menganjurkan kompres air
hangat saat nyeri
berlangsung.
Hasil: Pasien mengerti
dengan apa yang
dijelaskan oleh
perawat
09:40
4. Menganjurkan pasien untuk
minum oabat sesuai anjuran
dokter.
Hasil: Pasien mengatakan
obat asam urat yang di
anjurkan dokter
2. Mobilisasi fisik B/D
proses penyakit d/d
1. Mengkaji kemampuan 09:00
kaki bengkak
mobilitas pasien
Hasil: Pasien sulit melakukan
aktifitas
2. Melatih rom pasien 09:06
Hasil: Pasien sulit
mengerakan kaki dan
tanganya
3. Mengedukasi pada pasien 09:10
untuk tetap mobilisasi
semampunta
Hasil: Pasien mengerti
dengan apa yang
dijelaskan
4. Memposisikan kaki lebih tinggi 09:20
dari jantung
Hasil: Kaki pasien masih
terlihat bengkak

1. Nyeri sendi b/d agen Kamis, 31 Oktobe 2019


cederah biologis 1. Mengkaji nyeri 08:09
Hasil: P: Nyeri bertamba saat
memakai
sepatu/sandal
Q: Nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk
R: Lutut kaki kiri dan
tumit kaki
S : Skala nyeri 4
T : hilang timbul

2. Monitor Ttv 08:11


Hasil: Td: 120/80 mmHg
N : 80x/Mnt
R : 21x/Mnt

3. Menganjurkan kompres air 08:18


hangat saat nyeri
berlangsung.
Hasil: Pasien mengerti
dengan apa yang
dijelaskan oleh
perawat
2. Mobilisasi fisik B/D 1. Mengkaji kemampuan 08:30
proses penyakit d/d
mobilitas pasien
kaki bengkak
Hasil: Pasien sulit melakukan
aktifitas

2. Melatih rom pasien


08:33
Hasil: Pasien sulit
mengerakan kaki dan
tanganya
3. Memposisikan kaki lebih tinggi
08:40
dari jantung
Hasil: Kaki pasien masih
terlihat bengkak

1. Nyeri sendi b/d agen Jumat, 1 November 2019


cederah biologis 1. Mengkaji nyeri 08:30
Hasil: P: Nyeri bertamba saat
memakai
sepatu/sandal
Q: Nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk
R: Lutut kaki kiri dan
tumit kaki
S : Skala nyeri 4
T : hilang timbul

2. Menganjurkan kompres air 08:39


hangat saat nyeri berlangsung.
Hasil: Pasien mengerti
dengan apa yang
dijelaskan oleh
perawat

3. . Monitor Ttv 08:51


Hasil: Td: 120/80 mmHg
N : 80x/Mnt
R : 21x/Mnt

2. Mobilisasi fisik B/D 1. Melatih rom pasien 09:15


proses penyakit d/d
Hasil: Pasien sulit
kaki bengkak
mengerakan kaki dan
tanganya
2. Mengkaji kemampuan 09:27
mobilitas pasien
Hasil: Pasien sulit melakukan
aktifitas
CATATAN PERKEMBANGAN

No Diagnosa Evaluasi TT/TGL/Waktu


Dx Keperawatan
1. Nyeri sendi b/d Rabu, 30 Oktober 2019
agen cederah
S: 14:05
biologis
1. Mengkaji nyeri
Hasil: P: Nyeri
bertamba
saat
memakai
sepatu/sand
al
Q: Nyeri
terasa
seperti
tertusuk-
tusuk
R: Lutut kaki
kiri dan
tumit kaki
S : Skala nyeri
4
T : hilang
timbul
O:
- TD :120/90 mmHg
N : 81x/ menit
R : 21x menit
- Pasien tampak
meringis
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan

2. Mobilisasi fisik S: 14:20


B/D proses
- Klien mengatakan
penyakit d/d kaki
bengkak sulit untuk berjalan
O:
- Pasien tampak
memegang area yang
sakit
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
1. Nyeri sendi b/d Kamis, 31 Oktober
agen cederah
S: 2019
biologis
1. Mengkaji nyeri
14:00
Hasil: P: Nyeri
bertamba
saat
memakai
sepatu/sand
al
Q: Nyeri
terasa
seperti
tertusuk-
tusuk
R: Lutut kaki
kiri dan
tumit kaki
S : Skala nyeri
3
T : hilang
timbul
-
O:
- TD : 120/80 mmHg
N : 81x/ menit
R : 22x/ menit
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
2. Mobilisasi fisik S: 14:20
B/D proses
- Klien mengatakn sulit
penyakit d/d kaki
bengkak untuk berjalan
O:
- Klien tampak
meringis
- Klien tampak
mengerakan sendi-
sendi
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
1. Nyeri sendi b/d Jumat, 1 November
agen cederah
S: 2019
biologis
1. Mengkaji nyeri 14:00
Hasil: P: Nyeri
bertamba
saat
memakai
sepatu/sand
al
Q: Nyeri
terasa
seperti
tertusuk-
tusuk
R: Lutut kaki
kiri dan
tumit kaki
S : Skala nyeri
3
T : hilang
timbul
O:
- TD :120/80 mmHg
N : 80x/ menit
R : 20x/ menit
A:
- Masalah nyeri belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
2. Mobilisasi fisik S: 14:15
B/D proses
- Klien mengatakn sulit
penyakit d/d kaki
bengkak untuk berjalan
O:
- Pasien sedikit tenang
- Pasien sudah mulai
beraktifitas sedikit-
sedikit
A:
- Masalah teratasi
sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
KESIMPULAN

Berdasarkan asuhan keperawatan pada Tn.W.S didesa kalasey dua di dapat


dikesimpulan sebagai berikut :

 Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada hasil
pengkajian didapatkan data klien mengatakan nyeri dibagian kaki kanan.
Hasil pemeriksaan di vital sign : TD: 120/80 mmHg, N: 81x/menit, R:
21x/menit, SB: 36°C
 Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2 diagnosa
keperawatan yaitu
 Nyeri sendi b/d agen cederah biologis
 Mobilisasi fisik B/D proses penyakit d/d kaki bengkak
 Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah
keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang direncanakan untuk
diagnose Nyeri berhubungan dengan proses penyakitadalah :
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
Rasional: Menentukan sejauh mana nyeri dirasakan
2. Memberikan edukasi tentang hipertensi
Rasional: Agar klien mengerti tentang penyakit yang dideritanya
3. Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum pasien
4. Anjurkan teknik non-farmakologi (relaksasi nafas dalam)
Rasional: Membantu klien menjadi lebih rileks dan nyaman
Sedangkan pada diagnose yang kedua resiko jatuh berhubungan dengan
kesulitan berjalan adalah:
1. Anjurkan untuk menggunakan alat bantu
Rasional: Jika diperlukan untuk berjalan
2. Ajarkan gerakan latihan keseimbangan
Rasional: Untuk mencegah terjadinya resiko jatuh
3. Berikan penyuluhan tentang apa saja bahaya lingkungan sekitar
Rasional: Agar klien mengetahui bahaya apa saja yang ada
dilingkungan sekitar.
 Implementasi dilakukan pada tanggal 30 Oktober s/d 1 November 2019.
Implementasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan intervensi (NIC)
yang telah disusun.
 Evaluasi dilakukan pada 30 Oktober s/d 1 November 2019. Evaluasi yang
telah dilaksanakan sesuasi dengan tujuan keperawatan (NOC) yang telah
disusun.

Anda mungkin juga menyukai