Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak
sosial ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah, baik Pemerintah
Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu
penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan dengan ketersediaan
air minum yang mencukupi dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat
terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu,
penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam
pengembangan ekonomi wilayah.
Kondisi geografis, topografis dan geologis dan aspek sumber daya
manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan
air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda pada masing-masing
wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin
ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi di
daerah tersebut. Rencana Induk dan Rencana Teknis Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum merupakan dasar pengembangan air minum suatu
wilayah. Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum dapat menjadi
dasar tersusunnya suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
wilayah yang menyeluruh (comprehensive), berkelanjutan (sustainable) dan
terarah (focus). Selain itu dengan adanya Rencana Teknis pengembangan SPAM
yang memenuhi syarat peraturan yang berlaku (Permen PU No. 18/2007), maka
pengembangan SPAM di suatu lokasi/kawasan akan mendukung keberfungsian
dan keberlanjutan yang sistematis.
Kewajiban menyusun Rencana Induk dan Rencana Teknis Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum merupakan
tanggung jawab Pemerintah Daerah (pemerintah kabupaten/kota). Namun
terbatasnya sumber daya manusia di daerah menyebabkan Pemerintah Daerah
masih membutuhkan bantuan teknis dari Pemerintah dalam hal penyusunannya.
Secara
umum,
konsultan
advisori
ini
akan
melakukan
Sulawesi Selatan
7,595,000
Sumber
7,700,255
7,805,024
7,908,519
8,034,776
Dengan penduduk yang mencapai 8.034.776 jiwa pada tahun 2010, tentunya akan
menjadi tantangan sendiri dalam pemenuhan kebutuhan air minum.
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga
menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan, 2010
Kabupaten/
Kota
Kepulauan
Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkep
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidrap
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Toraja Utara
Makassar
Pare Pare
Palopo
2010
2009
Sumber
Penduduk
122,055
394,560
176,699
342,700
269,603
652,941
228,879
319,002
305,737
165,983
717,682
223,826
385,109
271,911
351,118
190,248
332,482
221,081
287,472
243,069
216,762
1,338,663
129,262
147,932
8,034,776
7,908,519
Rumah
Tangga
30,743
95,654
43,438
77,674
62,381
150,438
51,230
71,109
68,493
39,492
162,418
56,305
92,674
64,235
81,918
42,593
72,302
50,353
67,328
56,178
46,999
303,006
28,889
32,218
1,848,068
1,865,662
minum pada daerah perdesaan di Sulawesi Selatan baru mencapai 11,96% dari
seluruh penduduk perdesaan 4.338.054 jiwa. Sisanya dipenuhi melalui sistem non
perpipaan, baik yang terlindungi maupun tidak terlindungi. Dari seluruh desa yang
ada, terdapat desa rawan air minum sebesar 1696 desa yang tersebar pada 23
kabupaten/kota.
Air Dalam
Leding
Kemasan/Isi Ulang
Membeli/Eceran
2,457
3,321
9,079
7,374
2,167
13,942
4,363
13,466
4,839
11,623
27,859
6,954
3,040
6,015
15,749
7,930
11,465
12,011
4,453
6,470
10,581
10,636
1,923
8,002
10,148
14,849
4,060
6,585
12,457
4,974
870
4,566
8,121
5,000
113
6,511
6,111
1,652
10,384
3,777
540
7,728
153,612
139,381
10,563
11,142
8,305
15,123
323,259
329,032
158,991
399,228
126,122
371,160
Pompa
Air
80
10,215
442
19,594
23,652
26,645
1,422
2,965
1,774
4,058
27,695
25,383
22,833
40,518
36,089
3,770
6,662
2,808
13,837
5,114
2,700
6,836
3,356
577
289,025
318,625
307,835
Sumur
Terlindung
11,360
42,061
3,884
31,601
14,536
36,758
16,975
15,626
19,209
16,293
55,326
11,644
31,527
8,708
17,483
4,139
33,785
5,134
26,369
19,473
5,163
4,931
2,902
1,535
436,422
452,209
442,192
Sumu
Terlin
Maksud :
Maksud dari kegiatan advisory adalah menghasilkan perencanaan
Tujuan :
Melakukan pendampingan kepada pemerintah daerah dalam proses
Saluran Terbuka;
SNI 06-2412-1991 tentang Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas
Air;
SNI 19-1141-1989 tentang Cara Uji Suhu;
SK SNI M-03-1989-F tentang Metode Pengujian Kualitas Fisika Air;
RSNI T-01-2003 tentang Tata Cara Perencanaan Plambing.
koordinasi
dengan
Konsultan
Advisory
Manajemen
Keluaran (Output)
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
Klasifikasi Kabupaten
Klasifikasi Perkotaan
Kota Metro:
terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan
perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki
keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana
wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan
sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. (UU Nomor 26 Tahun
2007)
Kawasan Perdesaan : Adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan
sebagai
tempat
permukiman
perdesaan,
pelayanan
jasa
No
I
II
III
IV
V
VI
VII
Klasifikasi
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
500 rb 1 Juta
100 rb 500 rb
Kurang dari 100 rb
Klasifikasi RI-SPAM
Adapun jenis Rencana induk pengembangan SPAM dapat berupa:
wilayah administrasi kabupaten atau kota ini mencakup wilayah pelayanan air
minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang
Uraian
Prosentase Pelayanan
Tingkat Pelayanan
Hidran
Umum
Sambungan
Rumah
Pemadam
kebakaran
Kebutuhan
pemadam
kebakaran diambil 20% dari
kapasitas reservoir atau 5% dari
kebutuhan domestik.
Domestik
Tingkat pemakaian air bersih air bersih secara umum ditentukan berdasarkan
kebutuhan manusia untuk kehidupan sehari-hari. Menurut Bank Dunia,
kebutuhan manusia akan air dimulai dengan kebutuhan untuk minum samapai
pada kebutuhan untuk sanitasi. Kebutuhan air minum untuk setiap tingkatan
kebutuhan diilustrasikan pada gambar dibawah ini. Kriteria desain
perencanaan prasarana air minum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
minimum untuk minum dan masak serta untuk mandi jika kapasitas sumber
air baku mencukupi, yaitu sebesar 20 -30 liter/orang/hari.
Jumlah Penduduk
Sistem
Kota Metropolitan
Non Standar
Kota Besar
Non Standar
170
3
4
5
> 1.000.000
500.000
1.000.000
100.000 500.000
20.000 100.000
< 20.000
Kota Sedang
Kota Kecil
Kota Kecamatan
Kota Pusat
< 3.000
Pertumbuhan
Sumber: SK-SNI Air Minum
Non Standar
Standar BNA
Standar IKK
150
130
100
Standar DPP
30
No
Non Domestik
Kebutuhan air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non
domestik. Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota yang terdiri
dari kegiatan komersial berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan
sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat-tempat ibadah.
Untuk memprediksi perkembangan kebutuhan air dasar non domestik perlu
diketahui rencana pengembangan kota dan aktivitasnya. Bila tidak diketahui,
maka prediksi dapat didasarkan pada satuan ekivalen penduduk dimana
konsumen non domestik dapat dihitung mengikuti perkembangan kebutuhan
air dasar konsumen domestik. Tingkat pemakaian air non domestik disajikan
pada Tabel 4.3.
(0,5 - 2) m3/unit/hari
Peribadatan
Kantor
(1 - 2) m3/unit/hari
Toko
(1 - 2) m3/unit/hari
Rumah Makan
1 m3/unit/hari
Hotel/Losmen
Pasar
(6 - 12) m3/unit/hari
10
Industri
(0,5 - 2) m3/unit/hari
11
Pelabuhan/Terminal
12
SPBU
(5 - 20) m3/unit/hari
13 Pertamanan
Sumber: SK-SNI Air Minum
25 m3/unit/hari
Kapasitas Sistem
Sumber
Sumber dapat terdiri dari sistem pengambilan/pengumpulan (collection
works) serta dapat dilengkapi sistem pengolahan (purification/treatment
works).
Sumber air dapat meliputi :
Air Hujan (rain water) dengan : atap & cistern (individual) atau
daerah tangkapan air & reservoir (komunal)
Air Permukaan (surface water) seperti : sungai, waduk (artificial
reservoir)
Air Tanah (ground water) seperti : mata air (spring), sumuran (well)
atau pipa pengambilan (infiltration gallery)
Air Laut (sea/salt water)
Pertimbangan dalam menentukan sumber air baku didasarkan pada
beberapa aspek yaitu :
1. Kualitas , kuantitas dan kontinuitas sumber air
2. Iklim
3. Kemudahan dalam konstruksi intake
Macam-macam intake :
1) Direct Intake
Intake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki
kedalaman yang besar seperti sungai dan danau, dan apabila
tanggul tahan terhadap erosi dan sedimentasi.
2) Canal Intake
Ketika air diambil dari kanal, ruangan yang terbuat dari batu
dengan lubang dibangun di pinggiran kanal. Lubang tersebut
dilengkapi dengan saringan kasar. Dari ruangan batu, air diambil
menggunakan pipa yang memiliki bell mouth, yang dilapisi
dengan tutup hemispherical yang berlubang-lubang. Luas daerah
lubang yang terdapat pada penutup adalah satupertiga dari area
hemisphere. Karena pembangunan intake di kanal, lebar kanal
menjadi berkurang dan mengakibatkan meningkatnya kecepatan
aliran. Hal ini dapat menyebabkan penggerusan tanah, oleh
karena itu di bagian hulu dan hilir intake harus dilapisi.
3) Reservoir Intake
4) Intake Bendungan
Digunakan untuk menaikkan ketinggian muka air sungai
sehingga tinggi muka air yang direncanakan memungkinkan
konstannya debit pengambilan air. Intake bendungan dapat
digunakan untuk pengambilan air dalam jumlah besar dan dapat
mengatasi fluktuasi muka air.
b. Instalasi Pengolahan Air Minum
Fungsi utama dari instalasi pengolahan air minum adalah untuk
menyediakan air yang aman dan cocok untuk diminum dengan
menjamin kontinuitasnya. Air yang aman adalah air yang bebas dari
kontaminan yang dapat menyebabkan penyakit atau mengandung
racun yang berbahaya bagi pengguna air, sedangkan air yang cocok
untuk dikonsumsi adalah air yang tidak mengandung parameterparameter yang tidak diinginkan seperti warna, kekeruhan, rasa dan
bau.
Instalasi untuk mengolah air baku menjadi air yang dapat dikonsumsi
terdiri dari unit-unit pengolahan yang memiliki fungsi masing-masing.
berfluktuasi
Kemudahan konstruksi.
3. Segi Ekonomis
Beberapa pertimbangan dari segi ekonomis adalah :
Biaya investasi awal, operasional, dan pemeliharaan
yang
tersedia
dengan
system
Pompa
(sentrifugal/submersial)
untuk
IPAS
system
pemompaan.
HU
Sumber Daya Listrik
d. Penampung Air Hujan (PAH)
Bangunan penangkap
Bak penampung
Unit pembubuh bahan kimia
Hidran Umum (HU)
e. Solusi teknis Lain
Komponen solusi teknis disesuaikan dengan teknologi yang
digunakan, diantaranya :
Sumur Gali (SG)
Sumur Pompa Tangan (SPT)
Paket Instalasi Pengelolaan Air (IPA)
Bangunan pengambilan air baku
Unit pengolah fisik / kimia
Perpipaan
Pompa (sentrifungs/ submersible) untuk Ipa system
pemompaan.
HU
Sumber daya listrik
Pompa Hidran
Pompa Hidran
Perpompaan
HU
Destilator Surya Atap Kaca (DSAK)
Destilator
Wadah Penampungan
Air yang sudah diolah selanjutnya ditampung dalam Reservoir air bersih
(Treated Water Reservoir) untuk selanjutnya disitribusikan ke konsumen.
Reservoir ini diperlukan selain untuk menampung air pada saat
pemakaian minimum dan membantu suplai air pada saat pemakaian
puncak, juga pada Reservoir ini dilakukan desinfeksi.
Kapasitas Reservoir dihitung berdasarkan debit kebutuhan harian
maksimum dan fluktuasi pemakaian harian.
Reservoir distribusi akan dihitung volumenya berdasarkan pemakaian
air maksimum
sebesar 17,5%.
Kriteria Perencanaan :
QDisain = Qmaxday
Fluktuasi Pemakaian air per hari = 15 20%
Disediakan zone lumpur dan pipa penguras.
Dilengkapi ventilasi udara
Disediakan tangga/fasilitas maintenance
Dilengkapi sekat untuk memberikan waktu kontak desinfektan
Dilengkapi pipa overflow
Detention Time, td = 24 jam/hari
Metoda Perhitungan :
V
= 20% x Qmd x td
Dengan :
V
= Volume air yang dipakai m3
Qmd = Debit kebutuhan maksimum harian, m3/detik
Td
= waktu detensi, 86400 detik
Reservoir distribusi air bersih umumnya dibangun dengan material beton
bertulang sehingga biayanya
relatif
7)
8)
9)
a.
1.
pengoperasian.
2.
3.
Mudah
dalam
pemasangan,
pemeliharaan,
dan
4.
hidrolik
untuk
mendapat
keuntungan.
Untuk memperoleh kondisi optimum tersebut, maka perlu
diperhatikan beberapa hal, diantaranya:
1. Memperhatikan keadaan profil muka tanah di daerah
perencanaan. Diusahakan untuk menghindari penempatan
jalur pipa yang sulit dan diusahakan juga untuk memilih
lokasi penempatan jalur pipa yang tidak terlalu banyak
membutuhkan perlengkapan.
2. Menghindari belokan tajam (horisontal dan vertikal) dan
syphon pada aliran air di atas garis hidrolik.
3. Diusahakan agar pipa yang direncanakan tidak melintasi
sungai, rel kereta api, dan jalan raya untuk memudahkan di
dalam pengerjaan.
4. Menghindari tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya
kontaminasi selama pengaliran.
5. Jalur pipa sebaiknya ditempatkan pada tanah milik
pemerintah atau dipinggir jalan umum.
6. Menghindari tempat-tempat yang kurang stabil (mungkin
sering longsor) yang dapat menyebabkan perubahan
tekanan dari luar terhadap pipa, agar pipa tidak cepat rusak
atau tidak pecah.
7. Diusahakan pengaliran dilakukan secara gravitasi, untuk
menghindari penggunaan pompa.
b. Pola Jaringan Pipa
Dalam eede system, pola jaringan pipa distribusi air bersih secara
kearah hilirnya. Sistem cabang memiliki ciri-ciri arah aliran satu arah,
degradasi ukuran diameter pipa terlihat jelas, dan aliran berakhir pada
titik-titik mati (dead end). Pola sistem cabang ini banyak diterapkan
pada daerah perkotaan yang berkembang pesat dan pada daerah yang
memiliki kondisi topografi berbukit. Pola sistem cabang memiliki
memiliki
pola
jalan
yang
tidak
berhubungan,
pola
rupa untuk
dengan
menggunakan
sistem
jaringan
perpipaan.
II. Kriteria
Panjang pipa sekunder dan tersier dihitung berdasarkan fungsi
beberapa sambungan yang harus dipasang. Dalam Studi
Kelayakan ini, tiap daerah yang akan dilayani memiliki
kepadatan penduduk yang berbeda-beda. Panjang rata-rata
pipa sekuder, tersier dan pipa layanan berkisar antara 10
sampai dengan 15 meter per pelanggan. Asumsi-asumsi
berikut ini telah disusun sebagai berikut :
Asumsi Panjang Pipa Sekunder dan Tersier
Kepadatan
penduduk
<30 ha
30-50 ha
50-75 ha
75-100 ha
100-150 ha
>150 ha
Rata-rata
Service
Tertiary
11
10
9
8
7
6
8.5
2.5
2.5
2.0
2.0
1.5
1.5
2.0
Secondar
y
2.0
2.0
1.5
1.5
1.0
1.0
1.5
Total
15.5
14.5
12.5
11.5
9.5
8.5
12
C. Sambungan Langganan
Pelayanan air bersih ke konsumen dapat dilakukan secara
individu atau kelompok. Secara individu artinya settiap rumah
mendapat pelayanan air langsung dengan sambungan rumah
yang dilengkapi dengan meter air. Jenis pelayanan seperti ini
diterapkan untuk kota dengan tingkat kepadatan bangunan relatif
tinggi, sedangkan untuk daerah pelayanan dengan tingkat
kepadatan bangunan relatif rendah dimana daerah kosong
(Blank Areas) banyak maka pelayanan yang dipakai berupa
pelayanan secara kelompok yaitu dengan Hidran Umum (HU)
atau Kran Umum (KU).
Penempatan HU atau KU didasarkan hasil survey lapangan
dan survey sosek, sehingga penempatan HU/KU optimal sesuai
kebutuhan dan dapat menjangkau konsumen.
Transmisi
Sistem transmisi (transmission works) merupakan bagian dari sistem
penyediaan air minum yang menyalurkan air dari sumber kepada sistem
distribusi. Lokasi sumber akan menentukan panjang dan sistem pengaliran
dari sistem transmisi.
Saluran transmisi terbagi atas beberapa jenis saluran yaitu :
a. Saluran terbuka
Saluran terbuka merupakan saluran yang bekerja di bawah pengaruh
gravitasi dan memiliki penampang saluran yang berhubungan langsung
dengan udara bebas. Contoh : sungai.
b. Saluran tertutup
Saluran tertutup merupakan saluran yang bekerja akibat tekanan tertentu
(gravitasi atau pompa) dan memiliki penampang saluran yang tidak
berhubungan langsung dengan udara di atmosfer. Contoh : saluran
perpipaan.
Sistem pengaliran dari sistem tranmisi terbagi atas beberapa jenis yaitu :
a. Sistem Gravitasi
Sistem gravitasi digunakan apabila sumber air memiliki elevasi yang lebih
tinggi dibandingkan distribusi dan seluruh pipa transmisi berada di bawah
garis HGL dan piezometris.
b. Sistem Pemompaan
Sistem pemompaan digunakan apabila sumber air memiliki elevasi yang
lebih rendah dibandingkan sistem distribusi atau ada sebagian pipa yang
berada di bawah garis HGL dan piezometris. Sistem ini memerlukan biaya
yang lebih mahal dibandingkan sistem gravitasi.
Dalam perencanaan sistem transmisi terdapat beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan diantaranya yaitu:
Pipa transmisi harus diletakkan pada lokasi yang menguntungkan
Qrh
=
Qdom
=
Qnondom
Qkebocoran
=
.................................(6)
Dimana:
Qhm
fhm
=
=
.....(7)
Dimana:
Qjm
fjm
=
=
konsumsi
air
perorang
perhari
(liter/orang/hari)
P
f
-
Qmd x 100/80
Dengan pengertian :
Q1
20% (liter/hari)
-
Bandingan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencakupi kebutuhan ini. Jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku
lain.
Fasilitas peribadatan
Kehilangan Air
Kehilangan air adalah selisih antara banyaknya air yang disediakan (water
supply)
dengan
air
yang
dikonsumsi
(water
consumtion).
Dalam
Tahap persiapan
Pada tahap ini tim membicarakan pembagian tugas dan tanggung jawab serta
pembiayaan dan rescheduling. Team leader akan melakukan kordinasi
menyeluruh sementara tenaga ahli akan bertanggung jawab pada bidang masingmasing. Pertemuan ini juga akan menghasilkan jadwal rinci. Pada tahap ini akan
disusun Laporan pendahuluan yang berisi kesiapan Tim dalam melakukan studi.
Spesifikasi teknis
Kesiapan lahan
Program Kerja
Program kerja sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman bagi personil
pelaksana untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan dan untuk
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan agar tidak terjadi kegiatan yang dikerjakan dua
kali, sehingga akan menghemat biaya dan waktu pelaksanaan. Rencana kerja akan
kami sajikan dalam bentuk Bagan Alir Pelaksanaan dan Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan.
Pembuatan Program Kerja dimaksudkan untuk mencapai sasaran sebagai
berikut :
dari konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan.
Dalam program kerja ini akan diuraikan urutan-urutan pekerjaan, konsep
penanganan masalah, tanggung jawab dan personil yang terlibat, pengerahan
sarana maupun personil pendukung, schedule pelaksanaan pekerjaan, serta
schedule personil.
Pelaporan
Peralatan
Kebutuhan fasilitas dan peralatan akan disiapkan Konsultan untuk menunjang
kegiatan, baik di lapangan maupun di kantor. Mobilisasi peralatan disesuaikan
dengan jadwal peralatan yang telah disusun bersama dengan penyusunan
rencana kerja, jadwal pelaksanaan dan pengerahan personil. Penentuan
kebutuhan akan fasilitas dan peralatan sangat erat hubungannya dengan
kelancaran pekerjaan, sehingga tidak ada kendala peralatan dan fasilitas yang
dihadapi oleh pelaksana pekerjaan pada saat pelaksanaan nantinya.