Anda di halaman 1dari 43

Latar Belakang

Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak
sosial ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah, baik Pemerintah
Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu
penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan dengan ketersediaan
air minum yang mencukupi dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat
terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu,
penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam
pengembangan ekonomi wilayah.
Kondisi geografis, topografis dan geologis dan aspek sumber daya
manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan
air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda pada masing-masing
wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin
ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi di
daerah tersebut. Rencana Induk dan Rencana Teknis Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum merupakan dasar pengembangan air minum suatu
wilayah. Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum dapat menjadi
dasar tersusunnya suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
wilayah yang menyeluruh (comprehensive), berkelanjutan (sustainable) dan
terarah (focus). Selain itu dengan adanya Rencana Teknis pengembangan SPAM
yang memenuhi syarat peraturan yang berlaku (Permen PU No. 18/2007), maka
pengembangan SPAM di suatu lokasi/kawasan akan mendukung keberfungsian
dan keberlanjutan yang sistematis.
Kewajiban menyusun Rencana Induk dan Rencana Teknis Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum merupakan
tanggung jawab Pemerintah Daerah (pemerintah kabupaten/kota). Namun
terbatasnya sumber daya manusia di daerah menyebabkan Pemerintah Daerah
masih membutuhkan bantuan teknis dari Pemerintah dalam hal penyusunannya.

Memperhatikan hal-hal di atas, pada Tahun Anggaran 2012 Satuan Kerja


Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Provinsi Sulawesi Selatan
melalui pendanaan rupiah murni melaksanakan kegiatan Konsultan Advisory
Perencanaan.

Secara

umum,

konsultan

advisori

ini

akan

melakukan

pendampingan penyusunan Rencana Induk SPAM kabupaten/kota dan melakukan


review terhadap kesiapan dokumen perencanaan teknis pengembangan SPAM
yang diusulkan untuk dilaksanakan dan dibiayai melalui APBN pada TA 2014.
Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 012' - 8 Lintang Selatan dan
11648' - 12236' Bujur Timur. Luas wilayahnya 62.482,54 km. Provinsi ini
berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan
Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan.
Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan,
2006 2010
Kabupaten/Kota
Regency/City
Kep Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkep
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidrap
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Toraja Utara
Makassar
Pare Pare
Palopo

Jumlah Penduduk - Number of Population


2006
2007
2008
2009
2010
115,908
117,860
119,811
121,749
122,055
381,874
386,239
390,543
394,746
394,560
170,049
171,468
172,849
174,176
176,699
328,343
330,379
332,334
334,175
342,700
249,348
252,270
255,154
257,974
269,603
583,021
594,423
605,876
617,317
652,941
221,064
223,522
225,943
228,304
228,879
296,071
299,662
303,211
306,687
319,002
287,838
291,506
295,137
298,701
305,737
159,090
160,428
161,732
162,985
165,983
693,089
699,474
705,717
711,748
717,682
226,804
228,181
229,502
230,744
223,826
373,067
375,833
378,512
381,066
385,109
246,816
248,769
250,666
252,483
271,911
338,669
342,852
346,988
351,042
351,118
182,967
185,527
188,070
190,576
190,248
316,141
320,205
324,229
328,180
332,482
444,339
452,663
461,012
240,249
221,081
297,392
305,468
313,674
321,979
287,472
218,063
224,383
230,821
237,354
243,069
229,090
216,762
1,216,746 1,235,239 1,253,656
1,271,870
1,338,663
115,008
116,309
117,591
118,842
129,262
133,293
137,595
141,996
146,482
147,932

Sulawesi Selatan

7,595,000

Sumber

7,700,255

7,805,024

BPS Provinsi Sulawesi Selatan (DAU dan SP 2010)

7,908,519

8,034,776

Dengan penduduk yang mencapai 8.034.776 jiwa pada tahun 2010, tentunya akan
menjadi tantangan sendiri dalam pemenuhan kebutuhan air minum.
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga
menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan, 2010
Kabupaten/
Kota
Kepulauan
Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkep
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidrap
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Toraja Utara
Makassar
Pare Pare
Palopo
2010
2009
Sumber

Penduduk
122,055
394,560
176,699
342,700
269,603
652,941
228,879
319,002
305,737
165,983
717,682
223,826
385,109
271,911
351,118
190,248
332,482
221,081
287,472
243,069
216,762
1,338,663
129,262
147,932
8,034,776
7,908,519

Rumah
Tangga
30,743
95,654
43,438
77,674
62,381
150,438
51,230
71,109
68,493
39,492
162,418
56,305
92,674
64,235
81,918
42,593
72,302
50,353
67,328
56,178
46,999
303,006
28,889
32,218
1,848,068
1,865,662

BPS Provinsi Sulawesi Selatan (DAU dan SP 2010)

Tingkat pelayanan air minum pada daerah perkotaan di Sulawesi Selatan


baru mencapai 58,37% dari seluruh penduduk perkotaan (2.349.775) yang ada di
23 kabupaten/kota. Sementara itu cakupan pelayanan air minum pada Ibu Kota
Kecamatan (IKK) dengan jumlah penduduk 866.676 jiwa di Sulsel baru terlayani
sekitar 212.441 jiwa (24,61%). Dari 222 IKK yang ada baru 87 IKK yang
memiliki sistem pelayanan air minum perdesaan sedangkan sisanya yaitu 135 IKK
masih menggunakan sistem non perpipaan. Sedangkan tingkat pelayanan air

minum pada daerah perdesaan di Sulawesi Selatan baru mencapai 11,96% dari
seluruh penduduk perdesaan 4.338.054 jiwa. Sisanya dipenuhi melalui sistem non
perpipaan, baik yang terlindungi maupun tidak terlindungi. Dari seluruh desa yang
ada, terdapat desa rawan air minum sebesar 1696 desa yang tersebar pada 23
kabupaten/kota.

Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Sumber Air Minum di Sulawesi


Selatan, 2010
Kabupaten/
Kota
Kep Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkep
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidrap
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Toraja Utara
Makassar
Pare Pare
Palopo
2010
2009
2008

Air Dalam
Leding
Kemasan/Isi Ulang
Membeli/Eceran
2,457
3,321
9,079
7,374
2,167
13,942
4,363
13,466
4,839
11,623
27,859
6,954
3,040
6,015
15,749
7,930
11,465
12,011
4,453
6,470
10,581
10,636
1,923
8,002
10,148
14,849
4,060
6,585
12,457
4,974
870
4,566
8,121
5,000
113
6,511
6,111
1,652
10,384
3,777
540
7,728
153,612
139,381
10,563
11,142
8,305
15,123
323,259
329,032
158,991
399,228
126,122
371,160

Pompa
Air
80
10,215
442
19,594
23,652
26,645
1,422
2,965
1,774
4,058
27,695
25,383
22,833
40,518
36,089
3,770
6,662
2,808
13,837
5,114
2,700
6,836
3,356
577
289,025
318,625
307,835

Sumur
Terlindung
11,360
42,061
3,884
31,601
14,536
36,758
16,975
15,626
19,209
16,293
55,326
11,644
31,527
8,708
17,483
4,139
33,785
5,134
26,369
19,473
5,163
4,931
2,902
1,535
436,422
452,209
442,192

Sumu
Terlin

Maksud dan Tujuan

Maksud :
Maksud dari kegiatan advisory adalah menghasilkan perencanaan

pengembangan SPAM kabupaten/kota yang menyeluruh, berkelanjutan, dan


terarah sehingga diperoleh pelayanan air minum yang memenuhi standar Kualitas,
Kuantitas, dan Kontinuitas (K3).

Tujuan :
Melakukan pendampingan kepada pemerintah daerah dalam proses

penyusunan dokumen Rencana Induk Pengembangan SPAM (RI-SPAM) serta


melakukan review terhadap dokumen rencana teknis yang dibuat kabupaten/kota
sehingga memenuhi persyaratan dan kualitas dokumen rencana teknis yang
berlaku.
Sasaran
Sasaran pendampingan penyusunan RI-SPAM adalah kabupaten/kota yang
menyusun RI-SPAM pada TA 2013, dan untuk review Rencana Teknis dilakukan
terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan SPAM di kabupaten/kota yang
diusulkan untuk dibiayai oleh APBN pada TA 2014.
Landasan Hukum Penyusunan RI-SPAM

Acuan Normatif Utama


Dalam pelaksanaan kegiatan Pendampingan Penyusunan Perda dan Rencana
Induk Pengembangan SPAM tidak terlepas dari beberapa acuan normatif
utama yang harus dijadikan landasan berpijak dalam penyusunannya yakni :

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah;


Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum;


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) ;

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang Pedoman


Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan

Daerah Air Minum;


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum.


Acuan Normatif Pendukung
Sedangkan acuan normatif pendukung yang berkaitan dengan RIP-SPAM,
sebagai berikut :

SNI 03-6859-2002 tentang Metoda Pengujian Angka Rasa Dalam Air;


SNI 03-6860-2002 tentang Metoda Pengujian Angka Bau dalam Air;
SNI 03-2414-1991 tentang Metode Pengukuran Debit Sungai dan

Saluran Terbuka;
SNI 06-2412-1991 tentang Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas

Air;
SNI 19-1141-1989 tentang Cara Uji Suhu;
SK SNI M-03-1989-F tentang Metode Pengujian Kualitas Fisika Air;
RSNI T-01-2003 tentang Tata Cara Perencanaan Plambing.

Ruang Lingkup Pekerjaan


Secara garis besar ruang lingkup kegiatan Konsultan Advisory
Perencanaan ini adalah membantu Kasatker PKPAM Provinsi Sulawesi Selatan
dalam:
Melakukan pendampingan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
penyusunan RI-SPAM
Melakukan review terhadap dokumen Rencana Teknis yang dibuat oleh
kabupaten/kota yang diusulkan untuk mendapat pembiayaan pembangunan
SPAM melalui APBN TA 2014
Menginventarisasi dan menelaah kelengkapan readiness criteria setiap
usulan kegiatan pembangunan SPAM TA 2014.

Secara rinci, ruang lingkup Konsultan Advisory Perencanaan sebagai berikut:

Pendampingan Penyusunan RI-SPAM

Melakukan pemutakhiran data kabupaten/kota yang sudah mempunyai


dokumen RI-SPAM
Melakukan pendampingan kepada kabupaten/kota yang menyusun RISPAM pada TA 2012 sehingga dokumen RI-SPAM yang dihasilkan sesuai
dengan muatan yang disebutkan pada Permen PU Nomor 18/PRT/M/2007.
Kegiatan pendampingan meliputi sosialisasi petunjuk teknis dan contoh
RI-SPAM, pendampingan proses penyusunan, dan rekomendasi tindak
lanjut terhadap kendala yang dihadapi selama proses penyusunan RISPAM.
Melakukan

koordinasi

dengan

Konsultan

Advisory

Manajemen

Penyusunan RI-SPAM di Pusat, meliputi koordinasi penyamaan standar


substansi dan sistematika penyusunan serta koordinasi untuk proses

konsolidasi hasil pekerjaan pendampingan.


Review Dokumen Rencana Teknis
Melakukan review terhadap kesesuaian DED dengan syarat ketentuan
penyusunan rencana teknis pengembangan SPAM dengan yang diatur
dalam Permen PU No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Syarat dan ketentuan
penyusunan DED tersebut minimal harus memuat:
1. Rancangan detail kegiatan
2. Perhitungan dan gambar teknis
3. Spesifikasi teknis
4. Rencana anggaran biaya
5. Analisis harga satuan
6. Tahapan dan jadwal pelaksanaan
7. Dokumen pelaksanaan kegiatan (dokumen lelang, jadwal pelelangan,
dan pemaketan)
Melakukan review terhadap pemenuhan spesifikasi dan kriteria teknis
perencanaan yang diatur dalam NSPK bidang air minum.
Melakukan review terhadap kesesuaian rencana detail, perhitungan, dan
gambar teknis dengan situasi dan kondisi lokasi pengembangan SPAM.
Memberikan advis teknis pengembangan SPAM dan perencanaan teknis

kepada tim penyusun di kabupaten/kota terkait.


Inventarisasi dan Penelaahan Kelengkapan Readiness Criteria

Melakukan inventarisasi terhadap kesiapan usulan pengembangan SPAM


yang akan dibiayai APBN TA 2013. Kesiapan usulan tersebut meliputi:

Kesiapan rencana induk pengembangan SPAM


Kesiapan program dalam RPIJM
Kesiapan studi kelayakan atau justifikasi teknis dan biaya
Kesiapan lahan
Kesiapan sumber air baku
Kesiapan rencana teknis/DED pengembangan SPAM
Kesiapan lembaga pengelola

Keluaran (Output)
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:

Laporan hasil pendampingan penyusunan RI-SPAM Kabupaten/Kota, meliputi


jumlah dan nama kabupaten/kota yang didampingi, hasil evaluasi terhadap

dokumen RI-SPAM yang disusun, copy dokumen RI-SPAM yang disusun


Dokumen Rencana Teknis yang telah direview
Hasil inventarisasi dan penelaahan kelengkapan readiness criteria usulan
pembangunan SPAM TA 2013

Klasifikasi Kabupaten

Klasifikasi Perkotaan
Kota Metro:

Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang

terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan
perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki
keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana
wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan
sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. (UU Nomor 26 Tahun
2007)
Kawasan Perdesaan : Adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan

sebagai

tempat

permukiman

perdesaan,

pelayanan

jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.


Kawasan Perkotaan : Adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
buka pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial, dan kegiatan ekonomi.


Tabel 1 Klasifikasi Kota berdasarkan Jumlah Penduduk
No.
1
2
3

No
I
II
III
IV

V
VI

VII

Klasifikasi
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil

Jumlah Penduduk
(Jiwa)
500 rb 1 Juta
100 rb 500 rb
Kurang dari 100 rb

Tabel 2 Matriks Kriteria Utama Penyusunan Rencana Induk


Pengembangan SPAM untuk Berbagai Klasifikasi Kota
Jenis Kota
Kriteria
Teknis
Metro
Besar
Sedang
Kecil
Jenis
Rencana
Rencana
Rencana
Perencanaan
Induk
Induk
Induk
Horison
20 tahun
15-20 tahun 15-20 tahun
15-20 tahun
Perencanaan
Sumber Air Investigasi
Investigasi
Identifikasi
Identifikasi
Baku
Pelaksana
Penyedia
Penyedia
Penyedia
Penyedia
jasa/
jasa/
jasa/
jasa/
penyelengga penyelengga penyelengga penyelenggar
ra/
ra/
ra/
a/
pemerintah
pemerintah
pemerintah
pemerintah
daerah
daerah
daerah
daerah
Peninjauan
Per 5 tahun
Per 5 tahun
Per 5 tahun
Per 5 tahun
Ulang
Penanggungja Penyelengga Penyelengga Penyelengga Penyelengga
wab
ra/
ra/
ra/
ra/
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Daerah
Daerah
Daerah
Daerah
Sumber
- Hibah LN - Hibah LN - Hibah LN - Hibah LN
Pendanaan
- Pinjaman - Pinjaman - Pinjaman - Pinjaman
LN
LN
LN
LN
- Pinjaman - Pinjaman - Pinjaman - Pinjaman
DN
DN
DN
DN
- APBD
- APBD
- APBD
- APBD
- PDAM
- PDAM
- PDAM
- PDAM
- Swasta
- Swasta
- Swasta
- Swasta

Klasifikasi RI-SPAM
Adapun jenis Rencana induk pengembangan SPAM dapat berupa:

Rencana induk pengembangan SPAM di Dalam Satu Wilayah Administrasi


Kabupaten atau Kota Rencana induk pengembangan SPAM di dalam satu

wilayah administrasi kabupaten atau kota ini mencakup wilayah pelayanan air
minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang

terdapat di dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota.


Rencana induk pengembangan SPAM Lintas Kabupaten dan/atau Kota
Rencana induk pengembangan SPAM lintas kabupaten dan/atau kota
mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan
bukan jaringan perpipaan yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah

administrasi kabupaten dan/atau kota dalam satu provinsi.


Rencana induk pengembangan SPAM lintas provinsi mencakup wilayah
pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
yang terdapat di dalam lebih dari satu wilayah administrasi kabupaten
dan/atau kota serta di dalam lebih dari satu provinsi.

Standar Kebutuhan Air


Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah
diproyeksikan untuk 5 10 tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap
pemakai setelah ditambah 20% sebagai faktor kehilangan air (kebocoran).
Kebutuhan total ini dipakai untuk mengetahui apakah sumber air yang dipilih
dapat digunakan. Kebutuhan air ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Hitung Kebutuhan air dengan persamaan sebagai berikut :
Q=Pxq
Qmd = Q x fmd
Dengan pengertian sebagai berikut :
Qmd = Kebutuhan air (liter/hari)
q
= Konsumsi air per orang per hari (liter/orang/hari)
p = Jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun perencanaan (jiwa)
f
= faktor maksimum (1,05 1,15)
b. Hitung kebutuhan air total dengan persamaan :
Qt = Qmd x 100/80
Dengan pengertian :
Qt = Kebutuhan air total dengan faktor kehilangan air 20% (liter/hari)
c. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencukupi kebutuhan ini. Jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air
baku lain.
Alokasi dan Prosentase Pelayanan
No

Uraian

Prosentase Pelayanan

Tingkat Pelayanan

Hidran
Umum

Sambungan
Rumah

Tergantung dari hasil studi dan


kebijakan daerah yaitu berkisar
antara 60-80% pelayanan

Pemadam
kebakaran

Kebutuhan
pemadam
kebakaran diambil 20% dari
kapasitas reservoir atau 5% dari
kebutuhan domestik.

Tergantung dari hasil studi dan


kebijakan daerah yaitu berkisar
antara 20-40%
daerah
pelayanan

Tergantung dari hasil


studi dan kebijakan
daerah yaitu berkisar
antara 50-100 jiwa/HU
Tingkat pemakaian air
berdasarkan kategori
kota yaitu :
Metropolitan 190
l/org/hari Kota Besar
170 l/org/hari Kota
Sedang 150 l/org/hari
Kota Kecil 130
l/org/hari Kecamatan
100 l/org/hari
Dengan perkiraan 1 SR
melayani 4-6 jiwa.

Domestik
Tingkat pemakaian air bersih air bersih secara umum ditentukan berdasarkan
kebutuhan manusia untuk kehidupan sehari-hari. Menurut Bank Dunia,
kebutuhan manusia akan air dimulai dengan kebutuhan untuk minum samapai
pada kebutuhan untuk sanitasi. Kebutuhan air minum untuk setiap tingkatan
kebutuhan diilustrasikan pada gambar dibawah ini. Kriteria desain
perencanaan prasarana air minum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
minimum untuk minum dan masak serta untuk mandi jika kapasitas sumber
air baku mencukupi, yaitu sebesar 20 -30 liter/orang/hari.

Piramida Kebutuhan Air Bersih


Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
Kategori Kota

Jumlah Penduduk

Sistem

Kota Metropolitan

Non Standar

Kota Besar

Non Standar

170

3
4
5

> 1.000.000
500.000
1.000.000
100.000 500.000
20.000 100.000
< 20.000

Tingkat Pemakaian Air


(L/hari)
190

Kota Sedang
Kota Kecil
Kota Kecamatan
Kota Pusat
< 3.000
Pertumbuhan
Sumber: SK-SNI Air Minum

Non Standar
Standar BNA
Standar IKK

150
130
100

Standar DPP

30

No

Non Domestik
Kebutuhan air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non
domestik. Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota yang terdiri
dari kegiatan komersial berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan
sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat-tempat ibadah.
Untuk memprediksi perkembangan kebutuhan air dasar non domestik perlu
diketahui rencana pengembangan kota dan aktivitasnya. Bila tidak diketahui,
maka prediksi dapat didasarkan pada satuan ekivalen penduduk dimana
konsumen non domestik dapat dihitung mengikuti perkembangan kebutuhan
air dasar konsumen domestik. Tingkat pemakaian air non domestik disajikan
pada Tabel 4.3.

Tingkat Pemakaian Air Non Domestik


No Non Rumah Tangga (fasilitas)
1 Sekolah
2 Rumah Sakit
3 Puskesmas

(0,5 - 2) m3/unit/hari

Peribadatan

Kantor

(1 - 2) m3/unit/hari

Toko

(1 - 2) m3/unit/hari

Rumah Makan

1 m3/unit/hari

Hotel/Losmen

(100 - 150) m3/unit/hari

Pasar

(6 - 12) m3/unit/hari

10

Industri

(0,5 - 2) m3/unit/hari

11

Pelabuhan/Terminal

(10 - 20) m3/unit/hari

12

SPBU

(5 - 20) m3/unit/hari

13 Pertamanan
Sumber: SK-SNI Air Minum

Tingkat Pemakaian Air


10 liter/hari
200 liter/hari
(0,5 - 1) m3/unit/hari

25 m3/unit/hari

Kapasitas Sistem
Sumber
Sumber dapat terdiri dari sistem pengambilan/pengumpulan (collection
works) serta dapat dilengkapi sistem pengolahan (purification/treatment
works).
Sumber air dapat meliputi :
Air Hujan (rain water) dengan : atap & cistern (individual) atau
daerah tangkapan air & reservoir (komunal)
Air Permukaan (surface water) seperti : sungai, waduk (artificial
reservoir)
Air Tanah (ground water) seperti : mata air (spring), sumuran (well)
atau pipa pengambilan (infiltration gallery)
Air Laut (sea/salt water)
Pertimbangan dalam menentukan sumber air baku didasarkan pada
beberapa aspek yaitu :
1. Kualitas , kuantitas dan kontinuitas sumber air
2. Iklim
3. Kemudahan dalam konstruksi intake

4. Kemudahan dalam memperbesar kapasitas intake di masa yang akan


datang
5. Kemudahan pengoperasian
6. Biaya dalam pengolahan air dan perawatan instalasi pengolahan
7. Potensi pencemaran terhadap sumber air.
Masalah engineering lainnya adalah aspek kualitas dan kuantitas dari
sumber-sumber tersebut, yang menentukan besarnya pengambilan yang
dapat dilakukan serta teknologi pengolahan yang diperlukan.:
1. Segi Kualitas
Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat kualitas
yang menjamin bahwa air tersebut akan aman dikonsumsi oleh
masyarat tanpa khawatir akan terkena penyakit bawaan air.
2. Segi Kuantitas
Air yang akan dipergunakan harus tersedia dalam jumlah yang
cukup sehingga dapat dipergunakan selama dibutuhkan.
Kualitas air baku air minum mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Isi dari peraturan dilampirkan.
a. Intake
Intake merupakan bangunan/alat yang berfungsi untuk :
1. Mengumpulkan air baku dari sumber untuk menjaga kuantitas
debit air yang dibutuhkan oleh instalasi.
2. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.
3. Mengambil air baku yang sesuai dengan debit yang diperlukan
oleh instalasi pengolahan yang direncanakan untuk menjaga
kontinuitas penyediaan atau pengambilan air dari sumber.
Dalam menentukan lokasi intake dengan sumber air sungai maka
perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
Kualitas air dan kemungkinan perubahan yang terjadi
Kuantitas air
Minimasi efek-efek negatif
Memiliki akses yang baik untuk perawatan dan perbaikan
Memliki tempat bagi kendaraan
Memungkinkan pertambahan fasilitas di masa mendatang
Efek terhadap kehidupan akuatik yang ada
Kondisi geologis yang baik

Macam-macam intake :
1) Direct Intake
Intake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki
kedalaman yang besar seperti sungai dan danau, dan apabila
tanggul tahan terhadap erosi dan sedimentasi.
2) Canal Intake
Ketika air diambil dari kanal, ruangan yang terbuat dari batu
dengan lubang dibangun di pinggiran kanal. Lubang tersebut
dilengkapi dengan saringan kasar. Dari ruangan batu, air diambil
menggunakan pipa yang memiliki bell mouth, yang dilapisi
dengan tutup hemispherical yang berlubang-lubang. Luas daerah
lubang yang terdapat pada penutup adalah satupertiga dari area
hemisphere. Karena pembangunan intake di kanal, lebar kanal
menjadi berkurang dan mengakibatkan meningkatnya kecepatan
aliran. Hal ini dapat menyebabkan penggerusan tanah, oleh
karena itu di bagian hulu dan hilir intake harus dilapisi.
3) Reservoir Intake
4) Intake Bendungan
Digunakan untuk menaikkan ketinggian muka air sungai
sehingga tinggi muka air yang direncanakan memungkinkan
konstannya debit pengambilan air. Intake bendungan dapat
digunakan untuk pengambilan air dalam jumlah besar dan dapat
mengatasi fluktuasi muka air.
b. Instalasi Pengolahan Air Minum
Fungsi utama dari instalasi pengolahan air minum adalah untuk
menyediakan air yang aman dan cocok untuk diminum dengan
menjamin kontinuitasnya. Air yang aman adalah air yang bebas dari
kontaminan yang dapat menyebabkan penyakit atau mengandung
racun yang berbahaya bagi pengguna air, sedangkan air yang cocok
untuk dikonsumsi adalah air yang tidak mengandung parameterparameter yang tidak diinginkan seperti warna, kekeruhan, rasa dan
bau.
Instalasi untuk mengolah air baku menjadi air yang dapat dikonsumsi
terdiri dari unit-unit pengolahan yang memiliki fungsi masing-masing.

Pemilihan unit-unit ini didasarkan pada parameter-parameter yang


harus disisihkan sesuai dengan hasil pemeriksaan kualitas air.
Hasil akhir dari pengolahan harus memenuhi baku mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah. Selain dari segi teknis, yang harus
diperhatikan juga dalam penentuan unit pada instalasi pengolahan air
minum adalah segi ekonomis dan ketersediaan sumber daya manusia.
Penentuan lokasi instalasi pengolahan perlu mempertimbangkan halhal sebagai berikut :
Topografi wilayah perencanaan
Kondisi geologi
Kondisi sanitasi lingkungan
Aman dari bencana alam seperti banjir dan gempa
Memiliki akses yang baik
Lokasi yang baik adalah yang dapat memanfaatkan ketinggian sebagai
energi untuk mengalirkan air sehingga dapat meminimalisasi proses
pemompaan.
c. Pemilihan Unit Pengolahan Air Minum
Pemilihan unit-unit pengolahan yang akan digunakan dalam instalasi
pengolahan air minum tergantung kepada kualitas air baku yang akan
diolah, dengan mempertimbangkan segi teknis dan segi ekonomis.
1. Kualitas Air
Unit-unit pengolahan dipilih berdasarkan parameter-parameter
kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu dan harus
diturunkan. Pemilihan ini didasarkan pada mode-lmodel prediksi

pemilihan unit pengolahan air.


2. Segi Teknis
Beberapa pertimbangan dari segi teknis adalah :
Efisiensi unit-unit pengolahan terhadap parameter yang akan
diturunkan

Fleksibilitas sistem pengolahan terhadap kualitas air yang

berfluktuasi

Kemudahan operasional dan pemeliharaan dalam jangka waktu


yang panjang

Kemudahan konstruksi.
3. Segi Ekonomis
Beberapa pertimbangan dari segi ekonomis adalah :
Biaya investasi awal, operasional, dan pemeliharaan

Luas lahan yang dibutuhkan


Optimalisasi jumlah unit pengolahan untuk menurunkan
parameter kualitas air yang hendak diturunkan.
Reservoir
Sistem distribusi air minum terdiri dari jaringan perpipaan dan reservoir
distribusi. Reservoir secara umum berarti tempat cadangan air. Dalam
sistem distribusi, reservoir memiliki tiga fungsi pokok :
1. Sebagai penyeimbang aliran
2. Sebagai penyeimbang tekanan
3. Sebagai distributor
Jenis-jenis reservoir berdasarkan perletakannya :
1. Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir)
Ground reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan
permukaan tanah. Reservoir ini digunakan bila head yang dimiliki
mencukupi untuk distribusi air minum. Jika kapasitas air yang
didistribusikan tinggi, maka diperlukan ground reservoir lebih dari
satu.
2. Menara Reservoir (Elevated Reservoir)
Reservoir ini digunakan bila head

yang

tersedia

dengan

menggunakan ground reservoir tidak mencukupi kebutuhan untuk


distribusi. Dengan menggunakan elevated reservoir maka air dapat
didistribusikan secara gravitasi. Tinggi menara tergantung kepada
head yang dibutuhkan.
3. Stand Pipe
Reservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai
sebagai alternatif terakhir bila ground reservoir tidak dapat
diterapkan karena daerah pelayanan datar.
Perlengkapan reservoir yang dibutuhkan adalah inlet, outlet, overflow,
penguras (drain), alat ukur debit, fasilitas desinfeksi dan ruang operasi,
dengan fungsi masing-masing seperti pada bangunan penangkap mata air.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang reservoir adalah :
1. Volume reservoir
Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan
memperhatikan fluktuasi pemakaian dalam satu hari di satu kota yang
akan dilayani.
2. Tinggi elevasi energi

Elevasi energi reservoir harus bisa melayani seluruh jaringan


distribusi. Elevasi energi akan menentukan sistem pengaliran dari
reservoir menuju jaringan distribusi. Bila elevasi energi pada reservoir
lebih tinggi dari sistem distribusi maka pengaliran dapat dilakukan
secara gravitasi. Untuk kondisi sebaliknya, bila elevasi energi
reservoir lebih rendah dari jaringan distribusi maka pengaliran dapat
dilakukan dengan menggunakan pompa.
3. Letak reservoir
Reservoir diusahakan terletak di dekat dengan daerah distribusi. Bila
topografi daerah distribusi rata maka reservoir dapat diletakkan di
tengah-tengah daerah distribusi. Bila topografi naik turun maka
reservoir diusahakan diletakkan pada daerah tinggi sehingga dapat
mengurangi pemakaian pompa dan menghemat biaya.
4. Pemakaian pompa
Jumlah pompa dan waktu pemakaian pompa harus bisa mencukupi
kebutuhan pengaliran air.
Jenis sumber air baku yang digunakan akan menentukan komponen yang
diperlukan oleh masing-masing infrastruktur. Ditinjau dari kelengkapan
pembentuk systemnya, komponen-komponen infrakstruktur tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Perlindungan Mata Air (PMA)
Bangunan penangkap mata air (broncaptering)
Perpipaan
Pompa (sentrifugal/submersible), untuk PMA
pemompaan.
HU
Sumber daya listrik.
b. Sumur Air Tanah Dalam/Sedang (SATS/D)
Sumur Dalam
Pompa (sentrifungsi/submersial)
Perpipaan
HU
Sumber Daya Listrik
c. Instalasi Pengolahan Air Sedrehana (IPAS)
Bangunan pengambilan air baku
Unit pengolahan fisik/kimia
Perpipaan

system

Pompa

(sentrifugal/submersial)

untuk

IPAS

system

pemompaan.
HU
Sumber Daya Listrik
d. Penampung Air Hujan (PAH)
Bangunan penangkap
Bak penampung
Unit pembubuh bahan kimia
Hidran Umum (HU)
e. Solusi teknis Lain
Komponen solusi teknis disesuaikan dengan teknologi yang
digunakan, diantaranya :
Sumur Gali (SG)
Sumur Pompa Tangan (SPT)
Paket Instalasi Pengelolaan Air (IPA)
Bangunan pengambilan air baku
Unit pengolah fisik / kimia
Perpipaan
Pompa (sentrifungs/ submersible) untuk Ipa system
pemompaan.
HU
Sumber daya listrik
Pompa Hidran
Pompa Hidran
Perpompaan
HU
Destilator Surya Atap Kaca (DSAK)
Destilator
Wadah Penampungan
Air yang sudah diolah selanjutnya ditampung dalam Reservoir air bersih
(Treated Water Reservoir) untuk selanjutnya disitribusikan ke konsumen.
Reservoir ini diperlukan selain untuk menampung air pada saat
pemakaian minimum dan membantu suplai air pada saat pemakaian
puncak, juga pada Reservoir ini dilakukan desinfeksi.
Kapasitas Reservoir dihitung berdasarkan debit kebutuhan harian
maksimum dan fluktuasi pemakaian harian.
Reservoir distribusi akan dihitung volumenya berdasarkan pemakaian
air maksimum
sebesar 17,5%.

harian dengan asumsi besarnya fluktuasi pemakaian

Kriteria Perencanaan :
QDisain = Qmaxday
Fluktuasi Pemakaian air per hari = 15 20%
Disediakan zone lumpur dan pipa penguras.
Dilengkapi ventilasi udara
Disediakan tangga/fasilitas maintenance
Dilengkapi sekat untuk memberikan waktu kontak desinfektan
Dilengkapi pipa overflow
Detention Time, td = 24 jam/hari
Metoda Perhitungan :
V
= 20% x Qmd x td
Dengan :
V
= Volume air yang dipakai m3
Qmd = Debit kebutuhan maksimum harian, m3/detik
Td
= waktu detensi, 86400 detik
Reservoir distribusi air bersih umumnya dibangun dengan material beton
bertulang sehingga biayanya

relatif

mahal, sekarang sudah banyak

terdapat dipasaran reservoir dengan bahan struktur baja dan lainnya


dengan keunggulan-keunggulannya dan sudah diproduksi didalam negeri,
oleh karena itu volume Reservoir harus memperhitungkan volume efektif
dan bentuk Reservoir harus bentuk ekonomis.
Distribusi
Sistem distribusi (distribution works) terdiri dari suatu reservoir (strorage
tank) dan jaringan perpipaan (piping system). Perencanaan jaringan
perpipaaan distribusi merupakan suatu hal yang sangat penting karena
menyangkut kebutuhan orang banyak akan air bersih.
Perencanaan ini merupakan bagian dari tujuan umum pelayanan air bersih
kepada masyarakat dalam mencapai target kuantitas yang mencukupi,
kualitas yang baik, dan tersedia setiap saat. Kapasitas aliran air yang
melalui perpipaan distribusi menggunakan debit pada saat jam puncak
untuk setiap daerah pelayanan. Perencanaan sistem jaringan perpipaan
distribusi terdiri atas:
1) Perencanaan klasifikasi jaringan perpipaan distribusi
2) Perencanaan jalur perpipaan
3) Pola jaringan perpipaan
4) Sistem Pengaliran
5) Perencanaan jenis dan perlengkapan pipa
6) Penyadapan (tapping)

7)
8)
9)
a.

Perencanaan hidrolis jaringan perpipaan.


Perencanaan sistem pemadam kebakaran.
Perencanaan Reservoir distribusi.
Jaringan Perpipaan Distribusi
Secara umum, klasifikasi jaringan perpipaan distribusi terbagi menjadi
2 bagian, yaitu:
1. Sistem Makro
Sistem makro berfungsi sebagai penghantar jaringan pipa.
Jaringan penghantar ini tidak dapat langsung mengalir ke
konsumen, karena dapat mengakibatkan penurunan energi yang
sangat besar. Sistem ini disebut juga sistem jaringan pipa hantar
atau feeder, yang terdiri atas :
Pipa induk (primary feeder)
Pipa cabang (secondary feeder).
Pipa induk merupakan pipa distribusi yang memiliki jangkauan
yang paling jauh dengan diameter yang paling besar. Pipa ini
melayani dan menghubungkan daerah-daerah (blok-blok) dalam
kota dan di setiap blok umumnya memiliki satu atau dua
penyadap (tap) yang kemudian dihubungkan dengan pipa cabang.
Hubungan ini dikenal sebagai tapping.
2. Sistem Mikro
Sistem mikro adalah sistem yang berfungsi sebagai pipa
pelayanan untuk mendistribusikan air ke rumah-rumah dan
bersumber pada pipa sekunder. Sistem mikro dapat membentuk
jaringan pelayanan. Sistem ini merupakan sistem jaringan pipa
pelayanan, yang terdiri atas :
Small distribution mains (pipa pelayanan utama)
Pipa pelayanan ke rumah-rumah (house connection).
Dalam merencanakan jalur perpipaan distribusi untuk melayani
suatu daerah tertentu, sedapat mungkin jalur yang dibuat
mendekati kondisi yang optimum, dimana diharapkan:
Pemakaian energi yang seminimal mungkin di dalam

1.
pengoperasian.
2.
3.

Mudah

dalam

pemasangan,

pemeliharaan,

dan

pengoperasiaannya (secara teknis, semua mudah dikerjakan).


Biaya yang sekecil-kecilnya, dalam hal jumlah pipa dan

diameter pipa (diusahakan jalur terpendek).


Memenuhi syarat-syarat

4.

hidrolik

untuk

mendapat

keuntungan.
Untuk memperoleh kondisi optimum tersebut, maka perlu
diperhatikan beberapa hal, diantaranya:
1. Memperhatikan keadaan profil muka tanah di daerah
perencanaan. Diusahakan untuk menghindari penempatan
jalur pipa yang sulit dan diusahakan juga untuk memilih
lokasi penempatan jalur pipa yang tidak terlalu banyak
membutuhkan perlengkapan.
2. Menghindari belokan tajam (horisontal dan vertikal) dan
syphon pada aliran air di atas garis hidrolik.
3. Diusahakan agar pipa yang direncanakan tidak melintasi
sungai, rel kereta api, dan jalan raya untuk memudahkan di
dalam pengerjaan.
4. Menghindari tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya
kontaminasi selama pengaliran.
5. Jalur pipa sebaiknya ditempatkan pada tanah milik
pemerintah atau dipinggir jalan umum.
6. Menghindari tempat-tempat yang kurang stabil (mungkin
sering longsor) yang dapat menyebabkan perubahan
tekanan dari luar terhadap pipa, agar pipa tidak cepat rusak
atau tidak pecah.
7. Diusahakan pengaliran dilakukan secara gravitasi, untuk
menghindari penggunaan pompa.
b. Pola Jaringan Pipa
Dalam eede system, pola jaringan pipa distribusi air bersih secara

umum dapat dibagi menjadi dua pola utama, yaitu:


1. Sistem cabang
2. Sistem loop / ring
Pemilihan sistem yang digunakan ditentukan oleh :
Letak dan kondisi topografi daerah pelayanan
Pola jaringan jalan
Tingkat dan jenis perkembangan daerah
Luas daerah pelayanan.
Pola cabang berbentuk seperti gambar pohon dengan cabangcabangnya. Sistem ini memiliki pipa induk yang semakin mengecil

kearah hilirnya. Sistem cabang memiliki ciri-ciri arah aliran satu arah,
degradasi ukuran diameter pipa terlihat jelas, dan aliran berakhir pada
titik-titik mati (dead end). Pola sistem cabang ini banyak diterapkan
pada daerah perkotaan yang berkembang pesat dan pada daerah yang
memiliki kondisi topografi berbukit. Pola sistem cabang memiliki

keuntungan dan kelemahan.


Keuntungan sistem cabang:
Relatif lebih murah dan ekonomis
Perhitungan sistem lebih mudah
Tekanan dapat dibuat relatif sama.
Kelemahan sistem cabang:
o Bila ada bagian pipa yang terputus, maka akan ada daerah yang
tidak mendapat aliran, akibat adanya aliran yang satu arah.
o Bila terjadi penggunaan air yang berlebihan pada suatu daerah,
cenderung akan mempengaruhi pelayanan air di daerah lain
(misalnya pada saat terjadi kebakaran).
o Tidak atau kurang fleksibel terhadap penambahan beban.
Pola sistem loop memiliki ciri-ciri arah aliran yang tidak satu arah,
tidak memiliki titik-titik mati, dan ukuran atau dimensi pipa relatif
sama. Sistem ini sangat baik digunakan untuk daerah yang relatif datar
dan luas, juga untuk daerah yang memiliki pola jaringan jalan yang
saling berhubungan satu sama lain dan pola pengembangan kota yang
menyebar ke segala arah.
Keuntungan sistem loop:
o Bila ada pipa yang terputus, maka hanya akan mempengaruhi jalur
air pada pipa saja.
o Bila suatu titik dalam suatu daerah terdapat kebutuhan air yang
besar, maka arah aliran air akan berubah dan mensuplai titik
tersebut.
o Sistem loop dapat mengantisipasi tekanan akibat adanya variasi
konsumsi air di suatu daerah pelayanan maupun adanya
penambahan jumlah sambungan pada jalur pipa yang telah ada.
o Gangguan lebih sedikit.
Kelemahan sistem loop:
o Biaya investasi pembangunan yang harus disediakan lebih besar
(relatif mahal).

o Perhitungan sistem lebih rumit karena membutuhkan perhitungan


khusus, untuk mengontrol tekanan.
Pola gabungan antara sistem cabang dan sistem loop juga dapat
diterapkan pada suatu daerah pelayanan yang sedang berkembang,
yang

memiliki

pola

jalan

yang

tidak

berhubungan,

pola

pengembangan yang tidak teratur, dan sesuai untuk diterapkan pada


daerah yang memiliki elevasi yang sangat bervariasi.
c. Sistem Pengaliran
Sistem pengaliran air bersih hingga ke konsumen dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:
1. Sistem gravitasi
Sistem gravitasi memungkinkan untuk digunakan apabila elevasi
sumber air atau reservoir distribusi lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah pelayanan, sehingga tekanannya cukup untuk mengalirkan air
hingga ke daerah penduduk yang berada paling ujung dari daerah
pelayanan.
2. Sistem Pemompaan
Sistem pemompaan memungkinkan untuk digunakan pada daerah
pelayanan yang terletak pada elevasi yang lebih tinggi dari sumber air
atau reservoir distribusi. Pada sistem ini digunakan pompa untuk
mendorong air ke daerah pelayanan. Keuntungan pengaliran dengan
sistem pemompaan adalah zona pelayanan lebih besar, pengaliran
lebih jauh, dan headnya bisa mencapai 50-60 m.
3. Sistem gravitasi dan Pemompaan
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem pengaliran secara
gravitasi dan pemompaan. Pompa digunakan bukan hanya untuk
mengalirkan air ke daerah pelayanan, tetapi juga untuk mengisi
reservoir distribusi.
Sistem jaringan distribusi dirancang sedemikian
memudahkan

rupa untuk

pengendalian kebocoran, pengukuran tekanan,

pengukuran debit air, serta pengukuran kualitas. Untuk itu jaringan


distribusi harus dibuat sistem zoning yang dilengkapi dengan alat
pengukur debit aliran dan tekanan serta tapping point untuk
pengambilan sampel kualitas air.

Pipa Distrribusi yang akan digunakan adalah jenis pipa PE 100


dengan Nominal Pressure 10 Bar. Pengaliran Air bersih ke konsumen
dilakukan

dengan

menggunakan

sistem

jaringan

perpipaan.

Pengaliran air dalam pipa dapat dilakukan secara gravitasi atau


dengan pompa.
Untuk memastikan apakah pengaliran air dilakukan secara gravitasi
atau pompa perlu terlebih dahulu diketahui perbedaan elevasi antara
unit produksi dengan daerah pelayanan. Oleh karena itu diperlukan
pengukuran topografi sepanjang jalur pipa distribusi.
Jaringan pipa distribusi pelayanan air harus dapat mengalirkan air
bersih dengan debit sesuai kebutuhan jam puncak (kebutuhan peak)
dan tekanan pada setiap tapping pelayanan minimal 10 mka.
Jenis pipa yang digunakan sebagai pipa distribusi harus disesuaikan
dengan kondisi daerah pelayanan dan kondisi sepanjang jalur pipa.
A. Jaringan Primer
I. Kriteria Desain Jaringan
Kriteria yang digunakan untuk perhitungan jaringan distribusi
adalah sebagai berikut:
a. Q Jam puncak = 1.5 2.0 kebutuhan rata-rata harian
b. Koefisien gesekan sesuai dengan jenis pipa = 130
untuk HDPE, 120 untuk pipa PVC dan 110 untuk pipa
baja/DCI
c. V 0.6 - 3 m/detik
II. Sistem Jaringan Distribusi Utama [JDU]
Sistem distribusi primer didefinisikan sebagai diameter pipa
utama berdiameter lebih dari 150 - 300 mm. Ukuran pipa ini
diperhitungkan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum
dan alokasinya pada setiap area yang ada di wilayah
pelayanan.
B. Sistem Jaringan Pipa Sekunder dan Tersier
I. Umum
Diameter jaringan pipa distribusi sekunder adalah ND 150
250 mm. Untuk pipa pemadam kebakaran atau hidran
kebakaran (ND 100 mm) akan disambungkan langsung pada
pipa berdiameter ND 100 mm, Pemasangan katup-katup
pada jaringan pipa distribusi disesuaikan kondisi setempat.

II. Kriteria
Panjang pipa sekunder dan tersier dihitung berdasarkan fungsi
beberapa sambungan yang harus dipasang. Dalam Studi
Kelayakan ini, tiap daerah yang akan dilayani memiliki
kepadatan penduduk yang berbeda-beda. Panjang rata-rata
pipa sekuder, tersier dan pipa layanan berkisar antara 10
sampai dengan 15 meter per pelanggan. Asumsi-asumsi
berikut ini telah disusun sebagai berikut :
Asumsi Panjang Pipa Sekunder dan Tersier
Kepadatan
penduduk
<30 ha
30-50 ha
50-75 ha
75-100 ha
100-150 ha
>150 ha
Rata-rata

Service

Tertiary

11
10
9
8
7
6
8.5

2.5
2.5
2.0
2.0
1.5
1.5
2.0

Secondar
y
2.0
2.0
1.5
1.5
1.0
1.0
1.5

Total
15.5
14.5
12.5
11.5
9.5
8.5
12

C. Sambungan Langganan
Pelayanan air bersih ke konsumen dapat dilakukan secara
individu atau kelompok. Secara individu artinya settiap rumah
mendapat pelayanan air langsung dengan sambungan rumah
yang dilengkapi dengan meter air. Jenis pelayanan seperti ini
diterapkan untuk kota dengan tingkat kepadatan bangunan relatif
tinggi, sedangkan untuk daerah pelayanan dengan tingkat
kepadatan bangunan relatif rendah dimana daerah kosong
(Blank Areas) banyak maka pelayanan yang dipakai berupa
pelayanan secara kelompok yaitu dengan Hidran Umum (HU)
atau Kran Umum (KU).
Penempatan HU atau KU didasarkan hasil survey lapangan
dan survey sosek, sehingga penempatan HU/KU optimal sesuai
kebutuhan dan dapat menjangkau konsumen.

Transmisi
Sistem transmisi (transmission works) merupakan bagian dari sistem
penyediaan air minum yang menyalurkan air dari sumber kepada sistem
distribusi. Lokasi sumber akan menentukan panjang dan sistem pengaliran
dari sistem transmisi.
Saluran transmisi terbagi atas beberapa jenis saluran yaitu :
a. Saluran terbuka
Saluran terbuka merupakan saluran yang bekerja di bawah pengaruh
gravitasi dan memiliki penampang saluran yang berhubungan langsung
dengan udara bebas. Contoh : sungai.
b. Saluran tertutup
Saluran tertutup merupakan saluran yang bekerja akibat tekanan tertentu
(gravitasi atau pompa) dan memiliki penampang saluran yang tidak
berhubungan langsung dengan udara di atmosfer. Contoh : saluran
perpipaan.
Sistem pengaliran dari sistem tranmisi terbagi atas beberapa jenis yaitu :
a. Sistem Gravitasi
Sistem gravitasi digunakan apabila sumber air memiliki elevasi yang lebih
tinggi dibandingkan distribusi dan seluruh pipa transmisi berada di bawah
garis HGL dan piezometris.
b. Sistem Pemompaan
Sistem pemompaan digunakan apabila sumber air memiliki elevasi yang
lebih rendah dibandingkan sistem distribusi atau ada sebagian pipa yang
berada di bawah garis HGL dan piezometris. Sistem ini memerlukan biaya
yang lebih mahal dibandingkan sistem gravitasi.
Dalam perencanaan sistem transmisi terdapat beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan diantaranya yaitu:
Pipa transmisi harus diletakkan pada lokasi yang menguntungkan

dari segi konstruksi, hambatan dan tekanan


Pipa transmisi harus diletakkan pada lokasi yang mudah dikontrol,

misal di tanah negara dan mengikuti jalan raya


Pipa transmisi diletakkan pada permukaan yang paling sedikit
memerlukan perlengkapan saluran agar biaya yang diperlukan
tidak tinggi

Fluktuasi Pemakaian Air Bersih


Dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air bersih, dikenal istilah
fluktuasi pemakaian air. Data tentang fluktuasi pemakaian air bersih ini
merupakan data yang sangat penting. Hal ini dikarenakan kapasitas sistem
harus mencukupi untuk mengatasi kebutuhan air saat hari maksimum
maupun pada jam puncak. Data fluktuasi pemakaian air bersih juga dapat
digunakan untuk menghitung kapasitas dari bak penampung atau reservoir.
Fluktuasi pemakaian ini dapat dibedakan menjadi dua (2) jenis yaitu
fluktuasi pemakaian pada waktu hari maksimum dan pada saat jam
puncak. Fluktuasi pemakaian air bersih di tiap daerah dapat berbeda-beda
dipengaruhi hal berikut :
Kebiasaan konsumen dalam penggunaan air
Tingkat sosial ekonomi di daerah pelayanan
Untuk menghitung kebutuhan air bersih, diperlukan pula angka faktor
pengali tertentu yaitu faktor maksimum harian (fm) dan faktor jam puncak
(fp) sehingga akan diperoleh kebutuhan air maksimum dan kebutuhan air
puncak.
Fluktuasi hari maksimum adalah fluktuasi yang dapat terjadi dari hari ke
hari yang bervariasi namun terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih
besar dibanding hari lainnya dalam satu tahun tadi. Kebutuhan air
maksimum harian dihitung dari kebutuhan rata-rata dikalikan dengan
faktor maksimum harian. Faktor ini merupakan perbandingan antara
pemakaian pada hari terbesar dengan pemakaian air rata-rata selama satu
tahun.
Besarnya kebutuhan air pada hari maksimum dapat dipengaruhi oleh:
Tingkat ekonomi dan kondisi sosial budaya.
Tingkat ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap pola penggunaan air.
Semakin tinggi tingkat ekonomi masyarakat maka pemakaian air juga akan
bertambah besar dan semakin beragam tingkat sosial budaya masyarakat
begitu pula dengan pemakaian airnya yang menjadi semakin besar.
Iklim.
Iklim akan berpengaruh terhadap fluktuasi pemakaian air. Seperti pada
umumnya daerah di Indonesia, Kecamatan Malili juga dipengaruhi oleh
dua musim dan perbedaan temperatur yang tidak terlalu besar. Namun

demikian tetap terdapat perbedaan pola penggunaan air diantara kedua


musim tersebut dimana pada musim kemarau terjadi kecenderungan
pemakaian air yang lebih besar daripada musim hujan.
Jam puncak merupakan jam dimana terjadi pemakaian air terbanyak dalam
24 jam. Faktor jam puncak (fp) mempunyai nilai yang berbanding terbalik
dengan jumlah penduduk. Semakin tinggi jumlah penduduk maka
besarnya faktor jam puncak akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena
dengan bertambahnya jumlah penduduk maka aktivitas penduduk tersebut
pun akan semakin beragam sehingga fluktuasi pemakaian akan semakin
kecil pula. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kebutuhan jam
puncak adalah perkembangan dari kota yang bersangkutan.
Kebutuhan Rata-rata (Qrh)
Kebutuhan rata-rata adalah banyaknya air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan domestik, non domestik dan ditambah dengan
kehilangan air, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Qrh Qdom Qnondom Qkebocoran


.............(5)
Dimana:

Qrh
=
Qdom
=
Qnondom
Qkebocoran
=

Kebutuhan air rata-rata harian


Kebutuhan air domestik
=
Kebutuhan air non domestik
=
Kehilangan air karena kebocoran
20 - 30% x ( Qdom + Qnondom )

Kebutuhan Maksimum (Qmax)


Kebutuhan maksimum adalah banyaknya air yang diperlukan terbesar
pada sustu hari dalam satu tahun dan berdasarkan pada Qrh. Untuk
menghitung Qhm diperlukan faktor fluktuasi kebutuhan air maksimum,
yang dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut:
Qhm f hm xQrh

.................................(6)
Dimana:

Qhm
fhm

=
=

Kebutuhan air hari maksimum


Faktor harian maksimum (110 % - 120 %)

Kebutuhan Puncak (Qpeak)


Adalah banyaknya kebutuhan air terbesar pada saat jam tertentu dalam
satu hari. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Q jm f jm xQrh

.....(7)
Dimana:

Qjm
fjm

=
=

Kebutuhan air jam maksimum


Faktor jam maksimum

Perhitungan Kebutuhan Air


Kebutuhan air toatal di hitung berdasarkan jumlah pemakaian air yang telah
diproyeksikan untuk 5-10 tahun mendatangdan kebutuhan rata-rata setiap
pemakai setelah ditambahkan 20% sebagai faktor kehilangan air (kebocoran).
Kebutuhan total ini dipakai untuk mengetahui apakah sumber air yang dipilih
dapat digunakan. Kebutuhan air ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut:
-

Hitung kebutuhan air dengan persamaan berikut :


Q=Pxq
Qmd = Q x f md
Dengan pengertian :
Qmd

kebutuhan air (liter/hari)

konsumsi

air

perorang

perhari

(liter/orang/hari)
P

jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun


perencanaan (jiwa)

f
-

faktor maksimum (1.05-1.15)

Hitung kebutuhan air total dengan persamaan :


Q1

Qmd x 100/80

Dengan pengertian :

Q1

kebutuhan air total dengan faktor kehilangan air

20% (liter/hari)
-

Bandingan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencakupi kebutuhan ini. Jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku
lain.

Klasifikasi Penggunaan Air Minum


Proyeksi kebutuhan air bersih untuk suatu wilayah diperhitungkan dengan
memperhatikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan bertambahnya
jumlah kebutuhan air bersih. Faktor tersebut adalah:
1. Pertambahan jumlah penduduk
2. Tingkat kehidupan dan aktivitas penduduk
3. Keadaan iklim daerah setempat
4. Rencana daerah pelayanan pada tiap tahapan perencanaan dan
kemungkinan perluasannya
5. Keadaan sosial ekonomi daerah setempat
Berdasarkan keadaan daerah setempat, sosial ekonomi, dan tahapan periode
pelayanan yang direncanakan, maka kebutuhan air bersih diklasifikasikan
manjadi:
1. Kebutuhan air domestik (rumah tangga), yaitu dari sambungan langsung
dan keran umum
2. Kebutuhan air non domestik
3. Perkiraan kemungkinan kehilangan air

Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan air bersih domestik merupakan kebutuhan air untuk keperluan
rumah tangga baik berupa sambungan langsung maupun keran umum. Dalam
menghitung jumlah kebutuhan air bersih domestik, maka terdapat beberapa
faktor yang perlu diperhatikan. Diantaranya adalah:
1. Jumlah penduduk
2. Prosentase jumlah penduduk yang akan dilayani
3. Cara pelayanan air
4. Konsumsi pemakaian air

Kebutuhan Air Non Domestik


Kebutuhan air bersih non domestik adalah kebutuhan air untuk melayani
fasilitas-fasilitas kota. Fasilitas kota yang direncanakan akan mendapat
pelayanan air bersih di Kecamatan Malili, Wotu dan Burau diantaranya adalah
:

Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum terdiri atas kantor kelurahan,


pos hansip, kantor pos pembantu, pos pemadam kebakaran, parkir umum,
MCK, dan gedung serbaguna

Fasilitas kesehatan terdiri atas rumah sakit, puskesmas, pustu, dan


polindes

Fasilitas perdagangan pasar umum, rumah makan, dan warung/toko

Fasilitas peribadatan

Fasilitas olah raga dan ruang terbuka hijau

Kehilangan Air
Kehilangan air adalah selisih antara banyaknya air yang disediakan (water
supply)

dengan

air

yang

dikonsumsi

(water

consumtion).

Dalam

kenyataannya, kehilangan air dalam suatu perencanaaan sistem distribusi


selalu ada. Kehilangan air tersebut dapat bersifat teknis maupun non teknis.
Yang bersifat teknis misalnya kebocoran pipa itu sendiri. Sedangkan yang
bersifat non teknis misalnya pencurian air dari pipa distribusi.
Dalam merencanakan sistem distribusi air minum harus juga diperhitungkan
kebutuhan air untuk kebocoran dengan maksud agar titik-titik pelayanan tetap
dapat terpenuhi kebutuhan airnya. Pengertian mengenai kehilangan air ada
tiga macam, yaitu:
Kehilangan air rencana
Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran
operasi dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidak sempurnaan komponen
fasilitas dan hal lain yang direncanakan beban biaya.
Kehilangan air insidentil

Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang


tidak dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.
Kehilangan air administratif
Kehilangan air administratif menyangkut aspek penggunaan fasilitas
penyediaan air bersih dan pengelolaannya. Hal ini tidak diharapkan, dan
harus diusahakan untuk ditekan dengan cara penggunaan dan pengelolaan
fasilitas air bersih secara baik dan benar. Kehilangan air percuma ini
terbagi dua, yaitu leakage dan wastage. Leakage adalah kehilangan air
pada komponen fasilitas yang tidak dikendalikan dengan baik oleh
pengelola, sedangkan wastage adalah kehilangan air pada saat pemakaian
fasilitas oleh konsumen. Kehilangan air secara administratif dapat
disebabkan oleh:

Kesalahan pencatatan meteran

Kehilangan air akibat sambungan liar

Kehilangan akibat kebocoran dan pencurian ilegal

Teknik Pengumpulan Data


Cara yang ditempuh untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya yang
sesuai dengan obyek studi:
Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Methode penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan cara mencari data yang
dibutuhkan bertalian dengan hal yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan tidak
lain supaya tim mempunyai landasan teori atau persepsi tentang hal yang akan
diamati.
Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan dengan mempergunakan beberapa teknik
pendekatan antara lain :
a. Diskusi dengan Dinas/instansi terkait: Diskusi dengan instansi
terkait dilakukan dengan teknik semi struktur interview. Kunjungan
ke instansi dilakukan untuk mengkompilasi data-data pendukung
dalam bentuk laporan bagi penyusunan dokumen pendampingan,
rekomendasi, dan evaluasi

b. Pengumpulan data: Data yang dikumpulkan dalam rangka


Pendampingan Penyusunan Peraturan Daerah dan Recana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten/Kota di Sulawesi
Selatan adalah jenis data sekunder dan primer. Jenis data primer
pengumpulannya dilakukan dengan metode survei yang meliputi
ground-check data dan interview.
c. Teknik Observasi-Partisipasi, yaitu: teknik dimana yang digunakan
dengan turut serta pada kegiatan yang diadakan oleh kelompok
masyarakat.
d. Teknik Interview (Teknik Wawancara), yaitu suatu teknik yang
dilakukan dengan mengadakan Tanya-jawab kepada beberapa
informan pangkal, pokok dan informan penunjang yang dapat
dilaksanakan dengan interview terpimpin maupun interview bebas.
e. Teknik Field Note, yaitu suatu teknik yang dilakukan dalam
memperoleh data di lapangan dengan mencatat keseluruhan hal-hal
yang ditemukan baik data tentang informan maupun data-data
tentang keadaan lokasi studi.
Prosedur Pendekatan
Prosedur pelaksanaan studi dilakukan sebagai berikut :

Tahap persiapan

Pada tahap ini tim membicarakan pembagian tugas dan tanggung jawab serta
pembiayaan dan rescheduling. Team leader akan melakukan kordinasi
menyeluruh sementara tenaga ahli akan bertanggung jawab pada bidang masingmasing. Pertemuan ini juga akan menghasilkan jadwal rinci. Pada tahap ini akan
disusun Laporan pendahuluan yang berisi kesiapan Tim dalam melakukan studi.

Tahap Pendampingan Penyusunan RI-SPAM

Pada tahapan ini konsultan akan melakukan melakukan pemutakhiran data


kabupaten/kota yang sudah mempunyai dokumen RI-SPAM, melakukan
pendampingan kepada kabupaten/kota yang menyusun RI-SPAM pada TA 2012
sehingga dokumen RI-SPAM yang dihasilkan sesuai dengan muatan yang
disebutkan pada Permen PU Nomor 18/PRT/M/2007. Kegiatan pendampingan

meliputi sosialisasi petunjuk teknis dan contoh RI-SPAM, pendampingan proses


penyusunan, dan rekomendasi tindak lanjut terhadap kendala yang dihadapi
selama proses penyusunan RI-SPAM. Dan yang terakhir melakukan koordinasi
dengan Konsultan Advisory Manajemen Penyusunan RI-SPAM di Pusat, meliputi
koordinasi penyamaan standar substansi dan sistematika penyusunan serta
koordinasi untuk proses konsolidasi hasil pekerjaan pendampingan.

Tahap Melakukan Review Terhadap Dokumen SPAM Di Lokasi Studi


Melakukan review terhadap kesesuaian DED dengan syarat ketentuan
penyusunan rencana teknis pengembangan SPAM dengan yang diatur
dalam Permen PU No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Syarat dan ketentuan
penyusunan DED tersebut minimal harus memuat:

Rancangan detail kegiatan

Perhitungan dan gambar teknis

Spesifikasi teknis

Rencana anggaran biaya

Analisis harga satuan

Tahapan dan jadwal pelaksanaan

Dokumen pelaksanaan kegiatan (dokumen lelang, jadwal pelelangan,


dan pemaketan)

Melakukan review terhadap pemenuhan spesifikasi dan kriteria teknis


perencanaan yang diatur dalam NSPK bidang air minum.
Melakukan review terhadap kesesuaian rencana detail, perhitungan, dan
gambar teknis dengan situasi dan kondisi lokasi pengembangan SPAM.
Memberikan advis teknis pengembangan SPAM dan perencanaan teknis
kepada tim penyusun di kabupaten/kota terkait

Tahapan Inventarisasi dan Penelaahan Kelengkapan Dokumen SPAM


Readiness Criteria
Melakukan inventarisasi terhadap kesiapan usulan pengembangan SPAM yang
akan dibiayai APBN TA 2013. Kesiapan usulan tersebut meliputi:

Kesiapan rencana induk pengembangan SPAM

Kesiapan program dalam RPIJM

Kesiapan studi kelayakan atau justifikasi teknis dan biaya

Kesiapan lahan

Kesiapan sumber air baku

Kesiapan rencana teknis/DED pengembangan SPAM

Kesiapan lembaga pengelola

Program Kerja
Program kerja sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman bagi personil
pelaksana untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan dan untuk
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan agar tidak terjadi kegiatan yang dikerjakan dua
kali, sehingga akan menghemat biaya dan waktu pelaksanaan. Rencana kerja akan
kami sajikan dalam bentuk Bagan Alir Pelaksanaan dan Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan.
Pembuatan Program Kerja dimaksudkan untuk mencapai sasaran sebagai
berikut :

Menjamin tercapainya sasaran, maksud dan tujuan pekerjaan yang ditentukan


dengan tahapan kegiatan yang terarah dan efisien, dengan pelaksana masingmasing kegiatan yang terorganisir dan sesuai jadwal, serta penggunaan
peralatan yang tepat sesuai jenis, jumlah, dan waktu.

Dengan demikian diharapkan akan tercapai penyelesaian pekerjaan sesuai


batas waktu yang sudah ditetapkan, dengan hasil yang optimal.
Program kerja merupakan gambaran menyeluruh dan komprehensif usulan

dari konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan.
Dalam program kerja ini akan diuraikan urutan-urutan pekerjaan, konsep
penanganan masalah, tanggung jawab dan personil yang terlibat, pengerahan
sarana maupun personil pendukung, schedule pelaksanaan pekerjaan, serta
schedule personil.

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, diperlukan suatu metode kerja dan


rencana kerja yang efisien dan sederhana, sehingga akan menghasilkan suatu
produk kerja yang baik. Oleh karena itu PT. DANA consultant akan mengerahkan
personil-personilnya yang sudah berpengalaman dalam bidangnya masing-masing
dan mempunyai kemampuan serta berdedikasi tinggi. Secara garis besar akan
kami uraikan hubungan kerja dan tugas dari masing-masing personil, baik
hubungan dengan proyek dan instansi terkait maupun dengan anggota tim.

Bagan Alir Pelaksanaan


Bagan alir pelaksanaan pekerjaan merupakan pedoman bagi personil
pelaksana untuk mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan dan untuk
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan agar tidak terjadi kegiatan yang dikerjakan
dua kali, sehingga akan menghemat biaya dan waktu pelaksanaan.

Strukktur Organisasi Pelaksana


Struktur organisasi konsultan yang akan melaksanakan pekerjaan ini dipimpin
oleh seorang Team Leader

yang mempunyai tugas dan tanggung jawab

mengkoordinasi semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan, dengan didukung oleh


beberapa tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya yang sesuai dengan
bidangnya masing-masing.

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Jadwal pelaksanaan pekerjaan merupakan jadwal yang mengatur kapan suatu
kegiatan harus dilaksanakan dan harus selesai sehingga waktu pelaksanaan
yang diberikan dapat tercapai dengan tidak mengurangi mutu teknisnya.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan bagan alir pelaksanaan
pekerjaan dan item-item pekerjaan sesuai dengan yang disyaratkan dalam
KAK.

Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Jadwal penugasan tenaga ahli akan disusun berdasarkan rencana tahap-tahap
kegiatan yang telah diuraikan dalam bab pendekatan dan metodologi. Secara
garis besar jadwal penugasan tenaga ahli pekerjaan disajikan dalam Tabel.

Pelaporan

Tujuan suatu sistem pelaporan adalah untuk mengetahui perkembangan proses


pelaksanaan pekerjaan. Dengan demikian diperlukan sistem pelaporan dengan
prinsip-prinsip manajemen, serta cepat dan tepat sehingga dapat dimanfaatkan
untuk pengendalian dan pengambilan keputusan pada setiap tahapan kegiatan
pelaksanaan.

Peralatan
Kebutuhan fasilitas dan peralatan akan disiapkan Konsultan untuk menunjang
kegiatan, baik di lapangan maupun di kantor. Mobilisasi peralatan disesuaikan
dengan jadwal peralatan yang telah disusun bersama dengan penyusunan
rencana kerja, jadwal pelaksanaan dan pengerahan personil. Penentuan
kebutuhan akan fasilitas dan peralatan sangat erat hubungannya dengan
kelancaran pekerjaan, sehingga tidak ada kendala peralatan dan fasilitas yang
dihadapi oleh pelaksana pekerjaan pada saat pelaksanaan nantinya.

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai