I. IDENTITAS
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Pasien
An. R
7 tahun
Perempuan
Ayah
Ibu
Tn. H
Ny. S
39
34
Laki-laki
Perempuan
Kp. Muara Bakti Babelan RT 008/003
Islam
Islam
Islam
Sunda
Sunda
TK
SMA
SMA
Pelajar
Buruh Pabrik
IRT
Rp. 1.500.000
Hubungan dengan
orang tua : Anak
Tanggal Masuk
Kandung
22 Maret 2015
RS
II.
ANAMNESIS
itu ibu pasien mengatakan terdapat memar memar kebiruan di paha sebelah kanan, serta
gusi berdarah. Menurut ibu pasien tidak ada demam yang menyertai, namun beberapa hari
sebelumnya anak sempat mengeluh deman naik turun dan merasa badan lemas. BAB dan
BAK pasien tidak ada keluhan, masih seperti biasa baik konsistensi dan warnanya. Pasien
langsung dibawa ke RSUD Bekasi dan dilakukan cek laboratorium, didapatkan hasil
trombositnya 12.000, pasien di diagnosis DHF dengan diagnosis banding ITP.
Dua minggu yang lalu pasien sempat panas tidak terlalu tinggi, disertai batuk pilek.
Riwayat kejang disangkal.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Alergi
Difteria
Jantung
Cacingan
Diare
+ 2 tahun
Ginjal
DBD
Kejang
Darah
Thypoid
Maag
Radang paru
Otitis
Varicela
Tuberkulosis
Parotis
Asma
Morbili
Kesan : Pasien pernah menderita diare dan dirawat di rumah sakit saat berumur
2 tahun
Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal
Tidak ada
Periksa ke bidan 1 kali tiap
KELAHIRAN
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
bulan
Rumah
Bidan
Spontan
38 minggu
BBL : 3300 gram
Keadaan bayi
PB : 46 CM
Langsung menangis, merah
Apgar score tidak tahu
Psikomotor
Tengkurap
: Usia 4 bulan
Duduk
: Usia 6 bulan
(normal: 6 bulan)
Berdiri
: Usia 10 bulan
Bicara
: Usia 11 bulan
Berjalan
: usia 12 bulan
(normal: 13 bulan)
h. Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI
Buah/biskuit
Bubur susu
Nasi tim
(bulan)
0-2
+/2-4
+/4-6
+/6-8
+/+
+
+
8-10
+/+
+
+
10-12
+/+
+
+
Kesan : Pasien selalu minum ASI sampai umur 2 tahun, tidak pernah minum susu
formula, pasien mulai makan makanan buah atau biskuit sejak berumur 6 bulan.
i. Riwayat Imunisasi :
Vaksin
BCG
DPT
POLIO
CAMPAK
Dasar (umur)
1 bln
2 bln
Lahir
9 bln
4 bln
2 bln
6 bln
4 bln
Ulangan (umur)
6 bln
: Interactivity (+) look (+), speech (+), tonus (+), consolability (+)
o B
o C
c. Tanda Vital
- Kesadaran
- Tekanan darah
- Frekuensi nadi
- Frekuensi pernapasan
- Suhu tubuh
d. Data antropometri
: Composmentis
: 110/70 mmHg
: 124x/menit
: 22x/menit
: 36,9 o C
Berat badan
:19 kg
Tinggi badan
:122 cm
: Normocephali
: Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
: edema palpebra -/-, lakrimasi +/+, sekret -/-,
Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
f. Thorax
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
g. Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
: Perut datar
: Bising usus (+) normal 3x/menit
: Supel, nyeri tekan + epigastrium, hepar dan lien tidak
teraba membesar
- Perkusi
h. Kulit
: shifting dullness -, nyeri ketok : ikterik -, petechie + pada tungkai bawah, wajah,
Hasil
Nilai Normal
12,2 g/dL
7700 /L
34,9 %
12000 /L
12 16 g/dL
5000 10.000/L
37-47%
150.000 400.000/L
S. Typhi O
S. Paratyphi AO
S. Paratyphi BO
S. Paratyphi CO
+ 1/160
1/80
1/160
1/80
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Hasil
Nilai Normal
11,9 g/dL
4500 /L
32.0 %
12.000 /L
13 16 g/dL
5000 10.000/L
40-48%
150.000 400.000/L
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Hasil
Nilai Normal
12,4 g/dL
5400 /L
38,1 %
11.000 /L
12 16 g/dL
5000 10.000/L
37-47%
150.000 400.000/L
0
3
0
21
68
8
0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
20-40%
2-8%
Hasil
Nilai Normal
13,2 g/dL
5000 /L
35,6 %
74.000 /L
12 16 g/dL
5000 10.000/L
37-47%
150.000 400.000/L
IV. RESUME
a. Anamnesis
Pasien datang diantar oleh keluarga ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan tiba
tiba muncul bintik kemerahan yang banyak di kedua tungkai sejak 5 hari SMRS. Selain
itu ibu pasien mengatakan terdapat memar memar kebiruan di paha sebelah kanan, serta
gusi berdarah. Menurut ibu pasien tidak ada demam yang menyertai, namun beberapa hari
sebelumnya anak sempat mengeluh deman naik turun dan merasa badan lemas. BAB dan
BAK pasien tidak ada keluhan, masih seperti biasa baik konsistensi dan warnanya. Pasien
langsung dibawa ke RSUD Bekasi dan dilakukan cek laboratorium, didapatkan hasil
trombositnya 12.000, pasien di diagnosis DHF dengan diagnosis banding ITP.
Dua minggu yang lalu pasien sempat panas tidak terlalu tinggi, disertai batuk pilek.
Riwayat kejang disangkal.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
PAT
o A
: Interactivity (+) look (+), speech (+), tonus (+), consolability (+)
o B
o C
Tanda Vital
- Kesadaran
- Tekanan darah
- Frekuensi nadi
- Frekuensi pernapasan
- Suhu tubuh
Kulit
: Composmentis
: 110/70 mmHg
: 124x/menit
: 22x/menit
: 36,9C
: petechie + pada tungkai bawah, wajah, tangan, disertai
Ekstremitas
Hemoglobin
(g/dL)
Leukosit
Hematokrit
(%)
Trombosit
(/uL)
22/1/2015
23/1/ 2015
24/1/2015
25/1/2015
12.2
7700
34.9
12.000
11,9
12,4
13,2
4500
5400
5400
32,0
38,1
35,6
12.000
11.000
74.000
V. DIAGNOSIS KERJA
Idiopathic Trombositopeni Purpura
VI. DIAGNOSIS BANDING
Demam Berdarah Dengue
Leukimia
VII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
- Observasi ketat tanda-tanda vital, dan perdarahan
- Tirah baring
- Edukasi kepada orangtua tentang penyakit yang diderita
Medikamentosa
VIII. PROGNOSIS
- Ad vitam
- As fungsionam
- Ad sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
Pasien ini didiagnosis dengan idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) ,
Pada awalnya pasien datang dengan diagnosis awal DHF.
Dari anamnesis tidak didapatkan keluhan yang berarti dalam mengarahkan
diagnosis ke ITP. Dalam mendiagnosa ITP, dari anamnesa tidak akan didapatkan
banyak data yang bermakna. Kebanyakan keluhan hanya berupa purpura, ptechiae,
atau hematom yang muncul tiba-tiba dan bagian tubuh pada pasien ini juga ditemukan
manifestasi perdarahan seperti gusi berdarah. Dua minggu yang lalu pasien sempat
panas tidak terlalu tinggi, disertai batuk pilek.
Dari pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan pemeriksaan fisik yang
bermakna. Pada ITP tidak ditemukan pemeriksaan fisik yang bermakna selain adanya
petechiae, purpura, dan hematom di bagian bagian tubuh tertentu.
Pada Pemeriksaan laboratorium baru ditemukan adanya kelainan yaitu itung
trombosit yang rendah, dan . Itung trombosit terendah yang pernah dicapai oleh
pasien adalah sebesar 12.000 /ul. Karena tidak didapatkannya demam pada anamnesis
dan trombosit yang terus menurun maka pasien ini di diagnosis ITP. Dengan hasil
pemeriksaan trombosit tersebut ditakutkan terjadinya perdarahan dari pasien sehingga
direncanakan untuk dilakukan transfusi TC.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
b.
c.
d.
ITP dialami oleh 2 hingga 5 anak per 100.000 anak per tahunnya pada usia
yang lebih muda dari 15 tahun. Hal ini sesuai dengan yang diteliti oleh beberapa
peneliti seperti yang tampak pada tabel 1. Jumlah kasus baru ITP kronis berjumlah
sekitar 10 kasus per 1 juta anak per tahunnya. 1 Berdasarkan sebuah penelitian di
10
Denmark dan Inggris ditemukan angka kejadian ITP pada anak berjumlah 10 hingga 40
kasus dari 1 juta anak per tahunnya. Kuwait melaporkan angka insidens yang lebih
tinggi yakni berjumlah sekitar 125 kasus per 1 juta anak per tahunnya. Puncak
prevalensi pada anak berada pada usia 2 hingga 4 tahun. 1 Glanz et al telah membagi
angka kejadian dari ITP berdasarkan usia seperti yang terlihat pada gambar 1.
Sekitar 70% hingga 80% ITP bersifat akut dan menghilang secara spontan
dalam 6 bulan. Sedangkan 20% hingga 30% sisanya dikelompokkan dalam ITP kronik.
ITP kronik didefinisikan sebagai sebuah kondisi yang ditandai dengan adanya itung
jenis trombosit yang rendah selama lebih dari 6 bulan setelah diagnosis. Dari penelitian
yang dilakukan oleh Glanz et al anak yang menderita ITP kronik cenderung lebih tua,
berjenis kelamin perempuan dan memiliki trombosit yang lebih tinggi.6 Pada anak yang
11
berusia lebih dari 10 tahun juga ditemukan perbandingan antara perempuan dan lakilaki berjumlah sekitar 2,6 : 1.1 Penderita ITP kronis juga lebih sering ditemukan
menderita manifestasi dari penyakit kolagen vaskular baik secara klinis maupun
laboratorik.4
Klasifikasi ITP berdasarkan perjalanan penyakitnya dibagi 2 yaitu ITP akut
untuk yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan dan ITP kronis untuk yang
berlangsung selama lebih dari sama dengan 6 bulan. Namun International Consensus
Guidelines pada tahun 2010 mengeluarkan klasifikasi baru yaitu Newly diagnosed,
persisten (durasi 3 hingga 12 bulan) dan kronik (durasi lebih dari sama dengan 12
bulan).5
Komplikasi dari ITP yang paling parah berupa perdarahan intrakranial dan
untungnya hanya dialami oleh kurang dari 0,5 % kasus.
Etiopatofisiologi ITP
ITP ini dimulai dengan adanya infeksi virus ataupun hanya berupa paparan
saja 1 hingga 4 minggu sebelumnya. Trombosit kemudian akan didegradasi terlebih
dahulu oleh Antigen-Presenting cells (APC). APC ini akan mempresentasikan antigen
platelet dengan berasosiasi dengan MHC kelas II kepada sel T helper. Sel T helper ini
akan menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin berupa Interleukin-2 dan Interferon
gamma. Sitokin-sitokin tersebut akan mengaktivasi dan membuat sel limfosit B untuk
melakukan diferensiasi menjadi sel yang memproduksi autoantibodi. Target antigen
terhadap permukaan trombosit tersebut masih belum dapat ditentukan. Namun telah
diketahui glikoprotein yang berada pada permukaan trombosit adalah GP Iib-Iia, GPIb
dan GP V.
12
13
Selain terjadinya destruksi trombosit yang diperantarai oleh sistem imun juga
ternyata ditemukan terjadinya perubahan pada produksi trombosit. Perubahan produksi
dari trombosit ini terutama ditemukan pada ITP kronik. Perubahan ini bukan
diakibatkan adanya abnormalitas dari megakariosit. Abnormalitas ini terletak pada
kadar trombopoietin plasma, yang merupakan pertanda dari proliferasi dan maturasi
dari progenitor megakariosit. Pada penelitian in vitro, penderita ITP kronik memiliki
turnover dari trombosit yang lebih rendah walaupun daya tahan trombosit berkurang.
Megakariosit yang diisolasi pada pasien menunjukkan juga adanya pertumbuhan yang
diperlambat.4
Diagnosis
Anamnesis
Manifestasi klinik klasik dari ITP adalah anak berusia 1 hingga 4 tahun
yang sebelumnya sehat akan tiba-tiba mengalami petechiae dan purpura
diseluruh tubuhnya. Orang tua sering menyatakan bahwa anak sehat kemarin
dan sekarang sudah dipenuhi dengan memar dan titik-titik kemerahan.
Seringkali tampak adanya perdarahan dari gusi dan membran mukosa, disertai
dengan adanya trombositopenia yang parah (itung jenis trombosit kurang dari
10.000/uL). Hal ini dialami oleh sepertiga dari penderita ITP akut. Terdapat
riwayat infeksi virus yang mendahului onset ITP 1 hingga 4 minggu sebelum
onset trombositopenia.6
Dari anamnesis, perlu untuk diketahui adanya gejala-gejala perdarahan
dan tingkat keparahan serta durasi perdarahan. Perlu diketahui pula gejalagejala lain yang dapat membantu mengeksklusi penyebab lain dari
trombositopenia.
Gali lebih dalam mengenai faktor risiko untuk HIV dan gejala sistemik
lain yang dapat mengarahkan kita ke kelainan lain. Perlu juga diketahui obatobat apa saja yang sedang atau pernah dikonsumsi oleh pasien. Berikut
disertakan tabel daftar obat yang dapat menyebabkan trombositopenia.
Tabel 2. Obat yang Diketahui Menyebabkan Trombositopenia
Obat yang menurunkan produksi trombosit
Agen kemoterapeutik
Diuretik thiazide
Alkohol
14
Estrogen
Kloramfenikol
Radiasi pengionisasi
Obat yang menyebabkan peningkatan destruksi trombosit
Sulfonamid
Kuinidin dan kuinin
Karbamazepin
Asam valproat
Heparin
Digoxin
Obat yang menyebabkan perubahan fungsi trombosit
Aspirin
Dipyridamole
Chu YW, Korb J, Sakamoto KM. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Pediatrics in Review. 2000. 21: 95.
Pemeriksaan Fisik1
Pada pemeriksaan fisik selain petechiae dan purpura tidak ditemukan
kelainan. Splenomegali sangat jarang ditemukan, begitu juga dengan
limfadenopati atau kulit yang pucat.3 Apabila ditemukan adanya splenomegali,
disertai pucat dan hiperbilirubinemia lebih dicurigai adanya anemia hemolitik.
Evaluasi tipe dan keparahan dari perdarahan dan coba eksklusi penyebab
lain dari perdarahan. Cari juga tanda-tanda penyakit hepar, trombosis, penyakit
autoimun (nefritis, vaskulitis atau artritis) dan infeksi terutama HIV.
Distribusi dari ekimosis dan tempat perdarahan dapat memberikan
informasi tambahan mengenai penyebab ekimosis. Pada kelainan hemostasis
primer seperti ITP dan kelainan trombosit lainnya dapat ditemukan ekimosis
15
bersifat generalisata dan terjadi di area yang tidak terpapar dengan trauma.
Pada anak dengan ekimosis generalisata dan itung trombosit yang normal
perlu diteliti lebih lanjut apakah anak sehat dan mengalami memar pada daerah
yang tulangnya menonjol. Hal tersebut dapat menandakan adanya tindak
kekerasan terhadap anak.
Pemeriksaan fisik yang umum mencakup sebagai berikut:
a. Peteki yang tidak timbul ketika diraba
b. Bula pada membran mukosa
c. Purpura
d. Perdarahan gusi
e. Tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
f. Menometorrhagia, menorrhagia
g. Perdarahan retina
h. Tanda-tanda perdarahan intrakranial, dengan defisit neurologis
i. Splenomegali yang tidak dapat diraba. Prevalensi dari limpa yang
dapat diraba pada penderita ITP sama dengan populasi yang tidak
menderita ITP (sekitar12 % pada anak)
j. Perdarahan spontan ketika itung trombosit berada dibawah
20.000/uL
16
1.
2.
Gejala ringan
Gejala sedang
Gejala berat
sumsum
tulang
akan
menunjukkan
peningkatan
17
Pasien akan mengeluhkan pula adanya rasa lelah kronis, demam, enurunan berat
badan, pucat dan rasa nyeri pada tulang. Pada pemeriksaan akan ditemukan adanya
hepatosplenomegali atau limfadenopati. Pada pemeriksaan laboratorium akan
ditemukan adanya peningkatan itung leukosit, anemia dan adanya sel blas pada
pemeriksaan morfologi darah tepi.
Systemic Lupus Erythematous (SLE)
Terdapat manifestasi sistemik seperti rasa nyeri pada sendi atau sendi bengkak, dan
adanya butterfly rash. Juga pada pemeriksaan laboratorium tampak adanya anemia
akibat penyakit kronik yang disertai dengan itung leukosit normal.
DIC
Akan tambak adanya tanda dan gejala dari sepsis seperti demam, takikardia dan
hipotensi. Terjadi peningkatan PT dan aPTT, tampak adanya anemia mikrositik pada
pemeriksaan morfologi darah tepi dan jika dilakukan pemeriksaan D-dimer maka
hasilnya akan positif.
Wiskott-Aldrich Syndrome
Merupakan kelainan platelet kualitatif yang diwariskan pada kromosom X sehingga
lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Akan disertai dengan eczema dan infeksi
rekuren karena adanya imunodefisiensi. Pada pemeriksaan morfologi darah tepi akan
tampak trombosit yang sangat kecil.
Tatalaksana
Tujuh puluh hingga delapan puluh persen anak dengan ITP akut akan mengalami
resolusi spontan dalam 6 bulan. Terapi nampaknya tidak memiliki efek terhadap perjalanan
penyakit dari ITP. Adapun tujuan dari terapi adalah untuk meningkatkan itung trombosit
menjadi lebih dari 20.000/uL dan mencegah terjadinya perdarahan intrakranial. Terapi dengan
transfusi trombosit dikontraindikasikan karena autoantibodi dapat berikatan dengan trombosit
tersebut kecuali pada kondisi-kondisi dimana terjadi perdarahan yang mengancam nyawa.
Stasi et al memberikan 3 kategori dari pasien ITP dalam hal penanganan:
1. Pasien yang harus diberikan penanganan
Perdarahan aktif atau trombosit <10.000/uL
18
Edukasi dan konseling keluarga dan pasien dilakukan untuk pasien dengan gejala
minimal, ringan dan sedang. Pendekatan ini digunakan apabila perjalanan penyakit
dari ITP bersifat jinak. Pendekatan ini lebih tidak memakan biaya dengan efek
samping minimal. Pasien dan keluarga pasien dapat diberikan edukaasi mengenai:8
1. Konsumsi serat diperbanyak dan minum air juga diperbanyak untuk mencegah
konstipasi. Konstipasi dapat memicu terjadinya perdarahan gastrointestinal.
2. Berikan sikat gigi yang lembut untuk mencegah terjadinya perdarahan di gusi.
Juga himbau agar anak menyikta gigi dengan lembut dan perlahan. Juga gunakan
pelembab bibir untuk mencegah terjadinya bibir kering dan pecah-pecah.
3. Berikan pelembab kulit agar kulit anak tidak kering dan mencegah rasa gatal.
Apabila timbul rasa gatal maka anak akan cenderung menggaruk daerah yang
gatal. Hal ini dapat menyebabkan memar dan perdarahan.
4. Sebaiknya anak tidak mengikuti olahraga yang keras atau kasar.
5. Jangan sembarangan mengkonsumsi obat tanpa persetujuan tenaga medis
terutama medikasi yang dapat memicu trombositopenia.
b.
19
c.
Terapi anti-D IV
Dosis: 50 75ug/kg selama 48 72 jam
Pada American Society of Hematology practice guidelines tahun 1966 tidak
direkomendasikan. Namun, ternyata dengan dosis yang lebih tinggi dari RhIg pada
kasus ITP akut menunjukkan peningkatan trombosit yang lebih cepat 24 jam daripada
pengobatan dengan steroid dan sama dengan pengobatan dengan IVIG.1
Anti-D ini hanya dapat digunakan pada pasien dengan Rh positif dimana
peningkatan trombosit ditemukan pada 80% hingga 90% pasien. Ketika diberikan
anti-D memicu terjadinya anemia hemolitik. Kompleks RBC antibodi akan berikatan
dengan makrofag melalui reseptor Fc dan mengganggu destruksi trombosit. Meski
memiliki komplikasi yang lebih sedikit dari steroid IV namun harga dari Anti-D ini
jauh lebih mahal dan juga laporan akan hemolisis intravaskular akut setelah terapi
anti-D akut pernah dilaporkan berada pada angka 1 dari 1115 pasien.
Farahmandinia et al menyarankan penggunaan anti-D ini dibandingkan dengan
penggunaan IVIG karena selain tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil
pengobatan juga harga anti-D ini lebih murah, dan tidak dibutuhkan rawat inap.
d.
Kortikosteroid
Dosis prednison oral: 1 4 mg/kg/hari selama 2 3 minggu atau hingga trombosit
mencapai lebih dari 20.000/uL
Metilprednisolon IV : 10 30 mg/kg/hari selama 3 sampai 5 hari
Terapi kortikosteroid telah lama digunakan sebagai terapi ITP akut dan kronis.
Namun perlu diwaspadai mengenai efek samping dari terapi kortikosteroid seperti
kegagalan pertumbuhan, diabetes mellitus dan osteoporosis, glaukoma, katarak, dan
peningkatan
risiko
infeksi.
20
e.
Splenektomi
Splenektomi dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu saja seperti contohnya
pada anak yang berusia lebih dari 4 tahun dengan ITP parah yang berlangsung lebih
dari setahun dan gejalanya tidak dapat dikontrol dengan mudah serta apabila terjadi
perdarahan yang mengancam nyawa yang tidak dapat diterapi dengan transfusi
platelet dan pemberian IVIG dan kortikosteroid. Splenektomi juga dikaitkan dengan
adanya infeksi postsplenektomi.
f.
g.
Terapi lainnya
Terapi lain yang dapat digunakan berupa siklofosfamid, danazol, dapsone,
interferon alfa, azathioprine, alkaloid vinca, splenektomi aksesorius dan radiasi lien
telah mulai diteliti. Namun data yang ada masih belum mencukupi untuk
menunjukkan adanya penurunan laju mortalitas atau perdarahan.
21
Pada kasus dengan perdarahan intrakranial sebaiknya dilakukan lebih dari satu
pendekatan seperti transfusi trombosit, IVIG, kortikosteroid dosis tinggi dan konsultasi
bagian bedah untuk dilakukan splenektomi.
Komplikasi
a. Hanya kurang dari 1% pasien akan mengalami perdarahan intrakranial
b. Perdarahan yang parah
c. Efek samping dari terapi seperti infeksi pneumokokus pada splenektomi
Prognosis
Kurang lebih 83% anak akan memiliki remisi spontan saat 6 bulan, hanya sekitar 20%
anak dengan ITP akut akan berkembang menjadi ITP kronis. Hanya sekitar 2% pasien yang
meninggal akibat komplikasi dari ITP. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Vranou
didapatkan hasil bahwa ternyata sebanyak 5,2% anak akan mengalami rekurensi bahkan
setelah terjadinya remisi. Interval antara 2 episode ini bervariasi yag berkisar antara 6 bulan
hingga 3 tahun. Namun hasil dari ITP rekuren pada anak ini baik, namun harus selalu
diwaspadai mengenai perdarahan yang mengancam jiwa akibat adanya trombositopenia yang
parah.10
ITP kronik
Sekitar 20% pasien dengan ITP akut memiliki trombositopenia persisten lebih dari 6
bulan dan dikatakan memiliki ITP kronik. Re-evaluasi terhadap penyebab dari
trombositopenia ini harus dilakukan terutama untuk penyakit autoimun seperti SLE, penyakit
infeksi kronik seperti HIV dan penyebab trombositopenia kronik nonimun.
Terapi ditujukan untuk mengendalikan gejala dan mencegah perdarahan yang
mengancam jiwa. Pada ITP, limpa merupakan tempat utama sintesis antibodi antiplatelet dan
destruksi platelet sehingga splenektomi dapat memicu remisi komplit pada 64% hingga 88%
anak dengan ITP kronik. Sebelum tindakan anak harus menerima vaksin pneumokokus dan
meningokokus, kemudian setelah splenektomi anak harus menerima profilaksis penisilin
selama beberapa tahun. Namun masih kontroversial apakah pemberian profilaksis penisilin
ini harus diberikan seumur hidup atau tidak.
22
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
Terrel ER, Beebe LA, Vesely SK, Neas BR, et al. The Incidence of Immune
Thrombocytopenic Purpura in Children and Adults: A critical review of Published
Reports. American journal of Hematology. 2009: 174-80.
4.
5.
6.
7.
8.
Perez ELS, Placido DG, Rapacon JJB. A Case Study of Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura. Dept of Emergency Medicine at UP-Philippine General Hospital. 2011.
9.
10.
24