Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Masonry atau yang biasa disebut sebagai konstruksi batu
merupakan pekerjaan yang erat hubungannya dengan pekerjaan
Teknik Sipil, terutama pada pekerjaan yang berkaitan dengan batu,
baik dalam bentuk pemasangan batu bata, genting, ubin, plesteran,
dan pekerjaan lainnya yang menggunakan bahan-bahan tersebut
sebagai bahan utama untuk mendirikan bangunan Konstruksi Sipil
maupun Konstruksi Gedung. Pekerjaan masonry meliputi beberapa
kegiatan lain, misalnya: pengukuran, persiapan alat, perhitungan
bahan, pemasangan dan perapihan terhadap pekerjaan tersebut
hingga berdirilah bangunan seperti yang telah direncanakan.
Ada

beberapa

faktor

yang

harus

diperhatikan

ketika

mengerjakan pekerjaan-pekerjaan diatas, yaitu:


1. Bagaimana membuat dan mangaduk mortar yang baik
2. Waktu yang dibutuhkan untuk merendam bata sebelum
proses pemasangan
3. Hal-hal yang mempengaruhi ikatan antar bata dan mortar
setelah selesai pemasangan
4. Mengukur kedataran dan kecocokan pasangan batu
5. Mengetahui macam ikatan pasangan dalam pemasangan batu
6. Teknik-teknik yang digunakan dalam pemasangan batu
7. Kerapihan dan kesejajaran antar pasangan batu
8. Ketelitian dalam mengukur dan memperkirakan pemasangan
batu

9. Bagaimana meningkatkan produktifitas dalam pemasangan


batu
10.Perawatan setelah selesai pemasangan batu
1.2

Dasar Praktek Kerja Batu


Masalah yang dibahas adalah membuat beberapa teori tentang
masonry, menganalisis mengenai tata cara dan kebutuhan bahan
dalam pembuatan konstruksi batu, serta masalah apa saja yang
terdapat dalam pekerjaan konstruksi batu.

1.3

Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan tentang pekerjaan konstruksi batu :
1. Dapat mengetahui segala hal mengenai masonry
2. Mengetahui masalah mengenai mortar
Mortar adalah campuran bahan perekat dengan pasir dengan
perbandingan tertentu sesuai

dengan kebutuhan ditambah air.

Mortar yang berada pada pasangan batu disebut siar, siar terbagi
2 yaitu siar tegak dan siar datar.
3. Mengetahui daya hisap batu
Untuk menjaga supaya air mortar tidak dihisap oleh batu bata
secara drastis sebab dapat mengurangi kekuatan pasangan batu
bata

tersebut.

Maka

untuk

menghindari

hal

itu

sebelum

dipergunakan, batu bata harus disiram atau direndam.


4. Hal hal yang mempengaruhi daya ikat antara batu bata dengan
mortar, antara lain:
a. Pengeringan

terlalu

cepat

pada

proses

pemplesteran

(pengeringan mortar)
b. Kadar lumpur pada pasir
c. Proses penyimpanan pasir
d. Semen yang telah terjadi hidrasi atau telah mongering
5. Bagaimana menimbang ketegakkan dan kedataran pasangan
6. Bagaimana ikatan yang baik
a. Pasangan satu bata

b.
c.
d.
e.
f.

Pasangan setengah batu


Ikatan Kepala (Header Bond)
Ikatan Flemish
Ikatan Inggris
Ikatan Dutch (ikatan Jerman)

7. Pemasangan konstruksi yang baik dan benar dengan cara


memaksimalkan alat
8. Perawatan pasangan
9. Meningkatkan produktifitas kerja
BAB II
DASAR TEORI
2.1

Pengertian
Masonry merupakan pekerjaan yang berhubungan erat dengan
pasangan, dimana dalam hal ini pasangan yang dimaksud adalah
pasangan batu bata, plesteran, ubin, rooster, paving block, dan lainlain. Dalam pekerjaan masonry ini dibutuhkan bahan-bahan yang
sesuai

standar,

proses

pembuatan

bahan

tersebut,

mutu,

pemeriksaan mutu bahan di lapangan dan penyimpanan bahan di


lapangan.
Pekerjaan masonry meliputi beberapa kegiatan lain, misalnya:
penyiapan alat dan bahan, pengukuran, pemasangan dan perapihan
terhadap pekerjaan tersebut hingga berdirilah bangunan seperti yang
telah direncanakan. Pekerjaan masonry ini erat hubungannya dengan
pekerja bangunan, oleh karena itu pengetahuan tentang masonry
sangat penting dikuasai oleh orang-orang yang bergelut di bidang
bangunan. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan saat mendirikan
sebuah bangunan berhubungan erat dengan masonry, misalnya:
pekerjaan pondasi, pekerjaan dinding, pemasangan paving block,
pemasangan rooster.
2.2

Peralatan dan Bahan

2.2.1 Peralatan
Peralatan

merupakan

salah

satu

pendukung

dalam

pekerjaan masonry. Pemakaian peralatan sering salah karena si


pemakai kurang mengerti fungsi sebenarnya dari alat yang
digunakan. Peralatan yang digunakan dalam praktek kerja batu
antara lain:
1. Sendok spesi
Sendok spesi disebut juga cetok
dibuat dari plat baja tipis dengan
tangkai

dari

kayu

yang

berfungsi

untuk mengambil dan memasangkan adukan.


2. Waterpasss
Kerangka terbuat dari alumunium
dan

dilengkapi

dengan

tabung

gelas yang berisi cairan ether


yang

ada

gelembung

udara

didalamnya. Gunanya adalah untuk mengukur kedataran


dan ketegakan pasangan.
3.

Selang plastik
Selang plastik adalah
alat yang digunakan
untuk
ketinggian

mengetahui
suatu

bangunan serta bisa pula digunakan untuk mengukur


kelurusan dan kesejajaran suatu benda.
4.
Unting-unting
Unting-unting adalah alat untuk membantu
dalam pengerjaan pemasangan pasangan batu
5.

bata agar tetap tegak.


Palu pemotong bata

Palu pemotong bata adalah


alat untuk memotong batu
bata secara manual.
6.

Meteran
Meteran adalah alat untuk mengukur bidang
kerja

di

lapangan

untuk

mencapai

kesempurnaan dalam pelaksanaan.


7.
Cangkul
Alat ini terbuat dari plat besi yang berbentuk segi
empat dan diberi tangkai kayu. Kegunaannya untuk
mengambil

bahan

adukan,

mengaduk

adukan,

menggali tanah.
8.

Sekop
Terbuat dari plat baja yang diberi tangkai kayu dan
matanya sedikit dilengkungkan agar memudahkan
dalam mengangkat pasir atau bahan lainnya.
Gunanya untuk mengangkat pasir atau bahan
sejenisnya.

9.

Kotak Spesi
Alat untuk tempat mengaduk,
menyimpan
adukan dan
meletakkan
mortar dalam setiap melaksanakan pekerjaan. Kotak spesi
sebaiknya terbuat dari plat besi dengan bentuk trapesium
dan

pada

sisinya

diberi

tangkai

untuk

memudahkan

mengangkatnya.
10.

Penyiku Besi

Penyiku Besi termasuk alat ukur dalam pengerjaan kerja


batu, dengan besi yang membentuk sudut, menjadikan

fungsinya

sebagai

pasangan

batu

acuan

bata

dalam

proses

akan

membuat

yang

pembuatan
pasangan

sehingga membentuk sudut.


11.
Benang
Benang berfungsi sebagai acuan dalam pengerjaan kerja batu
untuk

menghasilkan

kelurusan

dan

keserasian

serta

keseragaman pada bagian pekerjaan


yang

dijalankan.

12.

Ember

Ember adalah alat yang terbuat dari plastik dan


berfungsi sebagai alat untuk membawa pasir ataupun
air.
13.

Gerobak
Gerobak
untuk
bahan-bahan

berfungsi
membawa
seperti

pasir, kapur, dsb.

14.

Ayakan

Ayakan pasir/ kapur adalah alat yang


terbuat

dari

kawat

dengan

setiap

ujungnya di lapisi kayu agar kuat dalam


proses

pengerjaannya,

dan

berfungsi

sebagai saringan dari pasir sehingga


menghasilkan pasir yang halus untuk menjadi bahan adukan.
15.

Paku

Terbuat

dari

besi

dengan

bagian

ujung

satunya

berbentuk lancip dan tajam, menjadikan


paku dapat menancap pada
bidang yang diperlukan dan berfungsi
sebagai bagian dari pembuatan garis atau acuan yang
di inginkan.
16.

Jidar

Jidar (straight edge) adalah alat yang terbuat dari kayu


dengan

panjang

1.5

meter.

Kegunaannya

untuk

mendatarkan plesteran dinding, menentukan kelurusan /


ketegakan

pasangan

bata,

meratakan

adukan

yang

menempel pada dinding sewaktu pekerjaan plesteran.


17.

Ruskam
Ruskam

adalah

terbuat

dari

alat

kayu

yang
dengap

panjang 50 cm, dan berfungsi


untuk pekerjaan plesteran agar
tercipta rata dan rapih.

2.2.2 Bahan
Bahan merupakan salah satu hal pendukung dalam
pekerjaan masonry. Bahan yang lengkap dan komposisi atau
adukan akan menghasilkan suatu pekerjaan yang baik. Bahan
dalam pengerjaan praktikum batu hanyalah sebagian kecil dari
keseluruhan bahan untuk membuat bangunan. Dibawah ini
adalah

bahan yang digunakan pada waktu pengerjaan batu,

diantaranya:
1. Kapur

Berdasarkan penggunaanya, kapur dibedakan menjadi


kapur pemutih dan kapur aduk, kapur ini didapatkan dari
pemadaman

kapur tohor, yakni setelah batu kapur

dibakar pada suhu yang paling tinggi kemudian disiram air


sedikit demi sedikit. Kapur yang digunakan sebagai bahan
perkat adalah kapur hidrolis, yakni kapur padam yang
apabila dicampur air akan mengeras atau membatu.
Supaya

mutu

kapur

tetap

terjaga

hendaknya

kapur

disimpan di tempat yang terlindung dari hujan dan terik


matahari.
Kapur untuk bahan adukan berfungsi sebagai bahan
pengikat. Umumnya kapur yang ada di Indonesia adalah
kapur

yang

mengeras

di

udara,

yang

berasal

dari

pegunungan kapur, kulit- kulit kerang, batu karang dan


lain- lain.
Tahapan pembuatan batu kapur, yaitu :
1. Penambangan batu kapur
2. Pembakaran, batu kapur yang dibakar pada suatu
tertentu akan mengalami proses perubahan susunan
kimianya yaitu dari bentuk kapur karbonat menjadi
kapur

oksida

dan gas

karbondioksida.

suhunya adalah sebagai berikut :


Pengeringan : 100 - 200C
Pembakaran : 200 - 850C
Kalsinasi

: 850 - 1000C

Tahapan

3. Pemadaman (Slakking), pemadaman kapur tohor


bertujuan
reaksi

menjadikan

kandungan

kapur

air.

Ada

hidroksida
dua

dengan

macam

cara

pemadaman yaitu:
a. Pemadaman proses kering, hasilnya berupa kapur
padam yang berwarna putih. Cara yang dilakukan
adalah sebagai berikut: kapur tohor yang akan
dipadamkan dihamparkan diatas lantai setebal
30-50 cm, kemudian disiram air dan setelah
reaksinya

kelihatan

berhenti

timbunan

kapur

diaduk-aduk sambil disiram air lagi sampai semua


kapurnya padam.
b. Pemadaman

proses

basah,

pemadaman

ini

menghasilkan kapur padam basah dalam bentuk


bubur, dan cara ini biasa dilakukan jika kapur
padamnya segera dipakai.
Sifat batu kapur antara lain:
umumnya berwarna putih keabu-abuan
berat jenis kapur Calsium= 2,65 2,75
kekerasan batu kapur = 3-4,5 skala Mohrs
kekuatan = 80-2000 Kg/cm2
Kapur yang digunakan sebagai bahan bangunan disini
ialah kapur hasil pembakaran 1000 C, atau lazim disebut
kapur padam. Harganya jauh lebih murah dibanding
dengan semen, namun kualitasnya cukup memuaskan.
2. Pasir
Pasir sebagai bahan pembentuk adukan, dapat berupa
pasir alam yaitu sebagai hasil pelapukan alami batu-

batuan yang banyak macamnya atau dapat berupa pasir


buatan yaitu pasir yang dihasilkan oleh alat- alat pemecah
batu.

Jenis-

jenis

pasir

ada

dua, yaitu berdasarkan

penggunaan dan tempat.


Pasir berdasarkan penggunaan:
a. Pasir beton
Pasir beton adalah butiran- butiran mineral keras dan
tajam berukuran antara 0,075 0,5 mm, jika terdapat
butiran berukuran lebih kecil dari 0,063mm tidak lebih
dari 5% berat.
b. Pasir pasang
Pasir pasang adalah pasir yang lebih halus dari pasir
beton ciri cirinya apabila dikepal dia akan menggumpal
tidak kembali lagi ke semula. Jenis pasir ini harganya
lebih murah dibanding dengan pasir beton. Pasir pasang
biasanya dipakai untuk campuran pasir beton agar tidak
terlalu kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran
dinding.
c. Pasir urug
Pasir urug adalah pasir berkualitas rendah dengan
kandungan lumpur yang tinggi. Jenis pasir ini tidak
sesuai jika digunakan untuk konstruksi bangunan.
Namun pasir urug dapat diaplikasikan sebagai lapisan
dasar untuk pengerjaan pondasi atau paving blok.
Pasir berdasarkan tempat penambangan:

Pasir gunung

10

Pasir

ini

berasal

dari

gunung,

yang

umumnya

mempunyai bentuk tajam runcing dan agak keras pasir


gunung ini baik untuk membuat adukan beton, karena
ikatan satu sama lain menjadi kuat pasir dalam suatu
adukan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi untuk
mencegah

penyusutan.

Biasanya

pasir

jenis

ini

mengandung pozolan (jika dicampur dengan kapur


padam dan air setelah beberapa waktu dapat mengeras
sehingga berbentuk suatu masa yang padat dan sukar
dalam air).

Pasir sungai
Ialah pasir yag diperoleh dari dasar sungai yang
merupakan hasil gigisan batu- batuan yang keras dan
tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara
0,063 mm 5 mm) sehingga merupakan bahan yang
baik untuk adukan pasangan.

Pasir laut
Pasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan
bulat karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang
paling jelek karena banyak mengandung garam-garam.
Garam-garam ini menyerap kandungan air dari udara
dan ini mengakibatkan pasir selalu agak basah dan bisa
mengakibatkan pengembangan bila sudah menjadi
bangunan. Untuk itu sebaiknya pasir laut jangan di
gunakan untuk konstruksi.
Untuk

menguji

kadar

lumpur

dalam

pasir

dapat

dilakukan dengan cara memasukkan sampel pasir kedalam


botol kemudian ditambahkan air, ditutup rapat-rapat dan

11

dikocok

selama

lebih

kurang

10

menit,

kemudian

didiamkan dan perbandingan kadar lumpur dan pasir tidak


boleh lebih dari 5%.
Cara penyimpanan pasir di lapangan harus diberi lantai
dari kayu atau dengan menggunakan terpal atau pelat
baja agar tidak terjadi pencampuran antara pasir dengan
tanah. Diatasnya diberi penutup dari terpal sebagai
pelindung dari hujan.
3. Portland Cement
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling
banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM
C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen
hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang
terdiri

dari

kalsium

silikat

hidrolik,

yang

umumnya

mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai


bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan
bahan utamanya. Semen portland yang digunakan di
Indonesia harus memenuhi syarat SII. 0013-81 atau
Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar
tersebut (PB.1989:3.2-8). Semen merupakan bahan ikat
yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan
fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen
akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus,
pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan
dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar
yang

setelah

mengeras

(concrete).

12

akan

menjadi

beton

keras

Menurut SNI 15-2049-1994 dan SII 0013-1994 dibagi 5 tipe


semen, yaitu :

PC tipe I, yaitu semen yang biasa digunakan secara


umum.

PC

tipe

II,

yaitu

semen

yang

penggunaannya

mensyaratkan ketahanan terhadap gangguan larutan


sulfat yang sedang / untuk aduk beton dengan panas
hidrasi sedang.

PC

tipe

III,

yaitu

semen

yang

penggunaannya

memerlukan kuat tekan awal tinggi.

PC tipe IV, yaitu semen yang biasa digunakan untuk


konstruksi aduk/ beton yang panas hidrasinya rendah.

PC tipe V, yaitu semen untuk pemakaian adukan yang


akan mendapat gangguan sulfat yang berat, atau
gangguan sulfat yang tinggi.
Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan

dalam waktu lama, cara

penyimpanan semen perlu

diperhatikan (PB, 1989:13).

Semen harus terbebas dari bahan kotoran dari luar.


Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang
tertutup, terhindar dari basah dan lembab, dan tidak
tercampur dengan bahan lain.

Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokan


sedemikian

rupa

untuk

tertukarnya

jenis

semen

mencegah
yang

satu

kemungkinan
dengan

yang

lainnya.

Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen yang


lebih dahulu masuk gudang terpakai lebih dahulu.

13

Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat


dari

baja

atau

beton

dan

harus

terhindar

dari

kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya.

Apabila semen telah disimpan terlalu lama, perlu


dibuktikan dulu bahwa semen tersebut memenuhi
syarat sebelum dipakai.Untuk menghindari pecahnya
kantong semen, tinggi maksimum timbunan zak semen
adalah 2 meter atau sekitar 10 zak.
Jarak bebas antara bidang dinding dan semen sekitar 50

cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan semen


sekitar 30 cm.

4. Air
Air merupakan bahan pembantu dalam pembuatan
adukan untuk pasangan, namun demikian air yang diambil
secara sembarang akan berpengaruh terhadap kekuatan
adukan

tersebut.

Supaya

adukan-adukan

memiliki

kekuatan yang optimal, maka air yang digunakan harus


bersih, tidak berbau, tidak mengandung lumpur, minyak,
dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara
visual juga tidak mengandung unsur organik yang dapat
merusak adukan.
Banyaknya air yang dipakai untuk adukan dipengaruhi
oleh jenis pekerjaan dan sifat- sifat bahan dasarnya
maupun keadaan iklim saat pengerjaan. Kebutuhan air
untuk adukan kedap air semen portland dapat diperkirakan

14

rata- rata 22% dari campurannya dan untuk kedap air


kapur + tras + 20% dari campurannya.
Air laut dapat mengakibatkan kerusakan pada tembok,
begitupun air yang mengandung bahan-bahan busuk,
seperti air danau yang kebanyakan mengandung larutan
asam humus, sebaiknya jangan digunakan.
5. Batu bata
Batu bata adalah batu batuan yang terbuat dari tanah
liat yang dalam keadaan lekat dicetak, dijemur beberapa
hari lalu dibakar dengan suhu cukup tinggi sehingga tidak
akan hancur lagi pada waktu direndam dalam air. Batu
bata juga bisa dicampurkan dengan bahan tambah bahan
tambah,

seperti

serbuk

gergaji,

sekam

padi

(untuk

membuat rongga udara), beratnya berkisar antara 0,8


1,4 Kg.
Bata

merah

dikatakan

baik

apabila

memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

Berbentuk prisma segi empat panjang, bersudut siku


dan tajam, permukaan rata dan tidak retak

Ukuran sesuai dengan standar (23cm x 11cm x 5cm)

Bila diketok suaranya nyaring

Harus mempunyai kuat tekan rata- rata yang diperoleh


dari hasil pengujian

Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut yang


pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 50%
permukaan bata tertutup oleh bercak- bercak putih.

15

Penyimpanan batu bata di lapangan harus diberi lantai


dengan jarak 30 cm dari permukaan tanah. Bata disusun
berdiri arah lebarnya dan disusun berselang-seling empat
buah-empat buah. Ketinggian penyusunan maksimal 2 m,
hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengambilan.
Diatasnya ditutup dengan terpal atau plastik agar air hujan
tidak teresap oleh bata merah.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK
KONSTRUKSI BATU (MASONRY)
Praktek adalah suatu kegiatan yang merupakan aplikasi dari suatu
teori. Dengan praktek kita dapat mengetahui keadaan di lapangan yang
sebenarnya serta dapat mengaplikasikannya sesuai dengan teori yang
ada. Pelaksanaan praktek dalam pekerjaan masonry sangatlah penting
serta memiliki manfaat yang sangat besar, diantaranya adalah kita dapat
mengatahui bagaimana cara pemasangan bata, plesteran, pemasangan
ubin yang baik dan benar, dsb. Selain itu kita dapat mengetahui
kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di lapangan dan mengetahui
bagaimana cara mengantisipasinya.
Oleh karena itu, agar kita mendapatkan hasil yang memuaskan,
maka pelaksanaan praktek masonry haruslah dilakukan sebaik-baiknya
serta sesuai dengan aturan dan petunjuk yang telah diberikan oleh

16

pembimbing. Selain itu, kita juga harus memperhatikan keselamatan


kerja agar pekerjaan yang kita laksanakan dapat mencapai hasil yang kita
inginkan dengan baik dan benar dalam kondisi pekerjaan yang aman.
Untuk

itu dibutuhkan pakaian pengaman dalam suatu pekerjaan,

diantaranya:
1. Wearpack: melindungi tubuh kita dari debu atau kotoran lainnya
2. Sepatu kerja: sepatu pengaman dengan kedua ujungnya yang keras
3. Masker: melindungi agar udara yang kita hirup bersih
4. Sarung tangan karet: menjaga tangan dari iritasi
3.3 Memasang Dinding Bata
Tujuan :
1. Memasang dinding bata membentuk sudut siku bata dengan
teknik yang benar sehingga membentuk ikatan batu bata yang
kuat dan kokoh
2. Dapat mengukur ketegakan dan kedataran dengan waterpass
supaya benar
3. Memotong batu bata dengan mengunakan palu pemotong bata
4. Mengatur posisi tempat spesi, batu bata dan tempat bekerja atau
lay out dengan baik dan benar
5. Membuat sudut siku pada posisi belokan pasangan bata dengan
alat yang telah diberikan
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesalahan
pekerja dalam pembuatan ikatan bata dan mengetahui bagaimana
solusi terbaiknya
7. Memelihara kebersihan lokasi kerja selama dan sesudah bekerja
Alat dan Bahan:
a.Waterpass
b.Cangkul
c.Kotak spesi
d.Sendok spesi
e.Ember

17

f.Meteran
g.Benang
h.Palu pemotong bata
i.Kapur
j.Air
k.Bata merah
l.Pasir
Instuksi Umum:
1. Teknik perletakan mortar dan batu bata harus benar
2. Setiap tebal siarnya 1 1,5 cm dan harus sama tebal
3. Penekanan untuk menurunkan bata dengan menggeser bata,
jangan diketok karena akan mengurangi kekuatan nantinya
4. Setiap lapis bata harus dicek kedatarannya
Langkah Kerja:
1. Persiapkan

alatalat

dan

bahan

sesuai

dengan

kebutuhan

kemudian letakan pada lay out yang telah dibuat.


2. Sortir batu bata merah yang akan digunakan, diusahakan memiliki
ukuran yang sama untuk memudahkan dalam pemasangan
ikatan.
3. Buat adukan berupa campuran antara pasir dan kapur dengan
presentase (2 pasir : 1 kapur), lalu campurkan juga dengan air
secukupnya. Diusahakan penambahan air pada adukan dilakukan
dengan cara sedikit demi sedikit agar mendapatkan tekstur yang
homogen.
4. Buat dua penanda pemasangan batu bata menggunakan dua
buah bata yang di letakkan kurang lebih seukuran panjang batu
bata dari kedua ujung sambungan batu bata yang ingin dibuat.
Gunakan adukan yang tadi sudah dibuat untuk merekatkan dua

18

penanda dengan lantai, setelah dua penanda di buat, bentangkan


line bobbyn.
5. Pasanglah bata awal di atas adukan tersebut sampai membentang
di awal dan di akhir pasangan bata yang telah direncanakan.
6. Buka line bobbyn yang tadi.
7. Pasang kembali seperti pasangan awal dengan kodisi yang sama
untuk pasangan bata yang berikutnya atau pasangan bata lapis
dua sampai penuh.

TAMPAK DEPAN LAPISAN 1 DAN 2

8. Gunakan waterpass untuk mengetahui

ketegakkan dan sejajar

pada pasangan batu bata.


9. Lakukan secara berurutan pada lapis ke 1 lalu lapis kedua dan
lakukan sampai 10 lapis secara berulang-ulang. Bersihkan bagian
yang masih belum rapi, dan simpan kembali alat alat yang telah
digunakan dari lokasi kerja.
10.

Bersihkan pasangan bata,lokasi pekerjaan, dan peralatan

yang telah digunakan sewaktu bekerja, kemudian kembalikan


kepada petugas peralatan (tool keeper).
GAMBAR KERJA

TAMPAK ATAS
3.1 Memplester Dinding Bata

19

Membuat plester adalah melapisi pasangan batu bata agar


permukaan itu tidak mudah rusak, juga agar tampak rapih dan
bersih. Pekerjaan memplester dilakukan pada pasangan pondasi,
pasangan tembok dinding rumah, lantai batu bata, lisplang beton,
dan sebagainya. Fungsi plesteran anatara lain :
Melindungi konstruksi dinding dari pengruh cuaca
Memberikan permukaan dinding yang halus dan rata
Memberikan keindahan pada bangunan itu sendiri
Peralatan dan Bahan:
a.

Waterpass

b.

Cangkul

c.

Kotak

d.

Kotak spesi

e.

Sendok spesi

f.

Ember

g.

Meteran

h.

Benang

i.

Potongan papan triplek 8cm x cm

j.

Ruskam

k.

Paku

l.

Jidar

m.

Kapur

n.

Air

20

o.

Pasir

Langkah Kerja:
a.

Periksa peralatan dan bahan yang akan diperlukan dalam


pekerjaan plesteran.

b.

Buat adukan untuk lapisan dasar (slorry coat) dengan


komposisi encer seperti bubur.

c.

Lontarkan adukan ke dinding dengan keadaan menyebar dan


merata, ratakan bagian yang menumpuk dengan menggunakan
ruskam kayu dengan arah gerakan melingkar, tetapi tidak perlu
ditekan.

d.

Buatlah adukan untuk lapisan kedua jika seluruh permukaan


dinding sudah tertutup rata.

e.

Buatlah titik-titik plesteran pada sisi atas dan bawah di


permukaan dinding dengan jarak antara titik yang satu dan
lainnya kurang dari panjang jidar yang digunakan, serta titik atas
dan bawah harus tegak.

f. Buat kepala plesteran dengan cara mengisi adukan diantara titik


bagian atas dengan titik bagian bawahnya, kemudian ratakan
menggunakan jidar dengan berpedoman pada ketebalan titik
plesteran tadi.

21

g. Setelah semua kepala plesteran selesai dibuat, tempelkan adukan


dengan cara dikemprotkan ke dinding dimulai dari bagian bawah
lalu ke atas sampai penuh dengan rata, lalu dipotong dengan
menggunakan jidar kearah kiri-kanan sambil didorong ke atas.

Arah gerakan
h. Pada akhir pekerjaan, jika masih terdapat bagian yang tidak rata
(masih bolong), lontarkan adukan pada bagian tersebut kemudian
gosok menggunakan ruskam kayu dengan arah gerakan melingkar
sampai permukaan dinding tersebut benar-benar rata.
i. Jika dinding yang diplester terkena matahari secara langsung,
maka perlu dijaga agar air tidak terjadi penguapan terlalu drastis
yang

akan

mengakibatkan

retak

(cracking)

pada

plesteran

tersebut. Untuk mencegah hal ini tutup pekerjaan dengan


menggunakan terpal atau plastik.

j. Setelah pekerjaan selesai, cuci semua peralatan yang sudah


digunakan sampai bersih seperti sebelum digunakan dan beri

22

pelumas serta dilap untuk mencegah korosi dan bersihkan juga


lokasi pekerjaan agar terlihat rapi.
3.2 Memasang Ubin Dinding
Pemasangan ubin dinding lebih sulit bila dibandingkan dengan
pemasangan ubin lantai, karena pada pemasangan ubin dinding
dituntut untuk memiliki permukaan dinding yang rata dan tegak
lurus juga siar yang rapi. Kesulitan dalam pekerjaan ini terletak pada
pemasangan

ubin

pada

permukaan

yang

tegak,

sehingga

memungkinkan ubin bisa terlepas dan jatuh dari bidang pekerjaan


lebih besar.
Hal - hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan ubin, yaitu:

Lantai atau tembok yang akan dipasangi ubin harus rata

Hindari pemukulan ubin yang terlampau keras agar ubin tidak


pecah

Sebelum memasang ubin, buatlah garis dari tali sebagai patokan


kelurusan ubin

Gunakan adukan sesuai aturan

Maksud dan Tujuan


Mahasiswa diharapkan dapat memasangkan ubin dinding dengan
benar
Peralatan dan Bahan
a. Waterpass
b. Skrap spesi
c. Ember
d. Benang
e. Siku
f. Paku

23

g. Kapur
h. Air
i. Pasir
j. Ubin dinding 20x20cm
Langkah Kerja:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Buat pasta kapur yang akan digunakan.
3. Merendam ubin yang akan digunakan, dan menyiram dinding
kerja
secukupnya.
4. Melakukan pengecekan kondisi plesteran, jika masih terdapat
bagian

yang

cembung/

cekung

maka

tebal

pasta

kapur

disesuaikan dengan ketegakan permukaan.


5. Sebagai pedoman dalam pemasangan ubin dinding, pasangkan
paku dengan benang yang berjarak 1cm dari permukaan dinding,
10cm dari samping, dan 5cm dari bawah.
6. Periksa ketegakan dan kerataan benang menggunakan waterpass.
7. Gunakan skrap spesi untuk mengambil pasta kapur, kemudian
letakan pada dinding kerja sesuai dengan pedoman yang telah
dibuat.
8. Pasang ubin pada ujung pertemuan kedua benang bagian bawah
terlebih dahulu sebagai pedoman kemudian tahan keramik
dengan paku berukuran 4 mm tepat dibawahnya, dengan
dipasang agak miring.

24

9. Pasang paku yang berukuran 2mm diatas ubin yang telah


dipasang.
10.

Pemasangan ubin dilakukan dengan membentuk huruf L

sehingga terbentuk siar yang tegak lurus dan sejajar. Ukur


kedataran dan kerataan permukaan ubin menggunakan waterpass
batang.
11.

Lakukan

cara

kerja

tersebut

berulang-ulang

dalam

pemasangan ubin sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.


12.

Setelah ubin selesai di pasang

isi nat yang kosong dengan

adukan kapur dengan cara mengoleskannya.


13.

Setelah selesai

bersihkan hasil kerja menggunakan lap

basah.

14.

Rapihkan

kembali

perlatan

bersihkan kembali lokasi kerja.


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

25

yang

telah

digunakan

dan

Dalam praktik kerja batu ini, banyak manfaat yang dapat kita ambil.
Salah satunya mahasiswa dituntut untuk mengenal dan mengerti halhal yang berkaitan dengan konstruksi batu. Dalam praktik kerja batu
ini mahasiswa diberi pengetahuan dan dasar-dasar teknik pekerjaan
batu yang baik dan benar. Berikut ringkasan dari isi makalah:
1. Siar tegak antara lapisan 1 dan lapisan 2 tidak boleh bertemu
2. Ukuran siar biasanya 0,8 s/d 1,2 / 0,1 s/d 1,5 cm
3. Pada saat memasang. Pasangan harus tegak dan datar
4. Untuk

mengecek

kedataran

dan

ketegakan,

kita

dapat

menggunakan waterpass
5. Untuk mengecek kesikuan kita dapat menggunakan plat siku
6. Adukan semen harus sesuai standar, karena apa bila tidak sesuai
standar pencampuran pasangan bata akan tidak kuat dan mudah
roboh
7. Ada beberapa potongan bata. Antara lain bata ,bata dan bata
1
8. Ada beberapa pemasangan dinding bata. Antara lain pasangan
dinding bata, pasangan pertemuan 2 dinding sudut dan satu
bata,

Pasangan

persilangan

dua

dinding

bata

dengan

pertemuan 1 bata, serta membuar rollag dan pilaster


9. Bahan pengikat spesi antara lain pasir, semen dan air
4.2

Saran
Dengan ditemuinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan
praktikum maka:
1.

Perawatan peralatan dalam pelaksanaan harus lebih


ditingkatkan lagi

26

2.

Dalam bekerja harus mengutamakan K-3

3.

Mengikuti instruksi yang telah diberikan

4.

Bekerja dengan tekun dan memanfaatkan waktu


seefisien mungkin

5.

Menggunakan alat- alat dan bahan sesuai dengan


fungsinya

6.

Dalam proses pekerjaan harus rapi dan teliti


Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/doc/91888241/Gita-Lap-masonry
http://www.scribd.com/doc/41366884/Makalah-Masonry
http://ipxwrs.blogspot.com/2012/12/makalah-bangunan-batu-

bata.html
http://www.scribd.com/doc/215446777/Pengertian-Konstruksi-

Batu-docx
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasir

27

28

Anda mungkin juga menyukai