Pedoman
Praktis
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan
Di Indonesia
PPOK
Pedoman Praktis
Diagnosis dan Penatalaksanaan
Di Indonesia
PPOK
Pedoman Praktis
Diagnosis dan Penatalaksanaan
Di Indonesia
DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru
yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran
udara yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel
atau gas yang beracun / berbahaya, disertai efek ekstraparu
yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit.
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK
karena:
FAKTOR RISIKO
Asap rokok merupakan penyebab terpenting, jauh lebih penting
dari faktor penyebab lainnya. Penyebab faktor genetik adalah
kekurangan enzim alfa-1 antitripsin.
Termasuk dalam faktor risiko:
1.
2.
Asap rokok
Perokok aktif
Perokok pasif
Polusi udara
Asap rokok
Asap kompor
Debu jalanan
3.
4.
Sosial ekonomi
PATOGENESIS
Pejamu
Inflamasi paru
Stres oksidatif
Protease
Antioksida
n
Antiprotea
se
Mekanisme
perbaikan
PPOK
DIAGNOSIS
Faktor risiko
- Usia di atas 40 tahun
- Riwayat pajanan : asap
rokok polusi udara, polusi
tempat kerja
Curiga PPOK
Fasilitas spirometri
(-)
Fasilitas spirometri
(+)
VEP1/KVP <
70%
post
bronkodilator
PPOK secara
klinis
PPOK
Derajat I/II/III/IV
* Pemeriksaan fisis :
A. Normal
B. Kelainan
- Bentuk dada : barrel chest
- Penggunaan otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Hipertrofi otot bantu napas
- Fremitus melemah, sela iga melebar
- Hipersonor
- Suara napas vesikuler melemah atau normal
- Ekspirasi memanjang
- Mengi
Normal
Bukan
PPOK
** Foto toraks curiga PPOK
A. Normal
B. Kelainan
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Diafragma mendatar
- Corakan bronkovaskuler meningkat
- Bulla
- Jantung pendulum
***CT dan HRCT (tidak rutin)
****Analisis gas darah
KLASIFIKASI PPOK
Gold 2009
Derajat
Klinis
Gejala klinis
(batuk, produksi sputum)
Derajat I :
PPOK
Ringan
Faal Paru
Normal
Derajat
IV:
PPOK
Sangat
Berat
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis
Gambaran klinis
PPOK
1.
2.
3.
4.
5.
Asma
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gagal jantung
kongestif
1.
2.
3.
4.
Riwayat hipertensi
Ronki basah halus di basal paru
Gambaran foto toraks pembesaran jantung dan edema paru
Pemeriksaan faal paru restriksi, bukan obstruksi
Bronkiektasis
Tuberkulosis
1.
2.
3.
Sindrom Obstruksi
Pasca TB (SOPT)
1.
2.
3.
Bronkiolitis
Obliterasi
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Usia muda
Tidak merokok
Mungkin ada riwayat artritis rematoid
CT Paru ekspirasi terlihat gambaran hipodens
Sering pada Perempuan tidak merokok
Seringkali berhubungan dengan Sinusitis
Ronsen dan CT Paru Resolusi Tinggi memperlihatkan bayangan
diffuse nodul opak sentrilobular dan hiperinflasi
Diffuse
panbronchiolitis
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan PPOK :
1.
Mengurangi gejala
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengaruh
penyakit
terhadap
kehidupan
pasien
seperti
9.
Ask (Tanyakan)
Mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan.
2.
Advise (Nasihati)
Dorongan kuat pada semua perokok untuk berhenti merokok.
3.
Assess (Nilai)
Keinginan untuk usaha berhenti merokok (misal: dalam 30 hari
ke depan).
4.
Assist (Bimbing)
Bantu pasien dengan rencana berhenti merokok, menyediakan
konseling praktis, merekomendasikan penggunaan farmakoterapi.
5.
Arrange (Atur)
Buat jadwal kontak lebih lanjut.
DERAJAT II**
DERAJAT III
DERAJAT IV
Tambahkan inhalasi
glukokortikosteroid jika terjadi
eksaserbasi berulang-ulang
Tambahkan
pemberian
oksigen
jangka
panjang
kalau terjadi
gagal napas
kronik
Lakukan
tindakan
operasi bila
diperlukan
KARAKTERISTIK
Semua derajat
REKOMENDASI PENGOBATAN
Derajat I :
PPOK Ringan
Derajat II :
PPOK Sedang
Derajat III:
PPOK Berat
Derajat IV:
PPOK Sangat
Berat
Bronkodilator
kerja
singkat
(SABA,
Antikolinergik kerja cepat, Xantin) bila perlu
Bronkodilator
Kombinasi
agonis 2, antikolinergik dan / atau teofilin
memperbaiki fungsi paru dan kualitas hidup (bukti A).
Pengobatan dini dengan bronkodilator antikolinergik kerja lama
pada PPOK tingkat moderate dapat memperlambat laju
penurunan fungsi paru.
Glukokortikosteroid
Glukokortikosteroid inhalasi tidak mencegah laju penurunan
fungsi paru (bukti A). Glukokortikoid dapat menurunkan
frekuensi eksaserbasi pada derajat III dan IV (bukti A).
Antioksidan (N-asetilsistein)
Antioksidan dapat mengurangi frekuensi eksaserbasi bila
digunakan bersama kortikosteroid inhalasi (bukti B).
Rehabilitasi medis
Menurunkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup (bukti A).
Disarankan mulai pada derajat II.
Terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen jangka panjang lebih dari 15 jam per
hari pada pasien dengan gagal napas dapat meningkatkan harapan
hidup (bukti A) serta memberikan keuntungan pada
hemodinamik, karakteristik hematologi kapasitas latihan,
ventilasi dan status mental.
Indikasi pemberian terapi oksigen jangka panjang pada PPOK
Derajat IV.
Pembedahan (bukti C)
Bulektomi dapat menurunkan sesak dan memperbaiki fungsi paru
Transplantasi paru
EDUKASI
Berhenti merokok
Pengetahuan
dasar PPOK
Obat-obatan
Pencegahan
perburukan
penyakit
Menghindari
pencetus
Penyesuaian
aktivitas
FARMAKOLOGI
NON
FARMAKOLOGI
REGULER
Bronkodilator
Anti kolinergik
Agonis 2
Xantin
Kombinasi
SABA +
Antikolinergik
Kombinasi LABA
+ kortikosteroid
Antioksidan
Dipertimbangkan :
mukolitik
Rehabilitasi
Terapi oksigen
Vaksinasi
Nutrisi
Ventilasi
mekanis non
invasif
Intervensi
bedah
2.
3.
4.
5.
6.
Terapi oksigen
Terapi nutrisi
Rehabilitasi fisis dan respirasi
Evaluasi progresifiti penyakit
Edukasi
Indikasi rawat :
1.
Peningkatan gejala (sesak, batuk) saat tidak beraktivitas
2.
PPOK dengan derajat berat
3.
Terdapat tanda-tanda sianosis dan atau edema
4.
Disertai penyakit komorbid lain
5.
Sering eksaserbasi
6.
Didapatkan aritmia
7.
Diagnostik yang belum jelas
8.
Usia lanjut
9.
Infeksi saluran napas berat
10. Gagal napas akut pada gagal napas kronik
Indikasi rawat ICU:
1.
Sesak berat setelah penanganan adekuat di ruang gawat darurat
atau ruang rawat
2.
Kesadaran menurun, letargi atau kelemahan otot-otot respirasi
3.
Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi hipoksemia atau
perburukan PaO2 < 50 mmHg atau PaCO2 > 50 mmHg
memerlukan ventilasi mekanis (invasif atau non invasif)
4.
Memerlukan penggunaan ventilasi mekanis invasif
5.
Ketidakstabilan hemodinamik
Lanjutkan tatalaksana,
kurangi jika mungkin
Ke dokter
Tatalaksana jangka
panjang
saluran napas
- Diuretik bila ada kelebihan
cairan
Nilai ulang tanda / gejala
selama 2 hari
* Inhalasi /nebuliser
- Agonis 2
- Antikolinergik
3. Antibiotik
4. Kortikosteroid sistemik
5. Diuretik bila ada retensi cairan
Mengancam jiwa
(gagal napas akut)
ICU
Tidak mengancam
jiwa
Ruang
rawat
TABEL OBAT-OBATAN
Obat
Antikolinergik
Ipratropium
Tiotropium
IDT */ISK
*
( ugr )
Nebulizer
(mg)
Oral
(mg)
40 80
18
0,25 0,50
68
24
0,5 2,0
2,5 5.0
5 10
-
24
2,5 - 5
0,25
0,5
46
46
46
68
12
12
48
48
4,5 12
50 100
200 + 20
75 + 15
50/125 +
25
80/160 +
4,5
Metilxantin
Aminofillin
Teofilin LL ***
Kortikosteroid
Beklometason
Budesonid
Flutikason
2,5 + 0,5
Lama
kerja
( jam )
12
12
100, 200
100,200,4
00
0,5
Kartikosteroid sistemik
Prednison
Vial
injeksi
200
100 400
0,5
5, 30
240
46
Bervariasi
, bisa
sampai
24 jam
Metilprednisolon
Keterangan :
10-1000
mg
4, 8, 18
125
*IDT = Inhalasi Dosis Terukur, **ISK = Inhalasi Serbuk Kering , ***LL = Lepas Lambat
Antioksidan
: N-Asetil sistein
Mukolitik
: Ambroksol, Erdosistein, Karbosistein
DAFTAR PUSTAKA
ATS Statement. Standards for the diagnostic and care of patient with chronic
obstructive disease. Am J Respir Crit Care Med 1995; 152: S77-120.
Lampiran
Obat-obatan, dosis & kemasan
Gejala
Golongan
Obat
-
Gejala
intermiten
(pada waktu
aktivitas)
Agonis 2
Bila perlu
Gejala terus
menerus
Antikolinergik
kerja singkat
Ipratropium bromida
2 4 semprot
Antikolinergik
kerja lama
Tiotropium bromida
80 gr
1 hisap
Inhalasi
Agonis 2
kerja cepat
Fenoterol
100 gr/ semprot
salbutamol
100 gr / semprot
Terbutalin
0,5 mgr/ semprot
Prokaterol
2 4 semprot
3 4 x/ hari
2 4 semprot
3 4 x/hari
2 4 semprot
4 x/ hari
2 4 semprot
Ipratropium bromida
20 gr + salbutamol
100 gr per semprot
2 4 semprot
3 4 x/ hari
Tanpa gejala
Tanpa obat
20 gr
10 gr/ semprot
Kombinasi
terapi
Dosis
3 4 x / hari
1 x / hari
3 x/hari
Gejala
Golongan
Obat
Dosis
Pasien memakai
inhalasi agonis
2 kerja singkat
rutin
Inhalasi
Agonis 2
kerja lama`
(tidak dipakai
untuk
eksaserbasi)
Formoterol
1-2 semprot
6 gr, 12 gr/ semprot 2 x / hari
tidak melebihi 2
x/ hari
salmeterol
25 gr/ semprot
1-2 semprot
2 x/ hari
tidak melebihi 2
x/ hari
400 800 mg /
hari
3 4 x/ hari
Anti oksidan
N asetil sistein
600 mg/ hr
Pasien tetap
mem-punyai
gejala dan atau
terbatas dalam
aktiviti harian
meskipun
mendapat
pengobatan
bron-kodilator
maksimal
Kortikosteroid
oral
( uji
kortikosteroid
)
Prednison
Metil prednisolon
30 40 mg/ hr
selama 2 mg
Uji
kortikosteroid
memberikan
respons positif
Inhalasi
Kortikosteroid
Beklometason
50 gr, 250 gr/
semprot
1 2 semprot
2 4 x/ hari
Atau
timbul gejala
pada waktu
malam atau pagi
Teofilin
hari
Sebaiknya
pemberian
kortikosteroid
inhalasi dicoba
bila mungkin
untuk
memperkecil
efek samping
Budesonid
100 gr, 250 gr, 400
gr/ semprot
Flutikason
125 gr/ semprot
200 400 gr
2x/hari
maks 2400
gr/hari
125 250 gr
2x/ hari
maks 1000 gr /
hari