Anda di halaman 1dari 30

PPOK

(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

Pedoman
Praktis
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan
Di Indonesia

Revisi, Juli 2010


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)

PPOK

(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

Pedoman Praktis
Diagnosis dan Penatalaksanaan
Di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)


EDITOR
TIM KELOMPOK POKJA PPOK
Budhi Antariksa
Dianiati Kusumo Sutoyo
Faisal Yunus
Ida Bagus Ngurah Rai
Joko Riyadi
Pradjnaparamita
Suradi
Susanthy Djajalaksana
Wiwien Heru Wiyono

PPOK

(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

Pedoman Praktis
Diagnosis dan Penatalaksanaan
Di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)


TIM KELOMPOK KERJA PPOK
Ketua: Budhi Antariksa, Anggota: Adlan N. L. Sitompul, Alexander K Ginting, Azril
Hasan, Benjamin Y. Tanuwihardja, Bobby Drastyawan, Daniel Maranatha, Dewi
Wahyu Fitrina, Dianiati Kusumo Sutoyo, Dwi Hartanto, Faisal Yunus, Ida Bagus
Ngurah Rai, Hadiarto Mangunnegoro, I Nyoman Nama Putra, Iswanto, Joko Riyadi,
Joni Anwar, Muhammad Amin, Nur Aida, Pradjnaparamita, Reviono, Rita Rogayah,
Santi Rahayu, Suradi, Susanthy Djajalaksana, Taufik, Tamsil Syafiuddin, Wiwien
Heru Wiyono, Yusrizal Chan

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau
seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seijin
penulis dan penerbit.
Diterbitkan pertama kali oleh:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Jakarta, 2002
Revisi pertama, Juni 2004
Revisi kedua, Juli 2010
ISBN 978-979-96614-9-4

DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru
yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran
udara yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel
atau gas yang beracun / berbahaya, disertai efek ekstraparu
yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit.
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK
karena:

Emfisema merupakan diagnosis patologik

Bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis

Selain itu keduanya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran


udara dalam saluran napas.
Gejala klinis PPOK: batuk, produksi sputum, sesak napas yang
bertambah pada saat aktivitas.

FAKTOR RISIKO
Asap rokok merupakan penyebab terpenting, jauh lebih penting
dari faktor penyebab lainnya. Penyebab faktor genetik adalah
kekurangan enzim alfa-1 antitripsin.
Termasuk dalam faktor risiko:
1.

2.

Asap rokok

Perokok aktif

Perokok pasif

Polusi udara

Polusi di dalam ruangan


-

Asap rokok

Asap kompor

Polusi di luar ruangan


-

Gas buang kendaraan bermotor

Debu jalanan

Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas


beracun)

3.

Infeksi saluran napas bawah berulang

4.

Sosial ekonomi

PATOGENESIS

Pejamu

Partikel dan gas beracun

Inflamasi paru

Stres oksidatif

Protease

Antioksida
n

Antiprotea
se

Mekanisme
perbaikan
PPOK

Perubahan patologi karakteristik PPOK ditemukan pada saluran napas


proksimal, perifer, parenkim dan vaskular paru. Perubahan patologi yang
terjadi meliputi inflamasi kronik ditandai oleh peningkatan jumlah sel
inflamasi spesifik dan perubahan struktur yang berbeda pada setiap bagian
paru, mengakibatkan cidera dan penyembuhan (injury and repair) yang
berulang. Secara umum inflamasi dan perubahan struktur pada saluran napas
meningkat sesuai dengan berat penyakit yang menetap walaupun sudah
berhenti merokok.

DIAGNOSIS
Faktor risiko
- Usia di atas 40 tahun
- Riwayat pajanan : asap
rokok polusi udara, polusi
tempat kerja

- Sesak napas dan


yang
bertambah
saat aktivitas
- Batuk kronik
- Produksi
sputum
kronik
- Keterbatasan
aktivitas
Pemeriksaan fisis
*
Pemeriksaan
foto toraks

Curiga PPOK

Fasilitas spirometri
(-)

Fasilitas spirometri
(+)
VEP1/KVP <
70%
post
bronkodilator

PPOK secara
klinis

PPOK
Derajat I/II/III/IV

* Pemeriksaan fisis :
A. Normal
B. Kelainan
- Bentuk dada : barrel chest
- Penggunaan otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Hipertrofi otot bantu napas
- Fremitus melemah, sela iga melebar
- Hipersonor
- Suara napas vesikuler melemah atau normal
- Ekspirasi memanjang
- Mengi

Normal

Bukan
PPOK
** Foto toraks curiga PPOK
A. Normal
B. Kelainan
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Diafragma mendatar
- Corakan bronkovaskuler meningkat
- Bulla
- Jantung pendulum
***CT dan HRCT (tidak rutin)
****Analisis gas darah

KLASIFIKASI PPOK
Gold 2009
Derajat

Klinis
Gejala klinis
(batuk, produksi sputum)

Derajat I :
PPOK
Ringan

Faal Paru
Normal

Gejala batuk kronik dan


produksi sputum ada tetapi
tidak sering. Pada derajat ini
pasien sering tidak menyadari
bahwa fungsi paru mulai
menurun
Derajat II : Gejala sesak mulai dirasakan
PPOK
saat aktivitas dan kadang
Sedang
ditemukan gejala batuk dan
produksi sputum. Pada
derajat ini biasanya pasien
mulai memeriksakan
kesehatannya
Derajat III Gejala sesak lebih berat,
PPOK
penurunan aktivitas, rasa
Berat
lelah dan serangan
eksaserbasi semakin sering
dan berdampak pada kualitas
hidup pasien

VEP1 / KVP < 70 %.


VEP1 80% prediksi

Derajat
IV:
PPOK
Sangat
Berat

VEP1/ KVP < 70 %


VEP1< 30% prediksi
atau VEP1 < 50%
prediksi disertai gagal
napas kronik

Gejala di atas ditambah


tanda-tanda gagal napas atau
gagal jantung kanan dan
ketergantungan oksigen. Pada
derajat ini kulitas hidup
pasien memburuk dan jika
eksaserbasi dapat mengancam
jiwa

VEP1 = Volume ekspirasi paksa detik pertama


KVP = Kapasitas vital paksa

VEP1 /KVP < 70 %


50% < VEP1 < 80%
prediksi

VEP1 /KVP < 70 %


30% < VEP1 < 50%
prediksi

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis

Gambaran klinis

PPOK

1.
2.
3.
4.
5.

Onset usia pertengahan


Gejala progresif lambat
Riwayat merokok (lama & jumlah)
Sesak saat aktivitas
Hambatan aliran udara umumnya ireversibel

Asma

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Onset usia dini


Gejala bervariasi dari hari ke hari
Gejala pada waktu malam/dini hari lebih menonjol
Dapat ditemukan alergi, rinitis dan atau eksim
Riwayat asma dalam keluarga
Hambatan aliran udara umumnya reversibel

Gagal jantung
kongestif

1.
2.
3.
4.

Riwayat hipertensi
Ronki basah halus di basal paru
Gambaran foto toraks pembesaran jantung dan edema paru
Pemeriksaan faal paru restriksi, bukan obstruksi

Bronkiektasis

1. Sputum purulen dalam jumlah banyak


2. Sering berhubungan dengan infeksi bakteri
3. Ronki basah kasar dan jari tabuh
4. Gambaran foto toraks tampak honeycomb
appearence dan penebalan dinding bronkus

Tuberkulosis

1.
2.
3.

Onset semua usia


Gambaran foto toraks Infiltrat
Konfirmasi mikrobiologi (Basil Tahan Asam / BTA)

Sindrom Obstruksi
Pasca TB (SOPT)

1.
2.
3.

Riwayat pengobatan anti tuberkulosis adekuat


Gambaran foto toraks bekas TB : fibrotik dan kalsifikasi minimal
Pemeriksaan faal paru menunjukkan obstruksi yang tidak
reversibel

Bronkiolitis
Obliterasi

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.

Usia muda
Tidak merokok
Mungkin ada riwayat artritis rematoid
CT Paru ekspirasi terlihat gambaran hipodens
Sering pada Perempuan tidak merokok
Seringkali berhubungan dengan Sinusitis
Ronsen dan CT Paru Resolusi Tinggi memperlihatkan bayangan
diffuse nodul opak sentrilobular dan hiperinflasi

Diffuse
panbronchiolitis

PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan PPOK :
1.

Mengurangi gejala

2.

Mencegah progresivitas penyakit

3.

Meningkatkan toleransi latihan

4.

Meningkatkan kualitas hidup penderita

5.

Mencegah dan mengobati komplikasi

6.

Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang

7.

Menurunkan angka kematian

Program berhenti merokok sebaiknya dimasukkan sebagai salah satu


tujuan selama tatalaksana PPOK
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui 4 komponen program
tatalaksana:
1.

Evaluasi dan monitor penyakit

2.

Menurunkan faktor risiko

3.

Tatalaksana PPOK stabil

4.

Tatalaksana PPOK eksaserbasi

EVALUASI DAN MONITOR PENYAKIT


Riwayat penyakit yang rinci pada pasien yang dicurigai atau pasien
yang telah didiagnosis PPOK digunakan untuk evaluasi dan monitoring
penyakit :
1.

Pajanan faktor risiko, jenis zat dan lamanya terpajan

2.

Riwayat timbulnya gejala atau penyakit

3.

Riwayat keluarga PPOK atau penyakit paru lain, misalnya asma


atau TB paru

4.

Riwayat eksaserbasi atau perawatan di rumah sakit akibat


penyakit paru kronik lainnya

5.

Penyakit komorbid yang ada, misal penyakit jantung rematik


atau penyakit yang menyebabkan keterbatasan aktifitas

6.

Rencana pengobatan terkini yang sesuai dengan derajat PPOK

7.

Pengaruh

penyakit

terhadap

kehidupan

pasien

seperti

keterbatasan aktivitas, kehilangan waktu kerja dan pengaruh


ekonomi serta perasaan depresi / cemas
8.

Kemungkinan untuk mengurangi faktor risiko terutama berhenti


merokok

9.

Dukungan dari keluarga

PPOK merupakan penyakit progresif, artinya fungsi paru akan


menurun seiring dengan perburukan penyakit.
Monitor penting yang harus dilakukan adalah gejala klinis dan fungsi
paru.

MENURUNKAN FAKTOR RISIKO


Berhenti merokok merupakan satu-satunya intervensi yang paling
efektif dalam mengurangi risiko berkembangnya PPOK dan
memperlambat progresivitas penyakit (Bukti A).
Strategi untuk membantu pasien berhenti merokok 5A:
1.

Ask (Tanyakan)
Mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan.

2.

Advise (Nasihati)
Dorongan kuat pada semua perokok untuk berhenti merokok.

3.

Assess (Nilai)
Keinginan untuk usaha berhenti merokok (misal: dalam 30 hari
ke depan).

4.

Assist (Bimbing)
Bantu pasien dengan rencana berhenti merokok, menyediakan
konseling praktis, merekomendasikan penggunaan farmakoterapi.

5.

Arrange (Atur)
Buat jadwal kontak lebih lanjut.

PENATALAKSANAAN MENURUT DERAJAT PPOK

Penanganan PPOK yang stabil secara menyeluruh harus bersifat


individu terutama pada perbaikan gejala dan kualitas hidup
DERAJAT I

VEP1 /KVP < 70%


VEP1 80 %
prediksi

DERAJAT II**

DERAJAT III

VEP1/KVP < 70%


50 % < VEP1< 80 %
prediksi

VEP1 /KVP 70%


30 % VEP1 50 %
prediksi

DERAJAT IV

VEP1 /KVP < 70%


VEP1 < 30 %
prediksi

Hindari faktor risiko : BERHENTI MEROKOK, PAJANAN KERJA


Dipertimbangkan pemberian vaksinasi influenza
Tambakan bronkodilator kerja pendek (bila diperlukan)

Berikan pengobatan rutin dengan satu atau lebih


bronkodilator kerja lama
Tambahkan rehabilitasi fisis

Tambahkan inhalasi
glukokortikosteroid jika terjadi
eksaserbasi berulang-ulang

Tambahkan
pemberian
oksigen
jangka
panjang
kalau terjadi
gagal napas
kronik
Lakukan
tindakan
operasi bila
diperlukan

KARAKTERISTIK DAN REKOMENDASI PENGOBATAN


BERDASARKAN DERAJAT PPOK
DERAJAT

KARAKTERISTIK

Semua derajat

REKOMENDASI PENGOBATAN

Derajat I :
PPOK Ringan

Derajat II :
PPOK Sedang

VEP1 /KVP < 70%


VEP1
80 %
prediksi
Dengan atau tanpa
gejala
VEP1/KVP < 70%
50 % < VEP1< 80 %
prediksi
Dengan atau tanpa
gejala

Derajat III:
PPOK Berat

VEP1 /KVP 70%


30 % VEP1 50 %
prediksi
dengan atau tanpa
gejala

Derajat IV:

VEP1 /KVP < 70%


VEP1 <
30 %
prediksi atau gagal
napas atau gagal
jantung kanan

PPOK Sangat
Berat

Edukasi (hindari faktor pencetus)


Bronkodilator kerja singkat (SABA,
Antikolinergik kerja cepat, Xantin) bila
perlu
Vaksinasi influenza

Bronkodilator
kerja
singkat
(SABA,
Antikolinergik kerja cepat, Xantin) bila perlu

1. Pengobatan reguler dengan bronkodilator:


a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi
pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi
respirasi)
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih
bronkodilator:
a. Anti kolinergik kerja lama sebagai terapi
pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan
respons klinis atau eksaserbasi berulang
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi
respirasi)
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih
bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai
terapi pemeliharaan
b. LABA
c. Pengobatan komplikasi
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan
respons klinis atau eksaserbasi berulang
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi
respirasi)
3. Terapi oksigen jangka panjang bila gagal
napas
4. Ventilasi mekanis noninvasif
5. Pertimbangkan terapi pembedahan

Bronkodilator
Kombinasi
agonis 2, antikolinergik dan / atau teofilin
memperbaiki fungsi paru dan kualitas hidup (bukti A).
Pengobatan dini dengan bronkodilator antikolinergik kerja lama
pada PPOK tingkat moderate dapat memperlambat laju
penurunan fungsi paru.

Glukokortikosteroid
Glukokortikosteroid inhalasi tidak mencegah laju penurunan
fungsi paru (bukti A). Glukokortikoid dapat menurunkan
frekuensi eksaserbasi pada derajat III dan IV (bukti A).

Inhalasi kombinasi glukokortikosteroid dengan LABA lebih


efektif menurunkan eksaserbasi dan memperbaiki fungsi paru
serta kualitas hidup (bukti A)

Vaksinasi influenza (bukti A) dan pneumonia (bukti B)


dipertimbangkan diberikan pada:
Pasien usia di atas 60 tahun
Pasien PPOK sedang, berat dan sangat berat

Mukolitik (ambroksol, erdostein, karbosistein)


Pada eksaserbasi memberikan perbaikan, sedang pada
penggunaan jangka panjang masih diperdebatkan (bukti D).

Antioksidan (N-asetilsistein)
Antioksidan dapat mengurangi frekuensi eksaserbasi bila
digunakan bersama kortikosteroid inhalasi (bukti B).

Rehabilitasi medis
Menurunkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup (bukti A).
Disarankan mulai pada derajat II.

Terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen jangka panjang lebih dari 15 jam per
hari pada pasien dengan gagal napas dapat meningkatkan harapan
hidup (bukti A) serta memberikan keuntungan pada
hemodinamik, karakteristik hematologi kapasitas latihan,
ventilasi dan status mental.
Indikasi pemberian terapi oksigen jangka panjang pada PPOK
Derajat IV.

Ventilasi mekanis non invasif


Tidak digunakan secara rutin pada PPOK dengan gagal napas
kronik, kombinasi bersamaan dengan terapi oksigen jangka
panjang. Dapat dianjurkan jika terjadi gagal napas acute on
chronic (bukti A).

Pembedahan (bukti C)
Bulektomi dapat menurunkan sesak dan memperbaiki fungsi paru

Lung volume reduction surgery (LVRS)

Transplantasi paru

ALGORITME PENATALAKSANAAN PPOK STABIL

Algoritme PPOK Stabil

EDUKASI

Berhenti merokok

Pengetahuan
dasar PPOK
Obat-obatan

Pencegahan
perburukan
penyakit
Menghindari
pencetus
Penyesuaian
aktivitas

FARMAKOLOGI

NON
FARMAKOLOGI

REGULER

Bronkodilator

Anti kolinergik
Agonis 2
Xantin
Kombinasi
SABA +
Antikolinergik
Kombinasi LABA
+ kortikosteroid
Antioksidan

Dipertimbangkan :
mukolitik

Rehabilitasi
Terapi oksigen
Vaksinasi
Nutrisi
Ventilasi
mekanis non
invasif
Intervensi
bedah

PENATALAKSANAAN PPOK EKSASERBASI


Gejala eksaserbasi :
1.
Batuk makin sering / hebat
2.
Produksi sputum bertambah banyak
3.
Sputum berubah warna
4.
Sesak napas bertambah
5.
Keterbatasan aktivitas bertambah
6.
Terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik
7.
Kesadaran menurun
Penatalaksanaan eksaserbasi akut dapat dilakukan di :
1.
Poliklinik rawat jalan
2.
Unit gawat darurat
3.
Ruang rawat
4.
Ruang ICU
Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi PPOK
1.
Optimalisasi penggunaan obat-obatan
a.
Bronkodilator
Agonis 2 kerja singkat kombinasi dengan
antikolinergik melalui inhalasi (nebuliser) (bukti A)
Xantin intravena (bolus dan drip) (bukti B)
b.
Kortikosteroid sistemik (bukti A)
c.
Antibiotik
Golongan makrolid baru (Azitromisin, Roksitromisin,
Klaritromisin)
Golongan kuinolon respirasi
Sefalosporin generasi III/IV
d.
Mukolitik
e.
Ekspektoran

2.
3.
4.
5.
6.

Terapi oksigen
Terapi nutrisi
Rehabilitasi fisis dan respirasi
Evaluasi progresifiti penyakit
Edukasi

Indikasi rawat :
1.
Peningkatan gejala (sesak, batuk) saat tidak beraktivitas
2.
PPOK dengan derajat berat
3.
Terdapat tanda-tanda sianosis dan atau edema
4.
Disertai penyakit komorbid lain
5.
Sering eksaserbasi
6.
Didapatkan aritmia
7.
Diagnostik yang belum jelas
8.
Usia lanjut
9.
Infeksi saluran napas berat
10. Gagal napas akut pada gagal napas kronik
Indikasi rawat ICU:
1.
Sesak berat setelah penanganan adekuat di ruang gawat darurat
atau ruang rawat
2.
Kesadaran menurun, letargi atau kelemahan otot-otot respirasi
3.
Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi hipoksemia atau
perburukan PaO2 < 50 mmHg atau PaCO2 > 50 mmHg
memerlukan ventilasi mekanis (invasif atau non invasif)
4.
Memerlukan penggunaan ventilasi mekanis invasif
5.
Ketidakstabilan hemodinamik

ALGORITME PENATALAKSANAAN PPOK EKSASERBASI AKUT DI RUMAH DAN


PELAYANAN KESEHATAN PRIMER / PUSKESMAS

Inisiasi atau meningkatkan frekuensi terapi


bronkodilator
Nilai ulang dalam beberapa jam

Perbaikan tanda dan


gejala

Tidak terjadi penyembuhan


atau perbaikan

Lanjutkan tatalaksana,
kurangi jika mungkin

Ke dokter

Tatalaksana jangka
panjang

- Tambahkan kortikosteroid oral


- Antibiotik bila ada tanda infeksi

saluran napas
- Diuretik bila ada kelebihan
cairan
Nilai ulang tanda / gejala
selama 2 hari

Perburukan tanda/ gejala

Rujuk ke rumah sakit

ALGORITME PENATALAKSANAAN PPOK EKSASERBASI AKUT DI


RUMAH SAKIT

- Nilai berat gejala (kesadaran, frekuensi


napas, pemeriksaan fisis)
- Analisis gas darah
- Foto toraks
1. Terapi oksigen
2. Bronkodilator

* Inhalasi /nebuliser

- Agonis 2
- Antikolinergik

* Intravena : metilxantin, bolus & drip

3. Antibiotik
4. Kortikosteroid sistemik
5. Diuretik bila ada retensi cairan

Mengancam jiwa
(gagal napas akut)

ICU

Tidak mengancam
jiwa

Ruang
rawat

RUJUKAN KE SPESIALIS PARU


Rujukan ke spesialis paru dapat berasal dari spesialis bidang lain atau
dari pelayanan kesehatan primer, yaitu pelayanan kesehatan oleh dokter
umum (termasuk puskesmas ) (C-3A, 3B).

TABEL OBAT-OBATAN
Obat
Antikolinergik
Ipratropium
Tiotropium

IDT */ISK
*
( ugr )

Nebulizer
(mg)

Oral
(mg)

40 80
18

0,25 0,50

68
24

0,5 2,0
2,5 5.0
5 10
-

24
2,5 - 5
0,25
0,5

46
46
46
68

12
12

48

48

Agonis 2 kerja singkat


Fenoterol
100 200
Salbutamol
100 200
Terbutalin
250 500
Prokaterol
10
Agonis 2 kerja lama
Formoterol
Salmeterol
Terapi kombinasi
Fenoterol
Ipratropium
Salbutamol
Ipratropium
Flutikason
salmeterol
Budesonid
formoterol

4,5 12
50 100

200 + 20

75 + 15

50/125 +
25
80/160 +
4,5

Metilxantin
Aminofillin
Teofilin LL ***

Kortikosteroid
Beklometason
Budesonid
Flutikason

2,5 + 0,5

Lama
kerja
( jam )

12
12

100, 200
100,200,4
00

0,5

Kartikosteroid sistemik
Prednison

Vial
injeksi

200
100 400

0,5
5, 30

240

46
Bervariasi
, bisa
sampai
24 jam

Metilprednisolon
Keterangan :

10-1000
mg

4, 8, 18

125

*IDT = Inhalasi Dosis Terukur, **ISK = Inhalasi Serbuk Kering , ***LL = Lepas Lambat
Antioksidan
: N-Asetil sistein
Mukolitik
: Ambroksol, Erdosistein, Karbosistein

DAFTAR PUSTAKA
ATS Statement. Standards for the diagnostic and care of patient with chronic
obstructive disease. Am J Respir Crit Care Med 1995; 152: S77-120.

BTS. Guidelines for the management of chronic obstructive pulmonary


disease. Thorax 1997; 52: S1-25.
COPD: Working towards a greater understanding. Chest 2000; 117:
325S-01S.
Mechanisme and Management of COPD. Chest 1998; 113: 233S-87S.
COPD: Clearing the air. Chest 2000; 117: 1S-69S.
Snow V, Lascher S, Pilson CH. The evidence base for management of
acute exacerbations of COPD. Chest 2001; 119: 118-9.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD).
Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of
chronic obstructive pulmonary disease.
National Institutes of
Health. National Heart, Lung and Blood Insitute, Update 2003.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD).
Pocket guide to COPD diagnosis, management and prevention.
National Institutes of Health. National Heart Lung and Blood
Institute, Update July, 2003.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD).
Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of
chronic obstructive pulmonary disease.
National Institutes of
Health. National Heart, Lung and Blood Insitute, Update 2009

Lampiran
Obat-obatan, dosis & kemasan

Gejala

Golongan
Obat
-

Obat & Kemasan

Gejala
intermiten
(pada waktu
aktivitas)

Agonis 2

Inhalasi kerja cepat

Bila perlu

Gejala terus
menerus

Antikolinergik
kerja singkat

Ipratropium bromida

2 4 semprot

Antikolinergik
kerja lama

Tiotropium bromida
80 gr

1 hisap

Inhalasi
Agonis 2
kerja cepat

Fenoterol
100 gr/ semprot
salbutamol
100 gr / semprot
Terbutalin
0,5 mgr/ semprot
Prokaterol

2 4 semprot
3 4 x/ hari
2 4 semprot
3 4 x/hari
2 4 semprot
4 x/ hari
2 4 semprot

Ipratropium bromida
20 gr + salbutamol
100 gr per semprot

2 4 semprot
3 4 x/ hari

Tanpa gejala

Tanpa obat

20 gr

10 gr/ semprot

Kombinasi
terapi

Dosis

3 4 x / hari
1 x / hari

3 x/hari

Gejala

Golongan
Obat

Obat & Kemasan

Dosis

Pasien memakai
inhalasi agonis
2 kerja singkat
rutin

Inhalasi
Agonis 2
kerja lama`
(tidak dipakai
untuk
eksaserbasi)

Formoterol
1-2 semprot
6 gr, 12 gr/ semprot 2 x / hari
tidak melebihi 2
x/ hari
salmeterol
25 gr/ semprot

1-2 semprot
2 x/ hari
tidak melebihi 2
x/ hari

Teofilin lepas lambat


Teofilin/ aminofilin
150 mg x 3-4x/hari

400 800 mg /
hari
3 4 x/ hari

Anti oksidan

N asetil sistein

600 mg/ hr

Pasien tetap
mem-punyai
gejala dan atau
terbatas dalam
aktiviti harian
meskipun
mendapat
pengobatan
bron-kodilator
maksimal

Kortikosteroid
oral
( uji
kortikosteroid
)

Prednison
Metil prednisolon

30 40 mg/ hr
selama 2 mg

Uji
kortikosteroid
memberikan
respons positif

Inhalasi
Kortikosteroid

Beklometason
50 gr, 250 gr/
semprot

1 2 semprot
2 4 x/ hari

Atau

timbul gejala
pada waktu
malam atau pagi
Teofilin
hari

Sebaiknya
pemberian
kortikosteroid
inhalasi dicoba
bila mungkin
untuk
memperkecil
efek samping

Budesonid
100 gr, 250 gr, 400
gr/ semprot
Flutikason
125 gr/ semprot

200 400 gr
2x/hari
maks 2400
gr/hari
125 250 gr
2x/ hari
maks 1000 gr /
hari

Anda mungkin juga menyukai