Anda di halaman 1dari 20

INSTALASI BANGUNAN

PENANGKAL PETIR

DISUSUN OLEH :

BUDHI DHARMA,ST

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

DAFTAR ISI
BAB I

: PENDAHULUAN

BAB II

: PEMBAHASAN MASALAH

2.1. Bagian Instalasi


2.2. Faktor Pertimbangan
2.3. Tempat Sambaran Petir
2.4. Tempat yang terhindar Sambaran Petir
2.5. Analisa biaya manfaat sistematika atas Proteksi Sambaran Petir
2.6. Penangkal Petir External
2.6.1. Pengadaan Susunan Finial Penangkal Petir
2.6.2. Pengadaan Sistem Penyaluran Arus Petir
2.6.3. Pembuatan Sistem Pentanahan
2.7. Penangkal Petir Internal
2.8. Kerusakan yang diakibatkan oleh Petir
2.8.1. Kerusakan akibat sambaran langsung
2.8.2. Kerusakan akibat sambaran tidak langsung
2.9. Sistem Perlindungan Peralatan
2.10. Konsep daerah Proteksi dan Tingkat Proteksi
2.11. Sistem Perlindungan Petir
2.12. Sistem Perlindungan Petir pada Transmisi Tenaga Listrik
KESIMPULAN

BAB I
PENDAHULUAN
Petir

adalah suatu gejala listrik di atmosfer yang timbul bila terjadi banyak

kondensasi dari uap air dan ada udara naik yang kuat.
Instalasi penangkal petir adalah instalasi suatu sistem dengan komponen komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap
petir dan menyalurkan ke tanah, sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau
benda-benda yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1. BAGIAN INSTALASI.
Instalasi ini terdiri bagian-bagian sebagai berikut;
1. Pengahantar di atas tanah, yaitu penghantar yang dipasang diatas atap sebagai
penangkap petir, biasanya berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan
elektroda logam yang dipasang mendatar
2. Penghantar pada dinding atau di dalam bengunan sebagai penyalur arus petir ke
tanah, biasanya terbuat dari tembaga, baja galvanish atau alumunium.
3. Elektroda-elektroda tanah, antara lain;
a. Elektroda pita (strip), yang ditanam minimum 0,5-1 m dari permukaan tanah.
b. Elektroda batang , dari pipa atau besi baja profil yang dipancangkan tegak
lurus kedalam tanah 2 m
c. Elektroda pelat, ditanam minimum 50 cm dari permukaan tanah.
2.2. FAKTOR PERTIMBANGAN
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan memasang
sistem penangkal petir yaitu:
1. Keamanan secara teknis, tanpa mengabaikan factor keserasian Arsitektur,
perhatian utama harus ditunjukkan kepada diperolehnya nilai perlindungan
terhadap sambaran petir yang efektif.
2. Penampang hantaran-hantaran pentanahan yang digunakan.
3. Ketahanan mekanis
4. Ketehanan terhadap korosi
5. Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi
6. Faktor ekonomis.
2.3. TEMPAT SAMBARAN PETIR
Tempat-tempat yang tidak terhindarkan dari sambaran petir:
1. Tempat yang basah dan berair

2. Tempat terbuka (seperti lapangan)


3. Pohon-pohon yang tinggi
4. Daerah pinggiran hutan
5. Bangunan yang tinggi yang tidak dilengkapi dengan instalasi penangkal petir
6. Transformator pada gardu induk listrik.
2.4. TEMPAT YANG TERHIDAR SAMBARAN PETIR
Tempat-tempat yang memungkinkan untuk terhindarkan dari sambaran petir:
1. Bangunan yang dilengkapi dengan instalasi penangkal petir
2. Kendaraan yang mempunyai karoseri baja
3. Dalam hutan yang pohon-pohonnya hampir sama tinggi
Tabel tentang pengaruh arus listrik pada badan manusia
Tegangan pada
bagian-bagian yang
Kuat arus yang
mengalir melalui

ditanahkan, jika R
Pengaruh pada organ

Waktu tahan

pentahanan

badan
0.5 mA

badan manusia
Terasa mulai kaget

Tidak tentu

=5000
2.5 V

1 mA

Terasa jelas

Tidak tentu

5V

2 mA

Mulai kejang

Tidak tentu

10 V

5 mA

Kejang keras

Tidak tentu

25 V

10 mA

Sulit untuk melepaskan


Tidak tentu

50 V

melepaskan pegangan

15 sekon

75 V

20 mA

Nyeri berat

5 sekon

100 V

30 mA

Nyeri tak tertahankan

1 sekon

150 V

40mA

Mulai tak sadar, bahaya


0.2 sekon

200 V

pegangan
15 mA

Kejang dengan terasa


nyeri, tidak mungkin

maut

Arus listrik antara 15-30 mA dapat mengakibatkan kematian, karena sudah sulit
untuk melepaskan pegangan.
Tahanan kulit manusia :

Untuk kulit kering : 100-500 K

Untuk kulit basah (missal karena keringat) : 1 K

Tegangan arus bolak-balik yang dianggap aman adalah 50 Volt nominal bawah.

Jenis bahan ukuran terkecil dari instalasi penangkal petir


No
1
1.1

Nama komponen
Penangkap petir
Penangkap tegak

Jenis Bahan

Bentuk

Ukuran terkecil

Tembaga
Baja Galvanis

1.2

Batang tegak

Tembaga

Silinder Pejal
Pita Pejal
Pipa silinder pejal
Pipa pejal
Silinder pejal
Pita Pejal
Silinder Pejal
Pita Pejal
Silinder pejal
Pita pejal
Pilin
Silinder pejal
Pita pejal
Silinder pejal
Pita pejal
Pilin
Silinder pejal
Pita pejal
Silinder pejal
Pita pejal
Silinder pejal
Pita pejal

10 mm
25 mm x 3 mm
1``
25mm x 3mm
8 mm
25 mm x 3 mm
8mm
25 mm x 3 mm
8 mm
25 mm x 3 mm
50 mm2
``
25 mm x 4 mm
8 mm
25 mm x 3 mm
8 mm2
25 mm x 3 mm

Baja galvanis
1.3

Penangkap datar

Tembaga
Baja galvanis

2.

Penghantar

Tembaga
Baja galvanis

3.

Elektroda pentanahan Tembaga


Baja galvanis

``
25 mm x 4 mm
`
25 mm x 4 mm

2.5. ANALISA BIAYA MANFAAT SISTEMATIK ATAS PROTEKSI SAMBARAN


PETIR
Hal-hal yang berkaitan dengan sistem proteksi, teknologi dan biaya investasi
yang diperlukan ditentukan oleh tingkat perlindungan penangkal petir yang
diinginkan. Sedang tingkat perlindungan yang diinginkan ditentukan oleh jenis,
type dan fungsi bangunan dan peralatan yang akan dilindungi serta resiko yang
timbul jika terjadi kegagalan perlindungannya.
Tingkat perlindungan suatu sistem proteksi sambaran petir dikelompokkan dalam :
Tingkat perlindungan biasa atau normal, yaitu untuk bangunan-bangunan biasa
yang bila terjadi kegagalan perlindungan tidak menyebabkan bahaya beruntun,
seperti bangunan perumahan, gedung-gedung.
Tingkat perlindungan tinggi, yaitu untuk bangunan-bangunan atau instalasi yang
lain jika terjadi kegagalan perlindungan dapat berbahaya bagi keselamatan jiwa,
atau dapat menimbulkan bahaya ikutan yang lebih besar,seperti instalasi
eksplosif mudah meledak, bangunan-bangunan dengan tingkat penggunaan
tinggi dan banyak orang berada di dalamnya, instalasi komunikasi penting dan
lain-lain.
Tingkat Perlindungan Sangat Tinggi, yaitu untuk bangunan atau instalasi yang
jika terjadi kegagalan perlindungan dapat menyebabkan bahaya ikutan yang
tidak terkendali seperti pusat instalasi nuklir.
Biaya investasi yang diperlukan untuk ketiga tingkat perlindungan di atas pada
dasarnya terbagi dalam biaya investasi Penangkal Petir Eksternal dan biaya
investasi Penangkal Petir Internal dan minimalissasi biaya total dapat dilakukan
dengan menerapkan konsepsi bahwa penangkal petir eksternal merupakan bagian
tak terpisahkan dari penangkal petir internal.

2.6. PENANGKAL PETIR EKSTERNAL


Instalasi penangkal petir eksternal meliputi :
1. Pengadaan susunan finial penangkal petir
2. Pengadaan sistem penyaluran arus petir
3. Pembuatan sistem pentanahan
2.6.1. Pengadaan Susunan Finial Penangkal Petir
Susunan finial penangkal petir dapat berupa finial batang tegak; susunan finial
mendatar dan finial-finial lain dengan memanfaatkan benda logam yang terpasang
di atas bangunan seperti atap bangunan, menara logam, dll. Tingkat perlindungan
yang diinginkan menentukan jumlah finial, dimensi dan jenis bahan finial serta
konstruksinya dan semua ini secara besaran arus petir ditentukan oleh tingginya
Arus Puncak Petir (I) dan Muatan Arus Petir (Q).
a. Finial batang tegak biasanya digunakan untuk bangunan atap runcing, menara
telekomunikasi, dll. Satu hal yang perlu dipertimbangkan untuk bangunan tinggi
seperti menara komunikasi adalah kemungkinan kejadian sambaran samping,
yang berarti harus dapat diantisipasi bahwa petir dapat menyambar mengenai
antenna-antena dari samping. Antena yang tersambar akan dialiri arus petir dan
arus petir yang mengalir dapat diperkirakan besarnya berdasar sudut lindung
finial terpasang, yang dengan demikian akan dapat diperkirakan pula resiko
yang timbul.
b. Finial mendatar biasa digunakan pada bangunan atap datar dengan menggunakan
penghantar yang dipasang mendatar, dengan menggunakan atap bangunan atau
atap tangki suatu kilang minyak. Konsepsi yang diterapkan adalah konsepsi
sangkar Faraday. Hal yang perlu diperhatikan jika atap tangki yang berisi bahan
mudah meledak akan digunakan sebagai finial adalah ketentuan bahwa atap
tangki tidak ada kemungkinan gas buang atau gas yang keluar dan pada atap
tangki tidak ada kemungkinan ceceran bahan mudah meledak, atap tangki tidak
memiliki lubang-lubang atau hubungan pelat-pelat, atap benar-benar dapat
dijamin konduksinya yang baik, dan hal yang paling penting bahwa kenaikan

temperatur pelat atap karena tersambar petir tidak mencapai temperatur nyala
dari bahan bakar isi tangki.
2.6.2. Pengadaan Sistem Penyaluran Arus Petir
Arus sambaran petir yang mengenai finial harus secara cepat dialirkan ke tanah
dengan pengadaan sistem penyaluran arus petir melalui jalan terpendek.Dimensi
atau luas penampang, jumlah dan rute penghantar ditentukan oleh kuadrat arus
impuls sesuai dengan tingkat perlindungan serta tingginya arus puncak petir. Resiko
bahaya yang dapat ditimbulkan dari penyaluran arus petir ini terutama adalah
adanya arus induksi elektromagnetik pada peralatan elektronik di dalam bangunan.
2.6.3. Pembuatan Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan berfungsi sebagai sarana mengalirkan arus petir yang
menyebar ke segala arah ke dalam tanah. Hal yang perlu diperhatikan dalam
perancangan sistem pentanahan adalah tidak timbulnya bahaya tegangan langkah
dan tegangan sentuh. Kriteria yang dituju dalam pembuatan sistem pentanhan
adalah bukannya rendahnya harga tahanan tanah akan tetapi dapat dihindarinya
bahaya seperti tersebut di depan. Selain itu sistem pentanahan sangat menentukan
rancangan sistem penangkal petir internal, semakin tinggi harga tahanan pentanahan
akan semakin tinggi pula tegangan pada penyama potensial (potential equalizing
bonding) sehingga upaya perlindungan internalnya akan lebih berat.

2.7. PENANGKAL PETIR INTERNAL


Implementasi konsepsi penangkal petir internal pada dasarnya adalah upaya
menghindari terjadinya beda potensial pada semua titik di instalasi atau peralatan
yang diproteksi di dalam bangunan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
merupakan integrasi dari sarana penyama potensial, pemasangan arrestor tegangan
dan arus, perisaian dan filter. Biaya investasi yang diperlukan untuk pengadaan
penangkal petir internal adalah sangat besar karena berbagai mekanisme dapat
menyebabkan terjadinya beda potensial di dalam peralatan yang diproteksi yang

dapat berupa propagasi tegangan lebih melalui saluran telepon, antene, supply daya
listrik, pentanahan dan berbagai induksi elektromagnetik. Upaya minimisasi biaya
dapat dilakukan dengan lengkah pendefinisian Zoning Area proteksi dan terutama
dengan upaya mengurangi menjadi sekecil mungkin semua arus atau tegangan
impuls petir yang menjalar ke dalam bangunan dan instalasi. Pengalaman
menunjukkan bahwa dengan upaya maksimal dalam penyempurnaan penangkal
petir eksternal dan penerapan perisaian akan dapat memperkecil biaya penangkal
petir internal.
Khusus pengadaan sistem proteksi petir untuk instalasi eksplosif, mudah meledak,
terdapat tiga utama yang harus diperhatikan sebagai berikut :
1. Aspek pengaruh luar, yang dalam hal ini adalah aspek kejadian sambaran petir.
Upaya pengamanan yang harus dilakukan adalah mencegah terjadinya percikan
busur listrik, didekat atap bangunan, didalam bangunan yang dilindungi dan
pada

sistem

pentanahannya.

pembenaransusunan

finial,

Cara

penyaluran

yang

dapat

arus

petir

diterapkan
pentanahan

adalah
dan

penghubungnya serta mencegah terjadinya mekanisme Faraday Hole.


2. Aspek operasional, yang dalam hal ini menyangkut masalah mixture bahan gas
yang sangat menentukan temperatur, tegangan dan energi penyalaannya.
3. Aspek kemampuan Internal, yang dalam hal ini upaya meningkatkan kemampuan
internal instalasi, misalnya tangki, yang memiliki ketahanan lebih tinggi dan
mampu mengeliminasi akibat yang akan terjadi jika ternyata ada kegagalan dari
upaya dua aspek diatas.
2.8. KERUSAKAN YANG DIAKIBATKAN OLEH PETIR
2.8.1. Kerusakan akibat sambaran langsung.
Kerusakan ini biasanya langsung mudah diketahui penyebabnya, karena jelas
petir menyambar sebuah gedung dan sekaligus peralatan listrik / elektronik yang
ada di dalamnya rusak, kemungkinan mengakibatkan :
- Kebakaran gedung
- PABX, Kontrol AC, Komputer, Alat pemancar, dll. Rusak/hancur.

2.8.2. Kerusakan akibat sambaran tidak langsung.


Kerusakan ini sulit di identifikasi dengan jelas, karena petir yang menyambar
pada satu titik lokasi sehingga hantaran induksi melalui aliran listrik/kabel PLN,
telekomunikasi, pipa dan peralatan besi lainnya dapat mencapai 1 km dari tempat
petir menyambar. Sehingga tanpa disadari dengan tiba-tiba peralatan elektronika
terbakar tanpa sebab yang jelas.
2.9. SISTEM PERLINDUNGAN PERALATAN (PENANGKAL PETIR)
Sistem proteksi yang dibutuhkan berkaitan erat dengan konsep zone atau induksi
yang mungkin timbul diakibatkan dari petir itu sendiri dan keinginan untuk memperoleh
data petir akan terpenuhi dengan semakin banyaknya dana dan daya yang diarahkan ke
permasalahan petir.
Di samping pemahaman tentang masalah atau pengaruh yang ditimbulkan perlu
ditingkatkan sehingga usaha perlindungan yang dilakukan dapat maksimal. Sistem
perlindungan yang diaplikasikan pada instalasi yang mudah dibangun akan menjadi lebih
mahal daripada dilakukan perlindungan pada saat instalasi baru pada tahap perencanaan.
Proses terjadinya awan bermuatan ini akan semakin sering jika semakin dekat ke
khatulistiwa yang berudara lembab.
Semakin banyak terbentuknya awan bermuatan akan semakin tinggi jumlah sambaran
petir yang terjadi. Jumlah sambaran ini sering juga disebut sebagai jumlah hari guruh per
tahun ( thunderstormdays ).
Dari pengalaman bertahun-tahun para peneliti petir telah menunjukkan bahwa
sistem proteksi petir yang didasarkan pada sistem proteksi eksternal dan internal yang
klasik, misalnya seperti yang diberikan pada standard DIN VDE 0185, sudah tidak
memadai lagi untuk sistem yang rumit dan menggunakan banyak fasilitas jaringan
telekomunikasi yang padat seperti pabrik, pusat komputer dan pembangkit listrik.
Standar yang konvensional hanya menentukan komponen secara individual, seperti finial,
down conductor, sistem pentanahan, sistem penyama tegangan (Equipotential Bonding
EB), pembatasan medan, atau pembatasan gelombang berjalan pada hantaran.
Ada satu referensi umum untuk semua peraturan yang berlaku pada bidang teknik
telekomunikasi, misalnya standar Jerman SIN VDE 0800 dan DIN VDE 0845. Standar

ini pun belum tentu sesuai dengan standar lainnya, karena itu

suatu metode telah

dikembangkan untuk memungkinkan perencanaan suatu sistem proteksi yang bisa


mengintregasikan seluruh individual sistem tersebut.
Proteksi petir untuk instalasi telekomunikasi pada dasarnya adalah masalah
Electromagnetic Compartibility EMC. Peralatan elektronik harus tahan terhadap
gangguan dari induksi petir pada akibat sambaran langsung atau sambaran dekat dan
bahkan tidak boleh upset atau terputusnya komunikasi.
Untuk mengintegrasikan seluruh sistem proteksi tersebut, dikenal istilah Lighting
Protection Zones (LPZ) yang telah digunakan sebagai standar di Hankam milik Jerman.
Prinsipnya adalah sistem proteksi dibagi menjadi beberapa bagian dengan intersection
yang jelas antara masing-masing zone. Untuk daerah proteksi, kondisi electromagnetic
dapat diidentifikasikan, misalnya besarnya medan listrik dan medan magnet akibat
pengaruh petir atau besarnya tegangan lebih yang berjalan pada hantaran yang memasuki
daerah tersebut. Dari besaran dapat ditentukan ukuran hantaran dan karakteristik alat
proteksi yang dibutuhkan.
Metode ini telah dibahas untuk dijadikan sebagai standar pada International
Electrotechnical Comiddion (IEC) TC 81.

LPZ ini dimulai dari Zone O, daerah yang

memungkinkan terjadinya sambaran petir (LEMP) langsung yaitu :


1. Arus transient akibat sambaran petir langsung
2. Arus transient yang mengalir melalui hantaran (konduksi)
3. Medan elektromagnetik akibat sambaran langsung atau sambaran dekat.
Model ini dapat dikembangkan untuk proteksi akibat tegangan lebih, akibat proses
switching (SEMP) di dalam industri, sehingga proteksi yang lengkap bisa diperoleh.
2.10. KONSEP DAERAH PROTEKSI (LPZ) DAN TINGKAT PROTEKSI (PL).
Untuk sistem yang rumit umumnya digunakan Metode Bola Petir (Rolling Sphere
Methode) untuk menentukan letak finial. Dengan demikian ada daerah yang
kemungkinan mendapatkan sambaran petir langsung ( LPZ O ), juga ada daerah yang
tidak akan mendapat sambaran petir langsung karena terproteksi oleh finial ) LPZ O/E ).
Dapat ditentukan klasifikasi dari daerah proteksi dan tingkat proteksi, misalnya
untuk pusat komputer. Hantaran yang dating dari LPZ O masuk ke LPZ 1 harus

dihubungkan dengan alat proteksi yang sesuai dan dilengkapi dengan Equipotential
Bonding (EB). Pada sambaran petir diberikan besaran arus petir yang mengalis pada
sistem listrik akibat sambaran petir langsung pada instalasi.
Sesuai dengan ketentuan International Electrotechnical Comission TC 81 yang disyahkan
bulan Agustus 1989 maka sistem penangkal petir yang sempurna harus terdiri atas 3
bagian :
1. Proteksi Eksternal.
Yang disebut Proteksi Eksternal adalah instalasi dan alat-alat di luar sebuah
struktur untuk menangkap dan menghantar arus petir ke sistem pembumian atau
berfungsi sebagai ujung tombak penangkap muatan listrik/arus petir di tempat
tertinggi.
Proteksi eksternal yang baik terdiri atas :

Air terminal atau Interseptor

Down Conductor

Equipotensialisasi

2. Proteksi pembumian / pentanahan


Bagian terpentung dalam instalasi sistem penangkal petir adalah sistem
pembumiannya. Kesulitan pada sistem pembumian biasanya karena berbagai
macam jenis tanah. Hal ini dapat diatasi dengan menghubungkan semua metal
(Equipotentialisasi) dengan electrode tunggal yang kebumi.
Hal ini sesuai dengan IEC TC 81 bab 2.3
3. Proteksi Internal.
Proteksi internal berarti proteksi peralatan elektronik terhadap efek dari arus petir.
Terutama efek magnet dan medan magnet listrik pada instalasi metal atau sistem
listrik. Sesuai dengan standar DIV VDE 0185, IEC 1024-1.
Proteksi Internal terdiri atas :

Pencegahan sambaran langsung

Pencegahan sambaran tidak langsung

Equipotentialisasi

4. Peralatan Proteksi petir


Untuk dapat mengantisipasi perkembangan peralatan listrik dan elektronika, maka
peralatan proteksi salam konsep daerah proteksi yang berorientasi pada EMC juga
mempunyai tugas yang disesuaikan dengan kebutuhan tersebut.
2.11. SISTEM PERLINDUNGAN PETIR
Mengingat kerusakan akibat sambaran petir yang cukup berbahaya, maka muncul
usaha untuk mengatasi sambaran petir. Teknik penangkal petir pertama kali ditemukan
oleh Benyamin Franklin dengan menggunakan interseptor (terminal udara) yang
dihubungkan dengan konduktor metal ke tanah. Teknik ini selanjutnya terus
dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang efektip.
Sekilas mengenai penangkal petir, dikenal 2 macam sistem yaitu :
1. Sistem penangkal Petir.
Sistem ini menggunakan ujung metal yang runcing sebagai pengumpul muatan
dan diletakkan pada tempat yang tinggi sehingga petir diharapkan menyambar
ujung metal tersebut terlebih dahulu. Sistem ini memiliki kelemahan dimana
apabila sistem penyaluran arus petir ke tanah tidak berfungsi baik, maka ada
kemungkinan timbul kerusakan pada peralatan elektronik yang sangat peka
terhadap transien.
2. Dissipation Array System (DAS).
Sistem ini menggunakan banyak ujung runcing (point discharge) dimana tiap
bagian benda yang runcing akan memindahkan muatan listrik dari benda itu
sendiri ke molekul udara di sekitarnya. Sistem ini mengakibatkan turunnya beda
potensial antara awan dengan bumi sehingga mengurangi kemampuan awan untuk
melepaskan muatan listrik.

2.12. SISTEM PERLINDUNGAN PETIR PADA TRANSMISI TENAGA LISTRIK.


Petir akan menyambar semua benda yang dekat dengan awan. Atau dengan kata
lain benda yang tinggi akan mempunyai peluang yang besar tersambar petir. Transmisi
tenaga listrik didarat dianggap lebih efektif menggunakan saluran udara dengan
mempertimbangkan factor teknis dan ekonomisnya. Tentu saja saluran udara ini akan
menjadi sasaran sambaran petir langsung. Apabila saluran udara yang melewati
perbukitan sehingga memiliki jarak yang lebih dekat dengan awan dan mempunyai
peluang lebih besar untuk disambar petir.
Selama terjadinya pelepasan petir, muatan positif awan akan menginduksi muatan
negatif pada saluran tenaga listrik. Muatan negatif tambahan ini akan mengalir dalam 2
arah yang berlawanan sepanjang saluran.
Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dan tegangan ekstra tinggi (EHV)
cenderung untuk melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surya hubung dan
surya petir. Untuk tegangan ultra tinggi (UHV), desain isolasi lebih cenderung kepada
proteksi terhadap durya hubung. Adanya tegangan lebih ini akan mengakibatkan naiknya
operasi yang tentunya dapat merusak peralatan listrik.
Dalam melindungi saluran tenaga listrik tersebut, ada beberapa cara yang dapat
diterapkan. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kawat tanah
(overhead groundwire) pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini adalah
bahwa kawat tanah akan menjadi sasaran petir sehingga melindungi kawat phasa dengan
daerah/zona tertentu. Overhead groundwire yang digunakan untuk melindungi saluran
tenaga listrik, diletakkan pada ujung teratas saluran dan terbentang sejajar dengan kawat
phasa. Groundwire ini dapat ditanahkan secara langsung atau secara tidak langsung
dengan menggunakan sela yang pendek.
Dalam melindungi kawat phasa tersebut daerah proteksi groundwire dapat digambarkan
pada gambar 1.

Gambar 1.
Daerah proteksi dengan menggunakan 1 buah groundwire

Groundwire
0,2h

h
bx
hx

0,6 h
1,2 h

Dari gambar diatas, misalkan groundwire diletakkan setinggi h meter dari tanah.
Dengan menggunakan nilai-nilai yang terdapat pada gambar tersebut, titik b dapat
ditentukan sebesar 2/3 h. Sedangkan zona proteksi groundwire terletak didalam daerah
yang diarsir. Didalam zona tersebut diharapkan tidak terjadi sambaran petir langsung
sehingga di daerah tersebut pula kawat phasa dibentangkan.
Apabila h, merupakan tingi kawat phasa yang harus dilindungi, maka lebar b, dapat
ditentukan dalam 2 kondisi, yaitu :
untuk hx > 2/3 h, bx = 0,6 h ( 1 hx / h )
untuk hx < 2/3 h, bx = 1,2 h ( 1 hx / 0,8h )
Dalam beberapa kasus, sebuah groundwire dirasa belum cukup untuk memproteksi kawat
phasa sepenuhnya. Untuk meningkatkan performa dalam perlindungan terhadap
sambaran petir langsung, lebih dari satu groundwire digunakan.

Bila digunakan 2 buah groundwire dengan tinggi h, dari tanah dan terpisah sejauh s,
perhitungan untuk menetapkan zona proteksi petir dilakukan seperti halnya menggunakan
1 buah groundwire. Gambar 2 menunjukkan zona perlindungan dari penggunaan 2 buah
groundwire.

Gambar 2
Zona perlindungan dari penggunaan 2 buah groundwire

5/4 s

0,2 h

h
bx
ho=h-s/4

hx

0,6h
1,2h

Dari gambar tersebut, apabila h, menyatakan tinggi titik dari tanah di tengah-tengah 2
groundwire yang terlindungi dari sambaran petir, maka h, dapat ditentukan : ho = h s/4
Sedangkan daerah antara 2 groundwire dibatasi oleh busur lingkaran dengan jari-jari
5/4 s dengan titik pusat terletak pada sumbu di tengah-tengah 2 groundwire.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa hadirnya groundwire dimaksudkan sebagai tempat
sambaran petir langsung dan dapat melindungti kawat phasa. Zona perlindungan
groundwire dapat dinyatakan dengan parameter sudut perlindungan, yaitu : sudut antara
garis vertical groundwire dengan garis hubung antara groundwire dan kawat phasa. Jika

sudut perlindungan tersebut dinyatakan dalam a dan tinggi groundwire adalah h, maka
probabilitas sambaran petir pada groundwire (p) dapat ditentukan sebagai berikut :
ah
Log p =

-4
90

Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa makin tinggi groundwire dan sudut perlindungan
yang besar, akan mengakibatkan probabilitas tersebut meningkat.
Untuk itu diperlukan pemilihan tinggi groundwire dan sudut perlindungan yang tepat
untuk mendapatkan performa perlindungan yang baik dari sambaran petir.

Usaha untuk meningkatkan performa perlindungan.


Usaha yang paling mudah untuk menigkatkan performa perlindungan adalah dengan
menggunakan lebih dari satu groundwire. Dengan cara ini diharapkan petir akan selalu
menyambar pada groundwire, sehingga memperkacil probabilitas kegagalan
perlindungan. Cara ini dapat disertai dengan menggunakan couterpoise, yaitu konduktor
yang ditempatkan di bawahsaluran (lebih sering dibenamkan dalam tanah) dan
dihubungkan dengan sistem pentanahan dari menara listrik.
Hasilnya, implementasi surya akan lebih kecil.
Usaha-usaha lain diantaranya :
Memasang couplingwire di bawah phasa (konduktor yang disertakan di bawah
saluran transmisi dan dihubungkan dengan sistem pentanahan menara listrik).
Mengurangi resistansi pentanahan menara listrik dengan menggunakan
elektroda pentanahan yang sesuai.
Menggunakan arrester.
Cara yang terakhir ini boleh dikatakan sebagai alat pelindung yang paling baik terhadap
gelombang surja. Arester inilah yamg terus dikembangkan oleh para ahli untuk
mendapatkan performa perlindungan yang makin baik.

KESIMPULAN.
Pemakaian overhead groundwire dalam saluran transmisi tenaga listrik mempunyai
harapan agar sambaran petir tidak mengenai kawat phasa. Luas zona/daerah perlindungan
groundwire tergantung dari ketinggian groundwire itu sendiri.
Probabilitas kegagalan dalam perlindungan akan naik dengan makin tingginya
groundwire dan besarnya sudut perlindungan. Untuk itu diperlukan pemilihan ketinggian
serta sudut perlindungan yang sesuai untuk mendapatkan perlindungan yang baik.
Peningkatan performa perlindungan transmisi tenaga listrik dari sambaran petir yang
paling mudah dilakukan dengan jumlah groundwire. Kombinasi pemakaian groundwire
dengan peralatan lainnya sangat diharapkan untuk memperoleh performa perlindungan
yang ;ebih tinggi di antaranya dengan pemakaian arester yang merupakan alat pelindung
modern.

Anda mungkin juga menyukai