Penangan Kopi
Penangan Kopi
Penanggung Jawab :
Direktur Jenderal Perkebunan
Ketua
Anggota
M.Unggul Ametung
Edy Suharyanto
Sri Mulato
Dedi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya,
Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Kopi dapat
selesai disusun.
Pedoman Teknis Penanganan
Pascapanen Kopi ini disusun sebagai pedoman bagi
petugas, petani/kelompok tani dan pelaku usaha dalam
penanganan pascapanen kopi sehingga dapat
menghasilkan produk yang berkualitas baik dan memiliki
daya saing.
Substansi materi muatan pedoman teknis
tersebut diatas sesuai dengan Permentan No.
52/Permentan/OT.140/09/2012 yang telah diundangkan
oleh Menteri Hukum dan HAM RI dalam berita negara
No. 909 tanggal 12 September 2012 tentang Pedoman
Penanganan Pascapanen Kopi.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada tim penyusun atas kerja kerasnya
yang dilakukan selama penyusunan pedoman ini.
Semoga pedoman ini dapat bermanfaat .
Jakarta,
Oktober 2012
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Tabel
Daftar Gambar
vi
I.
PENDAHULUAN
1.2 Maksud
1.3 Tujuan
II.
III.
3.1 Panen
3.2 Sortasi
10
10
13
iii
18
22
23
IV.
STANDAR MUTU
24
V.
28
30
31
VI.
PELESTARIAN LINGKUNGAN
32
VII.
PENGAWASAN
33
33
34
7.3 Pencatatan
34
7.4 Pelaporan
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
37
iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.
25
Tabel 2.
25
26
Tabel 4.
26
Tabel 5.
27
Tabel 3.
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1
Gambar 2
11
13
19
Gambar 3
Gambar 4
vi
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas penting di
areal
kopi
di
Indonesia
Laju
rata-rata
dengan
kesiapan
teknologi
dan
sarana
Adanya
jaminan
mutu
yang
pasti,
tepat
waktu
dengan
meningkatnya
tuntutan
konsumen
karena
itu
penanganan
proses
Maksud
Maksud
Penanganan
penyusunan
Pascapanen
Pedoman
Kopi
adalah
Teknis
untuk
Tujuan
Tujuan yang
ingin
dicapai
dari penyusunan
Pascapanen
Kopi
adalah :
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu biji kopi;
2. Menurunkan kehilangan hasil atau susut hasil kopi;
3. Memudahkan dalam pengangkutan hasil;
4. Meningkatkan
efisiensi
proses
penanganan
pascapanen kopi;
5. Meningkatkan daya saing biji kopi;
6. Meningkatkan nilai tambah hasil kopi.
3
1.4
Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Teknis Penanganan
II.
2.
3.
4.
Pengupasan
kulit
pemisahan biji
diperlukan .
5.
6.
7.
Pengeringan
9.
Kulit
beberapa
tahapan
proses
(Good Handling
Practices)
adalah
cara
penerapan
pemanfaatan
sarana
teknologi
dan
serta
cara
prasarana
yang
digunakan.
III.
3.1
Panen
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual
1.
Kulit buah
3.
4.
5.
6.
Kulit tanduk
Kulit ari
Biji
Tangkai
2. Daging buah
racutan/rampasan
merupakan
pemetikan
Sortasi Buah
Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah
Sortasi
air
untuk
buah
kopi
memisahkan
juga
buah
dapat
yang
10
Panen
Sortasi Buah
Penjemuran/Pengeringan
Pengupasan Kopi
Sortasi Biji
Kering
Pengemasan dan Penyimpanan
Gambar 2.
3.3.1 Penjemuran/pengeringan
Buah kopi yang sudah dipanen dan disortasi harus
sesegera mungkin dikeringkan agar tidak mengalami
proses kimia yang bisa menurunkan mutu. Buah kopi
dikatakan sudah kering apabila waktu diaduk terdengar
bunyi gemerisik.
Penjemuran
dapat
dilakukan
dengan
Pengeringan
memerlukan
waktu
2-3
minggu
dapat
menggunakan
alat
pengering
12
3.4
pada Gambar 3.
Panen Pilih
Sortasi Buah
Pengupasan kulit buah merah
Fermentasi
Pencucian
Pengeringan
Pengupasan kulit kopi HS
Sortasi Biji Kering
13
kulit
buah
dilakukan
dengan
umumnya
dilakukan
untuk
dan
ditutup
dengan
karung
goni.
Waktu
14
konsumen.
Agar
proses
fermentasi
pengeringan
dapat
dilakukan
dengan
hamparan
biji
kopi
HS
dalam
Pembalikan
mengoperasikan
pengering
mekanis
Biji kopi HS
17
3.5
Proses Secara
Process)
Proses
secara
semi
basah
dilakukan
untuk
18
Panen
Pilih
Sortasi Buah
Buah inferior
diolah DP
3.5.2 Pembersihan
lendir
secara
mekanik
(Demucilaging)
Pembersihan sisa lendir di permukaan kulit tanduk
dilakukan secara mekanik dengan alat demucilager
tanpa menggunakan air.
pada
proses
biji
semi
basah
awal,
Proses
pengeringan
dapat
12,5 %.
Hal yang penting adalah bahwa biji kopi harus
dibolak-balik setiap 1 jam agar tingkat kekeringannya
merata.
Kemudian
untuk
menjaga
biji
kopi
dari
b. Pengupasan
dilakukan
setelah
pengeringan/
oleh
mikotoksin
(okhtratoksin
A,
aflatoksin, dll).
e. Mesin huller dibersihkan setelah digunakan agar sisasisa kopi dan kulit yang masih basah tidak tertinggal
dan berjamur di dalam mesin.
3.6
dapat
dilakukan
dengan
ayakan
mekanis
3.7
gudang
dimonitor
kebersihannya
dan
IV.
STANDAR MUTU
Standar mutu diperlukan sebagai tolok ukur dalam
pengawasan
mutu
dan
merupakan
perangkat
24
Jenis Uji
Kadar
kotoran
berupa
ranting, batu, tanah dan
benda-benda asing lainnya
Satu
an
%
Maks 12,5
Maks 0,5
Persyaratan
3
4
Serangga hidup
Tidak ada
Biji berbau busuk dan berbau
Tidak ada
kapang
Catatan : b/b adalah berat/ berat dalam kondisi basah
Kecil
Kriteria
Tidak lolos ayakan
berdiameter 6.5 mm
(Sieve No.16)
Lolos
ayakan
diameter 6.5 mm,
tidak lolos ayakan
berdiameter 3.5 mm
(Sieve No.9)
Satuan Persyaratan
%
Fraksi
massa
%
Fraksi
massa
Maks lolos
5
Maks lolos
5
25
Persyaratan
Maks lolos
5
Maks
5
lolos
%
Fraksi
massa
Maks
5
lolos
Kriteria
Tidak lolos ayakan
berdiameter 6.5 mm
(Sieve No.16)
sedang Lolos ayakan diameter
6.5 mm, tidak lolos
ayakan berdiameter 6
mm (Sieve No.15)
Kecil
Lolos ayakan diameter
6 mm, tidak lolos
ayakan berdiameter 5
mm (Sieve No.13)
Satuan
%
Fraksi
massa
%
Fraksi
massa
Persyaratan
Maks lolos
5
Maks
5
lolos
%
Fraksi
massa
Maks
5
lolos
26
Syarat Mutu
Mutu 1
Mutu 2
Mutu 3
Mutu 4-a
Mutu 4-b
Mutu 5
Mutu 6
V.
27
5.1 Bangunan
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
dalam pendirian bangunan, yaitu :
5.1.1 Persyaratan Lokasi
Lokasi
bangunan
tempat
penanganan
harus
dilengkapi
dengan
fasilitas
harus
dilengkapi
dengan
sarana
dilengkapi
dengan
sarana
memenuhi
ketentuan
harus
yang
yang
29
5.2
berdasarkan
persyaratan
teknis,
perencanaan
yang
memenuhi
kesehatan
dan
ekonomis.
30
dan
Pembungkus
berguna
untuk
VI.
PELESTARIAN LINGKUNGAN
Penanganan pascapanen kopi berkaitan erat
integrasi
sudah
dikembangkan
oleh
sebagai
bahan
baku
biogas
yang
VII.
PENGAWASAN
Pelaksanaan
pengawasan
penanganan
Sistem Pengawasan
Usaha
penanganan
pasca
panen
kopi
33
Instansi
perkebunan,
yang
berwenang
melakukan
dalam
pengawasan
bidang
terhadap
7.2
34
7.3
Pencatatan
Usaha penanganan pascapanen kopi hendaknya
dibutuhkan.
Data
data
tersebut
7.4
Pelaporan
Setiap usaha penanganan pascapanen kopi agar
dinas
kabupaten/
kota,
selanjutnya
dinas
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional
Indonesia (SNI) Biji Kopi Nomor 01-2907-2008.
Jakarta
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian.
2011. Statistik Perkebunan Indonesia 2010
2012 (Kopi), Jakarta
Direktorat Penanganan Pascapanen, Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,
Departemen Pertanian.2006. Pedoman Umum
Pascapanen Perkebunan Yang Baik dan Benar,
Jakarta
Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1986 tentang
Peningkatan Penanganan Pascapanen Hasil
Pertanian
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44 tahun 2009
tentang Pedoman Penanganan Pascapanen
Hasil
Pertanian
Asal
Tanaman yang Baik (Good Handling Practices)
Pusat Penelitian Kopi dan Kopi Indonesia. 2006.
Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kopi,
Jember
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008.
Kumpulan Publikasi Hasil Penelitian. Teknologi
Proses dan Alat Mesin Pengolahan Hulu
Kopi.Jember
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2010. Post Harvest
Coffee Processing in Indonesia , An Introduction
to Good Manufacturing Practise, Jember
Undang Undang nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman
LAMPIRAN
37
38
untuk
melepas
lapisan
lendir
dan
39
3. Mesin Pengering
Fungsi untuk mempercepat proses difusi air
sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang
baik sampai tahap proses pengolahan selanjutnya.
40
41
42
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN,
Menimbang
Mengingat
44
107,
45
Menetapkan
46
Pasal 2
Pedoman Penanganan Pascapanen Kopi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 sebagai acuan dalam pembinaan dan penanganan
pascapanen tanaman kopi.
Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Pertanian ini
diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 September 2012
MENTERI PERTANIAN,
SUSWONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 September 2012
MENTERI HUKUM DAN HAM
REPUBLIK INDONESIA
AMIR SYAMSUDIN
47
48